Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Hari, tanggal : Senin, 19 Agustus 2019

Biokimia Umum Waktu : 13.00 – 15.00


PJP : Dr. Rahadian Pratama
Asisten : Faricha Eka Ariani
Dewi Puja Delita S.

PROTEIN

Kelompok 4

Rhino Chandra Mukti J3L118121


Fransiska Amartia Padmoko J3L118117
Anif Fahreza J3L118128
Lis Aismalasari J3L118073
Nani Septiani J3L118108
Rahmagita Alzadratunnisa J3L118099
Randito Ikhwanus Shafa J3L118161

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Protein adalah senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang


merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein berfungsi
sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan molekul lain seperti
oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmitor gerakan syaraf dan
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Peran dan aktivitas protein
dalam proses biologis antara lain sebagai katalis enzimatik, bahwa hampir semua
reaksi kimia dalam · sistem biologi dikatalis oleh makromolekul yang disebut
enzim yang merupakan satu jenis protein. Peran lainnya dari protein dalam sistem
biologi adalah sebagai transport, penyimpanan dan koordinasi gerak. (Sidik K,
2009). Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (COOH) dan amina (NH2). Asam amino merupakan molekul yang
digunakan untuk membangun protein. Dalam biokimia seringkali pengertiannya
dipersempit, keduanya terikat pada satu atom karbon yang sama yang disebut
atom C alfa. Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina
memberikan sifat basa. Asam amino dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: a).
Asam amino esensial adalah asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi
tubuh tidak dapat mensintesa sendiri sehingga harus diperoleh dari protein
makanan. Jenis –jenis asam amino esensial adalah isoleusi (ile), leusin (leu), lisin
(lys), metionini (met), sistein (cys), valin (val), triftifan (tryp), tirosina (tyr),
fenilalanina (phe), dan treonina (tre); b). Asam amino non esensial adalah asam
amino yang dapat disintesa sendiri oleh tubuhmelalui reaksi aminasi reduktmif
asam keton atau ,melalui transaminasi, contonya alanin, asparat, glutamate, dan
glutamine. (Laila, 2015).
Berdasarkan bentuknya, protein terbagi menjadi 2 golongan, yaitu: a).
Protein globular, terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat
rapat) membentuk bulat padat. Contohnya enzim, albumin, globulin, protamin.
Protein ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol; b). Protein serabut (fibrous
protein), terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun
memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung. Contohnya fibroin
pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam
air, asam, basa, maupun etanol. . Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibagi
menjadi, yaitu: a). Protein sederhana, hanya tersusun oleh asam amino, dan
memperoleh asam-asam amino penyusunnya sendiri ketika dihidrolisis.
Contohnya albumin, glubolin, histon, dan prolamin; b). Protein majemuk
(komplek), tersusun oleh protein sederhana dan zat lain yang bukan protein yang
disebut radikal protestik. Contohnya nucleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein,
kromoprotein, metaloprotein, dan lipoprotein. Penggolongan protein berdasarkan
sumbernya yaitu: a). Protein hewani adalah protein yang berasal dari dari hewan,
dimana hewan memakan tumbuhan dan mengubah protein nabati menjadi protein
hewani. Contohnya daging sapi, daging ayam, susu, udang, telur, ikan, dan lain-
lain; b). Protein nabati, adalah protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik
secara langsung atau hasil produksi dari tumbuhan tersebut. Contohnya, jagung,
kacang-kacangan dan lain-lain.
Protein merupakan suatu polimer dari asam amino. Untuk mengetahui
adanya protein, dapat dilakukan uji, menggunakan beberapa metode yaitu: a). Uji
biuret merupakan analisis kuantitatif protein yang berdasarkan adanya ikatan
peptida, maupun sifat-sifat dari asam amino yang dikandungnya. Protein
merupakan senyawa yang bersifat amfoter, yaitu senyawa yang tidak konsiten
dapat berupa asam atau basa. (Winarno 1997); b). Uji hopkins cole merupakan uji
kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino triptofan. Pereaksi
yang dipakai mengandung asam glioksilat. Kondensasi 2 inti induk dari trptofan
oleh asam glioksilat akan menghasilkan senyawa berwarna ungu. Reaksi positif
ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang batas; c). Uji Ninhidrin,
digunakan untuk 8 identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam sampel.
Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak terikat
(Robinson 1995). Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam
amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan; d). Uji Xantoproteat
merupakan uji untuk menunjukan adanya inti benzene (cincin fenil) pada suatu
sampel protein. Dalam uji Xantoproteat, inti benzene akan ternitrasi oleh asam
nitrat pekat membentuk turunan nitrobenzene berwarna kuning tua. Pada suasana
basa (ditambahkan larutan basa), uji Xantoproteat akan mengubah kompleks
warna kuning tua pada sampel menjadi warna orange; e). Uji Millon digunakan
untuk mengidentifikasi protein yang mengandung tirosin dalam suatu sampel
yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna merah pada sampel
protein. Tirosin merupakan asam amino yang mengandung gugus fenol pada
rantai samping-nya (gugus R-nya). Pereaksi millon mengandung merkuri dan ion
merkuro dalam asam nitrit dan asam nitrat. Gugus fenol pada tirosin ini akan
ternitrasi membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon yang akan
membentuk kompleks berwarna merah (Poedjiadi 2007).

METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 2 September2019, pukul 13.00 –


15.00 WIB di Laboratorium Gunung Gede Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan

Dalam praktikum kali ini dibutuhkan beberapa alat seperti Gelas Piala,
Pipet Tetes, Tabung Reaksi, Penagas Air, Penjepit Kayu tabung reaksi, Rak
Tabung Reaksi, Bulp Hitam, pipet mohr, Bulp jingga. Praktikum ini
membutuhkan bahan seperti Aquades, sampel – sampel Asam Amino (Albumin
0.02 % dan 2%, Gelatin 0.02 % dan 2%, Kasein 0.02 % dan 2%, Pepton 0.02 %
dan 2%, Fenol 0.02 % dan 2%), Pereaksi Millon, Pereaksi Hopskins-Cole, Asam
Sulfat pekat, Pereaksi Ninhidrin, NaOH 10% pekat, Pb-Asetat, HNO3 pekat, dan
CuSO4 0.1%.

Prosedur Percobaan

Larutan Sampel Protein (Albumin 0.02 % dan 2%, Gelatin 0.02 % dan 2%,
Kasein 0.02 % dan 2%, Pepton 0.02 % dan 2%, Fenol 0.02 % dan 2%)
dimasukkan kedalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 3 ml, dilanjutkan
penambahan pada setiap larutan protein dengan 3 tetes larutan Pereaksi Millon.
Larutan campuran Protein dan Pereaksi Millon masing-masing dipanaskan.
Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.
Larutan sampel Protein (Albumin 0.02 % dan 2%, Gelatin 0.02 % dan 2%,
Kasein 0.02 % dan 2%, Pepton 0.02 % dan 2%, Fenol 0.02 % dan 2%) sebanyak 2
ml dimasukkan kedalam tabung reaksi. Dilanjutkan penambahan 2 ml larutan
Pereaksi Hopkins-Cole. Larutan campuran sampel Protein dengan Pereaksi
Hopkins-Cole ditambahkan 3 ml Asam Sulfat pekat diruang asam melalui dinding
tabung dengan hati-hati (Dilarang mengocok sampel pada uji ini). Setelah
beberapa detik akan terbentuk cincin berwarna ungu/violet yang menandakan
sampel mengandung Triptofan pada pertemuan dua fase yang terbentuk.
Larutan sampel Protein (Albumin 0.02 % dan 2%, Gelatin 0.02 % dan 2%,
Kasein 0.02 % dan 2%, Pepton 0.02 % dan 2%, Fenol 0.02 % dan 2%) sebanyak 3
ml dimasukkan kedalam tabung reaksi. Dilanjutkan penambahan 0.5 ml larutan
Ninhidrin. Campuran larutan Protein dengan Ninhidrin dipanaskan dalam penagas
air selama 10 menit. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat data
pengamatannya.
Larutan sampel Protein (Albumin 0.02 % dan 2%, Gelatin 0.02 % dan 2%,
Kasein 0.02 % dan 2%, Pepton 0.02 % dan 2%, Fenol 0.02 % dan 2%) sebanyak 2
ml dimasukkan kedalam tabung reaksi. Dilanjutkan penambahan 5 ml larutan
NaOH 10%. Campuran larutan Protein dengan Ninhidrin didihkanpanaskan dalam
penagas air selama 5 menit. Setelah 5 menit dilanjutkan dengan penambahan Pb-
Asetat dalam kondisi larutan campuran sedang didihkan. Larutan campuran
kembali didihkan setelah penambahan Pb-Asetat selama 5-10 menit. Perubahan
yang terbentuk diamati dan akan terbentuk endapan hitam, data dicatat.
Larutan sampel Protein (Albumin 0.02 % dan 2%, Gelatin 0.02 % dan 2%,
Kasein 0.02 % dan 2%, Pepton 0.02 % dan 2%, Fenol 0.02 % dan 2%) sebanyak 3
ml dimasukkan kedalam tabung reaksi. Dilanjutkan penambahan 1 ml larutan
NaOH 10%. Campuran larutan Protein dengan NaOH 10% ditetesi 1 tetes CuSO 4
0.1% dan dikocok. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat data
pengamatannya. Bila tidak timbul warna, larutan campuran ditetesi dengan 1-2
tetes CuSO4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemajuan teknologi DNA rekombinan telah mendorong perkembangan


berbagai cara produksi protein rekombinan menggunakan inang yang aman dan
relatif mudah dikultur sehingga protein dapat diproduksi pada skala industri.
Protein yang digunakan untuk bidang farmasi dan kedokteran (protein terapeutik
dan vaksin subunit) disyaratkan mempunyai kemurnian yang tinggi. Teknologi
DNA rekombinan juga telah menyediakan berbagai strategi untuk meningkatkan
produksi dan mempermudah pemurnian protein. Mutu protein juga sangat
penting, oleh karena itu telah dikembangkan berbagai metode identifikasi dan
karakterisasi protein menggunakan metode berbasis protein, diantaranya:
sekuensing urutan asam amino, elektroforesis dan imunobloting, penentuan pH
isoelektrik, dan spektrometri massa MALDI-TOF. Dalam bidang farmasi terutama
untuk penyakit kanker, protein rekombinan termasuk antibodi monoklonal juga
digunakan dalam sistem penghantaran obat dengan tujuan untuk peningkatan
efektivitas dan penurunan efek toksik dari obat. Salah satu vaksin manusia dan
hewan yang saat ini banyak dikembangkan adalah vaksin subunit yang terdiri atas
protein rekombinan. Selain di bidang farmasi dan kedokteran, protein rekombinan
juga telah digunakan di berbagai industri lain seperti makanan-minuman,
kosmetik (Botox), lingkungan, dan pertanian.
Uji Millon berfungsi untuk mengetahui adanya gugus phenol dalam
protein. Pereaksi Millon terdiri dari merkuri nitrit (HgNO2) dan merkuri nitrat
(Hg(NO3)2). Protein yang mengandung gugus hidroksil Phenil (-OH) dapat
bereaksi dengan larutan mercuri nitrat dapat menghasilkan larutan atau endapan
berwarna putih kemudian berubah warna menjadi merah setelah dipanaskan
(Sutresna 2008). Pereaksi Millon merupakan larutan merkuri yang ada di dalam
asam nitrat. Uji ini dilakukan pada senyawa turunan monofenol yang mengandung
hidroksifenil. Jika larutan yang mengandung hidroksifenil bereaksi dengan
peraksi Millon maka akan dihasilkan endapan putih. Jika suhu campuran ini
dinaikkan maka warna larutan akan berubah menjadi warna merah. Warna merah
yang terbentuk disebabkan oleh garam dari hasil nitrasi tirosin.
Tabel 1 Hasil uji Millon
Sampel Hasil Gambar

+
Albumin 0.02%

Albumin 2% +

-
Gelatin 0.02%

-
Gelatin 2%
Kasein 0.02% -

Kasein 2%
+

Pepton 0.02% -

Pepton 2% -

Fenol 0.02% +
Fenol 2% +

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin
yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol
pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi
millon(Handini 2009).
Dari hasil percobaan diketahui bahwa albumin, gelatin, kasein, dan Pepton
tidak mengandung tirosin baik konsentrasi 0.02% maupun 2%, keempatnya
menunjukan hasil yang negatif, sedangkan Fenol mengandung tirosin. Fenol,
albumin, dan kasein positif dalam uji millon karena tirosin memiliki molekul
fenol pada gugus R-nya dan albumin serta kasein mengandung tirosin sebagai
salah satu asam penyusunnya (Handini 2009). Hasil percobaan menunjukan
sebagian percobaan sesuai dengan literatur yang ada, namun pada kasein 0.02%
menunjukan hasil yang negatif, hal ini dikarenakan kesalahan praktikan dimana
larutan tercemar dan sudah terkontaminasi sehingga tidak bereaksi dengan
seharusnya.
Fungsi pemanasan adalah untuk membuat protein mengalami denaturasi
atau kerusakan, sehingga diharapkan molekul protein yang terdiri dari banyak
polipeptida dapat terputus menjadi molekul-molekul penyusunnya yang lebih
kecil sehingga hal ini diharapkan dapat mempercepat reaksi.
Tabel 2 Hasil uji Hopkins-Cole
Sampel Hasil Gambar

Albumin 0.02% +

Albumin 2% -

Gelatin 0.02% -
Gelatin 2% -

Kasein 0.02%
+

Kasein 2%
Pepton 0.02% +

Pepton 2% -
-
Fenol 0.02%

-
Fenol 2%

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Uji Hopkins-Cole dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa protein
mengandung salah satu asam amino triptofan atau tidak. Percobaan uji Hopkins-
Cole dengan bahan yang sama dengan uji sebelumnya, didapatkan reaksi yang
positif terhadap senyawa albumin 2%, kasein 2%, dan pepton 2%. Triptofan akan
berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat sehingga membentuk cincin
berwarna ungu. Hal ini berarti senyawa albumin 2%, kasein 2% dan pepton 2%
mengandung triptofan dengan ditunjukan oleh adanya cincin berwarna ungu.
Namun pada gelatin tidak menunjukan hasil yang positif, padahal secara literatur
gelatin juga mengandung triptofan. Hal ini karena larutan gelatin telah
terkontaminasi sehingga proses reaksi terhambat sehingga triptofan tidak
berkondensasi dengan aldehida dibantu asam kuat. Pada Albumin 0.02%, Kasein
0.02% dan Pepton 0.02% tidak menunjukan hasil yang positif. Hal ini karena
kandungan sampel masing-masing yang terlalu sedikit dan tidak seimbang dengan
konsentrasi pereaksinya dan mendapatkan perlakuan yang sama dengan
konsentrasi sampel 2%, menyebabkan reaksi kondensasi aldehida dengan triptofan
tidak berjalan dengan seharusnya.
Triptofan merukan salah satu asam amino essensial yang tidak bisa
diproduksi sendiri oleh tubuh. Gugus fungsinal triptofan adalah Indol, yang tidak
dimiliki oleh asam amino lainnya membuat triptofan menjadi prekusor dari
banyak senyawa penting tubuh seperti melatonin (hormon perangsang tidur),
serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin).
H H
CH2 CH2 CO 2H HC O CO 2H
+ HC O
N NH
N H
H H H
triptofan asam glioksilat asam
2,3,4,5,tetrahidro-
-karbolin-4-karboksilat

Tabel 3 Hasil uji Ninhidrin


Sampel Hasil Gambar

+
Albumin 0.02%

Albumin 2% -
-
Gelatin 0.02%

-
Gelatin 2%

Kasein 0.02% -

Kasein 2% +

+
Pepton 0.02%
Pepton 2% +

Fenol 0.02%
-

-
Fenol 2%

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Uji Ninhidrin akan positif jika senyawa tersebut mengandung sedikitnya
satu gugus karboksil dan asam amino bebas atau alfa asam amino maupun gugus
hidroksil. Uji yang positif akan ditandai dengan terbentuknya warna biru ungu dan
untuk prolin, hidroksiprolin berwarna kuning. Berdasarkan hasil percobaan, hasil
positif ditunjukkan oleh albumin, kasein, dan pepton. Pada percobaan albumin
dan pepton membentuk warna biru ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin.
Hal ini menandakan kedua zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas.
Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat
warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk
menentukan asam amino secara kuantitatif dan fenol menunjukkan hasil yang
negatif serta kasein menunjukkan hasil yang positif dengan membentuk warna
kuning Karena kasein mengandung gugus prolin atau hidroksiprolin.
Ninhidrin merupakan oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi
oksidatif dari asam amino yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang
rantainya lebih pendek 1 C dari asam amino asalnya. Ninhydrin yang tereduksi
akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna biru
dengan absorpsi warna maksimum pada panjang gelombang 570 nm (Hamdan
2007).
Setelah dilakukan percobaan dengan bahan yang sama seperti uji
sebelumnya, didapatkan senyawa yang positif yaitu senyawa albumin 2%, pepton
2% dan 0.02% dan Pepton 2% dan 0.02%. Uji ini akan positif jika ada senyawa-
senyawa yang didalamnya mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan asam
amino bebas atau α-asam amino. Uji ninhidrin yang positif akan ditandai dengan
terbentuknya warna biru. Pada uji ini, Gelatin dan Fenol yang menunjukan hasil
yang negatif. Hal ini disebabkan karena larutan telah terkontaminasi terutama
pada gelatin. Kasein tidak mengandung asam amino bebas atau salah satu gugus
karboksil dan seharusnya tidak menunjukkan hasil yang positif, terjadi beberapa
perbedaan dari data yang didapat dengan literatur yang ada.

Tabel 4 Hasil uji Belerang


Sampel Hasil Gambar

Albumin 0.02% -
-
Albumin 2%

Gelatin 0.02% -

-
Gelatin 2%
-
Kasein 0.02%

Kasein 2% -

+
Pepton 0.02%
Pepton 2% -

-
Fenol 0.02%

-
Fenol 2%

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Uji belerang dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam bahan-bahan
yang diujikan terdapat asam amino sistein atau metionin atau tidak. Sistein dan
metionin merupakan asam amino yang mengandung S pada molekulnya. Reaksi
Pb-asetat dengan asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna hitam
atau kelabu. Penambahan NaOH dalam percobaan tersebut ialah untuk
mendenaturasi protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat
terputus oleh Pb-asetat dan membentuk garam PbS (Handini 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahan-bahan yang positif
terhadap uji ini adalah senyawa albumin. uji ini dilakukan untuk mengetahui
apakah didalam bahan-bahan tersebut terdapat asam amino sistein dan metionin
atau tidak. Sistein dan metionin merupakan asam amino yang mengandung atom S
pada molekulnya. Reaksi yang positif ditandai oleh adanya endapan garam PbS
berwarna kelabu. Hal ini karena adanya reaksi antara Pb-asetat dengan asam-asam
amino tersebut. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan
protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-
asetat membentuk PbS. Pada hasil percobaan didapatkan bahwa hanya Pepton
konsentrasi 2% saja yang menunjukan hasil yang positif. Hal ini karena Pepton
memiliki sistein didalamnya. Hal ini sebagian sesuai dengan literatur, albumin
seharusnya memiliki kandungan Sistein namun dalam hasil pengamatan
menunjukan hasil yang negatif. Hal ini karena Albumin telah terkontaminasi
dengan zat lain sehingga tidak bereaksi saat penambahan Pb-Asetat yang
ditambahkan.

S2+(aq) + Pb2+(aq)     PbS(s)

Tabel 5 Hasil uji Biuret


Sampel Hasil Gambar

Albumin 0.02% +

Albumin 2% +

Gelatin 0.02% +
Gelatin 2% +

Kasein 0.02% +

Kasein 2% +

Pepton 0.02% -

Pepton 2% -

Fenol 0.02% -
Fenol 2% -

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Uji Biuret semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret
bereaksi membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada
asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak
mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya. Ketika suasana basa, Cu
bereaksi dengan beberapa jenis protein dan menghasilkan senyawa kompleks,
reaksi biuret dapat terjadi pada molekul yang mengandung dua gugus yang terikat
pada 1 atom karbon/ atom nitrogen/ terikat langsung. Senyawa yang mengandung
gugus diganti dengan gugus atau gugus -CH2NH2 juga positif dalam uji biuret.
Uji Biuret merupakan uji karateristik dari protein.
Percobaan uji biuret menunjukan protein yang diujikan memberikan hasil
positif pada sampel Albumin 2% dan 0.02%, Gelatin 2% dan 0.02%, dan Kasein
2% dan 0.02%. Hal ini sebagian sesuai dengan literatur, dimana seharusnya semua
sampel menunjukan hasil yang positif. Hal ini menunjukan bahwa Pepton dan
Fenol telah terkontaminasi dan diperlakukan tidak benar sehingga tidak terjadi
reaksi yang harusnya terjadi. Biuret bereaksi dengan membentuk senyawa
kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein. Fenol
tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada
molekulnya. Pepton seharusnya menujukan hasil yang positif, hal ini karena
terjadi kesalahan proses dalam perlakuan yang mengakibatkan tidak terjadinya
reaksi antar gugus Karboksil dengan Peptida dengan Cu.
Kegunaan serta fungsi protein pada hewan dengan manusia sama, hanya
dalam pecernaannya saja yang berbeda. Diantara kegunaan protein bagi tubuh
baik hewan maupun manusia diantaranya: sebagai enzim; alat pengangkut dan alat
penyimpan; pengatur pergerakan; penunjang mekanis; pertahanan
tubuh/imunisasi; media perambatan impuls saraf; dan pengendalian pertumbuhan.
KESIMPULAN

Hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji
Millon menunjukkan hasil positif pada sampel Albumin 2% dan 0.02%, Fenol 2%
dan 0.02% dan Kasein 2%. Uji Ninhidrin menunjukkan hasil positif pada albumin
2%, kasein 0.02%, dan pepton 2% dan 0.02%. Uji Belerang positif terhadap
pepton 2%. Uji Biuret positif terhadap albumin 2% dan 0.02%, gelatin 2% dan
0.02%, dan kasein 2% dan 0.02%. Pengendapan oleh logam dan pengendapan
oleh garam positif terhadap albumin 2%, Kasein 2% dan Pepton 2%. Uji Hopkins-
Cole negative pada Gelatin dan Fenol.

DAFTAR PUSTAKA

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia: Jakarta.


Hamdan A. 2007. Buku biokimia laboratorium dasar universitas trunojoyo.
http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf [diunduh 14 Maret
2016].
Handini. 2009. Karbohidrat pada uji kualitatif.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-
amino.html [diunduh14 Maret 2016].
Laila, Ratna. 2015. Analisis Protein. PDF. http://digilib.unimus.ac.id. (Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2016).
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Rahayu, dkk. 2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan
Kecap Lamtoro Gung Terfermentasi Apergillus Oryzae. Jurnal
Bioteknologi, Vol1, No 2, Hal: 14-20.
(http://eprints.uns.ac.id/id/eprints/787). (Diakses pada tanggal 7
November
2017).
Rismaka. 2009. Uji kualitatif dan asam amino.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan- %20asam-ami
no.html [diunduh14 Maret 2016].
Sutresna N. 2008. Get Succes Kimia. Jakarta (ID): Grafindo Media Pratama.
Tazwir. 2007. Optimasi Pembuatan Gelatin dari Tulang Ikan Kaci-kaci
Menggunakan Berbagai Konsentrasi Asam. Jurnal Penelitian, Vol. 2, No.
1: 35-43. http://bbp4b.litbang.kkp.go.id. (Diakses pada tanggal, 30
Oktober
2016).
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Pustaka Gramedia Utama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai