Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Biokimia

Kelas : 02 (kamis/14.00-15.40)
Asisten : 1. Risya Putri Annura
2. Siti Nurminah Nasution

PROTEIN (Uji Biuret)


DISUSUN OLEH :
M GHIFARI ZULMI (1905109010048)

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH


JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2020
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Protein berasal dari bahasa Yunani protos yang berarti yang paling utama. merupakan
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen,oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.

Di alam, ditemukan 20-21 macam asam amino yang membangun protein. Sebagai zat
pembangun, protein merupakan bahan-bahan pembentuk Jaringan-jaringan baru yang selalu
terjadi dalam tubuh dan mempertahankan jaringan yang telah ada.

Protein memiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai
jutaan. Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita kekurangan
karbohidrat dan lemak. Adapun makanan sebagai sumber protein adalah daging, telur, susu,
ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Protein akan menghasilkan
asam-asam amino akibat hidrolisis oleh asam atau enzim.

Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga
dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein. Uji protein dengan
metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsip diantaranya uji biuret,
pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan alkohol, uji
koagulasi dan denaturasi protein.

1.2. Tujuan
Mengetahui perubahan yang terjadi pada uji biuret terhadap sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH)
pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan
larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H + ,
sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa guguskarboksilat bereaksi
dengan ion OH-. Sehingga protein bermuatan negative. Adanya muatan pada molekul preotein
menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik (Lehninger 1982).
Protein merupakan komponene utama dalam semua sel hidup,baik tumbuhan maupun
hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air.
Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa organic
kompleks yang terdiri atas unsure-unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%), Oksigen
(±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S) dan
Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsure
logam seperti tembaga dan besi (De man 1997).

Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan-satuan
asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sama lain melalui
ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan
gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air. Peptide
yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya peptide yang terdiri atas
tiga, empat, atau lebih asam amino, masing-masing disebut, tripeptida, tetrapeptida, dan
seterusnya (Devi 2010).
Protein adalah suatu senyawa organic yang mempunyai berat molekul besar antara
ribuan hingga jutaan satuan (g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C, H, O dan N ditambah
beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino.
Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang
lain, menentukan sifat biologis suatu protein(Girinda, 1990).
Protein adalam sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak
dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan
ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga( Winarno, 1997).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


 Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet volume, pipet tetes
 Bahan : Albumin 2%, Gelatin 2%, Casein 2%, NaOh 0.1 N, CuSO4 0.1 N.
3.2. Cara Kerja
1. Siapkan tabung reaksi.
2. Tabung reaksi diisi masing masing dengan albumin, gelatin, dan casein sebanyak 1 ml.
3. Tambahkan NaOh 0.1 N, CuSO4 0.1 N sebanyak 2 tetes pada ketiga tabung.
4. Amati perubahan yang terjadi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


SAMPEL HASIL PERUBAHAN
Albumin Ungu Pekat
Gelatin Ungu Pekat.
Casein Ungu Terang

4.2. Pembahasan
Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu bahan.
Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena terbentuk senyawa kompleks antara
Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-). Makin banyak atau
makin panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan makin kuat intensitasnya.
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan
protein.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat
pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan
warna biru, tripeptida ungu, dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna
merah.
Hasil uji biuret yang telah dilakukan yaitu albumin, gelatin dan casein menunjukkan
hasil positif dengan adanya perubahan warna ungu pada tiap tiap sampel. Namun terdapat
perbedaan intensitas warna antara sampel. Sampel casein memiliki warna ungu yang lebih
pudar dari pada sampel albumin dan gelatin, hal ini dikarenakan ikatan peptida pada casein
lebih sedikit ketimbang albumin dan gelatin yang memiliki ikatan peptida yang banyak
sehingga warnanya menjadi ungu pekat.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Pada sampel albumin, terjadi reaksi postif, serta perubahan warna warna ungu pekat.
2. Pada sampel gelatin, terjadi reaksi postif, serta perubahan warna warna ungu pekat.
3. Pada sampel casein, terjadi reaksi positif, serta perubahan warna warna ungu yang
lebih terang.
5.2. Saran
Adapun saran dari praktikum kali ini adalah, dalam hal kehadiran agar dapat
menggunakan metode yang lebih efektif agar waktu praktikum lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA

De man. 1997. Kimia Makanan. Bandung. ITB Press.

Devi N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara.

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia. Jakarta

Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai