FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN PRAKTIKUM
“IDENTIFIKASI ASAM AMINO DAN PROTEIN”
OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah senyawa organic yang mempunyai berat molekul besar
antara ribuan hingga jutaan satuan (g/mol), komponen protein terdiri atas
atom karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa ada yang
mengandung sukfur dan fosfor. Protein yang tersusun dari hanya asam amino
disebut protein sederhana. Protein disebut juga polipeptida karna beberapa
asam amino saling berikatan dalam ikatan peptide. Adapun protein yang
mengandung bahan selain asam amin, seperti turunan vitamin, lemak dan
karbohidrat, disebut protein kompleks. Secara biokimiawi, 20% dari susunan
tubuh orang dewasa terdiri dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh
jumlah dan jenis asam aminonya. (Devi 2010).
Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas protein adalah pemanasan.
Dengan pemenasan kandungan protein pada suatu bahan akan mengalami
kerusakan atau biasa disebut dengan denaturasi. Denaturasi akan
menyebabkan protein yang dikomsumsi tidak akan bisa diserap dan
digunakan oleh tubuh secara optimal. Hal tersubut dapat menurunkan tingkat
produksi jika terjadi pada ternak. Selain pemanasan masih banyak faktor yang
mengakibatkan terdenaturasinya protein sehingga percobaan mengenai sifat
sifat protein sangat perlu dilakukan untuk mengetahui cara menanganan dan
penggunaan protein yang baik dan benar. (Devi 2010).
Kita memperoleh protein dari hewan dan tumbuhan. Protein yang berasal
dari hewan disebut protein hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan
disebut protein nabati. Protein ini mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan
pelarut organik. protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada
sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah
air. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai
berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. (Al Awwaly, 2017 : 6).
Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50 persen dari berat
keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon,
sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan bahkan sebagai
pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Protein adalah makromolekul yang banyak terdapat pada sel hidup dan
tersusun dari asam-asam amino yang disintesis berdasarkan kode yang
dibawa oleh informasi genetik yang berupa urutan nukleotida yang disebut
kodon. Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi dari asam L-
amino yang disintesis oleh sel hidup. Biopolimer ini mempunyai jangka yang
lebar dalam hal bobot molekul, kompleksitas struktur, dan sifat fungsionalnya.
Protein memainkan peran yang sentral dalam sistem biologi. Meskipun
informasi evolusi dan organisasi biologi sel terkandung dalam DNA, tetapi
proses kimia dan biokimia yang memelihara kehidupan sel/organisme
dilakukan secara ekslusif oleh enzim. Ribuan enzim telah ditemukan. Setiap
enzim mengkatalis reaksi biologi yang sangat spesifik di dalam sel. Protein
juga berfungsi sebagai komponen struktural sel dan organisme kompleks.
Misalnya kolagen, keratin, dan elastin. Untuk mengungkapkan betapa
pentingnya makromolekul ini secara biologi, maka dinamakan sebagai protein,
yang diambil dari bahasa Yunani “proteios”, yang berarti jenis yang pertama
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan dalam
katalis enzim, protein struktural, protein kontraktil (miosin, aktin, tubulin),
hormon (insulin, hormon pertumbuhan), protein transfer (serum albumin,
transferrin, hemoglobin), antibodi (imunoglobulin), protein simpanan (albumin
telur, protein biji), dan protein pelindung (toksin dan alergen). (Al Awwaly,
2017: 5).
Untuk Identifikasi Protein dan Asam Amino dapat dilakukan dengan Tes /
Uji Xantoprotein, Hopkins-Cole, Millon, Biuret, Nitroprusida, Sakaguchi, Pereaksi
Ninhidrin yaitu:
1. Pereaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan ke dalam larutan protein secara hati-
hati. Setelah dicampurkan akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah
menjadi kuning bila dipanaskan. Peristiwa yang terjadi adalah nitrasi pada inti
benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi uji ini positif untuk protein
yang mengandung asam amino tirosin, fenilaalanin, dan triptofan.
2. Pereaksi Hopkins-Cole
Digunakan untuk menguji adanya asam amino triptofan. Khususnya yang
mengandung gugus indol. Pereaksi yang dipakai mengandung asam
glioksilat. Kondensasi 2 inti induk dari triptofan oleh asam glioksilat akan
menghasilkan senyawa berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan
adanya cincin ungu pada bidang batas.
3. Pereaksi Millon
Digunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada protein misalnya tirosin.
Pereaksi yang digunakan merupakan larutan merkuri (Hg) dalam asam nitrat
(HNO3). Tirosin akan ternitrasi oleh asam nitrat sehingga memperoleh
penambahan gugus N=O, gugus tersebut secara reversibel (bolak-balik)
dapat berubah menjadi N-OH (hidroksifenil). Merkuri dalam pereaksi millon
akan bereaksi dengan gugus hidroksifenil dari tirosin membentuk warna
merah.
4. Pereaksi Nitroprusida
Uji nitroprusside merupakan uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi
adanya asam amino sistein. Gugus tiol (-SH) dalam sistein akan bereaksi
dengan sodium nitroprusside dalam keadaan amonia berlebih membentuk
senyawa berwarna merah.
5. Pereaksi Sakaguchi
Untuk uji protein yang asam aminonya mengandung gugus guanidine seperti
arginin yang memberikan warna merah.
6. Pereaksi ninhidrin
Uji Ninhidrin atau tes ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya asam
amino dalam zat yang di uji .Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin untuk
mendeteksi semua jenis asam amino. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin
membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan
molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk
hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna
biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul ninhidrin dan hidrindantin yang
yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana
basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
A. Pengumpulan data dan informasi
Uji Reaksi Bahan-bahan yang digunakan
Uji Milon • larutan sampel sebanyak 3 mL (putih telur dan
aquadest)
• Pereaksi Millon sebanyak 2 tetes
• 1 mL HCl 0,1 N
• 1 mL NaOH 0,1 N
• 1 mL larutan buffer asetat pH 4,7
• 5 mL larutan buffer
Uji Hopkins-Cole.
- Hasil positif jika terbentuk cincin Untuk menguji
berwarna ungu adanya asam amino
triftofan khususnya
yang mengandung
gugus indol
Uji Nindhidrin
Uji Xanthoproteat.
4.2 Pembahasan
Protein merupakan polimer dari asam amino,disebut juga
polipeptida.Antar asam amino terdapat ikatan peptide,yaitu ikatan antar gugus
karboksil suatu asam amino dengan gugus amino dari asam amino lain.Setiap
protein khususnya polipeptida merupkan suatu polimer yang terbentuk dari
berbagai asam amino melalui ikatan peptide.
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
tentang reaksi uji asam amino dan reaksi uji protein. Dalam percobaan ini
dilakukan beberapa pengujian diantaranya :
Pengujian pertama yaitu uji milon. Pertama dimasukkan 3 ml larutan
sampel albumin dan kita masukkan pereaksi milon sebanyak 3 tetes. Setelah itu
dipanaskan. Kemudian kita amati perubahan warna yang terjadi. Dimana pada
pengujian milon terbentuk warna merah yang berarti asam amino yang ada pada
sampel terbukti mengandung tirosin. Hal ini disebabkan karena pada pereaksi
millon terdapat larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila
pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung asam amino
dengan rantai samping gugus fenolik akan menghasilkan endapan putih yang
akan berubah menjadi endapan merah oleh pemanasan. Endapan putih yang
dikocok. Setelah itu ditambahkan 1-3 tetes larutan CuSO₄. Kemudian kita amati
perubahan yang terjadi. Dimana pada uji biuret ini di dapatkan hasil yaitu
terbentuknya senyawa kompleks berwarna ungu karena ion Cu2+dari pereaksi
biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-
ikatan peptida yang meyusun protein yang artinya terdapat dua buah ikatan
peptida.
Pada Pengujian keenam pengendapan dengan logam, larutan albumin
yang direaksikan dengan HgCI2 2% pada tabung I meghasilkan larutan sedikit
keruh, (CH3COOH)2Pb 5% pada tabung II menghasilkan larutan putih keruh
terdapat banyak endapan dan AgNO3 5% pada tabung III larutan putih keruh
terdapat endapan sehingga logam tersebut mengendap. serta menghasilkan
larutan yang mengalami denaturasi. Hal ini terjadi karena untuk mengendapkan
protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik
sedangkan pengendapan oleh ion negatif memerlukan pH di bawah titik
isoelektrik. Pengendapan dengan logam berat, larutan albumin akan
membentuk endapan karena adanya gugus sulfurhidril yang dikandung oleh
protein. Jadi dalam hal ini Hg, Pb, dan Ag bereaksi dengan protein akan
memberikan endapan karena logam tersebut diikat oleh albumin
Pengujian ketujuh yaitu pengendapan dengan alcohol. Disiapkan 3 buah
tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi dengan sampel sebanyak 3 mL.
Tabung reaksi I ditambahkan 1 ml HCl 0,1 M, tabung reaksi II ditambahkan 1
ml NaOH 0,1 M dan tabung reaksi III ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 4,7.
Setiap tabung reaksi lalu ditambahkan etanol 95 % sebanyak 1 mL. Kemudian
amati perubahan yang terjadi. Dimana pada pengujian ini di dapatkan hasil
berupa Pada pengendapan dengan alkohol diperoleh hasil untuk tabung I
setelah ditambahkan HCI 0,1 M menghasilkan warna bening dan terjadi
denaturasi sebagian dibawah tabung reaksi dan setelah ditambahkan etanol
95% maka penggumpalan terjadi secara keseluruhan dan untuk tabung II
setelah ditambahkan NaOH 0,1 M menghasilkan larutan bening dan setelah
ditambahkan etanol 95%, denaturasi yang terjadi hanya sebagian dan pada
tabung III ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 setelah ditambahkan etanol 95%
tidak mengendap dan tidak larut dalam air. Hal ini menandakan bahwa larutan
protein telah berkurang, dikarenakan adanya penambahan etanol.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
mengidentifikasi adanya asam amino dan protein dalam larutan albumin ( putih
telur ) dapat digunakan beberapa pengujian yaitu sebagai berikut :
• Uji Milon yang di gunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada protein
contohnya tirosin
• Uji Hopkins-Cole Untuk menguji adanya asam amino triftofan khususnya
yang mengandung gugus indol
• Uji Ninhidrin Untuk menunjukkan adanya asam amino dalam larutan
albumin (zat yang di uji)
• Uji Xanthoproteat Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan gusus
benzena seperti asam amino tirosin,finilaalai dan triftofan
• Uji Biuret Untuk mengetahui adanya minimal 2 ikatan peptida, Uji
Pengendapan Protein Oleh Logam Untuk mengetahui ada atau tidaknya
endapan logam pada protein
• Uji Pengendapan Dengan Alkohol Untuk mengetahui ada atau tidaknya
endapan ketika protein di tambahkan dengan alcohol serta Uji Denaturasi
Protein Untuk mengetahui ada atau tidaknya denaturasi yang terjadi pada
protein
5.2 Saran
Adapun saran saya pada praktikum ini adalah ketelitian dan kehatian
hatian dalam melakukan praktikum adalah hal yang penting untuk mengurangi
kesalahan dan memperoleh hasi yang diinginkan karena kesalahan sedikit saja
yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap hasil akhir praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Aal Awwaly, Khotibul Umam 2017. Protein Pangan Hasil Ternak dan
Aplikasinya. Malang: UB press
LAMPIRAN
Skema Kerja
1. Uji Millon
2. Hopkins-Cole
3. Ninhidrin
4. Xanthoproteat
5. Uji Biuret
8. Denaturasi protein