Anda di halaman 1dari 39

Senin, 24 September 2018

Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI ASAM AMINO DAN PROTEIN

AIDUL

H031 17 1008

KELOMPOK 1

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

REAKSI-REAKSI ASAM AMINO DAN PROTEIN

Disusun dan diajukan oleh:

AIDUL

H031 17 1008

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen penanggung jawab praktikum Asisten

Dra. Seniwati Dali, M.Si Andi Akbar, S.Si


NIP. 195812311988032003
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Protein memegang peranan yang penting dalam kehidupan. Proses kimia

dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim dimana protein

berfungsi sebagai biokatalis. Di sampingitu, hemoglobin dalam butiran darah merah

atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dariparu-paru ke seluruh

bagian tubuhadalah salah satu jenis protein (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul yang bervariasi

yaitu antara 5000 Da sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau enzim,

protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang

terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan

yanglainmelalui ikatan peptida. Sifat biologi protein yang unik terutama disebabkan

oleh interaksi spesifik antara asam amino yang menyusunnya.Protein mudah

dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik (Lestari, 2011).

Asam amino adalah monomer-monomer dari protein yang merupakan

penyusun dari protein itu sendiri.Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat

ditentukan oleh gugus -karboksil, -amino dan gugus yang terdapat pada rantai

samping molekulnya. Gugus -karboksil dan gugus -amino bereaksi sebagaimana

senyawaorganik lainnya untuk membentuk amida, ester danasil halida(Rao dkk.,

2011).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukanlah percobaan iniuntuk

mempelajari dan memahami reaksi-reaksi asam amino dan protein melalui beberapa

uji reaksi yang dilakukan diantaranya uji ninhidrin, uji gugus rantai samping

(sulfuhidril), uji biuret, uji Hopkins-Cole, dan uji Millon.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

reaksi-reaksi asam amino dan protein.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengidentifikasi adanya gugus -amino bebas pada asam amino dan

protein melalui uji ninhidrin.

2. Mengidentifikasi adanya gugus sulfuhidril pada asam amino dan protein

melalui uji gugus rantai samping.

3. Mengidentifikasi adanya ikatan peptida pada protein melalui uji biuret.

4. Mengidentifikasi adanya gugus indol pada asam amino dan protein

melalui uji Hopkins-Cole.

5. Mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil pada asam amino dan

protein melalui uji Millon.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah mengidentifikasi adanya gugus -amino

bebas pada asam amino dan protein melalui uji ninhidrin dengan cara penambahan

ninhidrin dan pemanasan, mengidentifikasi adanya gugus sulfuhidril pada asam

amino dan protein melalui uji gugus rantai samping dengan cara penambahan

natrium nitroprusida dalam suasana basa, mengidentifikasi adanya ikatan peptida

pada protein melalui uji biuret dengan cara penambahan NaOH dan CuSO4,

mengidentifikasi adanya gugus indol pada asam amino dan protein melalui uji

Hopkins-Cole dengan cara penambahan glioksilik dalam suasana asam, dan

mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil pada asam amino dan protein melalui
uji Millon dengan cara penambahan pereaksi millon dan pemanasan. Hasil uji positif

ditandai dengan perubahan warna atau terbentuknya endapan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Amino

Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino.Asam

amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom

karbon  dari posisi gugus –COOH.Dapat dilihat bahwa atom karbon  ialah atom

karbon asimetrik, kecuali jika gugus R adalah H. Oleh karena itu, asam amino juga

mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau aktif optik.Rumus

molekul asam amino dapat digambarkan dengan model bola dan batang atau dengan

rumus proyeksi Fischer (Manaham, 2003).

Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein dan dibagi dalam

dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan asam amino nonesensial.Asam amino

esensial tidak dapat diproduksi di dalam tubuh sehingga harus ditambahkan dalam

bentuk makanan, sedangkan asam amino nonesensial dapat diproduksi dalam

tubuh.Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air, namun

tidak larut dalam pelarut organik nonpolar (Lestari, 2011).

Ada delapan asam amino yang esensial bagi manusia, yaitu fenilalanin,

isoleusin, leusin, lisin, metionin, treonin, triptofan, dan valin.Semua asam amino ini

haruslah tersedia dalam makanan.Selain itu fenilalanin dan metionin adalah zat awal

untuk mensintesis tirosin dan sistein.Sedangkan arginin dan histidin digolongkan ke

dalam asam amino semi esensial.Arginin dapat disintesis oleh tubuh, tetapi tidak

cukup untuk menunjang pertumbuhan. Sedangkan histidin, bukti yang ada untuk

menggolongkannya ke dalam asam amino semi esensial berasal dari penyelidikan


makanan yang memperlihatkan bahwa imbangan nitrogen akan tetap meskipun

makanan yang dimakan sama sekali tidak mengandung asam amino histidin

(Fessenden dan Fessenden, 1997).

Asam amino pada umumnya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut

organik nonpolar seperti pada eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini

berbeda dengan asam karboksilat, dimanaasam karboksilat alifatik maupun aromatik

yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut

dalam pelarut organik (Rao dkk., 2011).

Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam karboksilat dan amina

terlihat pula pada titik leburnya.Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi

bila dibandingkaan dengan asam karboksilat atau amina.Kedua sifat fisika ini

menunjukkan bahwa asam amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan

dan mempunyai polaritas tinggi dan bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus

–COOH dan gugus –NH2.Hal ini tampak pula pada sifat asam amino sebagai

elektrolit (Manaham, 2003).

Reaksi dimana asam amino membentuk suatu senyawa berwarna sangat

penting di dalam analisis pemisahan. Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak

dapat dideteksi secara visual pada kromatografi atau cara analisis lainnya. Dengan

mengubahnya menjadi senyawa yang berwarna, kita dapat melihatnya.Reaksi warna

yang penting dari asam amino adalah reaksinya dengan ninhidrin karena intensitas

warna yang terbentuk pada reaksi ninhidrin ini sebanding dengan konsentrasi asam

aminonya, maka reaksi ini dapat dipakai untuk analisa kuantitatif.Contohnya, reaksi

ninhidrin ini dipakai pada alat analisa otomatik asam amino yaitu alat yang

memisahkan asam amino dengan menggunakan kolom penukar ion dan ditentukan

konsentrasi relatifnya (Fessenden dan Fessenden, 1997).


2.2 Protein

Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam organisme

hewan.Sesuai dengan peranan ini, kata protein berasal dari bahasa Yunani proteios,

yang artinya pertama.Protein adalah poliamidadan hidrolisis protein menghasilkan

asam-asam amino (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Protein terdiri dari atom karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga

mengandung sulfur.Bobot molekulnya berkisar dari enam ribu sampai beberapa

juta.Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-

asam amino yang terikat dengan urutan yang khas.Urutan ini dinamakan struktur

primer dari protein.Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur

sekunder.Bentuk tiga dimensi dari polipeptida dinamakan struktur tersier.Struktur

kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa polipeptida yang terlibat. Jika

dipanaskan di atas suhu 50 oC atau ketika dikenai asam atau basa kuat, proteinakan

kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat membentuk koagulat yang tak

larut (misalnya putih telur). Proses ini biasanya menonaktifkan sifat hayatinya

(Lestari, 2011).

Struktur-struktur protein sangat mudah untuk diubah melaui proses yang

disebut denaturasi. Perubahan struktur tersebut dapat merusak struktur awal dari

protein tersebut.Pemanasan, pengubahan ke asam atau basadan bahkan aksi

pendeteksian secara teliti dapat menyebabkan terjadinya denaturasi.Protein albumin

yang terkandung di dalam putih telur didenaturasi dengan pemanasan, oleh karena itu

bentuknya semipadat. Hampir hal yang sama terpenuhi oleh aksi pendeteksian secara

teliti pada pengocokan sebutir telur pada preparation of Meringue. Racun logam

berat seperti timah dan kadmium diubah struktur proteinnya dengan mengikat gugus

fungsinya pada permukaan protein (Manaham, 2003).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalahalanin, glisin, sistein, asam

aspartat, albumin, larutan ninhidrin 0,1%, larutan natrium nitroprusida 1%, NH4OH

pekat, NaOH 2,5 M, CuSO4 0,01 M, larutan glioksilik,H2SO4 pekat, pereaksi millon,

akuades, kertas label, tissue roll, dansunlight.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,

gelas kimia,hotplate, cawan petri, pipet tetes, labu semprot, dan sikat tabung,.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Uji Ninhidrin

Larutan alanin, glisin, sistein, asam aspartat, dan albumin dimasukkan ke

dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan dengan

1 mL larutan ninhidrin 0,1%, lalu dihomogekan. Dipanaskan hingga terjadi

perubahan warna (maksimal 10 menit), lalu diamati perubahan warna dan dicatat.

3.3.2 Uji Gugus Rantai Samping (Sulfuhidril)

Larutan alanin, glisin, sistein, asam aspartat, dan albumin dimasukkan ke

dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 1 mL

larutan natrium nitroprusida 1%, lalu dihomogenkan. Ditambahkan lagi dengan 1 mL

NH4OH pekat, dihomogenkan. Kemudian diamati perubahan warna dan dicatat.

3.3.3 Uji Biuret


Larutan alanin, glisin, sistein, asam aspartat, dan albumin dimasukkan ke

dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 2 mL, ditambahkan dengan 1 mL

NaOH 2,5 M, kemudian dihomogenkan. Ditambahkan 1 tetes CuSO4 0,01 M, lalu

dihomogenkan. Bila tidak terjadi perubahan warna, maka ditambahkan larutan

CuSO40,01 M berlebih (maksimal 1 mL). Diamati perubahan warna dan dicatat.

3.3.4 Uji Hopkins-Cole

Larutan alanin, glisin, sistein, asam aspartat, dan albumin dimasukkan ke

dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 2 mL,kemudian ditambahkan dengan

1 mL larutan glioksilik, lalu dihomogenkan. Tabung dimiringkan dan ditambahkan

H2SO4 pekat 2 mL, dinding tabung dialiri secara perlahan. Kemudian diamati

perubahan warna dan dicatat.

3.3.5 Uji Millon

Larutan alanin, glisin, sistein, asam aspartat, dan albumin dimasukkan ke

dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 3 mL, kemudian ditambahkan dengan

4 tetes pereaksi millon, lalu dihomogenkan. Masing-masing tabung dipanaskan

hingga terjadi perubahan warna endapan dari putih ke merah (maksimal 10 menit).

Bila tidak terjadi perubahan warna, ditambahkan pereaksi millon berlebih (maksimal

1,5 mL), lalu dihomogenkan. Setelah itu,dipanaskan kembali sampai terjadi

perubahan warna pada endapan (maksimal 10 menit). Kemudian diamati perubahan

warna dan dicatat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Uji Ninhidrin

Tabel 1.Hasil pengamatan uji ninhidrin.


Warna
No. Larutan sampel Dengan Setelah
ninhidrin pemanasan
1. Glisin Bening Ungu

2. Alanin Bening Ungu

3. Sistein Bening Kuning

4. Asam aspartat Bening Bening

5. Albumin Bening Ungu

4.1.2 Uji Gugus Rantai Samping (Sulfuhidril)

Tabel 2. Hasil pengamatan uji gugus rantai samping (sulfuhidril).


Warna
No. Larutan sampel Dengan natrium Dengan
nitroprusida NH4Ohpekat
1. Glisin Kuning Kuning

2. Alanin Kuning Kuning

3. Sistein Kuning Merah

4. Asam aspartat Kuning Kuning

5. Albumin Kuning Kuning


4.1.3 Uji Biuret

Tabel 3.Hasil pengamatan uji biuret.


Warna
No. Larutan sampel Dengan Dengan
NaOH CuSO4
1. Glisin Bening Biru
2. Alanin Bening Biru
3. Sistein Kuning Kuning
4. Asam aspartat Bening Biru
5. Albumin Bening Ungu

4.1.4 Uji Hopkins-Cole

Tabel 4. Hasil pengamatan uji Hopkins-Cole.


Warna
No. Larutan sampel
Dengan glioksilik Dengan H2SO4
1. Glisin Bening Bening
2. Alanin Bening Bening
3. Sistein Bening Kekuningan
4. Asam aspartat Bening Kekuningan
Terbentuk
5. Albumin Bening
cincin ungu

4.1.5 Uji Millon

Tabel 5.Hasil pengamatan uji Millon.


Warna

No. Larutan sampel Dengan


Dengan pereaksi Setelah
pereaksi millon
millon pemanasan
berlebih

1. Glisin Bening Bening Tetap

2. Alanin Bening Bening Tetap


Terbentuk
3. Sistein Tetap Tetap
endapan putih

4. Asam aspartat Bening Bening Tetap

Terbentuk Endapan
5. Albumin 
endapan putih merah
4.2 Reaksi

4.2.1 Uji Ninhidrin

a. Glisin
b. Alanin
c. Sistein
d. Asam Aspartat
e.Albumin
4.2.2 Uji Gugus Rantai Samping (Sulfuhidril)

a.Glisin

b.Alanin

c. Sistein
d.Asam Aspartat

e.Albumin

4.2.3 Uji Biuret

a. Glisin

b. Alanin
c. Sistein

d. Asam Aspartat

e. Albumin
4.2.4 Uji Hopkins-Cole

a. Glisin

b. Alanin

c.Sistein
d. Asam Aspartat

e. Albumin

4.2.5 Uji Millon

a.Glisin
b. Alanin

c. Sistein

d. Asam Aspartat

e. Albumin
4.3 Pembahasan

4.3.1 Uji Ninhidrin

Pada percobaan ini digunakan sampel larutan asam amino dan protein.

Larutan asam amino dan protein yang digunakan yaitu glisin, alanin, sistein, asam

aspartat, dan albumin.Pada uji ini, sampel direaksikan dengan larutan ninhidrin

dengan tujuan untuk menentukan adanya gugus α-amino bebas. Setelah penambahan

larutan ninhidrin dilakukan proses pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi

dan gugus amino yang terikat pada asam amino dan protein terlepas menjadi gugus

α-amino bebas. Untuk uji positif dari ninhidrin adalah perubahan warna larutan

menjadi ungu dan ada beberapa asam amino tertentu yang menghasilkan uji positif

berwarna kuning.Dari tabelhasil pengamatan reaksi asam amino dan protein, sampel

yang menghasilkan uji positif membentuk warna ungu setelah pemanasan yaitu

glisin, alanin dan albumin. Sedangkan untuk sistein menghasilkan uji positif

berwarna kuning dan asam aspartat menghasilkan ujinegatif. Warna ungu sebagai

penanda bahwa sampel yang diuji mengandung asam -amino dan mempunyai

gugus amino bebas. Untuk asam aspartat menurut teori seharusnya menghasilkan uji

positif terhadap ninhidrin, tetapi secara praktikum tidak menghasilkan uji positif, hal

ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah asam aspartat

yang digunakan dalam percobaan memiliki konsentrasi rendah sehingga tidak dapat

bereaksi secara maksimal dengan ninhidrin.


4.3.2 Uji Gugus Rantai Samping (Sulfuhidril)

Padapercobaan ini digunakan sampel larutan asam amino dan protein.Larutan

asam amino dan protein yang digunakan yaitu glisin, alanin, sistein, asam aspartat,

dan albumin.Pada uji reaksi gugus samping, larutan asam amino dan protein

ditambahkan natrium nitroprusida 1% lalu dihomogenkan. Setelah itu, larutan asam

amino dan protein ditambahkan NH4OH pekat dan dihomogenkan.Natrium

nitroprusida berfungsi sebagai pemberi kompleks warna pada asam amino dan

protein yang memiliki gugus sulfur, sedangkan NH4OH berfungsi sebagai larutan

basa untuk mempercepat terjadinya reaksi. Reaksi gugus rantai

samping(sulfuhidril)berfungsi untuk mengidentifikasi adanya gugus sulfuhidril pada

asam amino dan protein, ditandai dengan hasil uji positif berwarna merah. Pada tabel

hasil pengamatan reaksi asam amino dan protein dengan natrium nitroprusida

didapatkan sampel yang menghasilkan uji positif yaitu sistein yang berwarna merah.

Sedangkan untuk glisin, alanin, asam aspartat, dan albumin menghasilkan uji negatif,

dimana larutan tetap berwarna bening. Hasil praktikum ini sesuai dengan teori bahwa

asam amino dan protein yang dapat menghasilkan uji positif pada uji gugus rantai

samping (sulfuhidril) adalah asam amino dan protein yang memiliki gugus S-H. Pada

sampel yang digunakan, asam amino yang memiliki gugus tersebut hanya sistein,

sedangkan untuk glisin, alanin, asam aspartat, dan albumin tidak memiliki gugus

sulfurhidril.

4.3.3 Uji Biuret

Padapercobaan ini digunakan sampel larutan asam amino dan protein.Larutan

asam amino dan protein yang digunakan yaitu glisin, alanin, sistein, asam aspartat,

dan albumin. Pada uji biuret ini, digunakan NaOH yang berfungsi memberikan
suasana basa agar reaksi yang terjadi secara optimum. Uji ini berfungsi untuk

mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam protein. Setelah penambahan NaOH,

semua larutan berwarna bening kecuali sistein.Adapun setelah penambahan CuSO4

0,01 M, untuk larutan glisin, alanin dan asam aspartat berubah menjadi biru,

sedangkan sistein tetap berwarna kuningdan albumin berubah menjadi warna ungu.

Setelah penambahan CuSO4 berlebih, semua sampel asam amino dan protein tetap

berwarna biru tetapi pekat, sedangkan albumin berwarna ungu pekat. Perubahan

warna menjadi ungu menandakan bahwa albumin memiliki ikatan peptida dalam

komponen penyusunnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya albumin yang

memberi warna ungu karena mengandung protein yang di dalam protein tersebut

terdapat asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida dan ion Cu2+

dalam suasana basa membentuk suatu senyawa kompleks berwarna ungu. Sedangkan

warna larutan asam amino tidak menunjukkan perubahan karena asam amino tidak

mengandung ikatan peptida.

4.3.4 Uji Hopkins-Cole

Pada percobaan ini larutanasam amino dan protein yang digunakan

adalahglisin, alanin, sistein, asam aspartat, dan albumin. Hasil uji positif dari uji

Hopkins-Cole ini adalah warna ungu yang menyerupai bentuk cincin. Untuk uji ini,

pertama ditambahkan reagen Hopkins-Cole yaitu larutan glioksilik. Reagen Hopkins-

Cole ini merupakan reagen spesifik untuk asam amino yang mengandung gugus

indol. Perubahan yang terjadi setelah sampel larutan asam amino dan protein

ditambahkan dengan glioksilik adalah larutan bening. Setelah penambahan gliokslik,

dilakukan penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi untuk memberikan suasana

asam pada reaksi sehingga reaksi berlangsung dengan optimum. Setelah panambahan
tersebut, larutan albumin membentuk cincin ungu, sedangkan glisin dan alanin tetap

bening serta sistein dan asam aspartat berwarna kekuningan. Hal ini menandakan

bahwa albumin mengandung gugus indol yang bereaksi positif dengan glioksilik.

Asam amino yang mengandung gugus indol adalah asam amino triptofan sehingga

membuktikan bahwa dalam albumin terdapat triptofan sebagai salah satu

penyusunnya.

4.3.5 Uji Millon

Pada percobaan ini larutan asam amino dan protein yang digunakan adalah

glisin, alanin, sistein, asam aspartat, dan albumin. Hasil uji positif dari uji Millon ini

adalah terbentuknya endapan berwarna merah. Untuk uji ini, pertamalarutan asam

amino dan protein ditambahkan peraksi millon. Pereaksi millon ini merupakan

reagen spesifik untuk asam amino dan protein yang mengandung gugus fenol.

Perubahan yang terjadi setelah ditambahkan dengan pereaksi millon adalahglisin,

alanin dan asam aspartatberwarna bening, sedangkan sistein dan albumin terbentuk

endapan putih. Setelah itu dipanaskan, hasilnya hanya albumin yang berubah

endapannya menjadiwarna merah. Hal ini membuktikan bahwa albumin tersebut

mengandung gugus fenol. Asam amino yang mengandung gugus fenol adalah asam

amino tirosin sehingga di dalam albumin tersebut terdapat tirosin sebagai salah satu

asam amino penyusunnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada uji ninhidrin, glisin, alanin, sistein,dan albuminmenghasilkan uji

positif.

2. Pada uji gugus rantai samping (sulfuhidril), sistein menghasilkan uji

positif.

3. Pada uji biuret, albumin menghasilkan uji positif.

4. Pada uji Hopkins-Cole,albumin menghasilkan uji positif.

5. Pada uji Millon,albumin menghasilkan uji positif.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Alat dan bahan pada laboratorium sebaiknya lebih dilengkapi lagi untuk

memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, wastafel dalam laboratorium yang

sudah rusak agar diperbaki atau diganti.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya bahan yang digunakan dalam praktikum lebih divariasikan agar

diketahui lebih dalam sifat-sifat dari bahan tersebut dan dapat menjadi bahan

perbandingan terhadap percobaan yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Binarupa


Aksara, Jakarta.
Lestari, T. D., 2011, Pengujian Anti Protein Produksi Blastosis (Anti-PAG) melalui
Metode Dot Blot, Jurnal Ilmu Ternak, 11(1): 39-43.
Manaham, S.E., 2003, Toxicological Chemistry and Biochemistry, ThirdEdition,
Lewis Publisher, New York.
Rao, G. M., Rakesh, M., Ramesh, Sameer, dan Sreekantha, 2011, Study of Protein
Oxidation Products and Antioxidants Status in Primary Brain Tumor Patients,
International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2(1): 256-261.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Uji Ninhidrin

Alanin Glisin Sistein Asamaspartat Albumin

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 2 mL.

- Ditambahkan 1 mL larutan ninhidrin 0,1%, dihomogenkan.

- Dipanaskan hingga terjadi perubahan warna (maksimal 10 menit).

- Diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil

2. Uji Gugus Rantai Samping (Sulfuhidril)

Alanin Glisin Sistein Asam aspartat Albumin

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 2 mL.

- Ditambahkan larutan natrium nitroprusida 1% sebanyak 1 mL,

dihomogenkan.

- Ditambahkan 1 mL NH4OH pekat, dihomogenkan.

- Diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil
3. Uji Biuret

Alanin Glisin Sistein Asam aspartat Albumin

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 2 mL.

- Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M, dihomogenkan.

- Ditambahkan satu tetes CuSO4 0,01 M, dihomogenkan.

- Bila tidak terjadi perubahan warna, ditambah larutan CuSO4

0,01 M berlebih (maksimal 1 mL), dihomogenkan.

- Diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil

4. Uji Hopkins-Cole

Alanin Glisin Sistein Asam aspartat Albumin

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 2 mL.

- Ditambahkan dengan 1 mL larutan glioksilik, dihomogenkan.

- Tabung dimiringkan dan ditambahkan H2SO4 pekat 2 mL, dinding

tabung dialiri secara perlahan.

- Diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil
5. Uji Millon

Alanin Glisin Sistein Asam aspartat Albumin

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 3 mL.

- Ditambahkan 4 tetes pereaksi millon, dihomogenkan.

- Dipanaskan hingga terjadi perubahan warna endapan dari putih ke

merah (maksimal 10 menit).

- Bila tidak terjadi perubahan warna, ditambahkan lagi pereaksi

millon berlebih (maksimal 1,5 mL), dihomogenkan.

- Dipanaskan hingga terjadi perubahan warna endapan dari putih ke

merah (maksimal 10 menit).

- Diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Anda mungkin juga menyukai