PROTEIN
REAKSI PENGENDAPAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia yang dibimbing oleh
Ibu Nuning Wulandari, S. Si, M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 4 Offering H 2015
B. DASAR TEORI
1. Uji pengendapan dengan alkohol pekat
Beberapa bahan pangan memiliki kadar protein yang bervariasi.
Adapula bahan pangan yang tidak mengandung protein. Berdasarkan
hal di atas maka perlu diadakan praktikum uji kandungan protein
metode pengendapan alkohol untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan protein dalam suatu bahan pangan tertentu. Berdasarkan
prinsip percobaan ini adalah Pengendapan dengan alkohol,
pembentukan senyawa tak larut antara proteindan alkohol.
Penentuan protein metode pengendapan alkohol adalah
kompetisi pembentukan antara protein-air dengan alkohol-air.Alkohol
dapat mengendapkan protein karena gugus fungsional dari alkohol
lebih kuat mengikat air sehingga kelarutan protein dalam ar
berkurang. Pada protein ujung C asam amino yang terbuka dapat
bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa
protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukan oleh adanya endapan
yang terbentuk (Rismaka, 2009).
Asam pikrat (2,4,6-trinitrofenol) adalah suatu turunan dan fenol.
Reaksi pembentukan asam pikrat dari fenol tidak dapat diperoleh
secara langsung dari asam nitrat dengan fenol, karena fenol terlalu
sensitif terhadap reaksi oksidasi. Untuk memperoleh hasil baik, maka
dalam prosesnya fenol harus terlebih dahulu disulfonasi untuk
pembentukkan asam, 2,4-disulfonat dan kemudian ditambahkan
asam nitrat untuk reaksi campuranya. Gugus asam sulfonat dapat
melindungi fenol dan oksidasi dari asam nitrat dan baru kemudian
gugus-gugus asam tersebut akan pelan-pelan digantikan oleh gugus
nitro. ( Harizon. 2011:7-8 )
Pada umumnya larutan asam trikloroasetat (ATA) 10% dipilih
untuk mengendapkan protein dalam bahan makanan. Keuntungan
pemakaian larutan asam trikloroasetat (ATA) ialah pengerjaan mudah,
endapan protein yang diperoleh mudah dipisahkan dari larutan asam
trikloroasetat (ATA) dan tidak mempengaruhi ketelitian metode
Kjeldahl (Silalahi, 1994). ASAM FOSFOTUNGSTAT (PTA), asam
tungstofosfat (TPA), ialah suatu asam heteropoli dengan rumus kimia
H3PW12O40. Ini biasanya terdapat sebagai suatu hidrat.
Asam sulfosalisilat (asam ortohidroksibenzoat) turunan dari
senyawa aldehid. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok
dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat.
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,
atau alkohol saja, yaitu etanol dengan kemurnian 96%.
2. Pengendapan oleh garam-garam atau ion logam berat
Protein dapat terkoagulasi sebagai akibat dari denaturasi protein.
Denaturasi protein dapat terjadi karena adanya pengaruh dari logam-logam
berat. Denaturasi protein, akan terjadi penurunan kelarutan protein dalam
air, sehingga terbentuklah gumpalan putih. Protein akan mengalami
presipitasi bila bereaksi dengan ion logam. Presipitasi protein adalah
pengendapan yang terjadi karena penggumpalan yang parsial.
Presipitasi disebabkan oleh berkurangnya kelarutan protein
(perubahan fisik) yang terjadi karean perubahan kimia. Seperti halnya
denaturasi protein, presipitasi juga disebabkan oleh faktor kimia dan
fisika. Logam berat juga merusak ikatan disulfida karena affinitasnya
yang tinggi dan kemampuannya untuk menarik sulfur sehingga
mengakibatkan denaturasi protein (Ophart, C.E., 2003)
Dimana salah satu sifat dari logam yang mengandung ion positif
dapat menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein. Sama halnya
dengan Perak (Ag) dan tembaga (Cu) yang juga merupakan logam yang
mengandung ion positif yang juga dapat menghasilkan endapan jika
direaksikan dengan protein, dasar reaksi pengendapan oleh logam berat
adalah penetralan muatan. Dimana pengendapan akan terjadi bila protein
berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan adanya
muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein
dan dihasilkan garam protein yang mengendap. ( Winarno, 1992)
Pada dasarnya, percobaan ini adalah penambahan garam logam
berat seperti AgNO3, Tembaga Sulfat, dan HgCl2 akan membentuk
endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amatkuat dan akan
memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami
denaturasi.(Poedjiadi, 1994)
Protein Sederhana
Protein Gabungan
D. LANGKAH KERJA
E. DATA
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM UJI PROTEIN PENGENDAPAN
Uji Asam
No
Nama Bahan Pikrat Jenuh Keterangan
.
+ -
1. Nata De Coco Tidak terdapat atau terbentuk endapan
2. Yogurt Larutan tidak menyatu dan memerlukan
30 tetes
3. Tempe Busuk Terdapat endapan setelah ditetesi 30
tetes serta terbentuk endapan dan tidak
terlarut kembali
4. Tape Singkong Pada tetes ke 15 terjadi endapan
b. Asam trichlorasetat
Uji
Nama Bahan Triochlorasetat Keterangan
No
+ -
1. Nata De Coco Tidak terdapat atau terbentuk endapan
2. Yogurt Terdapar endapan setelah ditetesi 60
tetes asam trichlorasetat
3. Tempe Busuk Pada tetes 18 terdapat endapan dan pada
tetes ke 80 terdapat kelarutan
4. Tape Singkong Pada tetes ke 8 terjadi endapan
d. Asam Fosfomolidat
No Uji Asam
. Fosfomolidat
Nama Bahan Keterangan
+ -
1. Nata De Coco Tidak terdapat atau terbentuk endapan
2. Yogurt Terjadi endapan sedikit dan
memerlukan 60 tetes
3. Tempe Busuk Pada tetes 42 terdapat endapan dan pada
tetes ke 60 terdapat kelarutan
4. Tape Singkong Pada tetes ke 10 terjadi endapan
Uji Perak
No
Nama Bahan Nitrat 2% Keterangan
.
+ -
1. Nata De Coco Pada AgNO3 terdapat endapan yang
membatasi 2 warna. Pada endapan
pertama setelah ditetesi 15 tetes uji
perak nitrat dan pada uji lanjut terjadi
kelarutan setelah 30 tetes
2. Yogurt Tidak terdapat endapan setelah ditetesi
perak nitrat 2% sebanyak 67 tetes
3. Tempe Busuk Terdapat endapan pada tetes 27 dan
pada uji lanjut tidak terbentuk kelarutan
setelah ditetesi pikrat jenuh 2 %
sebanyak 60 tetes
4. Tape Singkong Terbentuk endapan dengan reagen perak
nitrat
5. Larutan Tape Ketan Terdapat endapan setelah ditetesi pikrat
Hitam jenuh 2% sebanyak 20 tetes
Uji Tembaga
No
Nama Bahan Sulfat 2 % Keterangan
.
+ -
1. Nata De Coco Cu2SO4 tidak terdapat endapan
2. Yogurt Terjadi endapan pada tetes ke 4 dan
tidak larut setelah tetes berikutnya
3. Tempe Busuk Terdapat endapan setelah 17 tetes dan
dapat larut kembali setelah 30 tetes
4. Tape Singkong Terbentuk endapan dengan reagen
tembaga sulfat
5. Larutan Tape Ketan Terdapat endapan setelah 30 tetes
Hitam
3. Uji Pengendapan Dengan Reagens Garam Amonia Sulfat
Uji Amonia
No
Nama Bahan Sulfat Keterangan
.
+ -
1. Nata De Coco Tidak terbentuk endapan setelah di beri
amonia sulfat
2. Yogurt Tidak ada endapan yang terbentuk
3. Tempe Busuk Ada endapan dan tetap terjadi endapan
meski di encerkan kembali
4. Tape Singkong Tidak ada endapan yang terbentuk
5. Sebelum di kocok dengan (NH4)2SO4
Larutan Tape Ketan
padat warna tetap ada kristal dan setelah
Hitam
di kocok tidak ada endapan
Pengendapan
No Oleh Asam
Nama Bahan Keterangan
. Asetat
+ -
1. Nata De Coco Sebelum ditambah asam asetat
berwarna putih keruh, setelah di tambah
asam asetat tidak ada perubahan warna
2. Yogurt Terjadi endapan berwarna coklat
Uji Asam
No
Nama Bahan Sulfosalisil Keterangan
.
+ -
1. Nata De Coco Tidak terbentuk endapan setelah di beri
asam Sulfosalisil
2. Yogurt Tidak ada endapan larutan berwarna
tetap sebelum dan sesudah yaitu putih
3. Tempe Busuk Tedapat endapan putih dan ketika di
tambah air tidak larut kembali
4. Tape Singkong Tidak terbentuk endapan putih setelah
di beri asam Sulfosalisil
5. Larutan Tape Ketan Tidak tedapat endapan
Hitam
6. Uji Pengendapan Kasein Oleh Asam Asetat Dengan Indikator Bromkresol Hijau
Uji Asam
Asetat
No
Nama Bahan (Bromkresol Keterangan
.
Hijau)
+ -
1. Nata De Coco Warna hijau seteklah diberi 1 tetes
Bromkresol Hijau. Setelah ditambah
asam asetat 2% warna berubah menjadi
kuning dan tidak terbentuk endapan
2. Yogurt Tidak terbentuk endapan, namun warna
berubah menjadi hijau setelah ditetesi
asam asetat 2%
3. Tempe Busuk Tedapat endapan dan setelah ditambah
air endapan tidak dapat larut kembali
4. Tape Singkong Tidak terbentuk endapan kasein
5. Saat ditetesi Bromkresol Hijau warna
Larutan Tape Ketan menjadi biru. Setelah ditetesi asam
Hitam asetat 2% warna berubah menjadi
merah dan terbentuk endapan
7. Penjendalan Gelatin
F. ANALISIS DATA
1. Pengendapan oleh reagen alkohol pekat
Pada percobaan pertama yang kami lakukan yaitu dengan
reagen Asam pikrat Jenuh menunjukkan hasil bahwa dari semua
larutan yang diuji mempunyai beberapa hasil yang berbeda yaitu
Yogurt, Tempe Busuk dan Tape Singkong mendapatkan hasil Positif (+)
yang ditandai dengan adanya endapan pada larutan tersebut. Yogurt
dan tempe busuk memerlukan 30 tetes asam pikrat jenuh untuk
mendapatkan endapan, sedangkan tape singkong memerlukan 15
untuk mendapatkan endapan. Sedangkan larutan Nata de coco dan
larutan tape ketan singkong medapatkan hasil negatif pada uji ini
dengan reagen asam pikrat jenuh yang ditandai dengan tidak terdapat
endapan sampai tetes ke 60.
Pada percobaan kedua yang kami lakukan yaitu dengan reagen
asam trichloroasetat menunjukkan hasil bahwa dari semua larutan
yang diuji mempunyai beberapa hasil yang berbeda yaitu Tempe
Busuk, larutan tape ketan hitam dan Tape Singkong mendapatkan hasil
Positif (+) yang ditandai dengan adanya endapan pada larutan
tersebut. Tempe busuk memerlukan 18 tetes asam trichloroasetat
untuk mendapatkan endapan, larutan tape ketan hitam memerlukan
34 tetes asam trichloroasetat untuk mendapatkan endapan,
sedangkan tape singkong memerlukan 8 untuk asam trichloroasetat
mendapatkan endapan. Sedangkan larutan Nata de coco dan yogurt
medapatkan hasil negatif pada uji ini dengan reagen asam pikrat jenuh
yang ditandai dengan tidak terdapat endapan.
Pada percobaan ketiga yang kami lakukan yaitu dengan reagen
Asam Fosfo Tungstat menunjukkan hasil bahwa dari semua larutan
yang diuji mempunyai beberapa hasil yang berbeda yaitu yogurt,
Tempe Busuk, larutan tape ketan hitam dan Tape Singkong
mendapatkan hasil Positif (+) yang ditandai dengan adanya endapan
pada larutan tersebut. Yogurt memerlukan 40 tetes Asam Fosfo
Tungstat untuk mendapatkan endapan, Tempe busuk memerlukan 30
tetes asam trichloroasetat untuk mendapatkan endapan, larutan tape
ketan hitam memerlukan 34 tetes asam trichloroasetat untuk
mendapatkan endapan, sedangkan tape singkong memerlukan 10
untuk asam trichloroasetat mendapatkan endapan. Sedangkan larutan
Nata de coco medapatkan hasil negatif pada uji ini dengan reagen
asam trichloroasetat yang ditandai dengan tidak terdapat endapan.
Pada percobaan keempat yang kami lakukan yaitu dengan
reagen Asam Fosfomolidat menunjukkan hasil bahwa dari semua
larutan yang diuji mempunyai beberapa hasil yang berbeda yaitu
yogurt, Tempe Busuk, larutan tape ketan hitam dan Tape Singkong
mendapatkan hasil Positif (+) yang ditandai dengan adanya endapan
pada larutan tersebut. Yogurt memerlukan 60 tetes Asam Fosfomolidat
untuk mendapatkan endapan, Tempe busuk memerlukan 42 tetes
Asam Fosfomolidat untuk mendapatkan endapan, larutan tape ketan
hitam memerlukan 60 tetes Asam Fosfomolidat untuk mendapatkan
endapan, sedangkan tape singkong memerlukan 10 untuk Asam
Fosfomolidat mendapatkan endapan. Sedangkan larutan Nata de coco
medapatkan hasil negatif pada uji ini dengan reagen Asam
Fosfomolidat yang ditandai dengan tidak terdapat endapan.
Pada percobaan kelima yang kami lakukan yaitu dengan reagen
Asam Sulfo salisilat menunjukkan hasil bahwa dari semua larutan yang
diuji mempunyai beberapa hasil yang berbeda yaitu yogurt, Tempe
Busuk, larutan tape ketan hitam dan Tape Singkong mendapatkan hasil
Positif (+) yang ditandai dengan adanya endapan pada larutan
tersebut. Yogurt memerlukan 30 tetes Asam Sulfo salisilat untuk
mendapatkan endapan, Tempe busuk memerlukan 31 tetes Asam Sulfo
salisilat untuk mendapatkan endapan, larutan tape ketan hitam
memerlukan 18 tetes Asam Sulfo salisilat untuk mendapatkan
endapan, sedangkan tape singkong memerlukan 8 untuk Asam Sulfo
salisilat mendapatkan endapan. Sedangkan larutan Nata de coco
medapatkan hasil negatif pada uji ini dengan reagen Asam Sulfo
salisilat yang ditandai dengan tidak terdapat endapan.
Pada percobaan keenam yang kami lakukan yaitu dengan reagen
alkohol pekat 96% salisilat menunjukkan hasil bahwa dari semua
larutan yang diuji mempunyai beberapa hasil yang berbeda yaitu
yogurt, Tempe Busuk, larutan tape ketan hitam dan Tape Singkong
mendapatkan hasil Positif (+) yang ditandai dengan adanya endapan
pada larutan tersebut. Yogurt memerlukan 20 tetes alkohol pekat 96%
untuk mendapatkan endapan, Tempe busuk memerlukan 45tetes
alkohol pekat 96% untuk mendapatkan endapan, larutan tape ketan
hitam memerlukan 51 tetes alkohol pekat 96% untuk mendapatkan
endapan, sedangkan tape singkong memerlukan 10 untuk alkohol
pekat 96% mendapatkan endapan. Sedangkan larutan Nata de coco
medapatkan hasil negatif pada uji ini dengan reagen alkohol pekat
96% yang ditandai dengan tidak terdapat endapan.
2. Pengendapan oleh garam-garam atau ion logam berat
Pada uji pengendapan protein menggunakan reagen Perak Nitrat
2%, setiap tabung diisi dengan larutan yang akan diuji sebanyak 3ml
dan ditetesi reagen sampai terjadi pengendapan. Larutan nata de coco
menunjukkan adanya endapan pada tetes ke 15, pada yogurt
menunjukkan tidak ada endapan setelah di tetesi sebanyak 67 tetes,
dan pada larutan tempe busuk, larutan tape singkong, serta larutan
tape ketan hitam menunjukkan hasil terbentuk endapan setelah tetes
ke 27, 40, dan 20. Untuk uji lanjut menunjukan pada larutan nata de
coco mengalami kelarutan kembali sedangkan pada larutan yogurt,
larutan tempe busuk, larutan tape singkong dan larutan tape ketan
hitam tidak mengalami kelarutan kembali.
Pada uji pengendapan protein menggunakan reagen Temabaga
Sulfat 2%, setiap tabung diisi dengan larutan yang akan diuji sebanyak
3ml dan ditetesi reagen sampai terjadi pengendapan. Pada larutan
nata de coco tidak menunjukan adanya pengendapan, sedangkan pada
larutan yogurt, tempe busuk, tape singkong, tape ketan hitam,
menunjukan terjadinya endapan pada tetes ke 4, 17, 50, dan 30. Dan
pada uji lanjut larutan tempe busuk mengalami kelarutan kembali
sedangkan larutan yang lainnya tidak mengalami kelarutan kembali
(kecuali larutan yogurt yang tidak terbentuk endapan, juga tidak
mengalami kelarutan kembali).
3. Pengendapan oleh garam ammonium sulfat
Bahan yang diuji pada uji pada pengendapan protein oleh garam
ammonium sulfat antara lain larutan sampel nata de coco larutan
yogurt, larutan sampel tempe busuk, larutan sampel tape singkong
dan larutan sampel tape ketan hitam. Masing- masing larutan sampel
dimasukkan ke tabung reaksi yang berbeda dengan masing masing
volume 5ml. Garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 sebagai reagen
dalam uji pengendapan oleh garam ammonium sulfat. Pada masing-
masing larutan sampel diberi reagen garam ammonium sulfat hingga
jenuh dengan jalan mengocoknya sampai hasil bernilai positif (jika
terjadi pengendapan) hasil bernilai negatif (jika tidak terjadi
pengendapan) . Dari hasil percobaan tersebut , larutan sampel uji yang
bernilai positif pada uji ini adalah tempe busuk. Larutan sampel yang
bernilai negatif pada uji ini adalah antara lain nata de coco, yogurt,
tape singkong, dan tape ketan hitam karena tidak terjadi pengendapan
setelah diberikan reagen.
4. Pengendapan protein oleh asam
5. Pengendapan albumin dan globulin oleh asam sulfosalisil
Bahan tape singkong, menunjukkan hasil (-) negatif pada uji pengendapan
albumin dan globulin oleh asam sulfosalisilat, ditandai dengan tidak terbentuknya
endapan berwarna putih.
Bahan nata de coco, yogurt dan tape ketan hitam menunjukkan hasil (-) negatif
pada uji pengendapan albumin dan globulin oleh asam sulfosalisilat , ditandai dengan
tidak terbentuknnya endapan berwarna putih.
Bahan tempe menunjukkan hasil (+) positif pada uji pengendapan albumin dan
globulin oleh asam sulfosalisilat, ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih.
G. PEMBAHASAN
1. Pengendapan oleh reagens alkohol pekat
Pada uji pengendapan protein oleh alkohol yang bertujuan Untuk
mempelajari beberapa reaksi uji terhadap larutan protein.
Pengendapan protein oleh alkohol, larutan yang diuji adalah Nata De
Coco, Yogurt, Tempe Busuk, Tape Singkong, dan Larutan Tape Ketan
Hitam.
Sesuai dari hasil uji yang kami lakukan dengan reagen perak
nitrat 2% dan macam kandungan yang terdapat pada bahan uji yang
kami dapat dari literatur, menunjukkan hasil uji positif mengandung
protein pada larutan nata de coco, larutan tempe busuk, larutan tape
singkong, larutan tape ketan hitam dengan ditunjukkan adanya
endapan di dasar tabung reaksi, sedangkan pada larutan yogurt
menunjukan hasil uji negatif tidak mengandung protein, dengan
ditandai tidak terbentuknya endapan. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur kandungan yogurt yang mengandung protein. Karena reagen
tidak cocok dengan protein yang terkandung dalam yogurt dan juga
yogurt dalam keadaan asam, jadi reagen lambat atau tidak bereaksi
dengan protein yang terdapat dalam yogurt.
Bahan yang diuji pada uji pada pengendapan protein oleh garam
ammonium sulfat antara lain larutan sampel nata de coco larutan
yogurt, larutan sampel tempe busuk, larutan sampel tape singkong
dan larutan sampel tape ketan hitam. Garam ammonium sulfat
digunakan sebagai reagen dalam uji pengendapan protein oleh garam
ammonium sulfat.
larutan sampel tempe busuk pada uji ini hasilnya bernilai positif
setelah diberi reagen dan dikocok . Hasil positif pada bahan ini yaitu
ditandai dengan terbentuknya endapan setelah diberi reagen
dikarenakan tempe mengandung protein sehingga pada percobaan
sampel uji ini sesuai dengan literature yang ada yaitu kandungan
protein pada tempe sebanyak 18,3 g per 100g. Endapan yang
terbentuk pada sampel uji pertama ini terjadi karena ion-ion garam
berkompetisi dengan molekul-molekul protein untuk mengikat air
(terhidrasi). Karena kemampuan ion-ion garam terhidrasi lebih besar
daripada molekul-molekul protein, maka molekul-molekul protein akan
mengendap. (Tika, 2007)
larutan sampel nata de coco pada uji ini hasilnya bernilai negatif.
Hasil negatif ini karena pada sampel uji tidak ditandai dengan adanya
endapan sehingga pada percobaan sampel uji ini sesuai dengan
literature yang ada yang menyatakan bahwa nata de coco tidak
mengandung protein.
Larutan sampel tape ketan hitam pada uji ini bernilai negatif.
Hasil negatif pada percobaan sampel uji ini dikarenakan tape ketan
hitam pada tahap fermentasi nutrisi(protein) dari beras merah
termakan oleh ragi (mikroba) anaerob sehingga protein yang
terkandung pada beras merah habis termakan oleh mikroba yang
melakukan sedang proses fermentasi seperti tape singkong. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada percobaan sampel ini bernilai negatif
meskipun pada literature tape singkong memiliki kandungan
kandungan protein
Tape singkong mengandung protein sebanyak 0,5 gram. Namun pada percobaan
tidak menghasilkan endapan yang enunjukkan bahwa tidak adanya kandungan protein
pada tape singkong. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam proses pengujian yang
dilakukan. Diantaranya adalah masuknya reagen lain pada tabung reaksi tape singkong,
dan kurang telitinya pengamat saat menguji.
Pada uji larutan berikutnya yaitu uji pengendapan kasein oleh asam asetat dengan
indicator bromkresol hijau pada larutan natadecoco. Larutan natadecoco yang telah di
masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5ml ditetesi dengan indicator bromkresol
hijau yang kemudian terjadi perubahan pada warna larutan natadecoco yaitu berwarna
hijau pada bagian atas larutan, kemudian diteteskan lagi asam asetat 2% dan warna
larutan menjadi berwarna kuning yang juga tidak terjadi endapan pada dasar larutan. Hal
ini menunjukkan bahwa natadecoco tidak mengandung adanya protein. Hal ini tidak
sesuai dengan pernyataan palungkung(1992) nata de coco adalah krim yang berasal dari
air kelapa. Krim ini dibentuk oleh mikroorganisme Acetobacter xylinum melalui proses
fermentasi. Mikroorganisme ini membentuk gel pada permukaan larutan yang
mengandung gula. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang
membentuk nata de coco karena adanya kandungan air sebanyak 91,23 %, protein 0,29
%, lemak 0,15 %, karbohidrat 7,27 %, serta abu 1,06 % di dalam air kelapa. Selain itu,
terdapat juga nutrisi nutrisi berupa sukrosa, dektrose, fruktose dan vitamin B kompleks
yang terdiri dari asam nikotinat 0,01 ug, asam pantotenat 0,52 ug, biotin 0,02 ug,
riboflavin 0,01 ug dan asam folat 0,003 ug per ml. Nutrisi nutrisi tersebut merangsang
pertumbuhan Acetobacter xylinum untuk membentuk nata decoco .
Pada uji larutan yogurt menghasilkan uji dengan hasil yang negative. Pada larutan
yogurt yang ditetesi dengan asam asetat 2% warna pada larutan yogurt menjadi warna
hijau namun tidak terjadi pembentukan endapan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji
pada larutan yogurt negative tidak mengandung protein. Hal ini tidak sesuai dengan data
kandungan pada yogurt dengan merk cimori yang kami dapatkan dari website resmi
dengan isi kandungan sebagai berikut
Jumlah PER SAJIAN Energi total 200 kkal,Energi dari lemak 60 kkal dengan
Komposisi :Susu sapi segar ,air,gula, Penstabil nabati, Kultur streptococcus thremophilus
Dan lactobacilius delbrueckii subsp bulgaricus.Dengan Nilai Gizi : Lemak total 7 g 11
%,Protein 5 g 8 %,Karbohidrat total 31 g 10 %,Gula 27 g,Natrium 110mg 5%,Kalium
270mg 6%,Vitamin A 10%,Vitamin D 10%,Vitamin B2 10%,Vitamin B12 30%,Kalsium
20%,Fosfor 25%.
Pada uji larutan berikutnya yaitu dilakukan pada larutan tape ketan hitam yang
menunjukkan hasil negative . larutan tape ketan hitam yang diteteskan asam aseta 2%
berubah menjadi warna merah dengan adanya endapan pada dasar larutan dalam tabung
reaksi. hal ini menunjukkan bahwa hasil dari uji kasein pada larutan tape ketan negative
tidak mengandung protein. hal ini tidak sesuai dengan data table kandungan tape
singkong dari Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI tahun1992 sebagai berikut
hal ini dikarenakan pengujian yang terjadi kesalahan, seperti tercampurnya larutan
lain ke dalam larutan tape ketn hitam yang menyebabkan hasil pengujian tidak sama
dengan literature yang ada .
pada uji kasein selanjutnya yaitu dilakukan uji pada larutan tempe busuk yang
menunjukan hasil positif bahwa tempe busuk mengandung protein. Larutan tempe busuk
yang ditetesi dengan asam asetat 2% berubah menjadi warna hijau dengan terbentuknya
endapan pada dasar tabung pada larutan tempe busuk. Hal ini menunjukkan bahwa tempe
busuk mengandung protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Drs.susianto dalam bukunya
yang berjudul fakta khasiat tempe bahwa protein dalam tempe terdapat dalam jumlah
yang sangat tinggi dengan susunan asam amino yang sesuai untuk pertumbuhan .protein
pada tempe mudah diuraikan menjadi peptida dan asam amino bebas yaitu lebih tinggi
8,5 kali dibandingkn kacang kedelei.
7. Penjendalan pada gelatin
Pada praktikum pembengkakan dan kelarutan, gelatin dapat larut dan terbukti
mengalami pembengkakan hal ini ditunjukkan dengan terlihatnya isi dari tabung reaksi
yang berlebih. Hal ini dikarenakan gelatin dapat menyerap air, sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa salah satu sifat gelatin adalah mampu menyerap air 5-10 kali
bobotnya (Imeson, 1992).
Pada uji pengendapan, gelatin terbukti mengendap setelah dilakukan penambahan
(NH4)2SO4. Hal ini dikarenakan gelatin mengalami salting out. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winarno (2002) yaitu kelarutan protein akan berkurang bila ke dalam larutan
protein di tambahkan garam anorganik, akibatnya protein akan terpisah menjadi endapan.
Proses pemisahan ini disebut salting out. Bila garam netral yang ditambahkan
berkonsentrasi tinggi makan protein akan mengendap, karena garam anorganik ini
memiliki kemampuan untuk menghidrasi. Sehingga garam netral ini akan banyak
mengikat air, dan protein akan kekurangan air sehingga terjadi pengendapan.
H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA
Rismaka, 2009. Uji kualitatif protein dan asam
amino.http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-
%20asam-ami no.html. Diakses pada tanggal 06 November 2013,
Makassar.
Horizon. 2011. Penuntun Pratikum Kimia Organik II. Jambi : Universitas
Jambi
Silalahi, J. (1994). Kadar Protein yang Terdapat dalam Beberapa Bahan
Makanan. Laporan Penelitian. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan, Universitas Sumatera Utara.
Harris ELV and Angal S. 1989. Protein Purification Methods a Practical
Approach. UK :Oxford University
Redhana, I Wayan dan Siti Maryam. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Tika, I Nyoman. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Ophart, C. E. 2003. Virtual Chembook. Illinois : Elmhurst College Press.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.
Daftar Rujukan :
Imeson, A. 1992. Thickening and Gelling Agents for Food. New York :
Blackie Academic & Profesional.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bhartara Karya Aksara, Jakarta.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta:
Universitas Indonesia.
Pratiwi, Sri Maryati, dkk.. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.
Palungkung, Rony (1992). Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta Penebar
Swadaya. Halaman : 1, 21 dan 25
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar komposisi bahan
makanan. Jakarta: Bharata.