Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGUJIAN ASAM AMINO SECARA KUALITATIF

OLEH :

PANDE PUTU DIAH SUCI LAKSMI

1813081002

PROGRAM STUDI KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2020
I. Judul Praktikum
Pengujian Asam Amino Secara Kualitatif

II. Tujuan
Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus fungsi yang terdapat dalam suatu
gugus amino secara kualitatif

III. Landasan Teori


Kata protein berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata protos atau proteos
yang artinya pertama atau utama. Protein merupakan suatu biomolekul dan juga
menjadi suatu komponen utama yang penting pada sel hewan dan manusia.
Dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting dalam proses kimia
yang terjadi di dalam tubuh. Proses kimia yang terjadi di dalam tubuh dapat
dikatakan bekerja dengan baik apabila terdapat suatu enzim, yang mana enzim
merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Secara kimia,
protein merupakan suatu polimer yang terdiri dari monomer-monomer asam α-
amino (Muderawan, 2012).
Asam amino merupakan suatu molekul organik yang memiliki massa
molekul rendah (antara 100-200 Da) dan termasuk kedalam suatu asam
karboksilat yang memiliki gugus amino, yang mana gugus fungsi amino ( -NH2)
dan gugus karboksil ( -COOH) terikat pada atom karbon yang sama yaitu atom
karbon alfa ( C α). Untuk membedakan antara asam amino satu dengan asam
amino yang lainnya dapat dilihat dari rantai samping ( gugus –R) yang terikat
pada atom karbon alfa. Dengan demikian terdapat 20 jenis asam amino standar
dalam protein yang umum untuk dijumpai (Tika, 2010). Adapun struktur umum
dari asam amino adalah sebagai berikut :
H

H2N C COOH

R
Gambar 1. Struktur umum asam amino
Dari 20 jenis asam amino yang ada, 19 diantaranya merupakan asam α-
amino, sedangkan satu asam amino lainnya mengalami peyimpangan pada
struktur umum adalah asam amino prolin karena asam amino ini memiliki gugus
amino sekunder. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik yaitu
cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Prilaku ini terjadi karena asam amino mampu membentuk zwitter-ion. Zwitter-
ion merupakan molekul yang mempunyai gugus polar dengan muatan yang
berlawanan. Karena memiliki sifat zwitter-ion, maka asam amino memiliki sifat
senyawa ion (Redhana,2004).
Asam amino dapat dibagi menjadi tiga jenis diantaranya adalah :
 Asam amino essensial
Asam amino essensial merupakan jenis asam amino yang tidak dapat
diproduksi di dalam tubuh. Contohnya adalah leusin, isoleusin, valin, lisin,
triptofan, metionin, treonin dan fenilalanin.
 Asam amino non-essensial
Asam amino non-essensial merupakan jenis asam amino yang dapat
diproduksi di dalam tubuh. Contohnya adalah asam aspartat, glisin, alanin
dan serin.
 Asam amino essensial bersyarat
Asam amino essensial bersyarat merupakan jenis asam amino non-essensial
namun pada saat tertentu yaitu pada saat melakukan kegiatan yang
memerlukan tenaga yang banyak menjadikan produksi dari asam amino ini
tidak akan secepat dan sebanyak yang diperlukan sehingga harus didapatkan
dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung protein terkait atau
mengkonsumsi suplemen protein. Contohnya adalah arginin, histidin, asam
glutamat, tirosin, glutamin, taurin dan ornitin.

Oleh karena terdapat banyak jenis asam amino, maka perlu dilakukan suatu
analisis untuk mengidentifikasi keberadaan dari suatu asam amino dalam suatu
larutan protein. Analisis asam amino dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk
mengetahui keberadaan asam amino dalam suatu protein sedangkan metode
kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah dari suatu asam amino dalam
suatu protein (Tika, 2010). Adapun metode kualitatif yang dapat digunakan
adalah :

1. Uji Millon
Uji Millon pada umumnya digunakaan jika suatu larutan protein
mengandung asam amino dengan rantai samping gugus fenolik seperti
tirosin. Identifikasi ini dilakukan dengan cara menambahkan reagen Millon
(larutan merkuri dan merkuro dalam asam nitrat dan asam nitrit) maka
dengan cepat akan terbentuk endapan berwarna putih, jika endapan tersebut
dipanaskan, maka endapan tersebut akan berubah menjadi berwarna merah.
Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi.
2. Uji Hopkins-Cole
Uji Hopkins-Cole merupakan suatu uji yang digunakan untuk
mengidentifikasi asam amino triptofan yang ditandai dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu pada sampel yang diuji. Prinsip dasar dari uji ini
adalah proses kondensasi inti dari cincin indol dengan aldehida yang mana
jika ditambahkan dengan asam kuat akan menyebabkan terbentuknya cincin
berwarna ungu. Reaksi ini akan terjadi jika ditambahkan dengan oksidator
kuat seperti misalnya asam sulfat yang mana penambahan asam sulfat inilah
yang digunakan untuk memunculkan cincin berwarna ungu pada sampel.
Uji ini hanya bisa digunakan untuk mengidentifikasi triptofan karena hanya
triptofan satu satunya asam amino yang mengadung cincin indol.
3. Uji Ninhidrin
Uji Ninhidrin merupakan uji yang umum digunakan untuk protein dan asam
amino yang mana ninhidrin dapat mengubah asam amino menjadi suatu
aldehida. Suatu asam amino bereaksi dengan ninhidrin yang akan
membentuk aldehida dengan memiliki satu atom karbon yang lebih rendah
dan akan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Hasil yang positif ditandai
dengan terbentuknya kompleks berwarna biru keunguan yang disebabkan
oleh adanya molekul ninhidrin yang ditambahkan dengan hidrindantin yang
bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut mengalami oksidasi.
Untuk satu macam asam amino, uji ini dapat dipakai untuk analisis
kuantitatif spektrofotometri. Prolin dan hidroksiprolin membentuk
kompleks berwarna merah dan kuning.
4. Uji PbS
Belerang yang terdapat dalam suatu asam amino sistein akan dibebaskan
sebagai ion sulfida dengan kehadiran NaOH. Ion sulfida akan bereaksi
dengan ion Pb2+ dan membentuk endapat hitam.
5. Reaksi Nitroprusida
Protein yang mengandung gugus sulfidril (-SH) bebas seperti sistein akan
memberikan warna kemerahan jika direaksikan dengan natrium prusida,
Na2Fe(CN)5NO.2H2O dalam larutan amoniak. Beberapa protein yang
memberikan hasil negatif terhadap reaksi ini ternyata menjadi positif setelah
dipanaskan sampai mengalami koagulasi atau denaturasi. Hal ini
menunjukkan proses pemanasan tersebut menghasilkan gugus sulfidril
bebas.

IV. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah 1 rak tabung
reaksi, 3 buah pipet tetes, 1 buah corong, 2 buah gelah kimia 25 mL, 3 buah
gelas kimia 100 mL, 1 buah pipet volume, 1 buah gelar ukur 10 mL, 1 buah labu
Erlenmeyer 100 mL, 2 buah spatula, 1 buah batang pengaduk, 1 buah lampu
spritus, 1 kotak korek api, 1 buah gelas kimia 250 mL, 1 buah labu Erlenmeyer
250 mL dan 2 buah kaca arloji.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 5 mL


albumin telur, larutan Pb (CH3COO)2 secukupnya, sistein secukupnya, sistina
secukupnya, Reagen Millon secukupnya, reagen Hopkins-Cole secukupnya,
Reagen Ninhidrin secukupnya, larutan natrium nitropusida secukupnya,
larutan amoniak secukupnya, asam sulfat pekat secukupnya, aquades
secukupnya, larutan fenilalanin secukupnya, larutan triptofan secukupnya,
larutan glisin secukupnya dan larutan tirosin secukupnya.
V. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
Tabel 1. Prosedur kerja dan hasil pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1 Uji Millon
 Sebanyak 5 mL reagen  Ketika reagen Millon ditambahkan
Millon diteteskan kedalam kedalam larutan protein, terbentuk
3 mL larutan protein endapan berwarna putih
 Kemudian campuran  Ketika reagen Millon ditambahkan
dipanaskan dan diamati kedalam larutan tirosin, larutan
perubahan warna yang tersebut berubah warna menjadi
terjadi merah setelah dipanaskan.
 Hal yang sama dilakukan  Ketika larutan albumin telur
untuk larutan asam amino ditambahkan dengan reagen
Millon tidak terdapat perubahan
warna, setelah dipanaskan
menghasilkan endapan merah.
 Ketika reagen Millon ditambahkan
kedalam larutan glisin, triptofan,
fenilalanin, dan sampel C, larutan
tersebut berwarna bening.
2 Uji Hopkins-Cole
 2 mL reagen Hopkins-Cole  Ketika larutan albumin telur
ditambahkan kedalam 2 mL ditambahkan dengan reagen
larutan protein Hopkins-Cole terbentuk cincin
 Ditambahkan sedikit demi ungu
sedikit H2SO4 pekat  Ketika larutan triptofan
sebanyak 5 mL melalui sisi ditambahnkan dengan reagen
tabung Hopkins-Cole terbentuk cincin
 Warna yang terbentuk pada ungu
pertemuan antara kedua  Ketika larutan glisin, tirosin,
cairan diamati fenilalanin, sistein dan sampel C
ditambahkan dengan reagen
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
 Tabung diputar secara Hopkins-Cole tidak terbentuk
perlahan hingga terbentuk cincin ungu
cincin berwarna
 Hal yang sama dilakukan
untuk larutan asam amino
3 Uji Ninhidrin
 Sebanyak 0,5 mL larutan  Ketika larutan albumin telur,
ninhidrin 0,1% dimasukkan glisin, triptofan, tirosin, fenilalanin
kedalam 3 mL larutan dan sampel C ditambahkan dengan
protein larutan ninhidrin terbentuk
 Campuran dipanaskan kompleks berwarna ungu
hingga mendidih  Ketika larutan sistein ditambahkan
 Hal yang sama dilakukan dengan larutan ninhidrin tidak
untuk larutan asam amino terbentuk kompleks berwarna
ungu
4 Uji PbS
 2 mL larutan NaOH dan 2  Ketika larutan albumin telur
tetes Pb-asetat ditambahkan ditambahkan dengan NaOH dan
kedalam 5 mL larutan Pb-asetat menghasilkan endapan
protein. berwarna hitam setelah dipanaskan
 Kemudian campuran  Ketika larutan sistein ditambahkan
dipanaskan dengan dengan NaOH dan Pb-asetat
menggunakan pemanas air menghasilkan endapan berwarna
 Jika positif, larutan yang hitam setelah dipanaskan
semula berwarna kuning  Ketika larutan glisin, triptofan,
akan berubah menjadi tirosin, fenilalanin dan sampel C
berwarna coklat dan ditambahkan dengan NaOH dan
akhirnya berwarna hitam Pb-asetat tidak menghasilkan
endapan berwarna hitam setelah
dipanaskan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
5 Reaksi Nitroprisida
 Kristal sistein hidroklorida  Ketika larutan sistein
dilarutkan kedalam 5 mL ditambahkan dengan natrium
aquades prusida dan amoniak
 Kemudian ditambahkan menghasilkan larutan berwarna
dengan 0,5 mL larutan merah
natrium nitriprusida 1%  Ketika larutan albumun telur,
 Selanjutnya ditambahkan glisin, triptofan, tirosin,
ammonium hidroksida feninalanin dan sampel C
sebanyak 0,5 mL ditambahkan dengan natrium
prusida dan amoniak tidak
menghasilkan larutan berwarna
merah

VI. Hasil dan Pembahasan


Tabel 2. Hasil Pengamatan

Uji
Uji Uji Uji Reaksi
Sampel Hopkins-
Millon Ninhidrin PbS Nitropusida
Cole
Albumin
(+) (+) (+) (+) (-)
telur

Glisin (-) (-) (+) (-) (-)

Triptofan (-) (+) (+) (-) (-)

Tirosin (+) (-) (+) (-) (-)

Fenilalanin (-) (-) (+) (-) (-)

Sistein (-) (-) (-) (+) (+)

Sampel C (-) (-) (+) (-) (-)


Uji Millon merupakan salah satu uji kualitatif asam amino yang digunakan
untuk mengidentifikasi protein yang mengandung asam amino jenis tirosin
dalam suatu sampel yang mana akan ditandai dengan terbentuknya kompleks
berwarna merah. Pada uji ini, larutan albumin telur menghasilkan cairan yang
berwarna merah setelah dipanaskan. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam
hasil percobaan menunjukkan jika albumin telur mengandung gugus tirosin. Hal
ini dibuktikan ketika melakukan uji Millon pada larutan tirosin juga
menghasilkan larutan berwarna merah setelah dipanaskan. Pada larutan
fenilalanin, triptofan, glisin, dan sampel C tidak menunjukkan adanya
perubahan warna setelah penambahan reagen Millon dan setelah dipanaskan.
Hal tersebut disebabkan karena larutan-larutan tersebut tidak memiliki
kandungan gugus fenol seperti yang terdapat pada struktur tirosin sehingga hasil
uji yang didapatkan yaitu negatif.
H H O
H2 H2
HO C C COOH + HgNO3 O2N C C C

NH2 NH2 O Hg+

tirosin reagen endapan merah bata


Millon

Gambar 2. Reaksi Uji Millon


Uji Hopkins-Cole merupakan salah satu uji kualitatif asam amino yang
digunakan untuk menunjukkan adanya inti indol dari suatu asam amino dengan
jenis triptofan yang mana pada uji ini ditandai dengan terbentuknya cincin
berwarna ungu pada sampel percobaan. Pereaksi Hopkins-Cole mengandung
asam glioksilat. Adapun prinsip dari uji Hopkins-Cole adalah terjadinya
kondensasi inti indol dengan aldehida jika terdapat asam kuat yang akan
menyebabkan terbentuknya suatu cincin ungu pada bidang batas. Reaksi ini
hanya akan terjadi jika terdapat oksidator kuat, seperti senyawa H2SO4. Dengan
menggunakan uji Hopkins-Cole, sampel yang mendapatkan positif adalah
larutan albumin telur, yang mana ditandai dengan terbentuknya suatu cincin
ungu sehingga dapat membuktikan bahwa pada albumin telur terdapat asam
amino jenis triptofan. Hal tersebut dapat dibuktikan karena hasil uji pada larutan
triptofan, menghasilkan cincin ungu yang terbentuk diantara dua lapisan ketika
direaksikan dengan reagen Hopkins-Cole dan penambahan asam sulfat secara
perlahan-lahan. Cincin ungu yang terbentuk tersebut dapat disebabkan oleh
adanya cincin indol yang hanya dimiliki oleh asam amino triptofan. Cincin ungu
yang tampak pada bidang batas tabung reaksi ini merupakan hasil kondensasi
dari triptofan dengan gugus aldehida yang terkandung pada asam glioksilat
dalam suasana asam. Fungsi dari penambahan asam sulfat dalam reaksi ini
adalah berperan sebagai oksidator agar terbentuk cincin ungu pada larutan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H H
H H
H2
C CH COOH COOH
C O
+
NH2
C O
N N N H
H H
H H H

triptofan asam glioksilat asam2,3,4,5-tetrahidrokarbolin-4-karboksilat

Gambar 3. Reaksi Uji Hopkins-Cole


Sedangkan untuk larutan fenilalanin, glisin, tirosin, sistein dan sampel C
tidak menunjukkan adanya perubahan warna atau tidak terbentuk cincin ungu
setelah ditambahkan dengan reagen Hopkins-Cole dan H2SO4 pekat. Hal
tersebut dapat terjadi karena larutan-larutan yang memberikan hasil negatif
tersebut tidak mengandung cincin indol pada strukturnya seperti yang
terkandung pada struktur asam amino triptofan.
Uji ninhidrin merupakan salah satu uji kualitatif asam amino yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi asam amino bebas yang terkandung pada
suatu sampel. Asam amino bebas merupakan jenis asam amino yang mana
gugus aminonya tidak terikat. Ninhidrin adalah suatu reagen yang dapat
digunakan untuk mendeteksi suatu asam amino dan dapat menetapkan
konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik
dan bila direaksikan dengan asam amino maka akan menghasilkan kompleks
yang berwarna terutama kompleks berwarna ungu. Hanya atom nitrogen dan
kompleks warna ungu yang berasal dari asam amino selebihnya akan
terkonvensi menjadi aldehida dan karbon dioksida. Zat warna ungu yang sama
dapat dihasilkan oleh semua asam α-amino dengan gugus amino primer yang
mana nantinya intensitas warnanya akan berbanding lurus dengan konsentrasi
asam amino yang terkandung didalamnya. Dari percobaan yang telah dilakukan,
didapatkan larutan yang positif yang membentuk kompleks warna ungu yaitu
larutan albumin telur, glisin, triptofan, tirosin, fenilalanin dan sampel C yang
menandakan bahwa larutan sampel tersebut mengandung asam α-amino. Warna
ungu yang dihasilkan oleh larutan sampel ini dapat disebabkan oleh adanya
gugus karboksilat dan gugus amino yang merupakan gugus pokok penyusun
dari suatu asam α-amino. Amoniak yang terbebaskan dari reaksi reduksi
ninhidrin oleh adanya asam α-amino ini memiliki peran yang penting dalam
pembentukan kompleks berwarna yang terbentuk antara ninhidrin yang
tereduksi dengan ninhidrin yang utuh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
O O O
H
OH
+ H2N C COOH N + RCHO + CO2 + 3H2O + H+

OH R
O O -O
ninhidrin anion ungu

Gambar 4. Reaksi Uji Ninhidrin


Semakin banyak ninhidrin yang digunakan pada zat uji yang dapat bereaksi,
maka akan semakin pekat warna yang ditimbulkan. Pemanasan yang dilakukan
pada tiap uji percobaan bertujuan agar terjadi koagulasi protein sehingga tidak
dapat larut dalam air dan terbentuknya endapan.
Uji PbS merupakan salah satu uji kualitatif untuk asam amino yang mana
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi unsur belerang yang terdapat dalam
senyawa asam amino. Sistein merupakan jenis asam amino yang mengandung
atom S (belerang) pada molekulnya. Pada uji ini larutan albumin telur dan
sistein menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan dihasilkannya endapan
yang berwarna hitam setelah dipanaskan dalam penangas air. Endapan hitam
tersebut dapat terbentuk karena dalam proses pemanasan Pb-asetat akan
bereaksi dengan asam-asam amino tersebut dan membentuk endapan berwarna
hitam yang merupakan garam PbS. Tujuan ditambahkannya larutan NaOH
adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang akan
menghubungkan atom S dapat terputus oleh adanya Pb-asetat sehingga
terbentuk PbS, sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb+. Adapun reaksi
belerang yang terjadi adalah :
S2+(aq) + Pb2+(aq) → PbS(s)
Percobaan yang dilakukan terhadap larutan sampel C ternyata memberikan hasil
yang negatif terhadap uji PbS. Hal itu dapat dilihat dari hasilnya tidak
menghasilkan endapan berwarna hitam pada sampel C setelah pemanasan,
melainkan warna dari sampel tersebut tetap bening. Hal tersebut membuktikan
bahwa sampel unknown C tidak mengandung unsur belerang.
Dalam uji menggunakan reaksi nitroprusida, larutan yang diidentifikasi
pada uji ini yaitu hanya larutan sistein dan menghasilkan larutan yang berwarna
merah. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus sulfidril (-SH) bebas (sisteina)
yang terkandung pada sampel dan memberikan warna kemerah-merahan jika
direaksikan dengan natrium prusida, Na2Fe(CN)5 NO.2H2O di dalam larutan
amoniak. Tujuan dari ditambahkannya larutan ammonia adalah sebagai kation
kompleks yang mana nantinya akan menggantikan posisi Na+ sebagai kation.
Warna merah yang dihasilkan dari reaksi antara gugus –SH dari sistein dengan
natrium prusida dalam larutan amoniak. Hal ini menunjukkan uji positif
terhadap reaksi nitroprusida.

[Fe3+(CN)5NO]2- + R-SH + NH3 → NH4[Fe2+(CN)5NOSR]

VII. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan yang tertera diatas maka dapat
disimpulkan bahwa larutan albumin telur menghasilkan hasil yang positif
terhadap semua uji asam amino yang telah diujikan, larutan glisin memberikan
hasil yang positif pada uji Ninhidrin yang berarti larutan ini mengandung asam
α-amino bebas, larutan triptofan memberikan hasil yang positif terhadap uji
Hopkins-Cole dan uji Ninhidrin yang berarti larutan ini pada struktur
senyawanya mengandung cincin indol dan asam α-amino bebas, larutan tirosin
memberikan hasil yang positif pada uji Millon dan uji Ninhidrin yang artinya
pada larutan ini dalam struktur senyawanya mengandung gugus fenol dan asam
α-amino bebas, larutan fenilalanin memberikan hasil yang positif terhadap uji
Ninhidrin yang berarti asam amino ini mengandung asam α-amino bebas,
larutan sistein memberikan hasil yang positif terhadap uji PbS yang artinya
senyawa ini mengandung unsur S (belerang) dalam strukturnya serta larutan
sampel C memberikan hasil yang positif terhadap uji Ninhidrin yang artinya
dalam larutan ini mengandung asam α-amino bebas.
Daftar Pustaka
I Wayan Muderawan, dkk. 2012. Buku Ajar Kimia Organik II. Singaraja.
Universitas Pendidikan Ganesha
Redhana, I Wayan. 2004. Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tika, I Nyoman. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha

Anda mungkin juga menyukai