Anda di halaman 1dari 20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Jumat, 16 Maret 2018

B. Alat dan Bahan


 Alat
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Rak tabung reaksi
 Penjepit tabung reaksi
 Gelas ukur
 Lampu spirtus
 vorteks
 Bahan
 Larutan albumin/serabut albumin 2%
 NaOH padat
 Lakmus merah dan biru
 Aquades
 NaOH ,2%, NaCO3 0,2%, larutan HCl 0,2%
 Larutan protein, NaOH 10%, CuSO4 0,01M
 Arginine
 Larutan ninhidrin 0,1%
 Peraksi protein/ekstrak (kecambah, tempe, dan susu)

9
C. Prosedur Kerja

 Unsur-Unsur Dalam Protein


Larutan Albumin Larutan Albumin
- Masukkan dalam - Masukkan dalam
tabung reaksi kering tabung reaksi kering
- Panaskan di atas - Tambahkan NaOH
spirtus (2x jumlah albumin)
- Panaskan di atas
Amati gejala spirtus
yang terjadi Amati gejala
yang terjadi

Ekstrak Ekstrak

- Masukkan dalam - Masukkan dalam


tabung reaksi kering tabung reaksi kering
- Panaskan di atas - Tambahkan NaOH
spirtus (2x jumlah albumin)
- Panaskan di atas
Amati gejala spirtus
yang terjadi Amati gejala
yang terjadi

10
 Kelarutan Albumin

1 ml Larutan Albumin

- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan


1 ml akuades 1 ml NaOH 1 ml HCl 1 ml NaCO3
- Divorteks 1-2 - Divorteks 1-2 - Divorteks 1-2 - Divorteks 1-2
menit menit menit menit
- Dibiarkan - Dibiarkan - Dibiarkan - Dibiarkan
sesaat sesaat sesaat sesaat

Perubahan yang terjadi

 Uji Biuret

3 ml Albumin 3 ml Albumin
- Ditambahkan 1 ml - Ditambahkan 1 ml
NaOH NaOH
- Dihomogenkan - Dihomogenkan
dengan vortex dengan vortex
- Dimasukkan 3 tetes - Dimasukkan 3 tetes
CuSO4 0,01 M biuret
- Diaduk - diaduk
- Diteteskan lagi 1-2
Perubahan warna
tetes CuSO4 jika
tidak timbul warna

Perubahan warna

11
Ekstrak Ekstrak
- Ditambahkan 1 ml - Ditambahkan 1 ml
NaOH NaOH
- Dihomogenkan - Dihomogenkan
dengan vortex dengan vortex
- Dimasukkan 3 tetes - Dimasukkan 3 tetes
CuSO4 0,01 M biuret
- Diaduk - diaduk
- Diteteskan lagi 1-2
Perubahan warna
tetes CuSO4 jika
tidak timbul warna

Perubahan warna

 Uji Biuret

3 ml Albumin 3 ml Albumin 3 ml Albumin


- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan
5 tetes 5 tetes 5 tetes
ninhidrin ninhidrin ninhidrin
- Dipanaskan - Dipanaskan - Dipanaskan
hingga hingga hingga
mendidih mendidih mendidih
- Ditunggu - Ditunggu - Ditunggu
hingga dingin hingga dingin hingga dingin

Perubahan warna

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan
 Tabel Unsur-Unsur dalam Protein

Hasil Pengamatan
No. Prosedur
Sebelum Sesudah
Tabung I Tabung I
 Albumin :  Albumin :
Tidak berwarna Keruh
 Albumin :  Terbentuk
Berbau gelembung
 pH Albumin : 7 (+++)
 Berbau (+)
 pH Albumin : 9
1. 1 ml Albumin  dipanaskan
Tabung II Tabung II
 Albumin :  Albumin :
Tidak berwarna Keruh
 Albumin :  Terbentuk
Berbau gelembung
 pH Albumin : 7 (++)
 Berbau (+)
 pH Albumin : 7
Tabung I Tabung I
 Albumin :  Albumin +
Tidak berwarna NaOH 
1 ml Albumin + 2 ml NaOH  NaOH : Tidak dipanaskan :
2.
 dipanaskan berwarna Tidak berwarna
 Albumin :  Terbentuk
Berbau gelembung
 NaOH : Berbau  Berbau (++)

13
(+)  pH campuran :
 pH Albumin + 14
NaOH : 12
Tabung II Tabung II
 Albumin :  Albumin +
Tidak berwarna NaOH 
 NaOH : Tidak dipanaskan :
berwarna Tidak berwarna
 Albumin :  Terbentuk
Berbau gelembung
 NaOH : Berbau  Berbau (++)
(+)  pH campuran :
 pH Albumin + 14
NaOH : 12
Tabung I Tabung I
 Ekstrak Tempe  Ekstrak Tempe
: kuning keruh : kuning keruh
(+) (+)
 Terdapat  Terdapat
6 ml Ekstrak Tempe  gumpalan gumpalan
3.
dipanaskan tempe tempe
 pH Ekstrak  Terbentuk
Tempe: 4 gelembung
 Berbau tempe
 pH Ekstrak
Tempe: 14

Tabung I Tabung I
 Ekstrak  Ekstrak
6 ml Ekstrak Kecambah 
4. Kecambah : Kecambah :
dipanaskan
kuning keruh kuning keruh
(+) (+)

14
 pH Ekstrak  Terbentuk
Kecambah : 4 gelembung
 pH Ekstrak
Kecambah : 5
Tabung I Tabung I
 Susu : putih  Susu : putih
 pH Ekstrak  Terbentuk
Kecambah : 7 gelembung
5. 6 ml susu  dipanaskan
 Terbentuk
gumpalan
 pH Ekstrak
Kecambah : 7
Tabung I Tabung I
 Ekstrak Tempe  Ekstrak Tempe
: keruh + NaOH 
 NaOH : tidak dipanaskan :
6 ml Ekstrak Tempe + 3 ml berwarna kuning keruh
6.
NaOH  dipanaskan  Terdapat  Terbentuk
gumpalan gelembung
tempe  pH : 13
 NaOH : berbau
 pH : 13
Tabung I Tabung I
 Ekstrak  Ekstrak
Kecambah : Kecambah +
keruh NaOH 
6 ml Ekstrak Kecambah + 3
7.  NaOH : tidak dipanaskan :
ml NaOH  dipanaskan
berwarna kuning (+++)
 Campuran : keruh
kuning keruh  Terbentuk
 pH : 13 gelembung

15
 Terbentuk
endapan
 pH : 14
Tabung I Tabung I
 Susu : putih  Susu + NaOH
 NaOH : tidak  dipanaskan :
berwarna kuning
 Susu bersifat  Terbentuk
homogen gelembung
 pH : 13  Berbau amis
6 ml Susu + 3 ml NaOH   Terdapat
8.
dipanaskan endapan berupa
gumpalan susu
di dinding
bagian atas
larutan
 Larutan
heterogen
 pH : 12

 Tabel Uji Kelarutan Albumin

Hasil Pengamatan
No. Prosedur
Sebelum Sesudah
 Albumin : putih  Albumin +
1 ml Albumin + 1 ml keruh Aquades : tidak
1. Aquades divorteks   Aquades : tidak berwarna
perubahan berwarna disertai buih
(+)
1 ml Albumin + 1 ml NaOH  Albumin : putih  Albumin +
2.
0,2 % divorteks  keruh NaOH 0,2 % :

16
perubahan  NaOH 0,2 % : tidak berwarna
tidak berwarna disertai buih
(++)
 Albumin : putih  Albumin + HCl
keruh 0,2 % : tidak
1 ml Albumin + 1 ml HCl
 HCl 0,2 % : berwarna
3. 0,2 % divorteks 
tidak berwarna disertai
perubahan
gumpalan (+)
dan buih (+)
 Albumin : putih  Albumin +
1 ml Albumin + 1 ml NaCO3 keruh NaCO3 0,2 % :
4. 0,2 % divorteks   NaCO3 0,2 % : putih keruh
perubahan tidak berwarna (++) disertai
buih (++)

 Tabel Uji Biuret

Hasil Pengamatan
No. Prosedur
Sebelum Sesudah
 Ekstrak  Cairan kuning
Kecambah : cerah
kuning keruh  Endapan
3 ml Ekstrak Kecambah +
(+) kuning
1. NaOH 10 % + 3 tetes CuSO4
 NaOH : tidak  Atas : cincin
 divorteks
berwarna kuning gelap
 CuSO4 : tidak
berwarna
 Ekstrak Tempe: Sebelum
3 ml Ekstrak Tempe +
kuning keruh divorteks :
2. NaOH 10 % + 3 tetes CuSO4
(++)  Atas : kuning
 divorteks
 NaOH : tidak keruh

17
berwarna  Bawah : bening
 CuSO4 : tidak  Endapan
berwarna kuning
Setelah divorteks :
kuning perpaduan
merah muda
 Susu : putih Sebelum
 NaOH : tidak divorteks :
3 ml Susu + NaOH 10 % + 3 berwarna  Atas : ungu
3.
tetes CuSO4  divorteks  CuSO4 : tidak  Bawah : putih
berwarna Setelah divorteks :
putih keunguan
 Albumin : tidak Sebelum
berwarna divorteks : Tidak
3 ml Albumin + NaOH 10 %  NaOH : tidak berwarna
4.
+ 3 tetes CuSO4  divorteks berwarna Setelah divorteks :
 CuSO4 : tidak ungu bening
berwarna

 Tabel Uji Ninhidrin

Hasil Pengamatan
No. Prosedur
Sebelum Sesudah
 Arginin : tidak Ungu kemerahan
1 ml Arginin + 5 tetes berwarna
1.
Ninhidrin  dipanaskan  Ninhidrin :
jernih
 Albumin : putih Ungu kebiruan
1 ml Albumin + 5 tetes keruh bening (+)
2.
Ninhidrin  dipanaskan  Ninhidrin :
jernih

18
 Ekstrak Tempe Ungu kebiruan
: krem pekat bening (++) dan
1 ml Ekstrak Tempe + 5 tetes
3. (++) terdapat endapan
Ninhidrin  dipanaskan
 Ninhidrin : ungu
jernih
 Ekstrak Ungu kebiruan
1 ml Ekstrak Kecambah + 5 Kecambah : (+++) dan
4. tetes Ninhidrin  krem keruh terdapat endapan
dipanaskan  Ninhidrin : ungu pekat
jernih
 Susu : putih Ungu kebiruan
1 ml Susu + 5 tetes Ninhidrin
5.  Ninhidrin : (+)
 dipanaskan
jernih

B. Pembahasan
 Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
Tujuan dari uji ini adalah membuktukan unsur-unsur yang ada dalam protein.
larutan NaOH digunakan sebagai larutan tambahan yang dihubungkan dengan
menggunakan larutan kentang, albumin dan tempe. Pada uji coba untuk
membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein menggunakan larutan kentang,
putih telur dan tempe adalah sebagai berikut, percobaan pertama yaitu
memanaskan 1ml larutan kentang di atas pembakar spirtus, sebelum dibakar
kentang berwarna hitam pekat, setelah dibakar Warna larutan : hitam, bau : seperti
rambut rambut terbakar (ada nitrogen), uap Air + gelembung : ada (ada gas
Hidrogen), lakmus merah + Biru : menjadi Biru (bersifat basa), adanya bau seperti
rambut terbakar menandakan bahwa kentang mengandung nitrogen serta terdapat
uap air dan gelembung menandakan adanya gas hidrogen, pada percobaan
menggunaka lakmus merah dan biru dan warna lakmus tetap, dengan
menggunakan indikator universal dapat diketahui bahwa pH larutannya 7, hal ini
menandakan bahwa pada kentang terdapat unsur-unsur protein.

19
Percobaan kedua yaitu memanaskan 1 ml larutan tempe ditambah 2ml NaOH
di atas pembakar spirtus, sebelum dipanaskan larutan tempe berwarna kuning,
NaOH jernih tidak berwarna, setelah keduanya dicampur larutan berwarna kuning
keruh (+), setelah dipanaskan warna larutan menjadi kuning dan terdapat
gumpalan, menghasilkan gas hydrogen yang ditandai dengan adanya uap air dan
gelembung dan terdapat endapan karbon, kemudian di tes dengan menggunakan
lakmus merah dan biru, kedua kertas tersebut berubah menjadi merah,
mengindikasikan bahwa larutan bersifat asam, dengan menggunakan indikator
universal dapat diketahui bahwa pH larutannya 4, pada larutan tempe dan NaOH
terdapat unsur protein yaitu adanya hidrogen.
Pada percobaan yang ketiga yaitu memanaskan 1ml larutan kecambah di atas
pembakar spirtus, sebelum dibakar putih telur berwarna bening, setelah dibakar
Warna larutan : putih, bau : seperti rambut rambut terbakar (ada nitrogen), uap Air
+ gelembung : ada (ada gas Hidrogen), lakmus merah + Biru : menjadi Biru
(bersifat basa), adanya bau seperti rambut terbakar menandakan bahwa kentang
mengandung nitrogen serta terdapat uap air dan gelembung menandakan adanya
gas hidrogen, pada percobaan menggunaka lakmus merah dan biru dan warna
lakmus menjadi biru, dengan menggunakan indikator universal dapat diketahui
bahwa pH larutannya 9, hal ini menandakan bahwa pada kentang terdapat unsur-
unsur protein.
Pada percobaan yang keempat yaitu memanaskan 1ml larutan albumin
ditambah dengan 2ml NaOH di atas pembakar spirtus, sebelum di panaskan
larutan tempe berwarna putih tulang dan NaOH jernih tak berwarna, campuran
keduanya menjadi jernih tak berwarna, setelah larutan dipanaskan larutan menjadi
berwarna kuning jernih, bau seperti rambut dibakar menandakan adanya nitrogen,
serta terdapat uap air dan gelembung menandakan adanya unsur gas hidrogen,
ketika di tes dengan menggunakan lakmus merah dan biru keduanya menjadi
berwarna biru bersifat basa, dengan menggunakan indikator universal dapat
diketahui bahwa pH larutannya 14, adanya unsur nitrogen dan hidrogen, serta
larutan bersifat basa maka albumin mengandung protein.

20
Pada uji coba untuk membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
menggunakan larutan tempe adalah sebagai berikut, percobaan pertama yaitu
memanaskan 1ml larutan tempe di atas pembakar spirtus, sebelum dibakar
albumin berwarna putih telur, setelah albumin dibakar Warna larutan : putih
pekat, bau : seperti rambut rambut terbakar (ada nitrogen), uap Air + ada (ada gas
Hidrogen), lakmus merah + Biru : menjadi Biru (bersifat basa), adanya bau seperti
rambut terbakar menandakan bahwa tempe mengandung nitrogen serta terdapat
uap air dan gelembung menandakan adanya gas hidrogen, pada percobaan
menggunaka lakmus merah dan biru dan warna lakmus menjadi biru, dengan
menggunakan indikator universal dapat diketahui bahwa pH larutannya 6, hal ini
menandakan bahwa pada albumin terdapat unsur-unsur protein.
Pada percobaan yang kedua yaitu 1ml larutan tempe ditambah dengan 2ml
NaOH di atas pembakar spirtus, sebelum di panaskan larutan tempe berwarna
kuning + dan NaOH jernih tak berwarna, campuran keduanya menjadi jernih tak
berwarna, setelah larutan dipanaskan larutan menjadi berwarna putih kekuningan,
bau seperti rambut dibakar menandakan adanya nitrogen, serta terdapat uap air
menandakan adanya unsur gas hidrogen, ketika di tes dengan menggunakan
lakmus merah dan biru keduanya menjadi berwarna biru bersifat basa, dengan
menggunakan indikator universal dapat diketahui bahwa pH larutannya 12,
adanya unsur nitrogen dan hidrogen, serta larutan bersifat basa maka larutan
tempe mengandung protein.
Pada percobaan larutan albumin yang masing-masing ditambah NaOH dan
selanjutnya dipanaskan menghasilkan bau seperti rambut terbakar. Ini
membuktikan adanya unsure N.serta adanya uap air dan gelembung yang
menandakan adanya unsur H, perubahan lain adalah pada saat diuji dengan
menggunakan lakmus, lakmus menjadi warna biru, berarti pada larutan albumin
mengandung Ph basa. Karena adanya unsur N,C,H dalam albumin, maka albumin
mengandung protein. Sehingga kedua percobaan tersebut dijadikan sebagai
pembanding pada percobaan berikutnya.
Sebagai pembanding, digunakan ekstrak dari bahan yang ditentukan yaitu
larutan kentang danlarutan tempe baik yang langsung dipanaskan maupun yang
ditambah NaOH, kemudian dipanaskan, rata-rata menunjukkan hal yang sama

21
dengan larutan standar yaitu memiliki bau seperti rambut terbakar,hanya saja ada
sedikit yang berbeda yaitu bau rambut yang terbakar yang menandakan adanya
unsur N, tidak begitu kuat karena bau khas yang ada pada ekstrak tersebut lebih
dominan, dan pada beberapa percobaan diatas terdapat endapan di dasar tabung
sebagai penanda adanya unsur C, dan adanya gelembung yang menandakan
terdapat unsur H.

 Uji kelarutan albumin


Uji kelarutan albumin bertujuan untuk membuktikan kelarutan albumin
terhadap macam-macam pelarut. Pada percobaan ini dihasilkan perubahan yang
sama yaitu bahwa albumin akan larut dalam pelarut air, asam, basa, dan larutan
garam encer.
Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml aquades, sebelum di divorteks
albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin menjadi larut dan tidak
berwarna. Serta terdapat busa (++) diatas permukaan setinggi ± 1 cm, Homogen.
Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaOH 0,2%, sebelum di divorteks
albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin menjadi larut, tidak bau
dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (+++) diatas permukaan setinggi ± 1,5
cm, Homogen. Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml HCl 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin menjadi larut,
tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (++++) diatas permukaan
setinggi ± 2 cm, Homogen. Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaCO3 0,2
%, sebelum di divorteks, albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (+) diatas
permukaan setinggi ± 0,7 cm, Homogen.
Saat albumin dicampur dengan air kemudian divorteks hasilnya albumin
tersebut larut dalam air, antara albumin dengan air tidak bisa dibedakan lagi
komponen-komponennya. Hal ini dikarenakan gugus karbohidrat akan melepas
H+ sedangkan gugus amino akan menerima H+. Begitu juga ketika albumin
dicampur dengan basa ( NaOH ), hasilnya sama yaitu albumin larut dalam basa.
Hal ini disebabkan basa bukan merupakan pelarut organik non polar seperti eter,
aseton dan kloroform. Ketika bercampur dengan albumin (protein) maka albumin

22
tersebut berubah dalam bentuk H2N – CH – COO- R karena ion OH- yang tinggi
mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus NH3+. Pada pencampuran
antara albumin dan asam (HCl) juga sama, yaitu larut. Hal ini disebabkan
konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion -COO- sehingga
terbentuk gugus -COOH. Pada albumin yang dicampur dengan larutan garam
encer NaCO3 menunjukkan bahwa albumin juga larut dalam larutan garam encer.

 Uji biuret
Uji Biuret dilakukan dengan tujuan menentukan adanya protein atau ikatan
peptida, Dalam suasana basa CuSO4 bereaksi dengan senyawa yang mengandung
dua atau lebih ikatan peptida membentuk kompleks berwarna ungu reaksi positif
tersebut terjadi dengan adanya perubahan warna menjadi ungu atau merah muda
akibat terjadinya pernyawaan antara cadangan N dari peptida dan O dari air. Pada
reaksi ini kemungkinan terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan
pasangan elektron bebas dari gugus –NH ataupun gugus –CO dan rantai peptida.
Albumin yang ditambah NaOH 10% 1 ml kemudian dikocok, berwarna putih
bening, setelah ditambahkan 3 tetes CuSO4 0,01 M menjadi ungu. Hal ini terjadi
karena CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang mengandung
dua atau lebih ikatan peptida, yaitu antara Cu2+ dengan pasangan elektron dari
gugus –NH atau gugus –CO dari peptida. Sehingga menghasilkan kompleks
berwarna ungu (menunjukkan bahwa ikatan peptidanya panjang).
Pada ekstrak tempe sebanyak 3 ml ditambah NaOH 10% kemudian dikocok,
dan ditetesi dengan 3 tetes CuSO4 0,01 M menjadi kehitaman (++). Sedangkan
pada ekstrak tempe 90% sebanyak 3 ml ditambah NaOH 10% kemudian dikocok,
berwarna putih keruh selanjutnya ditetesi dengan 3 tetes CuSO4 0,01 M menjadi
berwarna hijau kebiruan. Karena kadar protein pada tiap bahan berbeda sehingga
warna yang dihasilkan pun berbeda. Sehingga jumlah ikatan peptidanya juga
berbeda. Semua bahan ini memberikan reaksi yang positif karena dalam suasana
basa ion Ca2+ dan CuSO4 bereaksi dengan pasangan elektron dari gugus -NH atau
–CO dari peptida. Dari bahan – bahan yang di ujikan dalam uji biuret ini
ketiganya mempunyai ikatan peptida.

23
 Uji ninhidrin
Uji biuret digunakan untuk mengetahui bahwa proses hidrolisis suatu protein
telah selesai. Proses hidrolisis protein dapat membuktikan suatu peptida yang
terdiri dari 2 atau lebih ikatan peptida bereaksi dengan Cu2+ dalam larutan basa
maka akan membentuk komplek berwarna ungu. Dengan terbentuknya warna
ungu dapat dikatakan bahwa suatu larutan mengandung protein tinggi karena
mempunyai ikatan peptida yang panjang. Pada praktikum pertama, digunakan
albumin sebagai standar. Awalnya tidak berwarna, setelah dikocok ( pengganti
verteks ) warnanya menjadi ungu. Hal ini karena CuSO4 dalam suasana basa
bereaksi dengan senyawa yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida, yaitu
antara Cu2+ dengan pasangan elektron dari gugus –NH atau gugus –CO dari
peptida sehingga menghasilkan warna ungu. Menunjukkan bahwa albumin
memiliki ikatan peptida yang panjang.
Kemudian dengan larutan tempe yang ditetesi NaOH 10 % dan CuSO4 0,01
M awalnya berwarna krem pekat setelah dikocok berubah menjadi ungu kebiruan.
Sedangkan larutan kecambah yang diperlakukan sama, warna awal adalah putih
dan warna akhirnya adalah ungu kebiruan (++). Kemudian pada larutan susu yang
dperlakukan sama, warna awalnya adalah putih, dan warna akhirnya adalah ungu
kebiruan (+). Warna yang ditimbulkan oleh larutan tempe dan kecambah tersebut
menunjukkan bahwa pada tempe, kecambah dan susu tidak terdapat dua buah
ikatan peptida atau lebih, tetapi terdapat asam amino bebas atau dipeptida. Selain
itu, bisa dimungkinkan karena pengkocokan dilakukan oleh praktikan yang
berbeda sehingga pencampuran terjadi kurang maksimal akibatnya reaksi di
dalamnya tidak sempurna.

24
C. Diskusi
1. Apakah ada perubahan warna pada uji dengan kertas lakmus?
Bagaimana pendapat saudara?
 Ada, kertas lakmus biru akan berubah warna ketika direaksikan
dengan larutan yang bersifat asam, dan akan tetap biru apabila
direaksikan dengan basa. Begitu pula dengan kertas lakmus merah
akan berubah warna ketika direaksikan dengan larutan yang
bersifat basa, dan akan tetap merah apabila direaksikan dengan
asam.
2. Bila kertas lakmus menunjukkan perubahan warna hal tersebut
mengindikasikan adanya unsur apa? Alasan?
 Kertas lakmus biru yang berubah warna menjadi merah
mengindikasikan bahwa larutan yang direaksikan dengan lakmus
merah merupakan larutan asam. Karena lakmus biru mengandung
anion (OH-) dan akan bereaksi dengan ion (H+) yang berada pada
larutan asam. Sedangkan apabila kertas lakmus biru ketika
direaksikan dengan larutan basa,maka tidak akan berubah warna
karena anion (OH-) yang terkandung dalam lakmus biru tidak akan
menimbulkan perubahan apapun ketika direaksikan dengan larutan
basa yang memiliki anion (OH-) juga.
3. Mengapa sifat larutan protein tergantung pada jenis protein serta jenis
dan macam pelarut?
 Sifat kelarutan pada protein sangat tergantung dari jenis protein.
Selain itu jenis dan macam pelarut yang cocok juga berperan.
Contohnya, albumin dapat larut dalam air, asam, basa, dan larutan
garam encer, dapat digumpalkan oleh panas dan dapat diendapkan
oleh garam jenuh (Amonium Sulfat), misalkan serum albumin,
laktalbumin (pada susu) dan ovalbumin (pada telur).
4. Dapatkah uji biuret digunakan untuk mengetahui hidrolisis seperti
protein telah selesai? Jelaskan!
 Uji biuret dapat digunakan untuk mengetahui bahwa proses
hidrolisis suatu protein telah selesai. Proses hidrolisis protein dapat

25
membuktikan suatu peptida yang terdiri dari 2 atau lebih ikatan
peptida bereaksi dengan Cu2+ dalam larutan basa maka akan
membentuk komplek berwarna ungu. Dengan terbentuknya warna
ungu dapat dikatakan bahwa suatu larutan mengandung protein
tinggi karena mempunyai ikatan peptida yang panjang.
5. Mengapa pereaksi ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan
adanya asam amino? Jelaskan!
 Uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino
.Ninhidrin dapat mengubah asam amino menjadi suatu alhdehida
Novita (2009). Ninhidrin merupakan oksidator penyebab
dekarboksilasi oksidatif dari alfa asam amino dengan
mengeluarkan CO2,NH3 dan aldehid. Ninhidrin yang
tereduksiakan bereaksi dengan NH3 bebas membentuk senyawa
kompleks berwarna biru.

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, kajian pustaka serta diskusi yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Unsur-unsur yang terdapat dalam protein yaitu:
- Nitrogen (N) : ditandai adanya bau rambut terbakar
- Karbon (C) : ditandai adanya endapan tabung reaksi
- Hidrogen (H) : ditandai adanya titik-titik uap air di dinding tabung
2. Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta
dielektrik pelarutnya.Protein seperti asam amino bebas memiliki titik
isoelektrik yang berbeda-beda Kelarutan protein akan berkurang bila
kedalam larutan protein ditambahkan garam- garam anorganik.
Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk
menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan
molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih
menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan
berkurang.
3. Ikatan peptida terjadi pada protein yang penyusunnya adalah asam amino.
Asam amino merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya NH2).
Hasil uji ninhidrin yangtelah dilakuakan menunjukkan hasil bahwa larutan
yang mengandung protein membentuk kompleks berwarna ungu.
Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif
ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang
disebabkan oleh molekul ninhidrin dan hidrindantin yang yang bereaksi
dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.

27
B. Saran
Dalam melakukan praktikum hendaknya memperhatikan kebersihan alat-
alat agar hasil dari praktikum yang dilakukan dapat maksimal, jika kebersihan alat
tidak diperhatikan maka hasil praktikum tidak maksimal, karna bisa saja alat-alat
yang digunakan dapat terrkontaminasi dengan bahan-bahan lain, selain itu pada
saat melakukan praktikum hendaknya lebih teliti dalam mengamati, agar hasil
yang di dapat bisa benar-benar maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Hawab, HM. 2004.Pengantar Biokimia.Jakarta : Bayu Media Publishing

Kusnawidjaya, Kurnia. 1983. Biokimia. Bandung: Penerbit Alumni

Setyawati, Erna. Sriyono, 2002.Biologi.Klaten: Intan Pariwara

Susilawati,2011. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graham Ilmu.


Yogyakarta.

Widodo, S. 2013. Kimia Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Rachdie. 2008. Uji protein. http://rachdie blogsome.com/2006/10/14/uji protein/.


Diakses pada tanggal 30 Maret 2018.

Trianda, 2011. Uji protein. http://triandasurbakti.wordpress.com. Diakses pada


tanggal 30 Maret 2018.
Syarif dan Halid. 1993. Dalam Ayu Fitria .2010. http://digilib.unimus.ac.id
dikases 30 Maret 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai