Anda di halaman 1dari 3

PROPIORESEPTOR

(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)


RENI MUNAZIR (1613024010/02)

Tujuan :
- Untuk menguji efektifitas propioresepsi.
- Untuk menguji reseptor kinestetik.
Metode :
1. Alat dan Bahan
Alat : Penggaris dan Alat Tulis
Bahan : Probandus (Manusia)
2. Cara Kerja
UJI A UJI B dan C
Probandus
Probandus
- Direntangkan kedua tangan dan berdiri dengan - Direntangkan kedua tangan sejauh
satu kaki, lalu pejamkan mata. mungkin dan dipejamkan kedua mata.
- Dilakukan dengan percobaan yang sama dengan - Digeserkan tangan tanpa
mata terbuka. membengkokkan siku untuk melakukan
- Dihitung dengan stopwatch berapa lama mampu uji B.
berdiri dengan kaki sebelah ditekuk. - Digeserkan tangan dengan
- Dicatat hasil pada tabel pengamatan. membengkokkan siku untuk melakukan
uji C.
Hasil Pengamatan
- Disejajarkan jari telunjuk kedua tangan.
- Dihitung jarak antara telunjuk kedua
tangan dengan penggaris.
- Diulangi dengan kondisi mata terbuka.
- Dicatat hasil dan dimasukkan ke dalam
tabel pengamatan.
Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Propioreseptor pada Wanita
Probandus Uji A Uji B Uji C
MB MT MB MT MB MT
Egy 72’ 19’35 1 cm 3 cm 2,5 cm 4,5 cm
Indria 11’56 14’19 1 cm 1 cm 0,5 cm 2 cm
Yudita 37’30 6’81 5,5 cm 5,5 cm 0,5 cm 10 cm
Rata-rata 40’2 13’45 2,5 cm 4,6 cm 3,3 cm 5,5 cm

Tabel 2. Hasil Pengamatan Propioreseptor pada Pria


Probandus Uji A Uji B Uji C
MB MT MB MT MB MT
Mar’i 67’9 19’7 23cm 4cm 1cm 3cm
Alfin 107’ 100’ 5cm 6,5cm 0,5cm 1cm
Deni 76’ 19’ 0cm 1cm 0,5cm 1cm
Rata-rata 83,6’ 46’2 9,3cm 3,8cm 0.67cm 1,67cm
Keterangan : MB = Mata Buka
MT = Mata Tutup
Pembahasan :
Berdasarkan data yang di dapat dari praktikum pada propioreseptor pada wanita di dapatkan rata-rata MB pada uji A
dimana probandus berdiri dengan satu kaki tangan direntangkan dengan mata terbuka yaitu 40’2 dan pada MT yaitu
porbandus berdiri dengan satu kaki tangan direntangkan dengan mata tertutup 13’45. Sedangkan rata-rata MB pada uji B
yaitu probandus melakukan rentangan tangan sejauh mungkin kemudian disatukan jari telunjuk dengan
membengkokkan siku pada saat mata terbuka adalah 2,5cm dan rata-rata MT ketika probandus melakukan rentangan
tangan sejauh mungkin kemudian jari telunjuk dipertemukan dengan siku dibengkokkan dengan mata tertutup yaitu 4,6
cm. Dan rata-rata MB pada uji C yaitu probandus melakukan rentangan tangan sejauh mungkin kemudian
mempertemukan jari telunjuk tanpa membengkokkan siku dengan mata terbuka adalah 3,3cm dan rata-rata MT dengan
mata tertutup yaitu 5,5 cm. Sedangkan pada propioreseptor pria di dapatkan rata-rata pada uji A yaitu 83’6, dan rata-rata
MT yaitu 46’2. Sedangkan pada uji B di dapatkan rata-rata MB yaitu 9,3cm dan MTnya 3,8cm. Dan rata-rata MB pada uji
C yaitu 0,67cm dan rata-rata MT yaitu 1,67cm.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada uji A propioreseptor akan bekerja sempurna apabila ada
bantuan indera penglihatan. Hal ini disebabkan, karena adanya rangsangan cahaya yang masuk ke dalam mata. Cahaya
yang masuk tersebut diteruskan ke otak untuk di olah, dari otak akan menyampaikan pesan kepada efektor untuk
memberikan respon, sehingga keseimbangan lebih terjaga. Karena indera penglihatan akan mengirim sinyal ke otak
untuk diteruskan ke propioreseptor agar dapat bekerja dengan sempurna. Indra penglihatan sebagai input ke sistem
saraf. Sedangkan pada saat mata tertutup, keseimbangan yang dihasilkan tidak akan maksimal karena tidak ada
rangsangan cahaya yang diterima oleh mata sehingga otak tidak dapat mengedalikan sistem keseimbangan secara
optimal, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk berdiri lebih lambat. Saat seseorang bertumpu di atas satu kaki dengan
tangan direntangkan , orang tersebut dapat menahan tubuhnya agar tidak jatuh atau dengan kata lain dapat
menyeimbangkan kedudukan tubuhnya terhadap gravitasi bumi. Saat seperti otot antagonis dan propireseptor tersebut
pada tendon golgi, serabut otot, ujung saraf dan persendian. Pada uji B dan C reseptor kinetik propioreseptor dapat
mendeteksi gerakan bagian tubuh tanpa harus dibantu dengan indra penglihatan. Seseorang mampu mempertemukan
jari-jari telunjuknya dari keadaan tangan yang direntangkan denga mata tertutup. Kemampuan seseorang untuk
menyeimbangkan kedudukan tanganya tersebut dipengaruhi oleh serabut-serabut otot dan otot-otot antagonis dimana
propioreseptor terdapat. Selain itu ujung saraf dan persendian juga turut andil dalam menentukan kerja propioreseptor
pada tangan (Reaven, 1996: 142).

Pendeteksian suatu stimulus sesungguhnya melibatkan pengubahan energi stimulus menjadi perubahan potesial
membran sel reseptor. Respon awal sel reseptor sensoris terdapat suatu stimulus dengan mengubah permeabilitas
membrannya sehingga menghasilkan suatu perubahan potensial membran yang berdegradasi yang disebut potensial
reseptor. Ada dua macam reseptor yaitu reseptor eksternal dan internal. Reseptor eksternal terdiri dari teleresptor
(reseptor yang inderanya berhubungan dengan indera tertentu) dan eksteroreseptor (reseptor yang indranya
berhubungan dengan penginderaan kulit). Sedangkan reseptro internal terdiri dari propioreseptor (reseptor yang
terdapat didalam otot yang kerjanya berhubungan dengan kesadaran dan kedudukan tangan dan keseimbangan tubuh
terhadap gravitasi bumi) dan interoreseptor (reseptor yang menyampaikan informasi terhadap tulang belakang)
(Campbell, 2002: 104).

Propioreseptor adalah kesadaran atau kedudukan tangan dan keseimbangan tubuh terhadap gravitasi bumi.
Propioreseptor terdapat otot-otot dan sendi yang memberikan informasi akan tempat-tempat tertentu pada tubuh tanpa
harus menggunakan indera penglihatan, sebagai input atau masukkan ke system saraf. Posisi tubuh juga dijaga supaya
secara spontan dengan menyertakan otot-otot antagonis dari propioreseptor dan tidak sadar. Propioreseptor terbagi
menjadi dua yaitu propioreseptor sadar dan propioreseptor tidak sadar. Propioreseptor sadar mencapai korteks sebrum
yaitu tempat dimana propioreseptor itu sadar atau tidak. Sedangkan propioreseptor tak sadar menuju ke serebrum untuk
integrasi aktivitas motorik pada hewan (Widiastuti, 2002: 34).

Tiap otot kerangka, tendon, dan persendian mempunyai propireseptor yang peka terhadap laju perubahan pada otot.
Impuls dari propioreseptor sangat penting agar terjadi kontraksi yang serasi dari berbagai otot yang terlihat dala satu
gerak. Tanpa propioreseptor perbuatan yang rumit seperti membuat simput dengan mata tidaklah mungkin untuk
dilakukan. Impuls organ juga penting dalam mempertahankan keseimbangan (Barnes, 1988: 52).
Reseptor kinetik propioreseptor dapat mendeteksi tubuh tanpa harus dibantu dengan indra penglihatan. Potensial
respetor dipertahankan selama ada stimulus dan potensial aksi tetap ditimbulkan. Tiap otot rangka, tendon, dan
persendian mempunyai propioreseptor yang peka terhadap tegangan atau regangan otot atau terhadap laju perubahan
keadaan tersebut. Hal ini memungkinkan kontraksi yang serasi dari berbagai otot yang terlibat dalam suatu gerak.
Gelendong otot merupakan reseptor peregangan dan berguna untuk menjada agar tegangan dalam otot tersebut dalam
batas kemampuan dan relatif konstan (Ville, 1994: 141-142).

Daftar Pustaka :
Campbell,N.A dkk. 2002. BIOLOGI. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Widiastuti, Endang. L. 2002. Bahan Ajar Fisiologi Hewan 1. Universitas Lampung. Lampung.

Reaven dan Johnson. 1996. Biologi. Erlangga:  Jakarta

Ville, Barnes. 1998. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Praktikan Bandar Lampung, 26 April 2018

Mengetahui,

Asisten

Reni Munazir Siti Marpuah

1613024010 15130240

Anda mungkin juga menyukai