PROPIORESEPTOR
Dosen Pengampu :
Dr. Tri Jalmo, M.Si.
Dr. Dina Maulina, S.Pd., M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 4B
Adisti Aria Puspita (2113024014)
Imroatus Solichah (2113024050)
Devina Novalia Putri (2113024068)
Dea Novitri Ramadani (2113024072)
Tria Kartika Devi (2113024078)
A. Data Pengamatan
Berikut data hasil pengamatan dari praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini,
Tabel 1. Hasil uji A, uji B, dan uji C
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data pengamatan dengan lima orang praktikan
sebagai objek pengujian dan dua perlakuan yang berbeda pada tiap uji, yaitu dengan mata
terbuka dan mata tertutup. Pada uji A praktikan berdiri dengan menggunakan 1 kaki kanan dan
kaki kiri secara begantian dan merentangkan kedua tangan dengan mata terbuka atau tertutup,
dan praktikan yang lain menghitung dengan menggunakan stopwatch berapa lama praktikan
tersebut dapat bertahan dan kemudian hasilnya dicatat kedalam tabel. Pada uji B, praktikan
memejamkan matanya dan merentangkan tangan sejauh-jauhnya satu sama lain, kemudian
menggeserkan tangan dengan tanpa harus membengkokkan siku, setelah itu langsung
mensejajarkan jari-jari telunjuk tangan satu sama lainnya, dan praktikan lain menghitung jarak
antara telunjuk tangan satu dengan lainnya jika masing-masing gagal bersentuhan dan
kemudian hasilnya dicatat kedalam tabel. Pada uji C dilakukan dengan cara praktikan
memejamkan mata dan merentangkan tangan sejauh-jauhnya, namun kali ini siku
dibengkokkan hingga jari jarinya saling berhadapan, kemudian menggeserkan tangan-tangan
tersebut hingga masing-masing saling bersentuhan, kemudian praktikan lain mencatat jarak
antara jari satu dengan jari lainnya dan kemudian hasilnya dicatat kedalam tabel.
Praktikan pertama, yaitu Adisti Aria Puspita dengan mata terbuka pada uji A dapat
bertahan dengan posisi berdiri selama 90 detik (s), pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah
0,5 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm. Dengan mata tertutup didapatkan
uji A dapat bertahan selama 25 s, pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 1 cm, dan uji C
jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm. Praktikan kedua, yaitu Imroatus Solichah dengan
mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan posisi berdiri selama 94 detik (s), pada uji B
jarak antara kedua ibu jari adalah 0,8 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm.
Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat bertahan selama 23 s, pada uji B jarak antara
kedua ibu jari adalah 1,2 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 1,5 cm. Praktikan
ketiga, yaitu Devina Novalia Putri dengan mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan
posisi berdiri selama 80 detik (s), pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 0,5 cm, dan uji
C jarak antara kedua telunjuk adalah 0,5 cm. Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat
bertahan selama 20 s, pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 1,5 cm, dan uji C jarak
antara kedua telunjuk adalah 1,8 cm. Praktikan keempat, yaitu Dea Novitri Ramadani dengan
mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan posisi berdiri selama 85 detik (s), pada uji B
jarak antara kedua ibu jari adalah 2 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm.
Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat bertahan selama 27 s, pada uji B jarak antara
kedua ibu jari adalah 2,5 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 1 cm. Praktikan
kelima, yaitu Tria Kartika Devi dengan mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan posisi
berdiri selama 67 detik (s), pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 0 cm, dan uji C jarak
antara kedua telunjuk adalah 0,5 cm. Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat bertahan
selama 14 s, pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 0,3 cm, dan uji C jarak antara kedua
telunjuk adalah 1 cm.
Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada percobaan pertama yaitu, pada uji A,
dimana praktikan berdiri menggunakan satu kaki dengan tangan direntangkan sambil
memejamkan mata dan dengan mata terbuka. Hasilnya didapatkan bahwa praktikan dapat
berdiri lebih lama menggunakan satu kaki dengan tangan direntangkan sambil memejamkan
mata dengan mata terbuka dibandingkan mata tertutup. Hal ini disebabkan, karena teerdapat
rangsangan cahaya yang masuk ke dalam mata yang diteruskan ke otak untuk diolah, dari otak
akan menyampaikan pesan kepada efektor untuk memberikan respon, sehingga keseimbangan
lebih terjaga. Sedangkan pada saat keadaan mata tertutup, keseimbangan tubuh akan
terganggu. Jadi, dapat kita ketahui bahwa indera visual lebih membantu dalam menjaga
keseimbangan tubuh, tetapi keberadaan proprioresptor pun tidak kalah penting dalam tubuh
manusia.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa pada uji B, hasil yang ditunjukkan
oleh setiap praktikan hampr sama namun tetap saja terjadi perbedaan. Pada uji C pun begitu.
Uji C memiliki cara yang hampir sama degan uji B, hanya saja untuk mendekatkan kedua jari
telunjuk adalah dengan menekuk tangan dibagian siku. Dari percobaan ini kita dapat
mengetahui bahwa kadar kepekaan seseorang itu berbeda-beda, sehingga jarak yang terbentuk
dari tangan kanan dan kiri itu berbeda-beda setiap orangnya. Proprioreseptor berguna sebagai
alat bantu mengetahui letak tubuh tanpa menggunakan indera visual.
Pendeteksian suatu stimulus melibatkan pengubahan energi stimulus menjadi perubahan
potensial membran sel reseptor. Ada dua macam reseptor yaitu reseptor external dan internal.
Respon external terdiri dari telereseptor (reseptor yang penginderaannya berhubungan dengan
indera tertentu) dan eksteroreseptor (reseptor yang inderanya berhubungan dengan
penginderaan kulit). Sedangkkan reseptor internal terdiri dari proprioreseptor (reseptor yang
terdapat didalam otot yang kerjanya berhubungan dengan kesadaran dan kedudukan tangan
dan keseimbangan tubuh terhadap gravitasi bumi) dan interoreseptor (reseptor yang
menyampaikan informasi terhadap tulang belakang) (Campbell, 2002).
Proprioreseptor merupakan reseptor yang terdapat pada otot, urat, dan sendi yang dapat
menghantarkan informasi atau rangsangan dari bagian tubuh tersebut ke saraf pusat yaitu pada
otak (Syaifuddin, 2009: 50). Rangsangan yang dimaksud, diantaranya tegangan otot, sendi,
dan keseimbangan. Jika terdapat kondisi yang kurang stabil, misalnya pada bagian sendi di
kaki sehingga kaki kurang seimbang ketika berjalan, maka proprioreseptor akan
menghantarkan impuls ke otak agar otak dapat memperbaiki ketidak stabilan tersebut (Guyton,
2007).
Terdapat macam-macam reseptor di dalam tubuh, diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Ekteroreseptor
Rangsang diterima dari luar tubuh, misalnya reseptor untuk pendengaran,
penglihatan, rabaan, sakit, dan suhu. Reseptor pada eksteroreseptor, diantaranya
fotoreseptor di retina untuk penglihatan, kemoresptor yang peka terhadap bau dan rasa,
mekanoreseptor yang peka terhadap suara terdapat di koklea atau peka terhadap
sentuhan di kulit, termoreseptor diantaranya terdapat Krause dan ruffini untuk
merasakan dingin dan panas.
2. Interoreseptor
Rangsang yang diterima dari organ-organ dalam, misalnya mengontrol tekanan darah,
merasakan haus, lapar, dan nyeri dari dalam. Contohnya, kemoreseptor pada arteri
karotis dan aorta dapat menanggapi tekanan parsial oksigen, pusat pernapasan dapat
menanggapi tekanan parsial karbon dioksida.
3. Proprioreseptor
Proprioreseptor terdapat pada bagian sendi, otot, dan urat yang berfungsi menerima
rangsangan untuk mengetahui kondisi dari bagian tubuh tersebut. Propioreseptor
terbagi menjadi dua yaitu propioreseptor sadar dan proprioreseptor dan tidak sadar.
Proprioreseptor sadar mencapai korteks sebrum yaitu tempat dimana proprioreseptor
itu sadar atau tidak. Sedangkan proprioreseptor tak sadar menuju ke serebrum untuk
integrasi aktivitas motorik pada hewan (Widiastuti, 2002). Contohnya reseptor pada
otot spindle dapat menanggapi perubahan panjang otot dan organ tendon golgi dapat
mengukur ketegangan otot. Letaknya di kedua ujung tendon sebuah otot yang berfungsi
layaknya rem.