Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PROPIORESEPTOR

Dosen Pengampu :
Dr. Tri Jalmo, M.Si.
Dr. Dina Maulina, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 4B
Adisti Aria Puspita (2113024014)
Imroatus Solichah (2113024050)
Devina Novalia Putri (2113024068)
Dea Novitri Ramadani (2113024072)
Tria Kartika Devi (2113024078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Judul Praktikum : Propioreseptor


Tujuan : 1. Untuk menguji efektifitas propioresepsi dalam keadaan mata tertutup
dan terbuka
2. Untuk menguji tingkat kepekaan reseptor kinestetik pada tubuh
manusia
3. Untuk mengetahui seberapa pentingnya indera penglihatan terhadap
proprioreseptor
Alat dan Bahan : 1. Alat tulis 3. Penggaris
2. Stopwatch 4. 5 orang praktikan
Cara Kerja : 1. Uji A
 Berdiri pada satu kaki dan merentangkan kedua tangan. Sambil
memejamkan mata, catat berapa lama anda bertahan berdiri.
 Lakukan hal yang sama dengan mata terbuka, setiap melakukan uji
tersebut catat pada lembar kerja.
2. Uji B
 Pejamkan mata dan rentangkan tangan sejauh-jauhnya satu sama
lain.
 Geserkan tangan anda dengan tanpa harus membengkokkan siku
 Sejajarkan jari-jari telunjuk anda dari tangan satu dengan lainnya.
 Catat seberapa jauh jarak antara tangan satu dengan lainnya jika
masing-masing gagal bersentuhan. Lakukan oleh setiap anggota
kelompok anda.
3. Uji C
 Pejamkan mata dan rentangkan jauh-jauh kedua lengan anda,
bengkokkan siku anda hingga jari-jari telunjuk saling berhadapan
 Geser tangan-tangan anda tersebut hingga masing-masing telunjuk
saling bersentuhan. Catat berapa jauh jarak antar jari satu dengan
lainnya jika gagal bersentuhan. Lakukan oleh setiap anggota
kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Berikut data hasil pengamatan dari praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini,
Tabel 1. Hasil uji A, uji B, dan uji C

No Nama Perlakuan Uji A (s) Uji B (cm) Uji C (cm)


1. Adisti Aria Puspita Terbuka 90 0,5 0
Tertutup 25 1 0
2. Imroatus Solichah Terbuka 94 0,8 0
Tertutup 23 1,2 0,5
3. Devina Novalia Putri Terbuka 80 0,5 0,5
Tertutup 20 1,5 0,8
4. Dea Novitri Ramadani Terbuka 85 2 0
Tertutup 27 2,5 1
5. Tria Kartika Devi Terbuka 67 0 0,5
Tertutup 14 0.3 1

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data pengamatan dengan lima orang praktikan
sebagai objek pengujian dan dua perlakuan yang berbeda pada tiap uji, yaitu dengan mata
terbuka dan mata tertutup. Pada uji A praktikan berdiri dengan menggunakan 1 kaki kanan dan
kaki kiri secara begantian dan merentangkan kedua tangan dengan mata terbuka atau tertutup,
dan praktikan yang lain menghitung dengan menggunakan stopwatch berapa lama praktikan
tersebut dapat bertahan dan kemudian hasilnya dicatat kedalam tabel. Pada uji B, praktikan
memejamkan matanya dan merentangkan tangan sejauh-jauhnya satu sama lain, kemudian
menggeserkan tangan dengan tanpa harus membengkokkan siku, setelah itu langsung
mensejajarkan jari-jari telunjuk tangan satu sama lainnya, dan praktikan lain menghitung jarak
antara telunjuk tangan satu dengan lainnya jika masing-masing gagal bersentuhan dan
kemudian hasilnya dicatat kedalam tabel. Pada uji C dilakukan dengan cara praktikan
memejamkan mata dan merentangkan tangan sejauh-jauhnya, namun kali ini siku
dibengkokkan hingga jari jarinya saling berhadapan, kemudian menggeserkan tangan-tangan
tersebut hingga masing-masing saling bersentuhan, kemudian praktikan lain mencatat jarak
antara jari satu dengan jari lainnya dan kemudian hasilnya dicatat kedalam tabel.
Praktikan pertama, yaitu Adisti Aria Puspita dengan mata terbuka pada uji A dapat
bertahan dengan posisi berdiri selama 90 detik (s), pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah
0,5 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm. Dengan mata tertutup didapatkan
uji A dapat bertahan selama 25 s, pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 1 cm, dan uji C
jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm. Praktikan kedua, yaitu Imroatus Solichah dengan
mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan posisi berdiri selama 94 detik (s), pada uji B
jarak antara kedua ibu jari adalah 0,8 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm.
Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat bertahan selama 23 s, pada uji B jarak antara
kedua ibu jari adalah 1,2 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 1,5 cm. Praktikan
ketiga, yaitu Devina Novalia Putri dengan mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan
posisi berdiri selama 80 detik (s), pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 0,5 cm, dan uji
C jarak antara kedua telunjuk adalah 0,5 cm. Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat
bertahan selama 20 s, pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 1,5 cm, dan uji C jarak
antara kedua telunjuk adalah 1,8 cm. Praktikan keempat, yaitu Dea Novitri Ramadani dengan
mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan posisi berdiri selama 85 detik (s), pada uji B
jarak antara kedua ibu jari adalah 2 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 0 cm.
Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat bertahan selama 27 s, pada uji B jarak antara
kedua ibu jari adalah 2,5 cm, dan uji C jarak antara kedua telunjuk adalah 1 cm. Praktikan
kelima, yaitu Tria Kartika Devi dengan mata terbuka pada uji A dapat bertahan dengan posisi
berdiri selama 67 detik (s), pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 0 cm, dan uji C jarak
antara kedua telunjuk adalah 0,5 cm. Dengan mata tertutup didapatkan uji A dapat bertahan
selama 14 s, pada uji B jarak antara kedua ibu jari adalah 0,3 cm, dan uji C jarak antara kedua
telunjuk adalah 1 cm.
Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada percobaan pertama yaitu, pada uji A,
dimana praktikan berdiri menggunakan satu kaki dengan tangan direntangkan sambil
memejamkan mata dan dengan mata terbuka. Hasilnya didapatkan bahwa praktikan dapat
berdiri lebih lama menggunakan satu kaki dengan tangan direntangkan sambil memejamkan
mata dengan mata terbuka dibandingkan mata tertutup. Hal ini disebabkan, karena teerdapat
rangsangan cahaya yang masuk ke dalam mata yang diteruskan ke otak untuk diolah, dari otak
akan menyampaikan pesan kepada efektor untuk memberikan respon, sehingga keseimbangan
lebih terjaga. Sedangkan pada saat keadaan mata tertutup, keseimbangan tubuh akan
terganggu. Jadi, dapat kita ketahui bahwa indera visual lebih membantu dalam menjaga
keseimbangan tubuh, tetapi keberadaan proprioresptor pun tidak kalah penting dalam tubuh
manusia.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa pada uji B, hasil yang ditunjukkan
oleh setiap praktikan hampr sama namun tetap saja terjadi perbedaan. Pada uji C pun begitu.
Uji C memiliki cara yang hampir sama degan uji B, hanya saja untuk mendekatkan kedua jari
telunjuk adalah dengan menekuk tangan dibagian siku. Dari percobaan ini kita dapat
mengetahui bahwa kadar kepekaan seseorang itu berbeda-beda, sehingga jarak yang terbentuk
dari tangan kanan dan kiri itu berbeda-beda setiap orangnya. Proprioreseptor berguna sebagai
alat bantu mengetahui letak tubuh tanpa menggunakan indera visual.
Pendeteksian suatu stimulus melibatkan pengubahan energi stimulus menjadi perubahan
potensial membran sel reseptor. Ada dua macam reseptor yaitu reseptor external dan internal.
Respon external terdiri dari telereseptor (reseptor yang penginderaannya berhubungan dengan
indera tertentu) dan eksteroreseptor (reseptor yang inderanya berhubungan dengan
penginderaan kulit). Sedangkkan reseptor internal terdiri dari proprioreseptor (reseptor yang
terdapat didalam otot yang kerjanya berhubungan dengan kesadaran dan kedudukan tangan
dan keseimbangan tubuh terhadap gravitasi bumi) dan interoreseptor (reseptor yang
menyampaikan informasi terhadap tulang belakang) (Campbell, 2002).
Proprioreseptor merupakan reseptor yang terdapat pada otot, urat, dan sendi yang dapat
menghantarkan informasi atau rangsangan dari bagian tubuh tersebut ke saraf pusat yaitu pada
otak (Syaifuddin, 2009: 50). Rangsangan yang dimaksud, diantaranya tegangan otot, sendi,
dan keseimbangan. Jika terdapat kondisi yang kurang stabil, misalnya pada bagian sendi di
kaki sehingga kaki kurang seimbang ketika berjalan, maka proprioreseptor akan
menghantarkan impuls ke otak agar otak dapat memperbaiki ketidak stabilan tersebut (Guyton,
2007).
Terdapat macam-macam reseptor di dalam tubuh, diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Ekteroreseptor
Rangsang diterima dari luar tubuh, misalnya reseptor untuk pendengaran,
penglihatan, rabaan, sakit, dan suhu. Reseptor pada eksteroreseptor, diantaranya
fotoreseptor di retina untuk penglihatan, kemoresptor yang peka terhadap bau dan rasa,
mekanoreseptor yang peka terhadap suara terdapat di koklea atau peka terhadap
sentuhan di kulit, termoreseptor diantaranya terdapat Krause dan ruffini untuk
merasakan dingin dan panas.
2. Interoreseptor
Rangsang yang diterima dari organ-organ dalam, misalnya mengontrol tekanan darah,
merasakan haus, lapar, dan nyeri dari dalam. Contohnya, kemoreseptor pada arteri
karotis dan aorta dapat menanggapi tekanan parsial oksigen, pusat pernapasan dapat
menanggapi tekanan parsial karbon dioksida.
3. Proprioreseptor
Proprioreseptor terdapat pada bagian sendi, otot, dan urat yang berfungsi menerima
rangsangan untuk mengetahui kondisi dari bagian tubuh tersebut. Propioreseptor
terbagi menjadi dua yaitu propioreseptor sadar dan proprioreseptor dan tidak sadar.
Proprioreseptor sadar mencapai korteks sebrum yaitu tempat dimana proprioreseptor
itu sadar atau tidak. Sedangkan proprioreseptor tak sadar menuju ke serebrum untuk
integrasi aktivitas motorik pada hewan (Widiastuti, 2002). Contohnya reseptor pada
otot spindle dapat menanggapi perubahan panjang otot dan organ tendon golgi dapat
mengukur ketegangan otot. Letaknya di kedua ujung tendon sebuah otot yang berfungsi
layaknya rem.

Proprioreseptor merupakan bagian dari pengindraan internal hewan yaitu kemampuan


hewan untuk mengetahui perubahan yang ada di dalam tubuh. Proprioreseptor mendeteksi
posisi bagian tubuh yang berbeda dalam hubungan satu sama lain dan lingkungan sekitarnya.
Jika seseorang mulai kehilangan keseimbangan, otaknya diberitahu oleh proprioreseptor dari
kaki dan dengan serentak dilakukan aksi untuk membenarkan kembali posisi tubuh. Aksi
berbagai otot yang terkordinasi dan waktunya sesuai memerlukan bahwa otak harus secara
terus-menerus diberikan informasi mengenai perbuatan otot masing-masing. Propioreseptor
melibatkan koordinasi saraf. koordinasi saraf berbeda dengan koordinasi endokrin karena lebih
cepat dan terdokasi. Keseimbangan juga melibatkan organ penglihatan dan pendengaran
(Kimball,1983).
Terdapat hubungan antara propioreseptor, indra penglihatan, dan keseimbangan tubuh.
Dalam kasus praktikum ini, indra penglihatan berperan penting dalam memberikan informasi
visual kepada otak, yang kemudian diteruskan ke propioreseptor untuk membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh. Ketika seseorang berdiri dengan mata terbuka, indera
penglihatan menerima rangsangan cahaya yang masuk ke mata. Informasi visual ini dikirim ke
otak untuk diolah. Otak kemudian mengirimkan pesan kepada efektor, seperti otot-otot dan
sistem keseimbangan, untuk memberikan respon yang diperlukan dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh.
Dalam situasi ini, propioreseptor berperan penting dalam mendeteksi posisi dan gerakan
tubuh. Propioreseptor, seperti golgi tendon organ, organum spindles, dan reseptor pada
persendian, memberikan informasi mengenai posisi sendi, tegangan otot, dan perubahan
panjang otot. Informasi ini diteruskan ke otak untuk membantu mengkoordinasikan kontraksi
otot yang serasi dan menjaga keseimbangan tubuh.
Ketika mata tertutup, rangsangan cahaya yang diterima oleh indra penglihatan berkurang
atau hilang. Hal ini mengakibatkan otak tidak mendapatkan informasi visual yang diperlukan
untuk mengendalikan sistem keseimbangan dengan optimal. Sebagai akibatnya, waktu yang
dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan saat berdiri mungkin lebih lama
dibandingkan dengan saat mata terbuka.
Propioreseptor memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal mendasar seperti makan atau
berpakaian. Adanya proprioreseptor sangat berguna untuk aktifitas sehari-hari dan juga sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh. Dengan adanya proprioreseptor manusia tidak
perlu sulit dalam menerima impuls, Karena pada indera visual telah dibantu oleh
proprioreseptor (Kimball, 1983: 567).
Selain propioreseptor, alat keseimbangan tubuh yang penting adalah labirin, yang terdapat
di dalam telinga dalam. Labirin membantu dalam mempertahankan keseimbangan kepala dan
memberikan informasi tentang orientasi tubuh terhadap gravitasi.
Reseptor kinetic propioreseptor dapat mendeteksi tubuh tanpa harus dibantu dengan indra
penglihatan. Potensial reseptor dipertahankan selama ada stimulus dan potensial aksi tetap
ditimbulkan. Tiap otot kerangka , tendon dan persendian mempunyai propioreseptor yang peka
terhadap tegangan atau regangan otot atau terhadap laju perubahan keadaan tersebut. Hal ini
memungkinkan kontraksi yang serasi dari berbagai otot yang terlibat dalam suatu gerak.
Gelendong otot merupakan reseptor peregangan dan berguna untuk menjaga agar tegangan
dalam otot tersebut dalam batas kemampuan dan relative konstan (Ville, 1994).
KESIMPULAN

Proprioreseptor merupakan bagian dari pengindraan internal hewan yaitu kemampuan


hewan untuk mengetahui perubahan yang ada di dalam tubuh. Proprioreseptor mendeteksi posisi
bagian tubuh yang berbeda dalam hubungan satu sama lain dan lingkungan sekitarnya.
Proprioreseptor terdapat pada otot, urat, dan sendi yang dapat menghantarkan informasi atau
rangsangan dari bagian tubuh tersebut ke saraf pusat yaitu pada otak. Pada uji A, praktikan dapat
berdiri lebih lama menggunakan satu kaki dengan tangan direntangkan sambil memejamkan mata
dengan mata terbuka dibandingkan mata tertutup. Hal ini disebabkan, karena terdapat rangsangan
cahaya yang masuk ke dalam mata yang diteruskan ke otak untuk diolah, dari otak akan
menyampaikan pesan kepada efektor untuk memberikan respon, sehingga keseimbangan lebih
terjaga. Sedangkan pada saat keadaan mata tertutup, keseimbangan tubuh akan terganggu. Indra
penglihatan berperan penting dalam memberikan informasi visual kepada otak, yang kemudian
diteruskan ke propioreseptor untuk membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Pada uji B
dan C diketahui kadar kepekaan seseorang itu berbeda-beda, sehingga jarak yang terbentuk dari
tangan kanan dan kiri itu berbeda-beda setiap orangnya dan proprioreseptor berguna sebagai alat
bantu mengetahui letak tubuh tanpa menggunakan indera visual dikarenakan selisih jarak antar jari
tidak jauh berbeda ketika mata terbuka atau tertutup.
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, Ville. 1998. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta.


Campbell, N.A. 2002. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Guyton, A C. 2007. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Kimball, J.W. 1983. Biologi jilid II. Erlangga. Jakarta.
Reaven, G. M., & Johnson, R. J. (1996). An Introduction to Human Physiology. New York: W.B.
Saunders.
Syaifuddin.2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Widiastuti, E.L. 2002. Bahan Ajar Fisiologi Hewan 1. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai