K2 - Makalah Toksikologi Pestisida
K2 - Makalah Toksikologi Pestisida
Dosen Pengampu :.
Berti Yolida, S.Pd., M.Pd
Rini Rita T. Marpaung, S,Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Faris Anwar Dzaky (2113024030)
Syifa Nur Rahmah (2113024032)
Imroatus Solichah (2113024050)
Marisky Catur Riyanti (2113024058)
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Rahmat beserta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Toksikologi ini dengan judul “Toksikologi Pestisida”
dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Berti Yolida, S.Pd., M.Pd.
dan Ibu Rini Rita T. Marpaung, S,Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
ini yang telah membimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan pestisida merupakan suatu hal yang sulit dipisahkan dengan kegiatan
pertanian khususnya dalam budidaya tanaman guna meningkatkan produk baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Sifat penting yang dimiliki pestisida adalah daya racun
atau toksisitas. Meski pestisida tersebut hanya dimaksudkan untuk mematikan suatu
jenis hama tertentu dalam kegiatan pertanian tetapi pada dasarnya bersifat racun
untuk semua makhluk hidup. Hampir semua jenis pestisida yang ada tidak bersifat
selektif dan mempunyai spektrum yang luas sebagai racun sehingga merupakan
sumber pencemar yang potensial bagi sumber daya dan lingkungan perairan (Rizki
dkk,2015). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pestisida kimiawi atau
disebut pestisida sintetis, selain sisi positif berupa terhindarnya tanaman dari
gangguan hama atau penyakit, pestisida juga menjadi ancaman yang sangat serius
bagi lingkungan. Bahaya serius ini dapat mengancam populasi hewan dan juga
memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan manusia.
1
2. Apa saja jenis-jenis peptisida?
3. Apa saja peranan pestida bagi lingkungan ?
4. Bagaimanakah pengaruh pestida bagi lingkungan ?
5. Bagaimanakah pencegahan keracunan peptisida ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
harapan hidup manusia akibat tersedianya bahan makanan bermutu (Cooper dalam
Supriadi, 2013). Penggunaan pestisida dapat mengontaminasi pengguna secara
langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini, keracunan bisa
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keracunan akut ringan, keracunan akut
berat, dan kronis. Keracunan akut ringan menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi
kulit ringan, badan terasa sakit dan diare. Keracunan akut berat menimbulkan gejala
mual, menggigil, kejang perut, sulit bernapas keluar air liur, pupil mata mengecil dan
denyut nadi meningkat. Selanjutnya, keracunan yang sangat berat dapat
mengakibatkan pingsan, kejangkejang, bahkan bisa mengakibatkan kematian
(Quijano dalam Yuantari 2013).
4
Herbisida berasal dari kata “herbi” dan “sida” yang berarti racun untuk tumbuhan
yang digunakan untuk membunuh gulma disekitar tanaman yang dibudidayakan
(Dewata. 2021:94).
4. Rodentisida
Rodentisida merupakan pestisida untuk membunuh hewan mamalia dan pengerat,
seperti tikus. Penggunaannya pun bisa untuk padi sawah yang diserang tikus
dalam batas melewati ambang batas pengendalian, juga di rumah dan di hotel
serta tempat-tempat lain (Dewata. 2021:82).
5. Akarisida
Secara etimologi "akarisida" berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata "acarina"
artinya tungau dan "cide" artinya membunuh. Secara umum, akarisida adalah
bahan yang mengandung senyawa kimia sintetis beracun yang digunakan untuk
membunuh tungau, caplak, dan laba-laba. Dalam hal ini, tidak digunakan
insektisida, karena walaupun tubuh tungau dan laba-laba berbuku-buku, tetapi ia
mempunyai kaki sebanyak 4 pasang (Dewata. 2021:85).
5
d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
tidak termasuk pupuk,
e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan
ternak.
f. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah atau air (djojosumarto, 2008: 13-31).
Selain itu, dalam aplikasi pestisida di lapangan dari hasil observasi penulis ternyata
petani tidak semuanya melakukan penyemprotan dengan cara yang benar. Masih ada
yang menyemprotkan pestisida tidak hanya pada organ tanaman, melainkan kepada
tanah dan udara sekitar. Alasan mereka adalah untuk menjaga tanaman. Artinya
paparan di udara dan tanah akan menghalangi hama atau penyakit mendekati
tanaman.Kondisi di atas makin mempertinggi kadar atau terjadinya residu pestisida
pada tanah di lingkungan hidup. Pada gilirannya, air dalam tanah (perkolasi) maupun
air di atas permukaan tanah pada kondisi run off (aliran permukaan) akan segera
6
mengangkut residu ke badan atau ke tempat lain. Dalam hal ini, terjadi distribusi atau
penyebaran residu pestisida yang berasal dari tanah ke tempat lain pada lingkungan
dan berada pada media transport lain, seperti berada pada badan air (body of water).
Kehadiran, pestisida pada lingkungan yang dimaksud ini adalah keberadaan racun
senyawa pestisida yang bukan berada pada tanaman yang membutuhkannya.
Dengan kata lain, pestisida tersebut berada pada lingkungan selain pada organ
tanaman sesuai sasaran. Artinya pada bagian ini, kita tidak membahas tentang
mekanisme dan keberadaan pestisida pada tanaman dalam mengobati penyakit
tanaman yang terserang hama dan penyakit oleh patogen. Tetapi yang dibicarakan
adalah residu dari pestisida itu, yang berada pada lingkungan hidup. Residu pestisida
yang telah ada di dalam badan air seperti sungai akan terus mengalir ke laut. Di
sungai itu pun telah menimbulkan dampak pada biota sungai. Residu pestisida yang
berada pada air, akan lebih mudah menyebar sebab di samping karena mengikuti arus
air, juga terjadinya penguapan ke udara. Selain itu, memang ada golongan pestisida
yang disemprotkan pada media air. Contohnya herbisida berdaun lebar pada tanaman
padi sawah. Golongan pestisida ini langsung berada pada badan air sawah. Apabila
terjadi penguapan, maka ia ikut terbang ke atas bersama udara.
Terdapat 2 cara sehingga residu pestisida berada pada udara. Pertama, saat
penyemprotan dilakukan secara langsung, maka media transport dari sumber berupa
alat penyemprot ke tanaman atau sasaran adalah udara. Jarak antara sprayer dengan
sasaran adalah ruang udara yang akan dipenuhi oleh pestisida. Cara kedua adalah
hasil penguapan dari air dan tanah yang telah dicemari oleh residu pestisida setelah
dilakukan. Penyemprotan efek paling berbahaya dari residu pestisida pada udara
adalah terjadinya peristiwa hujan asam. Di mana air hujan yang akan bereaksi dengan
kandungan residu pestisida ketika terjadi pertemuan. Reaksi ini akan menghasilkan
senyawa asam sulfat dan dibawa oleh hujan kembali ke bumi (Dewata, 2021: 87-88).
7
2.5 Pengaruh Pestisida Bagi Kesehatan Manusia
Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan
mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah
pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang cukup.
a. Keracunan Kronis
Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku
(bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis
keracunan pestisida pada organ paru-paru, hati, lambung dan usus (Jenni, et al,
2014), serta mempengaruhi kerja sistem organ seperti sistem syaraf, sistem
hormonal, sistem kekebalan. Individu yang terpapar oleh pestisida bisa
mengalami batuk yang tidak juga sembuh, atau merasa sesak di dada. Ini
merupakan manifestasi gejala penyakit bronkitis, asma, atau penyakit paru-paru
lainnya. Kerusakan paru-paru yang sudah berlangsung lama dapat mengarah pada
kanker paru-paru (Kurniasih, et al, 2013).
Individu yang terpapar pestisida mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mengidap kanker. Tapi ini bukan berarti individu yang bekerja dengan
pestisida pasti akan menderita kanker. Ratusan pestisida dan bahan-bahan yang
dikandung dalam pestisida diketahui sebagai penyebab kanker. Penyakit kanker
yang paling banyak terjadi akibat pestisida adalah kanker darah (leukemia),
limfoma non-Hodgkins, dan kanker otak. Gangguan otak dan syaraf yang paling
sering terjadi akibat terpapar pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah
pada ingatan, sulit berkonsentrasi,perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan
kehilangan kesadaran dan koma (Yuantari, 2011).
Hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan
kimia beracun. Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami proses detoksikasi
oleh organ hati. Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa lain yang
sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh. Meskipun demikian hati itu sendiri
sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahuntahun. Hal ini
dapat menyebabkan penyakit seperti hepatitis, sirosis bahkan kanker (Jenni, et al,
2014).
8
Lambung dan usus yang terpapar pestisida akan menunjukkan respon
mulai dari yang sederhana seperti iritasi, rasa panas, mual. muntah hingga respon
fatal yang dapat menyebabkan kematian seperti perforasi, pendarahan dan korosi
lambung.. Muntah- muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari
keracunan pestisida. Banyak orang yang dalam pekerjaannya berhubungan
langsung dengan pestisida selama bertahuntahun, mengalami masalah sulit
makan. Orang yang menelan pestisida, baik sengaja atau tidak, efeknya sangat
buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui
dinding-dinding perut (Pasiani, et al, 2012).
Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti
otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol
fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon
reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau
pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat
menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi kanker
tiroid (Suhartono, 2014).
b. Keracunan Akut
Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat
dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. Efek keracunan akut
terbagi menjadi efek akut lokal dan efek akut sistemik (Raini, 2007). Efek akut
lokal jika hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung
dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit.
Efek sistemik jika pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mengganggu
sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian tubuh
menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak sadar dengan gerakan
halus maupun kasar dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara
berlebihan, pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak normal).
9
3. Tindakan saat sprayer tersumbat
4. Saat mencampur pestisida;
5. Saat menggunakan pestisida
6. APD dalam penggunaan pestisida
7. Tatalaksana sisa pestisida.
Dengan mengacu, pada konsep keseimbangan lingkungan, maka langkah
pengendalian di tingkat pengguna adalah:
1. Tindakan aplikasi pestisida adalah langkah terakhir dalam upaya pengendalian
hama dan patogen yang ada baik di areal pertanaman maupun di dalam ruangan.
2. Dalam aplikasi pestisida mesti memperhatikan spesifikasi dan identifikasi produk
untuk diterapkan sesuai dengan prosedur yang ada di lapangan.
3. Untuk bidang pertanian, diterapkan konsep PHPT (Pengendalian Hama dan
Penyakit Tanaman Terpadu), di mana aplikasi pestisida apabila populasi hama
telah melewati ambang batas serangan.
4. Dalam aplikasi pestisida hendaklah memperhatikan faktor lingkungan seperti arah
angin, dan menggunakan APD yang relevan.
5. Setiap selesai melakukan aplikasi, hendaklah dicuci dengan deterjen alat-alat yang
telah digunakan.
6. Biasakan melaksanakan penyemprotan dengan 4T, yaitu tepat dosis, tepat cara,
tepat waktu dan tepat sasaran.
7. Sosialisasi dan edukasi kepada pengguna pestisida di kalangan masyarakat
tentang teknik aplikasi pestisida yang benar dan berwawasan lingkungan.
8. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan melibatkan teknik fisika seperti
perbaikan struktur tanah, teknik biologis seperti musuh alami dan terakhir baru
dengan teknik kimia (Dewata & Danhas, 2018).
9. Pemerintah memfasilitasi dan giat melaksanakan optimalisasi perlindungan budi
daya pertanian melalui cara alternatif, pada petani seperti:
a. Penggunaan bahan organik untuk pemupukan dan pengendalian hama dan
penyakit.
b. Menerapkan perlindungan tanaman dengan sistem karantina yang efektif.
10
c. Mengembangkan riset dan pengadaan bibit unggul yang mampu berinteraksi
dengan lingkungan.
d. Melakukan pola tanam yang serentak guna memutus rantai perkembangan
hama dan penyakit, tanpa merusak keseimbangan ekosistem.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi merupakan ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia.
Toksikologi Pestisida adalah ilmu yang mempelajari substansi kimia yang digunakan
untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Toksikologi Pestisida ini
memiliki peranan di bidang pertanian yakni sebagai pencegah dan pembunuh hama
dan penyakit pada tanaman. Namun jika digunakan berlebihan, pestisida ini dapat
menyebabkan dampak berbahaya, yakni dapat menyebabkan keracunan pada
manusia, dan ketika sudah mencapai ambang batas dapat menyebabkan kematian.
Adapun Pestisida digolongkan menjadi insektisida, herbisida, nematisida, fungisida,
dan rodentisida.
3.2 Saran
Semoga makalah ini berguna bagi kami dan pembaca agar menambah wawasan
tentang toksikologi pestisida, yang mencakup mengejain jenis-jenis, peranan, dan
pencegahan jika terjadi keracunan karena pestisisda. Dalam penulisan ini masih
banyak kekurangan – kekurangan untuk itu kami berharap dapat di berimasukan,
kritik, saran yang bersifat membangun.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. 2015. Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Penggunaan Pestisida Lingkungan.
Jurnal Farmasi UIN Alauddin Makassar. 3(4): 135-136.
Dewata, Indang., & Danhas, H. Y. 2021. Toksikologi Lingkungan. Rajawali Pers. Depok.
Kurniasih. Setiani. Nugraheni. 2013. Faktor Terkait Paparan Pestisida dan Hubungannya
dengan Kejadian Anemia pada Petani Hortikultura di Desa Gombong Belik
Pemalang Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 12. No. 2. p. 132-
137.
Pasiani, et al. 2012. Knowledge, Attitudes, Practices and Biomonitoring of Farmers and
Residents Exposed to Pesticides in Brazil. International Journal of
Environmental Research and Public Health. No. 9.p. 3051-3068.
Souisa, G. V., Talarima, B., & Rehena, Z. (2020). Peningkatan Perilaku Pencegahan
Dampak Pestisida Pada Kesehatan Petani. JURNAL PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT, 26(3), 109-113.
13
Yuantari, M.C, Budi Widiarnako dan Henna Rya Sunoko. 2013. Tingkat Pengetahuan
Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan
Penawangan Kabupaten Grobogan). Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
14