Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MATA KULIAH FISIOLOGI HEWAN

“MEKANISME SENSORIS DAN MOTORIS PADA HEWAN


INVERTEBRATA”

Dosen Pengampu : Dr. Tri Jalmo, S.Pd., M.Si.

Dr. Dina Maulina, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh : Kelompok 9B

Faris Anwar Dzaky (2113024030)

Ellyas Nico Yoel Saputra (2113024042)

Monicha Dwi Vani Hazari (2113024082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Rahmat beserta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Fisiologi Hewan ini dengan judul “Mekanisme Sensoris dan Motoris
Invertebrata” dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fisiologi Hewan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Tri Jalmo, M.Si dan Ibu Dr.
Dina Maulina, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah
membimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan baik dari segi
penulisan maupun dari isi, penulis memohon maaf. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Diharapkan saran dan
kritik dari dosen pengampu bahkan semua pembaca untuk dapat menyempurnakan
makalah ini agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Bandar Lampung, 15 April 2023

Tim Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI ………………………………………………...…………………iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………3
2.1 Protozoa ……………………………………………………………3
2.2 Porifera ……………………………………………………………4
2.3 Coelenterata ……………………………………………………………7
2.4 Platyhelminthes…..…………………………………………………13
2.5 Nematelminthes…………………………………………………… 19
2.6 Annelida ……………………………………………………………21
2.7 Mollusca ……………………………………………………………21
2.8 Arthropoda ……………………………………………………………23
2.9 Echinodermata…………………………………………………… 25
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………31
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………31
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………32

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf adalah jaringan sel-sel saraf dan, pada kebanyakan hewan
termasuk juga otak. Dalam vertebrata, juga termasuk sumsum tulang belakang.
Jenis sel utama yang ditemukan dalam sistem saraf adalah neuron, yang memiliki
sel tubuh,yang mengandung inti, dan ekstensi panjang untuk membawa
informasi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Sistem saraf memiliki dua
fungsi utama yang sangat penting dalam mempertahankan hidup
organisme. Pertama, reseptor sensorik memungkinkan organisme untuk
memantau lingkungan eksternal dan mendeteksi perubahan yangterjadi
(misalnya, peningkatan suhu). Sistem saraf kemudian mengaktifkan struktur
seperti otot dan kelenjar, yang memungkinkan organisme untuk merespon
dengan tepat terhadap perubahan lingkungan (misal mengaktifkan kelenjar
keringat saat suasana panas matahari). Kedua, sistem saraf juga memonitor
lingkungan internal organisme, mengendalikan denyut jantung sehingga cukup
darah dikirim ke organ, atau mengukur tingkat gizi untuk sinyal ketika organisme
perlu untuk mendapatkan makanan. Sementara semua sistem saraf melaksanakan
fungsi-fungsi dasar, struktur dan kompleksitas sistem saraf sangat bervariasi
pada organisme yang berbeda. Dalam vertebrata, itu dibagi ke dalam sistem
saraf pusat (SSP), yang berisi otak dan sumsum tulang belakang, dan sistem
saraf perifer (PNS), yang terdiri dari saraf yang membawa informasi
ke dan dari SSP. Sistem saraf Invertebrata mungkin atau mungkin tidak
memiliki daerah perifer dan pusat yang berbeda, tetapi komunikasidengan dan
respon terhadap lingkungan masih terjadi. Secara keseluruhan,
sisteminvertebrata jauh lebih kompleks. Sebuah sistem saraf vertebrata
mungkin berisitriliun neuron, sedangkan invertebrata mungkin memiliki
sedikitnya. Meskipun sistem saraf invertebrata biasanya jauh lebih sederhana

4
daripadasistem saraf yang ditemukan pada vertebrata, masih ada berbagai
kompleksitas tergantung pada jenis invertebrata.

Jenis paling sederhana dari sistem saraf ditemukan pada hidra dan ubur-ubur
(Coelenterata) dan disebut sebagai “jaring saraf.” Jaring saraf tidak memiliki
daerah pusat atau perifer yang berbeda, dan tidak memiliki apa pun yang
menyerupai otak. Sebaliknya, sel-sel saraf yang tersebar membentuk jaringan
longgar di setiap lapisan sel dari dinding tubuh. Beberapa neuron ini membawa
informasi dari alat indera yang mendeteksi sentuhan, cahaya, atau perubahan lain
dalam lingkungan. Neuron ini yang mengontrol pergerakan organisme, seperti
berenang. Berbeda dengan hidra dan ubur-ubur, invertebrata seperti
bintang laut (echinodermata) menampilkan beberapa organisasi terpusat dari
sistem saraf. Sebuah cincin neuron terletak di pusat bintang laut, dan
bundel sederhana neuron yang disebut saraf radial membentang dari cincin ke
ujung setiap lengan. Dalam masing-masing kelompok, ekstensi saraf radial
membentuk jaring saraf seperti pada ubur-ubur. Pengaturan ini memungkinkan
gerakan terkoordinasi masing-masing lengan dan kaki tabung yang terletak pada
permukaan lengan. Pemisahan yang jelas atas sistem saraf perifer dan pusat
ditemukan dalaminvertebrata seperti cacing, serangga, dan moluska,
seperti cumi-cumi. Badan sel neuron dikelompokkan ke dalam kelompok
yang disebut ganglia, yang biasanya terletak di sepanjang garis tengah
hewan. Komponen perifer dari sistem saraf dibentuk oleh perpanjangan sel-
sel dalam ganglia ini; beberapa membawa informasi sensorik dari lingkungan
ke ganglia, sementara yang lain membawa sinyal dari ganglia untuk
menghasilkan respon (seperti gerakan). Jenis organisasi memungkinkan
segmentasi, di mana masing-masing ganglion merespon dan mengontrol
segmen individu tubuh.Untuk mengkoordinasikan segmen, ganglia ini
terhubung satu sama lain dengan cara seperti rantai dengan tali saraf, yang
merupakan bundel neuron yangmembentang dari Sinyal saraf dapat melakukan
perjalanan di kedua arah pada hidra(a), pada cnidarian. Sebuah planaria (b)
memiliki dua kabel saraf dan dua kelompok badan sel saraf pada ujung anterior.
Dalam annelida, seperti cacing tanah (c), duakabel yang menyatu dan
berjalan ke bahwa permukaan ventral tubuh. Arthopodaseperti udang

5
karang (d) juga memiliki saraf ventral ganda, selain kelompoksel-selsaraf di
daerah kepala hewan. Beberapa organisme memiliki lebih dari satu kabelsaraf
yang terhubung oleh saraf transversal, menyerupai tangga. Dalam banyak
invertebrata, kabel saraf diperbesar pada anterior (atau kepala) ujung organisme.
Pembesaran ini dapat dianggap sebagai otak primitif, dan bersama- sama dengan
kabel saraf terdiri dari sistem saraf pusat. Tanpa jenis otak, koordinasi antara
segmen yang berbeda dari organisme terbatas yang terbaik, dan sistem saraf
terutama menghasilkan gerakan refleksif sederhana. Kehadiran otak
memungkinkan organisme untuk menerima berbagai macam informasi dari
lingkungan, menganalisis,dan menghasilkan respon yang terkoordinasi dan rumit.
Misalnya, otak besar cumi-cumi memungkinkan untuk memproses informasi
visual dan cepat menghasilkan tanggapan yang terkoordinasi untuk
menangkap mangsa. Bahkan, invertebrata sistem saraf ini begitu khusus, itu mirip
beberapa sistem vertebrata saraf. Banyak fitur yang diamati dalam
invertebrata yang lebih kompleks sistem sarafnya juga hadir dalam vertebrata.
Semua vertebrata memiliki komponen utama yang berbeda yang terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang, serta struktur perifer seperti ganglia dan saraf.
Perbedaan utama dari invertebrata dalam jumlah neuron dan ukuran struktur
sistem saraf. Namun, seperti ada di antara berbagai sistem saraf dari invertebrata,
ada juga tingkat beragam kompleksitas dari satu jenis sistem
sarafvertebrata dengan yang lain.Terlepas dari kompleksitas, otak vertebrata
semuanya mengandung tigawilayah: otak belakang, otak tengah, dan otak
depan. Otak belakang ini terletak dipersimpangan otak dan sumsum tulang
belakang, dan didedikasikan untuk koordinasi motorik (gerakan) refleks dan
regulasi proses otonom seperti tekanan darah dan detak jantung. Perpanjangan
otak belakang yang disebut assist otak dalam mengkoordinasikan gerakan
motorik dalam menanggapi masukan sensorik. Otak tengah berkaitan
dengan pemrosesan visual dan kontrol motorik. Otak depan (daerahyang paling
dekat ke ujung anterior organisme) menunjukkan sebagian besar
variabilitas di antara vertebrata. Hal ini dapat dibagi menjadi dua
wilayah yang berbeda. Telencephalon ini berkaitan dengan aktivitas asosiatif,
yaitu menggabungkan atau mengintegrasikan semua informasi sensorik

6
yang masuk dan mengarahkanrespons yang tepat. Diencephalon berisi
talamus dan hipotalamus, daerah pentingmasing-masing dalam pengolahan
tanggapan masukan dan otonom sensorik. Ukuran wilayah ini bervariasi
tergantung pada kelas vertebrata. Sumsum tulang belakang mirip dengan
kabel saraf invertebrata, namunbiasanya tertutup dalam kolom pelindung
tulang (dengan pengecualian dari vertebrata yang paling primitif, lamprey dan
hagfishes). Informasi dilakukan ke dan dari otakdan sumsum tulang belakang oleh
sistem saraf perifer, yang berisi ganglia terletak berdekatan dengan sumsum
tulang belakang. Saraf tulang belakang masuk dan keluar sama dengan kabel saraf
terdiri dari sistem saraf pusat. Tanpa jenis otak, koordinasi antara segmen yang
berbeda dari organisme terbatas yang terbaik, dan sistem saraf terutama
menghasilkan gerakan refleksif sederhana. Kehadiran otak memungkinkan
organisme untuk menerima berbagai macam informasi dari lingkungan,
menganalisis,dan menghasilkan respon yang terkoordinasi dan rumit. Misalnya,
otak besar cumi-cumi memungkinkan untuk memproses informasi visual
dan cepat menghasilkan tanggapan yang terkoordinasi untuk menangkap
mangsa. Bahkan, invertebrata sistem saraf ini begitu khusus, itu mirip beberapa
sistem vertebrata saraf.Banyak fitur yang diamati dalam invertebrata yang
lebih kompleks sistem sarafnya juga hadir dalam vertebrata. Semua vertebrata
memiliki komponen utamayang berbeda yang terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang, serta struktur perifer seperti ganglia dan saraf. Perbedaan utama dari
invertebrata dalam jumlah neuron dan ukuran struktur sistem saraf. Namun,
seperti ada di antara berbagai sistem saraf dari invertebrata, ada juga tingkat
beragam kompleksitas dari satu jenis sistem saraf vertebrata dengan yang
lain.Terlepas dari kompleksitas, otak vertebrata semuanya mengandung
tiga wilayah: otak belakang, otak tengah, dan otak depan. Otak belakang ini
terletak dipersimpangan otak dan sumsum tulang belakang, dan didedikasikan
untuk koordinasi motorik (gerakan) refleks dan regulasi proses otonom seperti
tekanan darah dan detak jantung. Perpanjangan otak belakang yang disebut
assist otak dalam mengkoordinasikan gerakan motorik dalam menanggapi
masukan sensorik. Otaktengah berkaitan dengan pemrosesan visual dan kontrol
motorik. Otak depan (daerahyang paling dekat ke ujung anterior

7
organisme) menunjukkan sebagian besar variabilitas di antara vertebrata.
Hal ini dapat dibagi menjadi dua wilayah yangberbeda. Telencephalon ini
berkaitan dengan aktivitas asosiatif, yaitu menggabungkan atau
mengintegrasikan semua informasi sensorik yang masuk dan
mengarahkan respons yang tepat. Diencephalon berisi talamus dan
hipotalamus, daerah penting masing-masing dalam pengolahan tanggapan
masukan dan otonom sensorik. Ukuran wilayah ini bervariasi tergantung pada
kelas vertebrata. Sumsum tulang belakang mirip dengan kabel saraf
invertebrata, namun biasanya tertutup dalam kolom pelindung tulang (dengan
pengecualian dari vertebrata yang paling primitif, lamprey dan hagfishes).
Informasi dilakukan ke dan dari otakdan sumsum tulang belakang oleh sistem
saraf perifer, yang berisi ganglia terletak berdekatan dengan sumsum tulang
belakang. Saraf tulang belakang masuk dan keluar sumsum tulang belakang untuk
membawa informasi ke dan dari tubuh; saraf kranial membawa informasi yang
sama tentang kepala langsung ke otak

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1) Bagaimanakah sistem saraf dari setiap filum invertebrata ?


2) Bagaimanakah mekanisme sensoris dan motoris dari setiap filum
invertebrata ?
3) Bagaimanakah mekanisme penghantaran impuls saraf dari setiap filum
invertebrata ?

1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui sistem saraf dari setiap filum invertebrate.


2) Untuk memahami mekanisme sensoris dan motoris dari setiap filum
invertebrata .
3) Untuk memahami mekanisme penghantaran impuls saraf dari setiap filum
invertebrate

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Protozoa

Dalam protozoa yang lebih kompleks, struktur seluler khusus, atau organel,
berfungsi sebagai reseptor stimulus dan sebagai efektor respons. Reseptor
termasuk rambut sensorik yang kaku pada ciliata dan bintik mata peka cahaya
pada flagelata. Efektor termasuk silia (ramping, seperti rambut dari permukaan
sel), flagela (memanjang, silia seperti cambuk), dan organel lain yang terkait
dengan menarik makanan atau dengan penggerak. Protozoa juga memiliki filamen
sitoplasma subselular seperti jaringan otot, bersifat kontraktil. Kontraksi yang
kuat dari merupakan hasil dari kontraksi struktur seperti benang yang disebut
myoneme pada filamen.

Meskipun protozoa jelas memiliki reseptor dan efektor khusus, belum tentu ada
sistem penghantar khusus di antara keduanya. Dalam ciliate seperti Paramecium,
pemukulan silia yang mendorongnya tidak acak, tetapi terkoordinasi. Pemukulan
silia dimulai di salah satu ujung organisme dan bergerak dalam gelombang dengan
jarak teratur ke ujung lainnya, menunjukkan bahwa pengaruh koordinasi
dilakukan secara longitudinal. Sebuah sistem fibril yang menghubungkan tubuh di
mana silia berakar dapat menyediakan jalur konduksi untuk gelombang, tetapi
koordinasi silia juga dapat terjadi tanpa sistem tersebut. Setiap cilium dapat
menanggapi rangsangan yang dibawa ke permukaan sel dari cilium yang
berdekatan dalam hal ini, koordinasi akan menjadi hasil dari reaksi berantai dari
cilium ke cilium.

2.2 Porifera

Porifera merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki sel-sel saraf. Namun,
fungsi sel saraf ini digantikan oleh sel lain yang terdapat dalam tubuhnya. Hal ini

9
menyebab porifera mampu bereaksi dengan lingkungan dan peka terhadap
beberapa sentuhan meski tidak memiliki sel saraf.

2.3 Coelenterata

Sistem saraf coelenterata merupakan sistem saraf sederhana berbentuk jala.


Berfungsi untuk mengatur pergerakan dan menanggapi rangsangan. Pusat dari
sistem saraf coelenterata adalah rongga mesoglea. Coelenterata memiliki sistem
saraf sederhana yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi mengendalikan
gerakan dalam merespon rangsangan. Sistem saraf terdapat pada mesoglea.
Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan
gastrodermis. Proses Stimulus-Responnya adalah sebagai berikut: Stimulus sel
sensoris sel saraf ganglion terdekat. Ganglion tersebut akan memberikan respon
yang diteruskan ke sel saraf efektor

2.4 Platyhelminthes

Nama filum Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani kuno "platy" yang berarti
pipih atau datar, dan "helminth-" yang berarti cacing. Filum ini selain disebut
dengan Platyhelminthes, sering juga dikenal dengan Plathelminthes atau
Platyhelminths. Berdasarkan percabangan evolusi, cacing pipih
merupakan Eumetazoa atau hewan sejati yang memiliki jaringan sejati. Cacing
pipih adalah kelompok hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral, oleh karena
itu hewan ini termasuk dalam kelompok Bilateria. Pada perkembangan
embrionya, mulut pada embrio cacing pipih terbentuk terlebih dahulu daripada
anus, sehingga hewan ini termasuk dalam kelompok Protostomia. Dan yang
terakhir, Platyhelminthes termasuk ke dalam klad Lophotrochozoa berdasarkan
filogenetik DNA, dan lebih jauh merupakan Trokozoa (en: Trochozoans), yaitu
kelompok hewan yang menghasilkan larva bersilia atau larva trokofor.

Cacing pipih memiliki bentuk tubuh simetris bilateral, tidak bersegmen, lunak,
dan tentunya pipih. Simetris bilateral ini membuat bagian kiri dan kanan mereka
simetris, juga memiliki kepala dan ekor, serta tubuh permukaan atas dan bawah.

10
Platyhelminthes ini merupakan kelompok hewan triploblastik, yaitu hewan yang
memiliki tiga lapisan embrionik: endoderm, ektoderm, dan mesoderm. Akan
tetapi, mereka tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga dapat disebut
sebagai hewan triploblastik aselomata. Selain itu, cacing pipih tidak bersegmen,
sehingga antara kepala, dada, dan perut, tidak memiliki batas yang jelas. Cacing
pipih memiliki organ tubuh, otak, dan juga sistem pencernaan dan ekskresi
(walaupun tidak sempurna). Akan tetapi, mereka tidak memiliki sistem (organ)
pernafasan dan juga sirkulasi.

Sistem saraf cacing pipih terdiri atas ganglion dengan tali saraf tepi (ventral) yang
melintang dari ujung ke ujung tubuh. Kedua tali saraf itu terhubung dengan
bentuk seperti tangga tali, oleh karena itu sistem saraf ini disebut sistem saraf
tangga tali. Platyhelminthes memiliki bintik mata pada bagian kepala mereka.
Bintik mata ini memiliki sel-sel yang peka cahaya dan terhubung pada sistem
saraf. Bintik mata ini membuat cacing dapat membedakan antara gelap dan terang.
Hal ini penting bagi mereka karena terang dapat berarti ancaman terhadap
dehidrasi, sehingga mereka cenderung menghindari cahaya terang.

2.5 Nemathelminthes

Secara bahasa, kata nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani yakni “ Nema”
yang berarti benang dan “helminthes” yang berarti cacing. Nemathelminthes
adalah cacing yang ciri utamanya ialah bertubuh bulat panjang serta runcing pada

11
kedua ujung tubuhnya. Sebagian besar cacing nemathelminthes hidup sebagai
parasif pada tubuh makhluk hidup lain, namun ada yang hidup bebas. Biasanya
ukuran cacing betina lebih besar dibanding cacing jantan. Banyak
nemathelminthes yang ukurannya mikroskopis, namun ada yang panjangnya bisa
mencapai 1 m. Struktur dari sistem saraf nya berbentuk ganglion cerebral (2
kelompok besar dari kumpulan sel saraf) serta truncus nervosus (berkas saraf kecil
longitudinal). Sistem sarafnya terdiri dari cincin saraf yang mengelilingi esofagus.
Cincin saraf tersebut berhubungan dengan 6 saraf anterior serta beberapa saraf
posterior. Pada setiap sisi cincin saraf ada 6 ganglion saraf.

2.6 Annelida

Anelida adalah salah satu hewan yang multiseluler dan berbentuk


simetrisbilateral. Anelida juga memiliki tubuh yang lunak berbentuk silindris atau
gilig danjuga beruas-ruas. Ruas tubuhnya bagian luar tampak seperti cincin
disebut annuli,sedangkan ruas tubuhnya bagian dalam berupa septa atau pembatas.
Tubuh Anelidadibagi menjadi beberapa bagian, yaitu anterior (ujung kepala),
posterior (ujung ekor),ventral (perut), dan dorsal (punggung). Hampir semua
segmen tubuhnya memilikiorganel yang sama, sehingga disebut segmen
metameri.Pada segmen tubuhnya ada yang disebut parapodia yaitu tonjolan otot
dengancilia yang berfungsi untuk membantunya bergerak. Tetapi ada juga
beberapa jenisAnelida yang tidak memiliki cilia, misalnya cacing tanah. Anelida
juga merupakanhewan selomata dan memiliki tubuh dengan panjang berkisar dari

12
1 mm hingga lebih dari 3m. Anelida juga memiliki otot bulat dan otot
memanjang. Apabila otot memanjang menyempit maka segmen tubuhnya
menjadi pendek, sedangkan apabila otot bulatnya menyempit maka segmen
tubuhnya akan menjadi memanjang.

Sistem saraf Anelida terdiri dari satu ganglia (ganglion) dan satu pasang saraf
yangberfungsi sebagai pusat kontrol atau saraf pusat.Sistem saraf pusat lainnya
berbentukseperti tangga terdapat di bagian ventral, yang menjalar di sepanjang
tubuh ke arahposterior.Ganglion terletak di atas dan di depan faring yang
dihubungkan oleh talisaraf dan kedua sisi faring. Sedangkan di bagian anteriornya
terdapat sel sensorikyang berfungsi untuk mendeteksi cahaya, bahan kimia,
gelombang, dan tekanan.

2.7 Mollusca

Sistem saraf moluska sangat bervariasi tergantung pada kelas tertentu. Secara
umum, ini lebih kompleks daripada cacing gelang atau cacing pipih. Kerang
memiliki sistem saraf sederhana dengan biasanya tiga set ganglia yang
dihubungkan oleh serabut saraf. Ganglia adalah kumpulan sel saraf yang
membentuk pusat saraf sederhana yang berbeda dari otak. Bivalvia tidak memiliki
otak. Karena mereka tidak memiliki daerah kepala, tentakel dan matanya sering
terletak di sepanjang tepi mantel. Gastropoda memiliki sistem saraf yang lebih
kompleks dengan enam set ganglia. Mereka memiliki tentakel yang berisi organ
sensorik yang terletak di kepala mereka. Rentang organ sensorik ini membentuk

13
jaringan penginderaan cahaya sederhana yang disebut ocelli, hingga mata yang
lebih kompleks yang memiliki lensa (misalnya, pada spesies kerang).
Cephalopoda memiliki sistem saraf paling rumit yang ditemukan pada
invertebrata. Gurita, cumi-cumi, dan sotong dianggap paling cerdas dari semua
invertebrata. Mereka mampu melakukan beberapa bentuk pembelajaran, dan
beberapa spesies menunjukkan interaksi sosial yang rumit. Ini karena otak mereka
yang besar dan berkembang dengan baik serta organ sensorik mereka yang
canggih. Misalnya, mereka memiliki mata kompleks besar yang mampu
membentuk gambar. Sungguh menakjubkan bahwa tingkat kerumitan dalam
sistem saraf ini berevolusi secara mandiri dalam filum ini melalui jalur yang
sangat berbeda dari vertebrata.

2.8 Arthropoda

Sistem saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan


berkesinambungan yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terebentuk
akibata adanya suatu simulus (rangsang). Sel fungsional yang bekerja pada sistem
saraf adalah Neuron atau sel saraf. Jaringan saraf serangga dibagi menjadi,
jaringan saraf pusat (central nervous system) dan jaringan saraf dalam
(stomatodeal nervous system). Pada dasarnya jaringan saraf pusat terdiri atas
Serangga merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata)

14
yang tergolong dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia. Berdasarkan
taksonominya perbandingan serangga dengan organisme lainnya memiliki jumlah
yang sangat beragam. Pada ujung saraf dari sistem saraf serangga akan dihasilkan
acetycholine apa- bila saraf tersebut mendapatkan stimulasi atau rangsangan.
Acetycholine ini berfungsi sebagai mediator atau perantara, antara saraf dan otot
daging sehingga memungkinkan impuls listrik yang merangsang otot daging
untuk berkontraksi(Kadomura et al., 2013). Namun menurut (Puspita et al., 2019)
Selain itu dalam sel saraf serangga antara sel saraf dan sel otot terdapat synaps.
Asetilkolin yang dibentuk oleh sistem saraf berfungsi untuk menghantarkan
impuls dari sel saraf ke sel otot. Sebuah otak (Supraeo\sophageal ganglion) yang
terletak di bagian kepala, otak dan tali saraf ventral yang berpangkal di otak terus
ke sepanjang abdomen di bagian ventral rongga tubuh. Pada setiap segmen terjadi
pengumpulan sel saraf yang kemudian dinamakan ganglion. Sistem saraf pusat
tersebut mengawasi dan mengkoordinasikan seluruh aktivitas tubuh serangga.
Sistem saraf pusat pada dasarnya, sistem saraf pusat dibentuk dari otak, terletak di
kepala dan cord saraf ventral yang memanjang dari otak ke abomen sepanjang
dasar rongga tubuh. Sistem saraf pusat mengkoordinir aktivitas tubuh serangga
dan pada jaringan saraf dalam (stomatodeal nervous system) atau sistem saraf
visceral adalah sistem stomodeal yang berfungsi untuk mengontrol aktivitas usus
anterior dan pembuluh dorsal. Sistem ini terdiri dari ganglion frontal yang
terhubung ke otak dan ganglia kecil lainnya. Otak terletak dalam kerangka kepala
dibagian atas disekitar esophagus sehingga dikenal dengan nama pusat saraf
supraesophagel. Dalam sistem saraf serangga, otak di bagi ke dalam
protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang
mencakup antena dan tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan.
Penghubung dengan pusat saraf besar yang terletak dibawah esophagus disebut
pusat saraf subesophageal (subesophageal ganglion) yang terdiri dari tiga pasang
ganglia yang menyatu. Ini akan mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan
berhubungan dengan tali saraf ventral. Sistem saraf stomodeal (stomodeal nervous
system) mengatur aktivitas dari usus bagian depan dan pembuluh bagian
punggung. Sistem saraf ini terdiri atas saraf frontal (frontal ganglion) yang
dihubungkan ke otakdan saraf lain yang lebih kecil. Saraf-saraf ini mengawali

15
terbentuknya pasangan saraf yang mencakup sistem pencernaan dan dua pasang
kelenjar endokrin (korpora kardiaka dan korpora alata). Kelenjar ini berperan
dalam pertumbuhan serangga. Bagian lain dari sistem saraf stomodeal adalah
sistem perasa ventral yang meliputi spirakel dan sistem perasa kandel yang
berperan dalam aktivitas reproduksi.

2.9 Echinodermata

Sistem saraf Echinodermata dikenal dengan saraf plexus, Echinodermata tidak


mempunyai otak dan hanya mempunyai cincin saraf pusat (ring nerves)
serta cabang saraf (radial nerves) yang menyebar pada lengan atau bagian
tubuhnya yang simetris radial tepatnya di bawah kulit mereka. Ini menyebabkan
koordinasi yang terjadi dapat berjalan lambat. Walaupun begitu, Echinodormata
sensitif terhadap sentuhan, cahaya, suhu, dan keadaan air di sekitarnya, karena
pada umumnya Echinodermata mempunyai kaki tabung pada tubuhnya yang
membantunya dalam gerak dan juga pada kelompok tertentu ditemukan suatu
bagian yang dinamakan eye spot. Eye spot berupa kumpulan ocelli yang
mengandung sel epitel berpigmen yang dapat merespon cahaya dan terdapat sel
sensori diantara itu.

Kelompok bintang laut dari kelas Asteroidea adalah salah satu contoh umum yang
bisa diamati terkait sistem saraf Echinodermata. Pada bintang laut, cincin saraf
pusat terletak di sekitar esopagus sedangkan saraf radial ditemukan pada setiap
lengan, sejajar dengan sistem sirkulasi air yang membantu pergerakannya. Kaki
tabung sensitif terhadap zat kimia yang bersumber dari makanannya. Eye spot

16
membantu mereka dalam merasakan sensitifitas cahaya menggunakan sel reseptor.
Kemampuan dalam autotomi atau kemampuan menumbuhkan lenganya yang
sengaja dilepaskan/patah dalam menghadapi predator, sistem saraf berperan
penting dalam proses tersebut karena dapat mengirimkan sinyal pada tubuh untuk
melepaskan lengan yang berada dalam genggaman musuh/predator. Saraf radial
pada lenganya akan mengirimkan sinyal ke cincin saraf pusat.

Pada kelas Echinoidea, terdapat 5 saraf yang menyebar di bawah percabangan


kanal dari cincin saraf pusat ke berbagai bagian seperti kaki tabung, duri,
pedicellari yang merupakan organ pertahanan. Pusat saraf terletak mengelilingi
lentera aristoteles. Echinoidea mempunyai eye spot yang terletak pada bagian
aboral. Duri yang dimilikinya selain digunakan sebagai pertahanan, juga
digunakan sebagai alat indera peraba. Untuk bergerak atau melakukan suatu hal,
Echinoidea mempunyai organ sensor statocysts yang disebut spheridia yang dapat
mengirimkan sinyal dari suatu paparan untuk melakukan pergerakan dan tindakan
lain. Contoh hewan yang termasuk dalam kelompok ini adalah landak laut.

17
Cincin saraf pusat yang dimiliki kelompok ini terletak di sekitar faring (pharynx)
yang juga bercabang menjadi 5 saraf radial pada seluruh tubuh dan juga
mengirimkan sinyal ke tentakel  dan faring. Walaupun tidak seperti Asteroidea dan
Echinoidea yang mempunyai organ sensor tambahan, Holothuroidea masih dapat
merangsang terhadap sentuhan dan cahaya karena saraf melewati kulit dan
terletak di bawah sistem sirkulasi air (ambulakral). Selain itu, podia yang
merupakan kaki tabung termasuk bagian yang sensitif dalam menghadapi
rangsangan. Jadi, komponen dari sistem saraf Holothuroidea adalah cincin saraf
pusat dan lima saraf radial, menjalar dari bagian anterior ke bagian posterior
melewati jaringan ikat pada tubuhnya. Setiap tali saraf radial terdiri atas dua strip
jaringan saraf yaitu ectoneural dan hyponeural. Kedua bagian ini terhubung dan
menjadi bagian penyusun sistem saraf. Terlepas dari hal itu, terdapat penelitian
yang melaporkan bahwa pada kelompok ini, peranan pusat sistem saraf tidak
memberikan pengaruh berarti terhadap sistem koordinasinya. Contoh hewan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah ketimun laut/teripang.

Ophiuroidea termasuk kelompok yang mirip bintang laut namun tidak mempunyai
mata, sering disebut bintang ular. Organ sensorik tidak ditemukan pada
Ophiuroidea, namun tetap mempunyai cincin saraf pusat yang terdapat di bagian
cakram (pusat tubuh). Percabangan saraf atau saraf radial juga seperti pada
bintang laut yang menyebar ke setiap lengan. Saraf-saraf tersebut berada di dasar
osikel yang merupakan rangka penyusun tubuh serta bagian tentakel. Ophiuroidea

18
masih dapat merasakan sensitifitas seperti zat kimia, sentuhan, atau cahaya
melalui saraf yang terdapat di bawah epidermis pada lengan. Berdasarkan hal
tersebut semua pergerakannya bergantung oleh tentakel, karena saraf radial yang
melewati tentakelnya mengambil alih kontrol setiap pergerakan, berbeda dengan
kelompok lain yang disetiap pergerakan dibantu oleh kaki tabung melalui sistem
ambulakral (sistem sirkulasi air).

Khusus pada kelompok Crinoidea, sistem saraf terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Sistem Oral : Terletak disekitar mulut dan saraf radial bercabang ke


bagian lengan dibawah jaringan epidermis membentuk jaringan saraf
panjang dari sistem pencernaan.

2. Sistem Hyponeural : Disetiap lenganya terdapat 2 cabang saraf yang


digunakan sebagai sensor pengatur bagian pinula (cabang-cabang kecil
pada lenganya yang digunakan untuk menangkap makanan) dan kaki
tabung sebagai alat penggerak.

3. Sistem Aboral : bagian ini termasuk bagian utama karena fungsinya


sebagai pengatur gerakan, terletak di dasar calyx (fungsinya sebagai
cakram), saraf tunggalnya mengarah ke setiap lengan dan pada tangkainya
(stalk). Tangkai atau stalk berfungsi sebagai bagian yang digunakan dalam
menempel pada substrat. Beberapa spesies dari kelompok ini dapat
bergerak bebas sebelum mencari substrat untuk melekat saat
dewasa. Contoh hewan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Lili
laut.

19
20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam protozoa yang lebih kompleks, struktur seluler khusus, atau organel,
berfungsi sebagai reseptor stimulus dan sebagai efektor respons. Reseptor
termasuk rambut sensorik yang kaku pada ciliata dan bintik mata peka cahaya
pada flagelata. Efektor termasuk silia (ramping, seperti rambut dari permukaan
sel), flagela (memanjang, silia seperti cambuk), dan organel lain yang terkait
dengan menarik makanan atau dengan penggerak. Porifera merupakan makhluk
hidup yang tidak memiliki sel sel saraf. Namun fungsi sel saraf ini digantikan oleh
sel lain yang terdapat dalam tubuhnya. Hal ini menyebab porifera mampu bereaksi
dengan lingkungan dan peka terhadap beberapa sentuhan meski tidak memiliki sel
saraf. Sistem saraf coelenterata merupakan sistem saraf sederhana berbentuk jala.
Berfungsi untuk mengatur pergerakan dan menanggapi rangsangan. Pusat dari
sistem saraf coelenterata adalah rongga mesoglea.

Sistem saraf cacing pipih terdiri atas ganglion dengan tali saraf tepi (ventral) yang
melintang dari ujung ke ujung tubuh. Kedua tali saraf itu terhubung dengan
bentuk seperti tangga tali, oleh karena itu sistem saraf ini disebut sistem saraf
tangga tali. . Struktur dari sistem saraf Nemathelminthes berbentuk ganglion
cerebral (2 kelompok besar dari kumpulan sel saraf) serta truncus nervosus
(berkas saraf kecil longitudinal). Sistem sarafnya terdiri dari cincin saraf yang
mengelilingi esofagus. Sistem saraf Anelida terdiri dari satu ganglia (ganglion)
dan satu pasang saraf yangberfungsi sebagai pusat kontrol atau saraf pusat.Sistem
saraf pusat lainnya berbentukseperti tangga terdapat di bagian ventral, yang
menjalar di sepanjang tubuh ke arahposterior.

Sistem saraf moluska sangat bervariasi tergantung pada kelas tertentu. Secara
umum, ini lebih kompleks daripada cacing gelang atau cacing pipih. Kerang
memiliki sistem saraf sederhana dengan biasanya tiga set ganglia yang
dihubungkan oleh serabut saraf. Ganglia adalah kumpulan sel saraf yang

21
membentuk pusat saraf sederhana yang berbeda dari otak. Bivalvia tidak memiliki
otak. Karena mereka tidak memiliki daerah kepala, tentakel dan matanya sering
terletak di sepanjang tepi mantel. Gastropoda memiliki sistem saraf yang lebih
kompleks dengan enam set ganglia. Mereka memiliki tentakel yang berisi organ
sensorik yang terletak di kepala mereka. Rentang organ sensorik ini membentuk
jaringan penginderaan cahaya sederhana yang disebut ocelli, hingga mata yang
lebih kompleks yang memiliki lensa (misalnya, pada spesies kerang).
Cephalopoda memiliki sistem saraf paling rumit yang ditemukan pada
invertebrata. Gurita, cumi-cumi, dan sotong dianggap paling cerdas dari semua
invertebrata. Mereka mampu melakukan beberapa bentuk pembelajaran, dan
beberapa spesies menunjukkan interaksi sosial yang rumit. Ini karena otak mereka
yang besar dan berkembang dengan baik serta organ sensorik mereka yang
canggih. Sistem saraf Echinodermata dikenal dengan saraf plexus,
Echinodermata tidak mempunyai otak dan hanya mempunyai cincin saraf
pusat (ring nerves) serta cabang saraf (radial nerves) yang menyebar pada lengan
atau bagian tubuhnya yang simetris radial tepatnya di bawah kulit mereka. Ini
menyebabkan koordinasi yang terjadi dapat berjalan lambat. Walaupun begitu,
Echinodormata  sensitif terhadap sentuhan, cahaya, suhu, dan keadaan air di
sekitarnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A.,
Minorsky, P. V., & Jackson, R. B. (2010). BIOLOGI Edisi Kedelapan
Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Daud, F., & Putra, M. R. T. J. (2011). Perbandingan Hasil Belajar Biologi Materi
Sistem Saraf dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Grup investigasi dan Model Pembelajaran Langsung pada Siswa Kelas IX
IPA SMA Negeri 1 Sungguminasa (The Comparison of Biology Learning
Outcomes be). Bionature, 12(2), 123–130.

Drewes, C. D. 1984. Escape reflexes in earthworms and other annelids. In: Neural
Mechanisms of Startle Behavior, R. C. Eaton, ed., Plenum Press, N.Y., pp.
43-91.
Mashanov VS, Zueva OR, Heinzeller T. The Central Nervous System Of Sea
Cucumbers (Echinodermata: Holothuroidea) Shows Positive
Immunostaining For A Chordate Glial Secretion. Journal of Fronties in
Zoology. 2009, 40:351-372.
Garcia, J. 2011. The Enteric Nervous System Of Echinoderms: Unexpected
Complexity Revealed By Neurochemical Analysis. The Journal of
Experimental Biology. No.204, 2011 : 865–873.

23

Anda mungkin juga menyukai