Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

(Lokasi dan Sensasi Reseptor Pengecap)

Dosen Pengampu : 1. Dr. Tri Jalmo, M.Si.

2. Dr. Dina Maulina, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 6B

Ellyas Nico Yoel S. (2113024042)


Raya Diva Marwani (2113024062)
Kadek Dewi Septi S. (2153024064)
Ni Made Virna Parvati (2153024004)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
A. Judul Praktikum
Lokasi Dan Sensasi Reseptor Pengecap

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui lokasi reseptor pengecap pada manusia
b. Mengetahui variasi waktu sensasi

C. Alat dan Bahan


Alat:
1. Kapas
2. Kertas filter atau tisu
3. Stopwach
Bahan:
1. Gula
2. Asam
3. Garam
4. Obat puyer
5. Air mineral

D. Cara Kerja
1. Membersihkan rongga mulut dengan berkumur air tawar/ air putih.
2. Meletakkan sedikit gula pada lokasi pengecap rasa manis, pada saat
yang bersamaan menghidupkan stopwatch dan mematikannya setelah
rasa manis terasa.
3. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengindera rasa manis
(sensasi rasa).
4. Kemudian berkumur kembali dan dilanjutkan dengan menempelkan
garam pada lokasi pengecap asin sambil menghidupkan stopwatch
dan mematikannya setelah asin terasa.
5. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengindra rasa asin.
6. Berkumur kembali dan menempelkan puyer pada lokasi pengecap
pahit sambil menghidupkan stopwatch dan mematikannya setelah
pahit terasa.
7. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengindra rasa pahit.
8. Berkumur kembali dan menempelkan asam pada lokasi pengecap
asam sambil menghidupkan stopwatch dan mematikannya setelah
pahit terasa
9. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengindra rasa asam.

E. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil yaitu:

F. Pembahasan
Dalam eksperimen ini, kami melakukan penelitian mengenai lokasi dan
sensasi reseptor pengecap. Tahap pertama melibatkan pembersihan
rongga mulut subjek percobaan dengan berkumur menggunakan air
tawar. Kami menempatkan sedikit bubuk gula pada lidah dengan urutan
berikut: pangkal lidah, tepi belakang lidah, tepi depan lidah, dan ujung
depan lidah. Kami kemudian menghidupkan stopwatch dan mencatat
waktu. Selanjutnya, kami berkumur lagi dengan air tawar tanpa
mengeringkan lidah. Tahap kedua melibatkan penggunaan sedikit bubuk
puyer (pahit) dengan urutan berikut: ujung lidah, tepi depan lidah, tepi
belakang lidah, dan pangkal lidah. Kami kembali menghidupkan
stopwatch dan mencatat waktu. Setelah itu, kami berkumur lagi dengan
air tawar tanpa mengeringkan lidah. Tahap ketiga melibatkan penggunaan
sedikit bubuk garam dengan urutan berikut: pangkal lidah, ujung depan
lidah, tepi belakang lidah, dan tepi belakang lidah. Kami menghidupkan
stopwatch dan mencatat waktu lagi. Terakhir, kami berkumur lagi dengan
air tawar tanpa mengeringkan lidah. Tahap keempat melibatkan
penggunaan sedikit asam dengan urutan berikut: ujung depan lidah,
pangkal lidah, tepi depan lidah, dan tepi belakang lidah. Kami
menghidupkan stopwatch dan mencatat waktu.

Berdasarkan hasil pengamatan, berikut adalah data waktu (dalam satuan


detik) untuk propandus Robin ys dan propandus Rohmaniar pada setiap
percobaan: Propandus Robin ys: Pada puyer, di bagian ujung lidah: 7.20
detik. Pada puyer, di bagian tepi depan lidah: 4.22 detik. Pada puyer, di
bagian tepi belakang lidah: 4.80 detik. Pada puyer, di bagian pangkal
lidah: 1.97 detik. Pada garam, di bagian ujung lidah: 6.71 detik. Pada
garam, di bagian tepi depan lidah: 3 detik. Pada garam, di bagian tepi
belakang lidah: 2.27 detik. Pada garam, di bagian pangkal lidah: 6.47
detik. Pada gula, di bagian ujung lidah: 2.50 detik. Pada gula, di bagian
tepi depan lidah: 5.31 detik. Pada gula, di bagian tepi belakang lidah: 5.17
detik. Pada gula, di bagian pangkal lidah: 9.60 detik. Pada asam, di bagian
ujung lidah: 6.34 detik. Pada asam, di bagian tepi depan lidah: 5.38 detik.
Pada asam, di bagian tepi belakang lidah: 2.10 detik. Pada asam, di bagian
pangkal lidah: 8.10 detik. Propandus Rohmaniar: Pada puyer, di bagian
ujung lidah: 20 detik. Pada puyer, di bagian tepi depan lidah: 20 detik.
Pada puyer, di bagian tepi belakang lidah: 10 detik. Pada puyer, di bagian
pangkal lidah: 7 detik. Pada garam, di bagian ujung lidah: 3 detik. Pada
garam, di bagian tepi depan lidah: 9 detik. Pada garam, di bagian tepi
belakang lidah: 7 detik. Pada garam, di bagian pangkal lidah: 5 detik. Pada
gula, di bagian ujung lidah: 6 detik. Pada gula, di bagian tepi depan lidah:
13 detik. Pada gula, di bagian tepi belakang lidah: 4 detik. Pada gula, di
bagian pangkal lidah: 7 detik. Pada asam, di bagian ujung lidah: 3 detik.
Pada asam, di bagian tepi depan lidah: 9 detik. Pada asam, di bagian tepi
belakang lidah: 11 detik. Pada asam, di bagian pangkal lidah: 10 detik.

Berdasarkan pengamatan, pada propandus Robin ys, waktu sensasi rasa


gula paling cepat terjadi pada ujung lidah sekitar 2.15 detik, sementara
waktu sensasi rasa pahit paling cepat terjadi pada pangkal lidah sekitar
1.97 detik. Sensasi rasa asam paling cepat terjadi pada tepi belakang lidah
sekitar 2.04 detik, dan sensasi asin gula paling cepat terjadi juga pada tepi
belakang lidah sekitar 2.27 detik. Pada propandus Rohmaniar, waktu
sensasi rasa gula paling cepat terjadi pada tepi belakang lidah sekitar 4
detik, waktu sensasi rasa pahit paling cepat terjadi pada pangkal lidah
sekitar 7 detik, waktu sensasi rasa asam paling cepat terjadi pada ujung
lidah sekitar 3 detik, dan waktu sensasi asin gula paling cepat terjadi juga
pada ujung lidah sekitar 3 detik.

Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran untuk menentukan lamanya


sistem pengecap (lidah) dalam merespon sensasi rasa seperti manis, asam,
asin, dan pahit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kemampuan
indera pengecap manusia dalam merespon sensasi rasa dapat berbeda-
beda. Faktor-faktor seperti usia, jumlah konsentrasi zat rasa, dan struktur
lidah dapat mempengaruhi kemampuan indera pengecap. Terdapat
perbedaan dalam waktu sensasi rasa antara individu, termasuk para
praktikan dalam percobaan ini, karena setiap orang memiliki tingkat
sensitivitas yang berbeda-beda. Perbedaan sensitivitas ini disebabkan
oleh variasi sel-sel reseptor kemoreseptor yang terdapat pada papila
pengecap di lidah.
Sensasi rasa dipengaruhi oleh saliva (air liur). Hal ini disebabkan karena
saliva akan melarutkan dan mengkatalis zat yang masuk ke dalam mulut.
Kuncup kecap hanya akan dapat terstimulasi bila zat tersebut telah
dikatalis oleh saliva (chemoreseptor), sehingga apabila konsentrasi saliva
terlalu rendah maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengkatalis
zat-zat tersebut, dan semakin lambat pula respon rasa tersebut (Jalmo,
2007)

Dari keempat sensasi rasa tersebut memiliki mekanisme yang berbeda


sehingga lidah dapat merasakan rasa dari bahan yang dicoba. Mekanisme
sensasi rasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Transduksi rasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada
porus perasa atau dapat pula dikatakan bahwa molekul rasa manis
berikatan dengan reseptor rasa manis yang tertanam dalam membrane.
Selanjutnya pelekatan tersebut mengaktifkan protein G (stimulator)
yang terdapat pada sitoplasma tapi melekat pada membrane. Protein
G adalah protein yang berikatan dengan GTP dan protein tersebut
terdiri dari 3 submit. Protein G yang teraktivasi selanjutnya akan
mengaktivkan enzim adenilat siklase. Enzim tersebut kemudian akan
mengkatalisis pembentukan cAMP terstimulasinya sitoplasma
lainnya, yaitu enzim protein kinase. kembali enzim ini akan
memodifikasi saluran ion K dengan cara saluran ion K membuka
sehingga ion K akan bergegas keluar yang akhirnya mengakibatkan
saluran ion K membuka sehingga ion K akan bergegas keluar yang
akhirnya mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada putting
pengecap. Depolarisasi sel tersebut mengakibatkan terlepasnya
neurotransmitter ke sinaps. Dari sinaps, impuls akan dilanjutkan ke
syaraf sensorik menuju pusat saraf sehingga dapat disadari oleh otak.
2. Transduksi Rasa Asam terjadi karena meningkatnya konsenterasi H+,
dimana membrane sangat permeable terhadap proton ini. Masuknya
proton ke dalam sel mengakibatkan terjadinya depolarisasisel
tersenut, akibatnya neurotransmitter ini mengakibatkan impuls
dialirkan ke system saraf pusat. Depolarisasi ini terjadi karena
peningkatan muatan positif di dalam sel. Hal ini terjadi karena pada
saat saluran proton terbuka maka saluran untuk keluarnya ion K akan
tertutup, dengan demikian intraseluler snaking bersifat elektropositf.
3. Transduksi Rasa Pahit dimulai dari tastan oahit yang berikatan dengan
reseptor oada membrane dan mengakibatkan protein G lainnya
teraktivasi kemudian mengaktifkan enzim fosfolipase C yang
mengakibatkan terurainya fosfoinolfosfat (PIP2) menjadi inositol
trifosfat (IP3) dan diasil gliserol (DAG). IP3 merupakan senyawa
yang larut dalam sitoplasma akan berikatan dengan reseptor yang
terdapat pada reticulum endoplasmic. Berikatannya IP3 dengan
reseptor mengakibatkan terbukanya saluran untuk ion Ca. maka ion
Ca akan keluar menuju sitoplsma yang mengakibatkan terbukanya
saluran ion K dan terlepasnya neurotransmitter ke sinaps. 4
4. Transduksi Rasa Pahit disebabkan oleh masuknya ion Na yang
mengakibatkan tertutupnya saluran untuk keluarnya ion K. akhirnya
terjadi depolarisasi yang mengakibatkan terlepasnya neurotransmitter
yang kemudian digunakan untuk menyalurkan impuls ke pusat saraf
melalui akson saraf sensorik. Indera pengecapan memungkinkan kita
merasakan tekstur makanan lembut atau kasar, zat-zat yang
terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu sendiri. Sensasi
pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor
pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel
pengecapan, antara lain: 2 reseptor Na, 2 reseptor K, 1 reseptor Cl, 1
reseptor adenosin, 1 reseptor inosin, 1 reseptor manis, 1 reseptor pahit,
1 reseptor glutamat, dan 1 reseptor ion hidrogen.

Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi 5 kategori umum:


asam, asin, manis, pahit, dan umami disebut sensasi pengecapan utama:
a. Rasa asam, disebabkan oleh asam karena konsentrasi ion hydrogen
b. Rasa Asin, dihasilkan oleh garam yang terionisasi, karena konsentrasi
Na
c. Rasa manis, dibentuk oleh beberapa zat kimia organik (gula, glikol,
alcohol, aldehide, keton, amida, ester, asam amino, protein,asam
sulfonat, asam halogenasi), dan garam anorganik dari timah dan
berilium.
d. Rasa Pahit, juga tidak dibentuk oleh satu zat kimia pembentuk rasa
manis bila terjadi perubahan pada struktur kimianya dapat menjadi
pahit. Rasa pahit juga dapat mengindikasi bahwa makanan tersebut
mengandung toxin atau beracun.
e. Rasa Umami (bahasa.Jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa
kecap yang menyenangkan secara kualitatif. Rasa ini dominant
ditemukan pada L-glutamat.

G. Kesimpulan
Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak
pada tepi depan lidah, reseptor rasa asam terletak di tepi belakang lidah,
dan reseptor rasa pahit terletak di pangkal lidah. Waktu sensasi adalah
waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi
rangsangan, kemudian diteruskan ke otak agar rasanya dapat dikenali.
Waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi reseptor pada setiap individu
dapat berbeda-beda, karena sensitivitas individu terhadap rasa juga
berbeda. Rasa asin dan asam terjadi karena pengaruh konsentrasi ion
proton Na dan ion H.

H. Daftar Pustaka
Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung:
Unila
Shita., Y. 2013. Reseptor Pengecap.
https://infopendidikannew.blogspot.com/2013/12/laporan-
fisiologi-hewan-reseptor.html?m=1 . Diakses pada 06 Juni 2023.

Anda mungkin juga menyukai