Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Oleh : Kelompok 1

Anggota Kelompok
1. Desak Putu Sashi Kirani (211031005)
2. I Made Govinda Duta Paramahamsa (211031010)
3. Komang Gde Arjuna Surya Negara (211031012)
4. Luh Putu Wulan Aristina Dewi (211031015)
5. Ni Luh Dea Ary Prabawati (211031019)
6. Ni Made Sita Dwi Liliana (211031022)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL DENPASAR 2021
Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara 80239 – Bali Tep.(0361) 4747770

Web : www.unbi.ac.id Email : iik.medali@gmail.com


Praktikum Diskriminasi taktil

A. Tujuan
Untuk mengetahui diskriminasi taktil di berbagai bagai tubuh (lengan dan wajah)
B. Dasar teori
Sensasi gabungan ( combinated sensation) merupakan perasaan tubuh yang mempunyai
sifat diskriminatif dari 3 dimensi. Melibatkan komponen kortikal (otak lubulus parietal )
untuk menganalisis dan mesintesisbtiap jenis perasaan. Salah satu contoh dari sensasi
gabungan adalah rasa diskriminasi yaitu rasa yang melibatkan kemampuan taktil dari
kulit dan terdiri dari diskriminasi intensitas ( kemampuan menilai kekuatan stimulus,
seperti tekanan benda ke permukaan kulit ), dan diskriminasi spesial atau diskriminasi
dua titik ( kemampuan membedakan lokasi atau titik asal rangsang.
C. Alat
Jangka ( faser )
D. Cara kerja
1. Posisikan orang yang akan diperiksa dalam kedaan duduk sengan rileks
2. Tutup mata orang yang akan diperiksa
3. Ambil jangka yang tersedia dan rentangkan jangka sehingga kedua ujung jangka
berjarak
4. Coba tancapkan dengan pelan jangka pada bagian lengan orang diperiksa
5. Lalu tanyakan pada orang yang diperiksa ada berapa titik rangsang yang
dirasakan
6. Dekatkan kedua ujung jangka
7. Tancapkan lagi dengan pelan
8. Tanyakan lagi pada orang yang diperiksa ada berapa titik rangsang yang
dirasakan
9. Ulangi langkah tersebut untuk pemeriksaan diskriminasi pada wajah orang yang
diperiksa.
E. Hasil :
 Percobasan orang ke-1 (Arjuna)
 Lengan
Tusukan pertama dengan 2 rangsangan (orang yang diperiksa merasa 2
rangsangan)
Tusukan kedua dengan 2 rangsangan (orang diperiksa merasakan 2 rangasangan )
 Wajah
Tusukan pertama dengan 2 rangsangan ( orang yang diperiksa merasakan 2
rangsanga )
Tusukan ketiga dengan 1 rangsangan ( orang yang diperiksa merasakan 1
rangsangan )
 Percobaan orang ke-2 ( Dea )
 Lengan
Tusukan pertama dengan 1 rangsangan (orang yang diperiksa merasakan 1
rangsangan)
Tusukan kedua dengan 2 rangsangan ( orang yang diperiksa merasakan 2
rangsangan)
 Wajah
Tususkan pertama dengan 2 rangsangan ( orang yang diperiksa merasakan 2
rangangan )
Tusukan kedua dengan 1 rangsangan ( orang yang diperiksa merasakan 1
rangsangan )

F. Kesimpulan
Diskriminasi titik kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari
dua ujung yang disebut diskriminasi dua titik. Setiap lokasi tubuh yang berbeda memiliki
kemampuan membedakan dua titiknyang berbeda pula yang tergantung pada tingkat
derajat pemisahan jarak jangka yang bervariasi
DOKUMENTASI
Praktikum Perimetri

A. Tujuan
Untuk mengetahui luas lapang pandang seseorang dengan menggunakan perimetri
B. Dasar Teori
Lapang pandang merupakan seluruh daerah yang dapat dilihat tanpa mengalihkan
pandangan. Tiap lapang pandang dapat direpresentasikan sebagai suatu jenis kontur,
mendemonstrasikan kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan
tertentu. Lapang pandang tidak rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang jauh
lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal ini menghasilkan ‘bukit penglihatan’ di mana
objek yang dilihat dengan detil terbaik berada di puncak bukit (di fovea) dan berkurang
secara progresif menuju ke perifer. Ini berhubungan dengan papil saraf dimana tidak
terdapat fotoreseptor. Aspek luar dari lapangan pandang meluas hingga sekitar 60° ke
arah superior, 60° kearah nasal, 75° ke arah inferior, dan 100° ke arah temporal. Di sisi
temporal lapang pandang terletak bintik buta antara 10° dan 20°.
C. Alat dan Bahan
1. Perimetri
2. 1 buah batang lidi berisi bulatan kecil putih pada ujung lidi
3. Kertas pencatatan hasil
D. Cara Kerja :
1. Suruhlah orang yang akan diperiksa untuk duduk membelakangi cahaya menghadap alat
perimeter, dan tutuplah salah satu matanya dengan tangan.
2. Letakkan dagu orang pada sandaran dagu yang dapat diatur tingginya sehingga tepi
bawah matanya terletak setinggi ujung batang sandaran dagu.
3. Siapkan formulir untuk mencatat hasil percobaan.
4. Pasanglah perimeter sehingga busurnya mendatar (lihat di belakang perimeter).
5. Suruhlah orang tersebut untuk memusatkan penglihatannya pada titik-titik fiksasi di
tengah-tengah perimeter, dan selama pemeriksaan penglihatan tetap harus dipusatkan
pada titik fiksasi itu.
6. Ambillah batang dengan bulatan kecil putih dan gerakkanlah bulatan putih itu menyusur
sepanjang busur dari tepi ke titik fiksasi di tengah-tengah.
7. Gerakan bulat putih dihentikan pada waktu orang coba mulai melihat benda itu dan
bacalah derajat tempat itu pada busur dan catat pada formulir.
8. Ulangi percobaan ini dengan setiap kali memutar busur 30° menurut arah jarum jam
sehingga meliputi seluruh lantang pandangan dan ini dianggap sebagai lantang
pandangan untuk berbagai warna, hanya titik derajat pada busur ditetapkan pada waktu
orang coba mengenal warnanya.
9. Lakukan juga lantang pandangan untuk mata lainnya.

E. Hasil Percobaan :

Mata Kiri (Arjuna) Mata Kanan (Wulan) Mata Kiri (Sita) Mata Kanan (Sashi)
Temporal : 90° Temporal : 90° Temporal : 90° Temporal : 90°
Nasal : 60° Nasal : 75° Nasal : 55° Nasal : 65°
Superior : 50° Superior : 60° Superior : 55° Superior : 60°
Inferior : 75° Inferior : 75° Innferior : 60° Inferior : 75°

F. Kesimpulan
Rata-rata luas lapang pandang yang paling besar adalah ke arah inferior yaitu 75°,
khususnya pada pemeriksaan mata kanan. Maka dari hasil percobaan tersebut dapat
dikatakan luas pandang semua pasien tersebut tergolong normal.
DOKUMENTASI
Praktikum Refleks pupil pada akomodasi

A. Tujuan
Untuk menilai reflex pupil
B. Dasar teori
Pupil merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata Normalnya, pupil mata
akan bereaksi terhadap cahaya, yaitu dengan membesar ketika berada di tempat gelap,
atau mengecil ketika terkena cahaya. Pada orang yang mengalami kelainan pupil mata,
refleks cahaya pada pupil mata tidak akan terjadi.
C. Alat dan bahan
- Flash handphone (senter)
D. Cara kerja
1. siapkan klien dengan posisi duduk yang benar
2. Instruksikan klien untuk membuka mata selama pemeriksaan
3. Ayunan sinar secara cepat antara mata kanan dan mata kiri,masing-masing mata disinari
sekitar 3-5 detik.perhatikan reaksi pupil (dilatasi atau kontriksi dan ukuranya saat sinar
pertama kali mengenai mata dan selama masa observasi (3-5 detik).sinar harus sama
terang dan jatuh pada posisi yg sama pada masing-msing mata
4. Ulangi tindakan diatas beberapa kali

E. Hasil
 Percobaan orang ke-1 (dea)
Tanpa cahaya
kiri : normal
kanan : normal
Dengan cahaya
kiri : normal (mengecil)
kanan : normal (mengecil)
 Percobaan orang ke-2 (govin)
Tanpa cahaya
kiri : normal
kanan : normal
Dengan cahaya
kiri : normal (mengecil)
kanan : normal (mengecil
F. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan refleks pupil kedua klien mendapatkan hasil yang normal
baik dengan atau tanpa cahaya pada mata kiri dan kanan

TANPA
DENGAN

TANPA DENGAN
Praktikum Refleks Patella dan Triceps

A. Tujuan
untuk mengetahui pasien yang dicurigai menderita gangguan pada sistem saraf, terutama
untuk menentukan tingkat kerusakan pada sistem saraf.
B. Dasar teori
Pemeriksaan refleks fisiologis merupakan suatu prosedur diagnostik yang rutin dilakukan
untuk menilai mengevaluasi fungsi sensorimotor pada tubuh. Pemeriksaan ini tergabung
pada pemeriksaan neurologi lengkap.
Pada gangguan saraf, hasil pemeriksaan refleks dapat memberikan hasil normal,
meningkat (hiperrefleks), menurun (hiporefleks) atau tidak ada refleks sama sekali. Jika
hasil pemeriksaan menunjukan refleks menurun, perlu dicurigai bahwa terjadi gangguan
pada lengkung refleks (serabut saraf sensorik, materi abu-abu pada sumsum tulang
belakang, maupun serabut saraf motorik).

C. Alat dan bahan


Palu refleks (hammer refleks)

D. Cara kerja (patella)


 Pada saat melakukan pemeriksaan refleks dalam, pemeriksa perlu memastikan
posisi dan teknik pengetukan palu refleks benar dan diketuk pada tendon yang
tepat.
 posisi pasien dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pasien duduk dengan kedua
kaki digantung, pasien duduk dengan kedua kaki menapak pada lantai, dan posisi
pasien berbaring terlentang dengan tungkai difleksikan pada sendi lutut.
 Pemeriksa dapat melakukan stimulasi dengan mengetuk pada
tendon m.quadriceps femoris (tendon patella). Hal ini akan memberikan respon
berupa kontraksi m.quadriceps femoris dan menyebabkan ekstensi tungkai bawah.
 Palu refleks tidak boleh dipegang secara keras, pemeriksa dapat memegang
gagang palu refleks dengan ibu jari dan jari telunjuk dan ayunkan secara terarah
ke tendon.
 Pemeriksa juga harus memastikan letak anatomis pengetukan yaitu tendon

E. Cara kerja (biceps)

Refleks Tendon Biceps Brachialis:

 Posisikan lengan pasien pada posisi semi fleksi sambil menempatkan ibu jari pemeriksa
di atas tendon otot biseps
 lalu ketukkan palu refleks pada ibu jari pemeriksa, yang akan memberikan respon berupa
fleksi lengan siku.

F. Hasil percobaan (patella)


orang percobaan 1 (sashi)
(+) refleks normal
orang percobaan 2 (sita)
(+) refleks normal
G. Hasil percobaan (biceps)
Orang percobaan 1 (juna)
(+) refleks normal
Orang percobaan 2 (dea)
(+) refleks normal

H. Kesimpulan
Pada pemeriksaan patella (2 orang) dan biceps (2 orang) tersebut tidak mengalami
hyperfleksi, hyporefleks maupun tidak ada refleks sama sekali dengan itu membuktikan
bahwa keempat orang percobaan itu keadaan saraf patella dan biceps nya normal
dibuktikan dengan alat palu refleks.
DOKUMENTASI
Praktikum Keratoskop Placido

A. Tujuan
 Untuk melihat kelengkungan kornea seseorang
 Untuk mengetahui adanya astimagtisma pada seseorang.

B. Dasar teori
Astigmatisma adalah gangguan penglihatan akibat kelainan pada kelengkungan kornea
atau lensa mata. Kondisi ini menyebabkan pandangan kabur atau menyimpang, baik
dalam jarak dekat maupun jauh.
Kornea dan lensa adalah bagian mata yang berfungsi membiaskan dan meneruskan
cahaya ke retina. Pada mata yang mengalami astigmatisme, cahaya yang masuk tidak
terbiaskan secara sempurna sehingga gambar yang dihasilkan menjadi tidak fokus atau
miring.

C. Alat dan bahan


Keratoskop placid

D. Cara kerja
1. Orang yang akan diperiksa coba duduk membelakangi cahaya, dan keratoskop
yang menerima cahaya sepenuhnya ditempatkan pada jarak 20 cm dari mata yang
akan diperiksa.
2. Kepada orang tersebut coba diminta selalu melihat ke lobang keratoskop,
sebaliknya pemeriksa melihat dari lubang itu ke mata orang yang diperiksa,
dimana akan tampak bayangan pada bidang muka kornea berupa lingkaran-
lingkaran hitam putih dari keratoskop sendiri.
3. Jika bentuk kornea bulat sempurna, maka bayangan itu akan memperlihatkan
lingkaran-lingkaran yang konsentrik.
4. Jika satu meridian lebih melengkung daripada meridian lainnya maka akan
terlihat lingkaran-lingkaran jorong (lonjong).
5. Perhatikan adanya astigmatisma teratur dan tidak teratur yang terlihat dari
bayangan pada kornea untuk mata kanan dan kiri.

E. Hasil percobaan
Orang percobaan I (Wulan)
 mata kanan : normal
 mata kiri : normal
Orang percobaan II (Dea)
 mata kanan : normal
 mata kiri : normal

F. Kesimpulan
Pada mata kedua orang percobaan tersebut tidak mengalami astigmatisma karena mata
orang tersebut tidak mempunyai kelainan pada proses penglihatan dan telah dibuktikan
dengan menggunakan alat keratoskop placido.
DOKUMENTASI
Praktikum Waktu Reaksi

A. Tujuan
 untuk mengetahui efek temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap waktu
reaksi sederhana.
 Untuk mengetahui cepat atau lamanya saraf menerima respon
B. Dasar Teori
Waktu reaksi adalah interval antara penerimaan suatu stimulus terhadap respon
motoriksecara sadar. Menurut Bompa, waktu reaksi adalah jarak waktu antara pemberian
stimulus kepada seseorang sampai terjadi nya reaksi otot pertama kali atau terjadinya
gerakan yang pertama kali.Waktu reaksia dalah salah satu parameter fisiologi yang
penting untuk mengetahui seberapa cepat respon motorik seseorang terhadap suatu
stimulus(Guyton, A.C.1997). Menurut Zatzyorski, waktu reaksi memiliki 5 komponen
yaitu:
a. Munculnya stimulus pada tingkat reseptor yaitu suatu struktur khusus yang sangat
peka terhadap jenis-jenis rangsang tertentu.
b. Perambatan stimulus ke susunan saraf pusat.
c. Pengiriman stimulus melalui jalur saraf dan produksi sinyal efektor yang bergerak
memberi reaksi terhadap stimulus yang tiba melewati neuron eferen yakni yang
membawa stimulus dari susunan saraf pusat.
d. Pengiriman sinyal oleh susunan saraf ke pusat otot.
e. Perangsangan otot untuk melakukan kerja mekanis. Waktu reaksi tidak sama
dengan refleks.Waktu reaksi adalah respon terhadap tanda yang disadari dan
berpusat diotak ,sedangkan reflex adalah reaksi terhadap respon yang tidak
disadari terhadap stimulus berpusat dimedullaspinalis tanpa melibatkan
otak.Waktu reaksi dapat dilatih sedangkan refleks tidak
C. Alat dan Bahan
Stopwatch biasa(1 buah)
Stopwatch elektronik(1 buah)
Alat Whole Body reaction
D. Cara kerja
1. Siapkan peralatan, tentukan 1 orang naracoba, 1 orang pemeriksa, dan 1 orang
pencatat
2. Lakukan kalibrasi terlebih dahulu antara stopwatch biasa dan stopwatch
elektronik, dengan cara menekan stopwatch secara bersamaan untuk memulai dan
menghentikannya secara bersamaan pula. Catat selisih waktu yang dicatat oleh
kedua stopwatch tersebut.
3. Lalu, dengan cara yang sama dipercobaan 1 , berikutnya berikan rangsangan
suara(terganggu). Orang tersebut coba disuruh menekan stopwatch berbarengan
dengan menjawab pertanyaan

E. Hasil Percobaan
 Wulan
Fokus : 0,182s
Terganggu : 0,302

 Sita
Fokus : 0,182 s
Terganggu : 1,035

F. Kesimpulan
Pada percobaan kepada dua orang tersebut, waktu reaksi yang dihasilkan ketika terfokus
jauh berbeda dengan yang terganggu. Itu dikarenakan respon sarafnya tidak merespon
terlalu cepat sehingga jika orang tersebut diganggu maka waktu reaksi yang dihasilkan
lebih lama.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai