Anda di halaman 1dari 36

DETEKSI DINI

FAKTOR RISIKO PTM

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI
1
Lima level pencegahan penyakit dari Leavel
dan Clark
1. Peningkatan kesehatan (promosi kesehatan/ health
promotion)
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit
tertentu (general and specific protection)
3. Penegakkan diagnosis dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
4. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
5. Pemulihan kesehatan/ rehabilitasi (rehabilitation)
Deteksi Dini Faktor Risiko PTM

● Deteksi dini Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan cara untuk mengetahui
adanya faktor risiko PTM pada sasaran.
● Deteksi dini ini berguna untuk menemukan secara awal adanya kemungkinan
seseorang terkena PTM atau memiliki faktor risiko PTM secara dini pada
seseorang sehingga dapat dilakukan sedini mungkin Upaya pencegahan dan
penanggulangannya.
● Deteksi dini dapat dilakukan di Masyarakat melalui UKBM (Upaya Kesehatan
berbasis Masyarakat) dengan kegiatan Posbindu PTM/ Posyandu Lansia dan
kegiatan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) dengan kegiatan PANDU PTM
(Pelayanan Terpadu PTM)
POSBINDU PTM

4
5
6
7
8

POSBINDU KIT
KEGIATAN
DETEKSI DINI
FAKTOR RISIKO
PTM

9
10
WAWANCARA PTM
WAWANCARA FAKTOR RISIKO PTM
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM

1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
3. Lingkar Perut
4. Tekanan Darah
5. Gula Darah Sewaktu
6. Tajam Penglihatan
7. Tajam Pendengaran

13
1. BERAT BADAN

Persiapan :
a. Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari bungkus

plastiknya.
b. Letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan datar.

c. Warga posbindu PTM yang akan ditimbang diminta membuka

alas kaki dan jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat
seperti kunci.
d. Pastikan timbangan pada nilai pengukuran pada angka 0.

Prosedur : Sesuai tatalaksana penimbangan.


1
4
2. TINGGI BADAN

Pengukuran tinggi badan (cm) dimaksudkan


untuk mendapatkan data tinggi badan semua
kelompok umur.

Persiapan :
Gunakan alat pengukur tinggi badan :
microtoise dengan kapasitas ukur 2 meter dan
ketelitian 0,1 cm.
Prosedur : Sesuai tatalaksana

1
5
3. LINGKAR PERUT

Dimaksudkan untuk mengetahui ada


tidaknya
obesitas abdominal/ sentral.
1. Alat yang dibutuhkan :
a. Ruangan yang tertutup dari
pandangan umum. Jika tidak ada
gunakan tirai pembatas
b. Pita pengukur
c. Spidol atau pulpen.
2. Jelaskan tujuan pengukuran lingkar
perut dan tindakan apa saja yang
akan dilakukan dalam pengukuran. 1
6
Cara Pengukuran Lingkar Perut :
1 Untuk pengukuran ini warga Posbindu PTM
diminta dengan cara yang santun untuk
membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan
raba tulang rusuk terakhir warga Posbindu
PTM untuk menetapkan titik pengukuran

2 Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling


bawah

3 Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal


paha/ panggul

1
7
4 Tetapkan titik tengah di antara di antara titik
tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang
pangkal paha/ panggul dan tandai titiktengah
tersebut dengan alat tulis
5 Minta warga Posbindu PTM untuk berdiri tegak
dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/
diambil dari titik tengah kemudian secara sejajar
horizontal
melingkari pinggang dan perut kembali menuju
titik tengah diawal pengukuran.

6 Apabila warga Posbindu PTM mempunyai perut


yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil
bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik
tengah tersebut lagi. Pita pengukur tidak boleh
melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati
angka 0,1 cm. 1
8
4. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

ALAT DAN BAHAN:


a. Tensimeter Digital
b. Manset besar
c. Batu baterai AA

PROSEDUR PENGUKURAN
a. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat
b. Sebaiknya menghindar kegiatan aktivitas fisik minimal 30 menit
sebelum pengukuran.
c. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres
d. Duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak
kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kiri warga Posbindu
PTM di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar
dengan jantung. 1
9
e. Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kiri klien dan
memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak
berbicara pada saat pengukuran.
f. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan
terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa mancet
g. Ikuti posisi tubuh, lihat gambar dibawah
❖ Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali dan
hasil pengukuran akan muncul. Alat akan menyimpan hasil
pengukuran secara otomatis
❖ Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika Anda lupa untuk
mematikan alat, maka alat akan mati dengan sendirinya dalam 5
menit.

2
0
5. PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
Alat dan bahan :
❖ Alat pemeriksaan kadar gula darah
❖ Test strip gula darah
❖ Lancet
❖ Alkohol 70%
❖ Tissue kering

Pemeriksaan Gula Darah hanya dilakukan jika


1. Usia 15-30 Tahun jika obesitas
2. Usia 30 Tahun keatas

Prosedur :
1. Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul
2. Bersihkan ujung jari (jari manis/jari tengah/telunjuk) dengan kapas yang telah diberi
alkohol 70%, keringkan.
3. Tusukkan lancet/autoclix pada ujung jari secara tegak lurus, cepat dan tidak terlalu
dalam.
4. Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar. Sentuhkan satu/dua tetes darah
5. Baca hasil glukosa darah.

2
1
6. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Alat yang diperlukan :
○ Kit Ophtalmologi Komunitas, terdiri dari :
■ Kartu E yang telah disederhanakan atau Tumbling E
■ Occluder atau penutup mata dengan pinhole flexible
■ Tali pengukur 6 meter dengan penanda/multiple cincin di kedua ujungnya dan penanda pada 1
meter & 3 meter

2
2
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Metode “Hitung Jari”

1. Ambil jarak dengan berjalan 20 langkah normal orang 2. Lakukan hitung jari mulai dari mata kanan, mata kiri

dewasa dari orang yang akan diperiksa. ditutup dengan telapak tangan, kemudian lanjutkan
pemeriksaan yang sama pada mata kiri.

Yang perlu diperhatikan:


• Jalan 20 langkah = 6 meter
Yang diperhatikan:
• Posisi orang yang akan diperiksa dengan pemeriksa berhadapan • Jari pemeriksa dan mata yang diperiksa harus sejajar,
• Langkah kaki biasa normal orang dewasa, tidak berlari atau tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah
melompat saat melangkah • Mata diperiksa secara bergantian dengan menutup salah
• Pemeriksaan dilakukan pada tempat yang tidak gelap (tempat satu mata yang tidak diperiksa
terang atau dengan pencahayaan yang bagus) • Mata ditutup harus dengan telapak tangan (agar tidak
• Baik pemeriksa maupun yang akan diperiksa tidak boleh berada mengintip dari sela jari tangan) dan tidak boleh menekan
pada sorotan lampu (agar tidak kesulitan dalam melihat) bola mata 2
• 3
Jari tangan pemeriksa saat melakukan pemeriksaan
hitung jari tidak boleh berurutan
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Metode “Hitung Jari”

3. Hitung jawaban 3 kali benar secara berturut- 4. Antar ke fasilitas kesehatan, optik atau dokter mata

turut pada masing-masing mata. jika dari hasil pemeriksaan ada gangguan pada mata.

Yang diperhatikan:
• Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata Pada tempat tersebut akan dilakukan pemeriksaan
• Dikatakan tidak ada gangguan penglihatan jika benar
kembali untuk mengetahui apakah memang terdapat
dalam hitung jari 3 kali berturut-turut
• Jika dalam pemeriksaan 3 kali hitung jari tersebut salah gangguan penglihatan atau tidak.
maka dicurigai mempunyai gangguan penglihatan.

2
4
7. PEMERIKSAAN TAJAM
PENDENGARAN

2
5
PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN (POSBINDU)
TES BERBISIK MODIFIKASI

Persiapan :
Pastikan kondisi lingkungan sekitar tidak terlalu bising.

1) Posisi pemeriksa berada setengah 2) Pada telinga yang tidak diperiksa,


meter di belakang orang yang akan dilakukan masking yaitu menekan bagian
diperiksa. tragus (bagian menonjol dari telinga
bagian depan yang dekat dengan pipi)
kemudian menggesek-gesek sehingga2
6
timbul bunyi.
PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN (POSBINDU)
TES BERBISIK MODIFIKASI

3) Pemeriksaan dimulai pada telinga 4) Pemeriksa membisikkan kata-kata yang


kanan terlebih dahulu. Posisi kepala terdiri dari dua suku kata seperti mata,
pemeriksa menjauh dari telinga yang kaki, muka, susu, kaca dan meminta
diperiksa. orang yang diperiksa untuk mengulang
kembali kata-kata tersebut. 2
7
PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN (POSBINDU)
TES BERBISIK MODIFIKASI

5) Kata-kata yang dibisikkan harus mengandung huruf lunak yang terdiri dari frekuensi rendah
dan huruf desis yang terdiri dari frekuensi tinggi. Berikut daftar kata-kata yang digunakan
untuk Tes Bisik Modifikasi.

6) Pemeriksaan diulang pada telinga kiri dengan langkah-langkah yang sama. Pemeriksaan2
8
pada telinga sebelah kiri, maka telinga kanan dilakukan masking.
PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN (POSBINDU)
TES BERBISIK MODIFIKASI

PENILAIAN :
• Bila kata-kata yang dapat diulang lebih dari 80%, maka
dinyatakan lulus dari pemeriksaan.
• Bila kata-kata yang dapat diulang kurang dari 80%, maka
dinyatakan tidak lulus dan disarankan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut menggunakan audiometri.
• Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk diperiksa
kembali pendengarannya lebih lanjut.

2
9
Tindak Lanjut Deteksi Dini Faktor
Risiko PTM

● Setelah dilakukan pengukuran faktor risiko maka petugas/ kader akan


melakukan promosi dari setiap faktor risiko PTM yang ditemukan.
● Konseling bukan untuk penegakan diagnosis namun tujuannya untuk
edukasi dan rujukan ke Puskesmas apabila ditemukan faktor risiko dan
PTM pada pasien yang dilakukan deteksi dini. Tujuannya agar
peserta/pasien mendapat tindak lanjut tatalaksana pencegahan dan
pengendalian Faktor risiko dan PTM dengan Nakes di FKTP.
Petunjuk Pelaksanaan Role Play Posbindu
PTM
● Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan lokasi
penempatan
● Setiap kelompok sudah melakukan diskusi dan berbagi peran sebelum
jadwal pembelajaran
● Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan kegiatan posbindu
● Peserta menjelaskan setiap tahapan posbindu PTM, cara penggunaan alat
dan edukasi serta saran tindak lanjut
● Dalam bermain peran, komunikasi antara kader/petugas harus diperhatikan
dan di sesuaikan.

3
2
Setiap peserta harus berpartisipasi dalam kegiatan posbindu. Peran
dari masing-masing peserta bisa disesuikan dengan jumlah orang
dalam 1 kelompok. Berikut contoh pembagian peran tetapi bisa
Klien : 1 kembali disesuikan dengan jumlah peserta dalam kelompok
Orang

Tahapan 1 Tahapan 2 Tahapan 3 Tahapan 4 Tahapan 5

Wawancara/Ide Pengukuran FR Pemeriksaan Edukasi dan


Pendaftaran :
ntifikasi PTM FR PTM tindaklanjut:
1 Orang Pengukuran TD : 1 Orang
Riwayat Pengukuran TB :
Penyakit : 1 Orang 1 Orang
Pengukuran Pemeriksaan
Wawancara Berat Badan : 1 Gula Darah : 1
Riwayat penyakit Orang Orang
Pribadi : 1 Orang Pengukuran
Wawancara Lingkar Perut : 1
Penyakit Orang
Keluatrga : 1
orang
Catatan :
3
Kondisi klien yang belum teridentifikasi dalam scenario bisa dikembangkan dan dirancang
3
oleh masing-masing kelompok (Riwayat Penyakit, TB, BB, LP, TD dan Kadar Gula
Darah)
Skenario 1

Seorang wanita bernama Ibu X berusia 52 tahun, berprofesi


sebagai guru SD datang ke Posbindu. Ini adalah kunjungan
pertamanya ke posbindu dan dia juga tidak pernah melakukan
checkup sebelumnya. Ibu X cukup peduli dengan kesehatannya
karena ayahnya dulu menderita DM sampai terjadi komplikasi dan
meninggal. Sejak itu Ibu x memperhatikan pola hidupnya dia rajin
berolah raga secara rutin dan selalu mengkonsumsi sayur setiap
hari. Satu hal yang menjadi masalah di Ibu X, dia sangat suka
makanan manis dan setiap hari selalu mengkonsumsi teh/kopi
pagi dan sore. Beberapa bulan terakhir berat badan Ibu X turun
drastis dan sering terbagun malam hari untuk buang air kecil
3
4
Skenario 2

Seorang kakek bernama B berusia 68 tahun, sedikit mengalami


gangguan pendengaran tapi masih cukup lancar berkomunikasi.
Kakek B seorang perokok dan memiliki riwayat hipertensi oleh
sebab itu setiap bulan dia selalu datang berkunjung ke Posbindu
untuk cek tekanan darahnya. Kakek B masih susah mengatasi
kebiasan merokoknya. Aktivitas sehari-hari kakek B adalah
menjaga warung yang berada di samping rumahnya. Kakek B
tinggal dengan anaknya yang sibuk bekerja sebagai buruh
sehingga makanan kakek B tidak terlalu diperhatikan. Kakek B
hanya memakan apa yang ada saja yang disiapkan anaknya secara
terburu-buru setiap pagi.
3
5
Skenario 3

Seorang anak SMA berjenis kelamin laki-laki bernama C


berusia 16 tahun sedang libur sekolah. Mengantar dan
menemani ibunya ke posbindu. Ibunya sering datang ke
posbindu untuk cek gula darah karena sang ibu DM. C
bertubuh gempal dan semakin bertambah beratnya sejak
sekolah daring selama pandemi. Kesehariannya hanya duduk
di depan PC untuk belajar daring kemudian dilanjutkan
bermain sosmed. Sejak pandemi C sering merasa sakit
kepala. Sebagai anak sekolah C memiliki beban tugas yang
menumpuk akibatnya dia sering begadang untuk36
mengerjakan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai