Anda di halaman 1dari 58

DEFINISI DETEKSI DINI (KBBI)

APA ITU DETEKSI DINI FR PTM ?

Deteksi dini faktor risiko PTM di Posbindu adalah Upaya


Deteksi Dini di bidang kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
yang dilaksanakan melalui kegiatan pos pembinaan terpadu
(Posbindu)
POSBINDU PTM ?

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular


DASAR HUKUM DAN PEDOMAN :

• Instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup


Sehat.
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
• Buku Pedoman Manajemen PTM, Dirjen P2P Direktorat P2PTM
Kemenkes RI tahun 2019
• Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Dirjen P2P Direktorat P2PTM Kemenkes
RI tahun 2019
• Buku Pintar Kader, Dirjen P2P Direktorat P2PTM Kemenkes RI tahun
2019
• Buku Monitoring Faktor Risiko PTM.
METODE DETEKSI DINI POSBINDU PTM :

Edukasi :
Pengukuran 1. Perilaku gaya hidup
1. Obesitas (IMT)  TB, BB, LP
Wawancara : sehat, meliputi : Pola
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
makan,Merokok, Diet
1. Faktor Risiko PTM Diri
3. Pemeriksaan Gula Darah Seimbang, Olah Raga,dll
Sendiri dan Keluarga
4. Ketajaman Penglihatan untuk mengendalikan FR
2. Deteksi Dini Mental PTM
(hitung jari)
5. Ketajam Pendengaran Emosional (SRQ) 2. Rujukan ke fasyankes
dengan memperhatikan
(berbisik)
kriteria rujukan
ALUR DAN TAHAPAN POSBINDU
PENDAFTARAN (IDENTITAS DAN BIODATA)
DAN
PENCATATAN HASIL
LANGKAH MENDAPATKAN INFORMASI PTM DAN FAKTOR
RISIKONYA
WAWANCARA BIODATA UMUM
LEMBAR INFORMASI
WAWANCARA FAKTOR RISIKO (FR)
(FR Diri Sendiri dan FR Keluarga)
WAWANCARA FAKTOR RISIKO DIRI SENDIRI
WAWANCARA RIWAYAT PTM DIRI SENDIRI
APA ADA RIWAYAT MENDERITA PENYAKIT TIDAK MENULAR SEBAGAI
BERIKUT:
WAWANCARA RIWAYAT PTM KELUARGA
WAWANCARA FAKTOR RISIKO PERILAKU

Tanyakan Faktor Risiko PTM pada Diri sendiri sebagai berikut:


WAWANCARA
Deteksi Masalah Mental Emosional
DETEKSI MASALAH MENTAL EMOSIONAL
Menggunakan form Self-Reporting Questionnaire (SRQ-20)
•Kuesioner untuk mendeteksi adanya masalah mental emosional (ODMK)
•Bukan alat diagnosis gangguan jiwa
•Untuk pertanyaan 1-20, jika terdapat ≥ 6 Jawaban “YA”
Interpretasi: Ada masalah mental emosional
Langkah selanjutnya: DIRUJUK ke profesional kesehatan jiwa (psikiater,
psikolog, dokter umum dan perawat yang sudah dilatih keswa)
WAWANCARA SELF REPORTING QUESTIONAIR (SRQ-20)

• Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya


sebelum mulai mengisi. Pertanyaan berikut
berhubungan dengan masalah yang
mungkin mengganggu Anda selama 30 hari
terakhir. Apabila Anda menganggap
pertanyaan itu Anda alami dalam 30 hari
terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom
Y (berarti Ya). Sebaliknya, Apabila Anda
menganggap pertanyaan itu tidak Anda
alami dalam 30 hari terakhir, berilah tanda
silang (X) pada kolom T (Tidak). Jika Anda
tidak yakin tentang jawabannya, berilah
jawaban yang paling sesuai di antara Y dan
T. Kami tegaskan bahwa jawaban Anda
bersifat rahasia dan akan digunakan hanya
untuk membantu pemecahan masalah Anda
20
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM:

1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
4. Lingkar Perut

21
1. BERAT BADAN :
Persiapan :
a.Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari bungkus plastiknya.
b.Letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan datar.
c. Warga posbindu PTM yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan
jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci.
d.Pastikan timbangan pada nilai pengukuran pada angka 0.

Prosedur : Sesuai tatalaksana penimbangan

22
2. TINGGI BADAN :
Pengukuran tinggi badan (cm) dimaksudkan untuk
mendapatkan data tinggi badan semua kelompok umur.
Persiapan :
Gunakan alat pengukur tinggi badan : microtoise dengan
kapasitas ukur 2 meter dan ketelitian 0,1 cm.
Prosedur : Sesuai tatalaksana

23
3. INDEKS MASA TUBUH (IMT)

• Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk mendapatkan nilai
IMT  Obesitas.
• Penilaian IMT menggunakan rumus :

24
TABEL 1. KLASIFIKASI OBESITAS, WHO : 2000

25
4. LINGKAR PERUT :
Dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
obesitas abdominal/ sentral.
1. Alat yang dibutuhkan :
# Ruangan yang tertutup dari
pandangan umum. Jika tidak ada
gunakan tirai pembatas
# Pita pengukur
# Spidol atau pulpen.
Jelaskan tujuan pengukuran lingkar perut dan tindakan apa saja yang akan
dilakukan dalam pengukuran.

26
CARA PENGUKURAN LINGKAR PERUT :
1 Untuk pengukuran ini warga Posbindu PTM
diminta dengan cara yang santun untuk
membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba
tulang rusuk terakhir warga Posbindu PTM
untuk menetapkan titik pengukuran

2 Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling


bawah

3 Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal


paha/ panggul
27
Lanjutan….

4 Tetapkan titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk


terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha/ panggul
dan tandai titiktengah tersebut dengan alat tulis

5 Minta warga Posbindu PTM untuk berdiri tegak dan bernafas


dengan normal (ekspirasi normal).
Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/ diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horizontal
melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah
diawal pengukuran.

6 Apabila warga Posbindu PTM mempunyai perut yang gendut


ke bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit
lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi. Pita pengukur 28

tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati


angka 0,1 cm.
TABEL 3. LINGKAR PERUT DAN RISIKO PENYAKIT

No Lingkar Perut Jenis Kelamin Risiko Penyakit

1 ≥ 90 cm Laki – laki Meningkat

2 ≥ 102 cm Laki - laki Sangat Meningkat

3 ≥ 80 cm Perempuan Meningkat

4 ≥ 88 Perempuan Sangat Meningkat


29
PEMERIKSAAN
FAKTOR RISIKO PTM

1. Pemeriksaan Tekanan Darah


2. Pemeriksaan Gula Darah
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap bulan bagi yang sehat maupun
yang sudah menyandang hipertensi. (petugas pelaksana posbindu PTM yang
terlatih dan tenaga kesehatan).
•Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah pada individu.
Alat dan Bahan:
a. Tensimeter Digital
b. Manset besar
c. Batu baterai AA
PROSEDUR PENGUKURAN :
a. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat
b. Sebaiknya menghindar kegiatan aktivitas fisik minimal 30 menit
sebelum pengukuran.
c. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres
d. Duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki
datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kiri warga Posbindu PTM
di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar dengan
jantung.
e. Singsingkan lengan baju pada lengan
bagian kiri klien dan memintanya untuk
tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak
berbicara pada saat pengukuran.
Lanjutan…
• Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka
ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa mancet
• Ikuti posisi tubuh, lihat gambar dibawah
Lanjutan…

• Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali dan hasil pengukuran
akan muncul. Alat akan menyimpan hasil pengukuran secara otomatis
• Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika Anda lupa untuk mematikan
alat, maka alat akan mati dengan sendirinya dalam 5 menit.
TABEL 5. INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH

NO HASIL PENGUKURAN TEKANAN KLASIFIKASI


DARAH (Sistole/Diastole)
1 < 120/<80 mm/Hg
Normal

2 >120-139/>80-90 mm/Hg
Prehipertensi

3
>140-150/>90-99 mm/Hg Hipertensi derajat 1

4 >150/>100 mm/Hg Hipertensi derajat 2

(Sumber: JNC VII, 2003)


2. PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH

Alat dan bahan :


•Alat pemeriksaan kadar gula darah lipid (Analyzer)
•Test strip gula darah dan kolesterol
•Auto lancet (Autoclix)
•Lancet
•Pipet ukuran 40uL untuk panel test strip dan 15 uL untuk single test strip
•Alkohol 70%
•Kapas
•Tissue kering
PEMERIKSAAN DENGAN GLUKOMETER
(DISESUAIKAN DENGAN JENIS GLUKO-METER) :
• Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul
• Bersihkan ujung jari (jari manis/jari tengah/telunjuk) dengan kapas yang
telah diberi alkohol 70%, keringkan.
• Tusukkan lancet dengan memakai lancing unit pada ujung jari secara tegak
lurus, cepat dan tidak terlalu dalam.
• Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar. Sentuhkan satu/dua
tetes darah
• Baca hasil glukosa darah.
PEMERIKSAAN
TAJAM PENGLIHATAN & PENDENGARAN
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
TEKNIK PEMERIKSAAN
TAJAM PENGLIHATAN SEDERHANA DENGAN METODE HITUNG JARI

1. Pemeriksa berdiri 6 meter atau 6 langkah tegak di depan pasien di ruang terbuka yang
terang (sebisa mungkin sinar matahari)
2. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan. Pasien diminta menutup mata kiri dengan telapak
tangan, tanpa menekan mata.
3. Pemeriksa mengacungkan jari dengan latar belakang putih (kertas putih/HVS), didepan
dada pemeriksa diganti-ganti sebanyak 5 kali.
4. Jika pasien tidak bisa menghitung jari, sebanyak 2 kali atau lebih, berarti pasien mengalami
gangguan penglihatan
5. Pemeriksaan yang sama diulangi pada mata kiri
6. Catat identitas pasien, antarkan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN

1. Mata diperiksa satu persatu

2. Jarak antara pasien dan pemeriksa 6 meter


6 METER
INDERA PENGLIHATAN
(TAJAM PENGLIHATAN)
URAIAN DI FORMAT PENCATATAN POSBINDU PTM

•Diisi dengan TIDAK apabila bisa menghitung jari dari jarak 6 meter (bergantian
mata kanan dan mata kiri) dan diisi YA apabila tidak bisa menghitung jari dan telah
diulang sebanyak 2 x atau lebih .

•Pemeriksaan indera penglihatan dilakukan pemeriksaan dengan jarak 6 m di


ruangan yang terang , pemeriksaan dilakukan bergantian menutup mata kiri dengan
telapak tangan tanpa menekan mata. Kemudian pemeriksa mengacungkan jari
dengan latar belakang putih (kertas putih/HVS), didepan dada pemeriksa diganti-ganti
jumlah telunjuknya sebanyak 5 kali. Jika pasien tidak bisa menghitung jari, sebanyak
2 kali atau lebih, berarti pasien mengalami gangguan penglihatan
PRAKTEK
TAJAM PENDENGARAN
GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan pendengaran adalah terjadinya gangguan fungsi mendengar mulai


dari tuli ringan sampai dengan tuli total.

Klasifikasi Gangguan Pendengaran :


1.Tuli ringan adalah keadaan gangguan fungsi pendengaran yang berkurang
namun masih dapat berkomunikasi dengan atau tanpa bantuan alat bantu
dengar.
2.Tuli berat adalah apabila seseorang berbisik tidak bisa mendengar.
3.Tuli total adalah apabila seseorang berteriak tidak bisa mendengar.
TES SUARA
TES BERBISIK (Diambil dariRiskesdas, 2013 hal 243)
Ruangan sunyi, jarak 6 meter
Pemeriksa membisikkan 5 kata yang dikenal
Yang diperiksa mengarahkan telinga yang akan diperiksa ke
pemeriksa, sementara mata dan telinga lain ditutup.
Mengulang kata yang diucapkan pemeriksa

YANG DIPERIKSA PEMERIKSA


Mata
Kaki
Muka
Susu
kuku
1m 2m 6m
(bila semua kata t terdengar pemeriksa maju) terdengar 80%
(4 dari 5 kata)
NORMAL
PENILAIAN
Dapat mengulang kata yang disebutkan oleh pemeriksa
4–6m : normal
2 - < 4 m : tuli ringan
1 - < 2 m : tuli sedang
< 10 cm : tuli berat
0 : tuli total
INDERA PENDENGARAN
(TES SUARA)
URAIAN DI FORMAT PENCATATAN POSBINDU PTM

•Diisi dengan TIDAK apabila pasien bisa mendengar suara bisikan dari jarak 6 meter (bergantian
telinga kanan dan kiri) dan diisi dengan YA apabila tidak bisa mendengar kata2 yang diucapkan

•Pemeriksaan indera pendengaran dilakukan pemeriksaan di ruangan sunyi dengan jarak 6 meter,
pemeriksa membisikkan 5 kata (mis. Mata. Kaki. Muka. Susu dan kuku) dengan volume normal.
pemeriksa mengarahkan telinga yang akan diperiksa ke pemeriksa sementara telinga lain ditutup. .yang
diperiksa mengulang kata yang diucapkan pemeriksa. Bila tidak semua kata terdengar, maka pemeriksa
maju mendekat dengan jarak 5 meter, 4 meter, 3 meter 2 meter, 1 meter.

•Penilaian :
Dapat mengulang kata yang disebutkan oleh pemeriksa pada jarak :
4 – 6 meter : normal
2 - < 4 meter : tuli ringan
1 - <2 meter : tuli sedang
< 10 cm : tuli berat
0 : tuli total
1. Identifikasi Faktor Risiko PTM
2. Edukasi
3. Tindak Lanjut
TABEL PENILAIAN FAKTOR RISIKO PTM

Sumber : Juknis Posbindu Bagi Kader, Kemenkes RI, 2019


TABEL KRITERIA RUJUKAN POSBINDU PTM

Sumber : Juknis Posbindu Bagi Kader, Kemenkes RI, 2019


TARGET PENGENDALIAN PTM KABUPATEN
PATI
1. MENINGKATKAN CAKUPAN POSBINDU
2. MENINGKATKAN KUALITAS POSBINDU (Kalibrasi
alat, Pelatihan SDM, Refreshing Kader/ Nakes, dll)
MATRIKS IDENTIFIKASI MASALAH DAN TINDAK LANJUT
NO MASALAH PENYEBAB TINDAK LANJUT PEMECAHAN
MASALAH
1 Capaian SPM Yankes Persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan skrining kesehatan di Sosialisasi Posbindu kepada
Usia Produktif < 100% Posbindu, bahwa Posbindu dipersepsikan hanya untuk lansia masyarakat usia produktif
Belum terbentuk Posbindu/ Posbindu yang sudah terbentuk tidak aktif Fasilitasi Pembentukan Posbindu
(pendampingan kurang) dan Reaktivasi Posbindu
Layanan kesehatan usia produktif pada Faskes di luar Puskesmas masih Penyusunan sistem pelaporan
banyak yang tidak terlaporkan Faskes selain Puskesmas
2 Capaian SPM Yankes Penggabungan Posbindu dan Pusling (Pengobatan) sehingga mengubah Pelaksanaan Posbindu dan Pusling
Penderita Hipertensi < persepsi masyarakat mengenai Posbindu sebagai UKBM Promotif terpisah sehingga fungsi masing-
100 % masing kegiatan jelas
3 Capaian SPM Yankes penderita DM yang dilayani pada Faskes di luar Puskesmas masih banyak Kerjasama dan penyusunan sistem
Penderita DM < 100 % yang tidak terlaporkan pelaporan kasus DM pada Faskes
di luar Puskesmas
Tidak ada kalibrasi alat cek gula darah yang digunakan di Posbindu Penyediaan alat dengan kalibrasi
sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan (validitas) rutin oleh vendor/penyedia
4 Capaian SPM Yankes Persepsi salah/rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai gangguan Sosialisasi Keswa kepada
ODGJ Berat < 100% jiwa yg seringkali dikaitkan dg hal2 di luar medis/klinis masyarakat
Stigma negatif masyarakat terhadap ODGJ sehingga dianggap Sosialisasi dan Edukasi melalui
memalukan oleh anggota keluarga mengakibatkan masyarakat enggan pemberdayaan Kader Keswa
mengungkap jika ada anggota keluarganya menderita gangguan jiwa
Lanjutan…..
MATRIKS IDENTIFIKASI MASALAH DAN TINDAK LANJUT
NO MASALAH PENYEBAB TINDAK LANJUT PEMECAHAN
MASALAH
4 Capaian SPM Yankes Kurangnya dukungan keluarga thd ODGJ,sehingga menghambat Pendampingan dan pengawasan
ODGJ Berat < 100% pengobatan melibatkan linsek dan linprog
Pasien tidak teregistrasi pada data kependudukan (KTP/KK), sehingga Advokasi anggaran
menyulitkan dalam pembiayaan kesehatan
Kurangnya kerjasama linsek dan linprog dalam rangka penanganan ODGJ Pembentukan Tim Pengendalian
Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM) sampai dengan level
Kecamatan
Adanya turn over/ pergantian petugas keswa di fasyankes tanpa diikuti Penyusunan SOP
orientasi pada petugas baru peralihan/pergantian petugas
SPESIFIKASI GLUKOMETER / ALAT TES GULA DARAH
POSBINDU
No
PTM
SPESIFIKASI Alat Tes Strip (BMHP)
1 Kesesuaian alat Sesuai dengan BMHP Strip Sesuai dengan
alat Posbindu yang
sudah ada
2 Kontrol Kualitas Ada kalibrasi rutin (min 2 bln sekali) dan insidental
(sewaktu-waktu ketika alat error)
3 Penggunaan Mudah digunakan dan portable
4 Kecepatan ukur Hasil keluar < 12 detik setelah sample darah masuk
5 Ketersediaan Tersedia alat baru pengganti Mudah didapatkan,
ketika alat lama error/ rusak tersedia diseluruh
wilayah Puskesmas
Kab. Pati
6 Keterjangakauan Harga terjangkau
7 Rentang hasil tes Mampu mendeteksi kadar gula darah 20-500 mg/dL

8 Sample darah Whole blood


9 Expired Date - Min 12 bulan sejak
strip diterima user
TATA KELOLA DESA DALAM PENINGKATAN KUALITAS &
AKSES TERHADAP PELAYANAN DASAR (AMS)

KEWENANGAN KEPALA DESA


1.Memimimpin penyelenggaraan Pemerintahan
PENYELENGARA Desa
AN PEMERINTAH
2.Menentapkan Peraturan Desa
PEMERINTAHAN 3.Mengusulkan dan menerima pelimpahan
DESA sebagian kekayaan negara guna meningkatkan
DESA
kesejahteraan masyarakat Desa
4.Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara
KEWENANGAN partisipatif,
DESA (Jenis dan KEPALA DESA 5.Menetapkan APB Desa, DLL
Bidang )
PRIORITAS PEMBANGUNAN
PENGATURAN TUGA KEPALA DESA
Peningkatan kualitas & akses pelayanan
DESA (Penyelenggaraan dan dasar (AMS)
(Azas dan Tujuan) pelaksanaan 4 bidang)

MUSYAWARAH DESA
APB RKP MUSREBANG Prioritas & Targgeting
RPJM DESA (Lokasi & Alokasi
DESA DESA DES
Anggaran)
TARGET WAKTU PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PEMBANGUNAN DESA

Anda mungkin juga menyukai