Anda di halaman 1dari 20

SOP

No.Dokume : /
Kapus
/I/2016
PUSKESMAS TERARA
No. Revisi :0
Tgl Terbit : 0
Tgl. Mulai Berlaku :
28
Oktober
201
5
Halaman :
1/1
PEMERINTAH
KABUPATEN LOMBOK
TIMUR
Tanda Tangan Kepala Puskesmas
Dr. H.Anjasmoro
NIP.
198102182010011007
1.
Pengertian
Melakukan pengukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil untuk mengetahui
status gizi ibu hamil.
2.
Tujuan
Bertujuan sebagai pedoman langkah-langkah pengukuran LILA pada ibu hamil.
3.
Kebijakan
Keputusan Kepala Puskesmas
N
o.
0
1/UKM/II/2016
tentang
penetapan jenis
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di Posyandu
4.
Referensi
1.
Buku KIA.
2.
Buku saku pedoman pelayanan kebidanan
5.
Alat dan Bahan
1.
Pita Sentimeter
2.
Buku KIA
3.
Kartu Ibu
4.
Cohort Ibu
5.
Alat Tulis
6.
Prosedur
1.
Memperkenalkan Diri
2.
Memberitahukan kepada ibu apa yang akan kita kerjakan
3.
Menjelaskan kepada ibu tujuan pengukuran LILA
4.
Mempersilahkan ibu Hamil untuk berdiri sambil menekuk tangan 90
derajat.
5.
Lengan yang diukur adalah lengan yang tidak biasa digunakan untuk
bekerja
6.
Tetapkan Posisi bahu dan siku
7.
Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku
8.
Tentukkan titik tengah lengan
9.
Lingkarkan pita LILA tepat pada titik tengah lengan
10.
Pita centimeter jangan terlalu ketat dan jangan pula terlalu longgar
11.
Pembacaan skala yang tertera pada pita (Dalam Centimeter)
12.
Tangan ibu hamil yang ditekuk diluruskan kembali
13.
Memberitahukan kepada ibu hamil hasil pengukuran sekaligus melakukan
KIE
14.
Mencatat hasil pengukuran di buku KIA, kartu ibu dan Kohort
7.
Unit Terkait
Bidan, petugas Gizi
8.
Dokumen Terkait
Buku KIA, Kartu ibu, Buku kohor

Lingkar Lengan Atas (LILA) ~ Saah satu indikator yang digunakan untuk melihat status gizi dengan cara mengukur
lingkar lengan atas.Lila ( lingkar lengan atas )Pengukuran Lila pada kelompok wanita usia subur adalah suatu cara
untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam untuk mengetahui adanya
kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK) wanita usia subur (WUS). Penilaian dan pemantapan keadaan
kehamilan ibu dilaksanakan melalui KMS (Kartu Menuju Sehat ) ibu hamil yang dirasakan pada beberapa faktor,
antara lain BB, TB dan usia kehamilan.
Namun pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek.Adapun uraian tentang tujuan umum dan tujuan khiusus LILA adalah :
Tujuan Umum :
Menurunkan WUS risiko KEK dalam rangka mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.
Tujuan Khusus :
a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan
penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan-gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektor dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
Pengukuran LILA dilakukan terutama kepada WUS (15-45 tahun ) :
Remaja
Ibu hamil
Ibu menyusui
Pasangan usia subur
Tidak langsung
* Keluarga : Ibu, bapak, anggota keluarga lainnya.
* Masyarakat : Kader, LSM, PKK, Organisasi wanita, dsb
* Tokoh : Tokoh agama, tokoh masyarakat, dsb
* Pamong : Kepala dusun, kepala desa, camat, dsb
* Petugas : Kesehatan, BKKBN, pertanian, Guru, dsb
Cara mengukur LILA
a. Pengukuran LILA dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dgn sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm
(batas antara merah dan putih)
b. Bila tidak ada pita LILA gunakan pita sentimeter/metlin yang biasanya dipakai menjahit pakaian.
c. Untuk mengetahui BBLR, bayi yang baru lahir (0-30 hari) dapat diukur dengan pita LILA dengan batas ambang
9,5 cm.

CONTOH PENGUKURAN ANTROPOMETRI


LAPORAN PRAKTIKUM
PENGKAJIAN NUTRISI
ANTROPOMETRI DAN IMT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Mata Kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia II
Dosen Pembimbing :Siti Fauziah SPd,APP,MKes

Disusun Oleh :
Nama : Hajar Simping Fahmawati
NIM : P07120214011
Jurusan : D IV Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2015

ANTROPOMETRI
A. Dasar Teori
Tubuh memerlukan energy untuk fungsi fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, serta pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Masalah
nutrisi merupakan hal yang sangat berhubungan dengan intake makanan yang diberikan pada
tubuh.
Pengkajian dan penilaian kecukupan gizi atau nutrisi diperlukan untuk mengetahui
keseimbangan kebutuhan tubuh akan nutrisi dan kegunaannya. Keseimbangan kebutuhan nutrisi
pada seseorang dikatakan baik apabila asupan nutrisinya seimbang dengan kegunaannya.
Keseimbangan nutrisi dipengaruhi oleh 2 hal yaitu konsumsi makanan dan keadaan kesehatan
tubuh.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengkaji dan menilai angka kecukupan nutrisi adalah
dengan antopometri.

B. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan metros yang berarti
ukuran. Istilah tersebut berasal dai Bahasa Yunani. Jadi dapat diartikan bahwa antropometri
adalah ukuran dari tubuh. Antropometri merupakan pengetahuan mengenai pengukuran dimensi
tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan perancangan alat
alat atau benda benda yang digunakan oleh manusia.
Untuk mndapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas, maka
faktor faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis
harus diperhatikan. Hal yang lain dan perlu diamati adalh berat dan pusat masa dari suatu
segmen atau bagian tubuh, bentuk tubuh, jaak untuk pergerakan melingkar ari tangan dan kaki,
dan sebagainya. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian antropometri statis dan
antropometri dinamis.
Antropometri statis adalah pengukuran dilakukan saat manusia dalam kondisi diam dan
linier pada permukaan tubuh. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier
( lurus ) dan dilakukan di permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran reresentatif, maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus
dalam keadan diam.
Dalam antropometri statis ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi
tubuh manusia, yaitu sebagai berikut :
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan
17 tahun untuk wanita. Untuk lansia yang berumur sekitar 60 tahun, ada kecenderungan untuk
berkurang.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya laki laki mempunyai struktur yang lebih besar dari perempuan, kecuali dada dan
pingglnya.
3. Suku bangsa dan ras
Ukura tubuh manusia yang berbeda etnis dan ras mempunyai perbedaan yang signifikan.
4. Pekerjaan
Aktivitas sehari hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia. Contohnya : Pemain
basket biasanya memiliki struktur tubuh yang lebih tinggi daripaa orang biasa.

Sedangkan Antropometri dinamis adalah pengukuran dilakukan dengan memperhatikan


gerakan gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja/ individu melakukan gerakannya. Sehingga
lebih kompleks dan lebih sulit untuk diukur.

Dalam antropometri dinamis terdapat 3 kelas pengukurannya yaitu :


1. Pengukuran tingkat keterampilan. Sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari
suatu aktifitas. Contoh : dalam mempelajari performa atlet.
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh : jangkauan dari gerakan
tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : analisis kinematika dan kemampuan jari jari tangan dari
seorang juru ketik atau operator computer.
Antopometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antrometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumah
air dalam tubuh.

C. Keunggulan Antropometri
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antopometri adalah :
1. Alatnya mudah didapat dan digunkan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa, dan alat
pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga profesional, juga oleh tenaga lain setelah
dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas
6. Secara alamiah diakui kebenarannya

D. Kelemahan Antropometri
1. Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat serta tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe
2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan
spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas
pengukuran antropometri.

E. Jenis jenis yang diukur


1. Berat Badan (BB)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat
badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan menggambarkan jumlah dari
protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat,
dan protein otot menurun. Berat badan merupakan ukuran antometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa
bayi normal.
2. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Tinggi badan
dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan,
punggung dan pantat menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan
bergantung relaks disamping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur
tinggi badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala.
Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal

3. Lingkar Lengan Atas


Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Lingkar lengan atas merupakan salah satu
pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data
umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak
berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :
a. Persiapkan pita pengukur
b. Pilih lengan kiri (karena lengan kanan yang paling sering berfungsi).
c. Posisikan lengan 90 mengarah ke atas
d. Tetapkan posisi bahu dan siku
e. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku untuk menentukan titik tengah lengan dengan cara
membagi hasil ukuran panjanga antara siku dan bahu.
f. Lingkarkan meteran pada titik tengah lengan
g. Meteran jangan terlalu di ketatkan namun jangan juga terlalu longgar.

4. Lingkar Kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak
dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala
normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan
pertama atau menjadi + 44cm. Pada bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah
tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya
bertambah + 10 cm.
Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :
a. Menyiapkan pita pengukur (meteran)
b. Melingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior
menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya
c. Mencantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

5. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang
Xifoidius (insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri
pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
Cara pengukuran lingkar dada adalah :
a. Menyiapkan pita ukur
b. Melingkarkan pita pengukur pada daerah dada
c. Mencatat hasil pengukuran
6. Panjang Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapatkan dari
tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena
pada lansia terjadi penurunan masa tulang, bertambah bungkuk, sehimgga bertambah sukar
untuk mendapatkan data tinggi badan akurat. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan
formula atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun.
Pria : (2.02 x tinggi lutut (cm)) (0.04 x umur (tahun)) + 64.19
Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) (0.24 x umur (tahun)) + 84.88

7. Lingkar Perut
Pengukuran lingkar erut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/ sentral.
Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler dan diabetes
mellitus.
Cara pengukuran :
a. Responden membuka pakaian yang sekiranya perlu
b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah
c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha atau pinggul
d. Tetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal
paha/ panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
e. Minta reponden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
f. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai dari titik tengah kemudian secara sejajar horizontal
melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
8. Tekanan Darah
Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah tinggi pada penduduk yang berumur lebih
dari 15 tahun.
Beberapa langkah pengukuran pemeriksaan tekanan darah adalah sebagai berikut :
a. Pasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2-3 cm dari lipat siku dan
perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat diatas denyutan arteri di lipat siku
b. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis
c. Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan
d. Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah pulsasi arteri radialis
menghilang
e. Bukalah katup manset dan tekanan manset dibiarkan turun perlahan dengan kecepatan 2-3
mmHg/detik
f. Bila bunyi pertama terdengar, itu sebagai tekanan sistolik
g. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset
9. Suhu
Nilai suhu tubuh dipengarui metabolism tubuh dan aliran darah, serta hasil pengukuran akan
berbeda sesuai dengan tempat pengukuran. Suhu tubuh dapat diketahui dengan menggunakan
alat thermometer. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan cara :
1. Axiler
Cara pengukurannya adalah
a. Keringat pada ketiak dikeringkan
b. Ujung thermometer diletakkan pada puncak ketiak
c. Tunggu sampai 5-10 menit
d. Baca hasil pengukurannya
2. Oral
Cara pengukurannya
a. Ujung thermometer dibersihkan dengan alcohol
b. Ujung thermometer diletakkan di bawah lidah
c. Mulut ditutup
d. Diamkan selama 5 menit
e. Baca hasilnya
3. Rectal
Cara pengukurannya adalah
a. Ujung thermometer sedikit diberi pelican
b. Ujung air raksa dimasukkan ke anus
c. Pembacaan hasil dilakukan setalah 5 menit
INDEKS MASSA TUBUH
A. Pengertian
IMT atau sering juga disebut indeks quatelet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli
matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat pengukur komposisi tubuh yang
paling umum dan sering dilakukan. Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa IMT adalah alat
pengukuran yang berguna untuk mengukur obesitas, dan telah direkomendasikan untuk evaluasi
klinik pada obesitas anak
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT = Berat Badan (kg)


Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan
batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0
dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8.

Tabel 2. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia


Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat
< 17,0
berat
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat
17,1-18,5
ringan
Normal 18,6-25,0
Kelebihan berat badan tingkat
25,1-27,0
Gemuk ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber : I Nyoman Supariasa dkk. Jakarta: EGG (2002 : halaman 61)

B. Kategori Indeks Massa Tubuh


Untuk orang dewasa yang usianya 20 tahun ke atas, IMT diinterprestasi menggunakan
kategori status berat badan standar yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk
anak-anak dan remaja, interpretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin. (CDC,
2009)
Secara umum, IMT 25 keatas membawa arti pada obesitas. Standar baru untuk IMT telah
dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI dibawah 18,1 sebagai sangat kurus
atau underweight, IMT diatas 23 sebagai berat badan lebih atauoverweight, dan IMT melebihi 25
sebagai obesitas. IMT yang ideal nagi orang dewasa adalah diantara 18,5 22,9. Obesitas
dikategorikan pada tiga tingkat : tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), tingkat III (>40). (CDC,
2002)
Tabel 1 : Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (WHO)

Tabel 2 : Batas Ambang IMT Indonesia

Kategori IMT (Kg/m2)

Gender Kegemukan

Kurus Normal Tingkat Ringan Tingkat Berat

<18 kg/m2
Pria 18 - 25 kg/m2 >25 27 kg/m2

>27 kg/m2
<17 kg/m2
Wanita 17 23 kg/m2 >23 27 kg/m2

Keterangan :
- IMT < 17,0 : Keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat
atau Kurang Energi Kronis (KEK)
- IMT 17,0 18,4 : Keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat
ringan (KEK Ringan)
- IMT 18,5 25,0 : Keadaan orang tersebut termasuk kategori normal
- IMT 25,1 27,0 : Keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
ringan
- IMT >27,0 : Keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
(Direktorat Gizi Masyarakat RI, 2000)

PRAKTIKUM
( ANTROPOMETRI DAN IMT )
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui satus gizi klien
2. Untuk memantau kebutuhan gizi klien
3. Untuk mengetahui kebutuhan gizi klien
A. Alat Dan Bahan
1. Alat tulis (pensil, kertas)
2. Timbangan berat badan
3. Pengukur tinggi badan
4. Metline
5. Tensimeter
6. Thermometer
B. Hasil
Nama : Hajar Simping Fahmawati
Umur : 19 tahun
Alamat : Graha Bina Husada Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jalan Gadingan, Banyuraden, Gamping Sleman Yogyakarta

ANTROPOMETRI
Berat Badan 47 kg
Tinggi Badan 154 cm
Lingkar Lengan Atas 23 cm
Panjang Lutut 48 cm
Lingkar Kepala 53 cm
Lingkar Perut 73 cm
Lingkar Dada 83 cm
Nadi 72x permenit
Tekanan Darah 10/80 mmHg
Suhu 36,5 C
IMT

IMT = BB(kg) BBI = (TB 100) 10% (TB 100)


TB (m) x TB (m) = (154-100) 10% (154 100)
= 54 5,4
IMT = 47 = 48,6 4,86
1,54 x 1,54 = 43,74 kg
= 47
2,3716
= 19,817
BB Max = 120% x (TB 100) BB Min = 80% x (TB 100)
= 120% x (154 100) = 80% x (154 100)
= 120% x 54 = 80% x 54
= 64,8 kg = 43,2 kg

C. Kesimpulan
Hajar Simping Fahmawati yang berumur 19 tahun yang mempunyai berat badan 47 kg
dan tinggi badan 154 cm, merupakan berat badan normal karena mempunyai indek sebesar
19,817 dan dapat dikatakan sebagai healty weight. Sedangkan dari pengukuran di atas dapat
diambil berat badan maksimal sebesar 64,8 kg dan berat badan minimal 43,2 kg. Didapat juga
berat badan ideal sebesar 43,74 kg. Jadi untuk mencapai berat badan ideal, Hajar Simping
Fahmawati harus mengurangi berat badannya sebesar 3,26 kg.
Dari pengukuran tekanan darah, juga didapatkan bahwa Hajar Simping Fahmawati
mempunyai tekanan darah 100/80 mmHg. Tekanan darah tersebut dikatakan normal untuk
usia remaja. Tekanan darah yang lebih dari 140/120 mmHg dikatakan sebagai hipertensi dan
untuk tekanan dara yang kurang dari 80/60 mmHg disebut hipotensi.
Dari pengukuran denyut nadi, Hajar Simping Fahmawati berdenyut 72x permenit. Dapat
dikatakan denyut nadi yang normal. Karena denyut nadi normal adalah 60 100 x permenit.
Apabila mempunyai denyut nadi diatas 100 disebut bradikardi dan apabila berdenyut kurang
dari 60 disebut takikardi.
Dari pengukuran suhu, Hajar Simping Fahmawati mempunyai suhu sebesar 36,5 o C.
dapat dikatakan suhu normal. Karena suhu normal adalah 36o C 37,2o C. Dapat dikatakan
hipotermi bila suhu kurang dari 36o C dan dapat dikatakan hipertermi bila suhu lebih dari
37,2o C.
Sedangkan untuk pengukuran lingkar kepala, Hajar Simping Fahmawati mempunyai
ukuran sebesar 53 cm, lingkar perut 73 cm, lingkar lengan atas 23 cm, panjang lutut 48 cm, dan
lingkar dada 83 cm.

RS Wahana Baru kota MENGUKUR LINGKAR KEPALA BAYI / ANAK


Batu
(example)
No. Dokumen No Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan Oleh Direktur


Operasional

Pengertian Pengukuran yang dilakukan menggunakan alat ukur (meteran) untuk mengukur
lingkar kepala bayi
Tujuan Untuk mengetahui lingkar kepala bayi yang baru lahir, bayi / anak dengan
hidrosepalus
Kebijakan SK: No./RS/../. Tentang pedoman pengorganisasian komite keperawatan
RS.
Prosedur 1. Persiapan alat
Pengukur / meteran
Buku, alat tulis
2. Cara mengukur lingkar kepala bayi
Cuci tangan
Beri posisi bayi / anak yang akan diukur
Lilitkan pengukur untuk mendapatkan lingkaran / ukuran keliling letak puncak kepala,
letak dahi dan letak belakang kepala bayi.
Lihat pada alat pengukur dan besarnya lingkar kepala
Ikat alat pengukur dan gulungkan kembali
Baringkan bayi / anak pada posisi semula
Catat hasil pengukuran kedalam catatan keperawatan
Kembalikan alat pengukur pada tempatnya semula
Cuci tangan
UNIT TERKAIT 1. Ruang Perawatan
2. IGD
Apa itu Vulva Higiene?
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang
nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya,
karena hipertensi, pemberian infus, section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian
daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat.
Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap
memerlukan perhatian serta perawatan protektif.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci sendiri
dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang disediakan khusus untuk keperluan
tersebut. Penggantian tampon harus sering dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian perineum dan
setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot. Payudara harus mendapatkan
perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau shower dua kali
sehari. Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk
keperluan ini. Kemudian massage payudara dilakukan dilakukan dengan perlahan-lahan dan puting
secara hati-hati ditarik keluar. Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan putting.
Tujuan Vulva Hiegiene
1. Pengeluaran sekresi perineal (lochea, vaginal discharge)
2. Untuk pencegahan dan meringankan infeksi
3. Untuk membersihkan vagina dan daerah sekitar perineal
4. Memberikan rasa nyaman
Indikasi Vulva Higiene
1. Pasien post partum
2. Pasien post partum dengan episiotomy
3. Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2 kali/sesudah BAB bila perlu
Harus Diperhatikan
Berikan penjelasan/ informasi yang tepat pada pasien

1. Jelaskan alasan dilakukannya prosedur


2. Jelaskan frekuensi dilakukannya prosedur dan berapa lamanya
3. Jelaskan tahap-tahap dari prosedur dan rasionalisasinya secara garis besar dari tiap-tiap bagian
4. Jaga privacy, kenyamanan, keamanan klien selama prosedur
5. Ajarkan untuk dapat merawat/Vulva higiene pada waktu dirumah (Home Care)
Persiapan alat yang dibutuhkan:
1. Bak instrumen steril berisi :
Lidi waten
Hanschoen satu pasang
Kassa
Deppers
Kapas gulung kecil
1. Kom Steril berisi betadin/ obat lain
2. Larutan NaCl dalam kemasan
3. Hanschoen bersih
4. Korentang
5. Botol cebok berisi air hangat
6. Plastik disposibel/ bengkok
7. Selimut mandi
8. Pembalut wanita dalam kemasan
9. Celana dalam dan pakaian bersih
10. Pengalas dan srem bila perlu
11. Tissue
12. Pispot
Prosedur Tindakan Vulva Higiene
Menjelaskan prosedur pada klien
Dekatkan peralatan dekat pasien
Menyiapkan lingkungan pasien (menutup pintu dan jendela, memasang srem bila perlu)
Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent
Memasang selimut mandi dengan posisi ujung dikaitkan pada kaki
Melepaskan pakaian bawah pasien
Memasang perlak bawah, pengalas dan pot
Cuci tangan
Memakai handschoen bersih
Cari dan raba daerah TFU, massage dari atas ke bawah secara perlahan dan anjurkan tarik nafas
panjang
Vulva diguyur dengan air hangat bersih
Bersihkan dengan kapas NaCl 0,9%:
o Bagian sekitar genetalia
o Labia mayora
o Labia minora
o Vestibulum
o Perineum
o Anus
Dilakukan satu kali usapan dari atas ke bawah kemudian ganti sampai bersih dan kapas kita buang
dalam plastik disposable
Untuk jahitan perineum/ post episiotomy
o Pakai handschoen steril
o Tekan dengan depers sampai dengan tidak keluar pus secara perlahan
o Bersihkan dengan kapas NaCl seperti diatas
o Beri betadine/ obat lain dengan lidi watten
Keringkan daerah sekitar dengan tissue atau kassa kapas
Kenakan pembalut bersama pakaian dalam klien
Rapikan pasien
Handschoen dilepas, pasien dirapikan sesuai kenyamanan
Rapikan alat
Cuci tangan
Cara ibu hamil melakukan vulva hygiene sendiri
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu hamil adalah sebagai
berikut:

1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum


2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
buang air kecil atau besar
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya
5. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menentuh
daerah tersebut

Langkah-langkah memberikan cairan per oral


Pemberian Cairan Per Oral

Hari / Tanggal : Selasa / 26 Maret 2013

Nama mahasiswa : Heryanto Wibowo

Tingkat / Semester : 1 A/ Akper KIMIA 17

Pemberian cairan per oral Merupakan cara pemberian cairan melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Alat dan Bahan:

1. Meja / baki
2. Air minum dalam gelas dan sedotan
3. Gelas ukuran kalau sirup
A. Tissue
B. Bengkok 2 buah
C. Pengalas
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Kaji kondisi pasien
4. Bantu untuk meminumkannya
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon pasien
6. Cuci tangan

Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

Tanda fisik dehidrasi

Ringan (kurang dari 5 %) Sedang (5-8%) defisit 4 Sangat berat (lebih dari 12
Defisit 2,5 liter liter Berat (9-12%) defisit 6 liter %)

Haus sedkit
Membram mukosa
kering Sangat haus
Urine pekat Turgor kulit berkurang
Rasa haus dan tekanan bola mata
sedang menurun
Turgor kulit Oliguria (kurang dari 400 Komatus
menurun ml/ urine 24 jam) Keadaan umum
(elastisitas) , memburuk
terutama lengan Tanda-tanda
, dahi , abdomen syok

Pemberian cairan per oral dengan cara :

1. Minum biasa
Menggunakan gelas yang berisi air dan sedotan.
1. Cara membuat larutan gula garam :
1. gula dua sendok teh penuh
2. Garam satu sendok teh
3. Air masak 1 gelas
4. Campuran diaduk sampai larut benar

1. Larutan Oralite
1. Siapkan 1 gelas (200 ml) air yang telah dimasak / air teh
2. Kemudian masukan 1 bungkus bubuk oralit kedalam gelas
3. Aduk sampai larut benar

Simulasi : Pemberian Cairan Per Oral

Nama mahasiswa : Heryanto Wibowo

Tingkat / Semester : 1 A/ Akper KIMIA 17


Kode Unit Kebutuhan Dasar Manusia II

Judul Unit Pemberian cairan Per Oral

Unit ini mencakup tindakan membantu memberikan cairan per oral untuk memenuhi kebutuhan
Uraian Unit nutrisi

No. Elemen Kegiatan Ya Tidak

Persiapan :

Melakukan pengkajian 1. Salam terapeutik disampaikan kepada klien dengan ramah


1 kebutuhan nutrisi 2. Kaji kondisi pasien
3. Tujuan intervensi dijelaskan
4. Prosedur yang dijelaskan
1. Siapkan peralatan
2. Atur posisi pasien dengan posisi yang nyaman
3. mencuci tangan
Pelaksanaan : 4. Kaji kemammpuan pasien untuk dapat minum per oral
(kemapuan menelan, mual dan muntah, akan dilakuakn
penghisapan caiaran lambung, atau tidak boleh makan/
Melakukan tindakan minum).
pemberian cairan per 5. Berikan minum pada waktu dan cara yang benar
oral kepada pasien

Evaluasi
Selama memberikan cairan per oral kepada pasien , respon
Melakukan pengkajian pasien di observasi dengan cermat
data fokus tentang
pasien
Pencapaian tujuan diidentifikasi
Pendokumentasian :
1. Tindakan yang dilakukan dituliskan
2. Respons klien setelah tindakan di catat
Mendokumentasikan 3. Catatan keperawatan ditanda tangani
hasil tindakan

Anda mungkin juga menyukai