Anda di halaman 1dari 9

Data Pengamatan

Uji Koagulasi

2,5 mL larutan protein saat ditambah 2 tetes asam asetat 1 M, berwarna


keruh

endapan berupa gumpalan setelah dipanaskan dan ditambahkan


reagen Millon, menjadi berwarna kuning.
Denaturasi Protein

tabung 1 berisi 4,5 mL lar. Albumin dan 0,5 HCl 0,1 M. sebelum
dipanaskan, berwarna putih agak keruh

tabung 2 yang berisi 4,5 mL lar. Albumin dan 0,5 NaOH 0,1 M
sebelum dipanaskan, berwarna bening
tabung 3 yang berisi 4,5 mL lar. Albumin dan 0,5 mL buffer asetat pH 4,7
sebelum dipanaskan, berwarna putih lebih keruh

tabung 1 setelah dipanaskan, menjadi berwarna putih dan ada


endapan berupa gumpalan
tabung 2 setelah dipanaskan, tidak terdapat gumpalan dan jernih
berwarna kekuningan.

tabung 3 setelah dipanaskan, terdapat endapan berupa gumpalan dan


berwarna putih agak keruh.
tabung 1 setelah dipanaskan dan ditambah 5 mL buffer asetat pH
4,7 terdapat 2 lapisan yaitu lapisan bawah terdapat gumpalan yang keruh dan pada
lapisan atas terdapat larutan bening dan tidak terbentuk endapan lagi.

tabung 2 setelah dipanaskan dan ditambah 5 mL buffer asetat pH 4,7 hasilnya terjadi
penggumpalan seluruhnya dan berwarna putih keruh sesaat setelah ditambahkan buffer
asetat pH 4,7.

Tetapi lama-kelamaan pada tabung (2) tedapat 2 lapisan di dalam tabung (2) dimana
gumpalan atau endapan berada pada lapisan bawah dan larutan bening berada di lapisan
atas.
Pembahasan

5. Uji Koagulasi

Pada percobaan identifikasi protein ini, dilakukan uji koagulasi dimana prinsip dari uji
koagulasi ini adalah perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari
pengaruh pemanasan. Pada uji koagulasi ini, yang pertama dilakukan adalah
memasukkan 2,5mL larutan protein (albumin) ke dalam tabung reaksi dan kemudian
ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M. Penambahan asetat ini bertujuan untuk
mengendapkan larutan protein (albumin) sehingga nantinya bisa terkoagulasi. Dimana
koagulasi adalah proses perubahan cairan menjadi gumpalan – gumpalan yang lunak
dalam hal ini adalah larutan protein (albumin) dimana akibat adanya panas sehingga
pada saat larutan protein (albumin) yang menggumpal sesaat setelah penambahan
asetat dipanaskan, maka gumpalannya akan semakin banyak. Protein yang tercampur
oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang
terkoagulasi setelah ditambahkan asam asetat atau CH3COOH. Senyawa-senyawa
logam tersebut, akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein
membentuk endapan logam proteinat. Protein akan terkoagulasi oleh pemanasan.
Terjadinya koagulasi disebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat pada gugus
negatif pada protein. Ketika ion H+ dari asam asetat masuk ke dalam larutan, akan
mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul protein.
Perubahan pengkutuban ini menyebabkan rusaknya struktur protein seperti struktur
tersier dan struktur kuartener protein. Rusaknya struktur protein menyebabkan
terganggunya stabilitas dari larutan protein, sehingga larutan protein mengalami
koagulasi. Kemudian larutan protein tersebut dipanaskan selama 5 menit. Hasilnya
ketika dipanaskan, larutan protein yang sebelumnya telah ditambahkan asam asetat,
terjadi penggumpalan dan gumpalan tersebut semakin banyak seiring dengan lamanya
pemanasan selama 5 menit tersebut. Hal ini terjadi karena dengan proses pemanasan,
struktur protein akan menjadi rusak Setelah dipanaskan, endapan larutan protein yang
berupa gumpalan tersebut diuji kelarutan endapan di dalam air. Dimana uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah endapan larutan protein dapaat larut di dalam air.
Hasilnya, endapan dari hasil pemanasan larutan protein tadi tidak larut di dalam air dan
masih berupa gumpalan. Hal ini disebabkan rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan non
polar pada struktur berlipat dari protein akibat dari penambahan asam dan pemanasan
sehingga struktur protein menjadi berubah karena putusnya ikatan peptida sehingga
rantai peptida menjadi lebih pendek. Gumpalan atau endapan larutan protein tersebut
juga di uji dengan reagen Millon dimana hasilnya endapan larutan protein tersebut
menjadi berwarna kuning yang artinya larutan protein memberikan hasil positif
terhadap reagen Millon. Hal ini menunjukan bahwa endapan yang terbentuk benar-
benar merupakan endapan protein, hanya saja telah terjadi perubahan struktur tersier
ataupun kuartener, sehingga protein tersebut terjadi pengendapan. Uji Koagulasi ini
adalah denaturasi protein akibat panas dan alkohol.

6. Denaturasi Protein

Pada percobaan denaturasi protein ini, prinsipnya adalah perubahan pada suatu protein
akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim. Denaturasi protein sendiri dapat
diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuarterner
molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi terjadi
karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan
terbentuknya lipatan molekul protein. Denaturasi merupakan perubahan sifat fisik dari
protein dimana perubahan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu
perubahan suhu, akibat adanya pemanasan adanya reagen yang digunakan. Pada
percobaan ini, disiapkan 3 tabung dimana pada tabung (1) ditambahkan 4,5 mL larutan
albumin dan 0,5 mL HCl 0,1 M. Pada tabung (2) ditambakan 4,5 mL larutan albumin
dan 0,5 mL NaOH 0,1 M dan pada tabung (3) ditambahkan 4,5 mL larutan albumin
dan 0,5 mL buffer asetat pH 4,7 1 M dan ketiga tabung setelah dimasukkan larutan
yang sudah ditentukan tersebut, larutan dalam tabung (1) berwarna putih agak keruh.
Dalam tabung (2) berwarna bening dan dalam tabung (3) berwarna putih lebih keruh.
Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit .
setelah dipanaskan selama 15 menit hasilnya adalah pada tabung (1) terdapat endapan
berupa gumpalan berwarna putih. Pada tabung (2) tidak terdapat gumpalan dan jernih
berwarna kekuningan. Pada tabung (3) terdapat endapan berupa gumpalan dan
berwarna putih agak keruh. Hal ini menujukkan bahwa pada tabung (1) dan (3) yang
isinya terdapat endapan berupa gumpalan ini merupakan protein yang terkoagulasi
akibat adanya pemanasan. Karena protein sangat peka terhadap lingkungan apalagi
adanya perubahan suhu ketika dipanaskan, hal ini menyebabkan larutan menjadi keruh
dan adanya gumpalan-gumpalan dari protein yang terdenaturasi. Kemudian, tabung (1)
dan tabung (2) ditambahkan 5 mL buffer asetat pH 4,7. Hasilnya, pada tabung (1)
terdapat 2 lapisan yaitu lapisan bawah terdapat gumpalan yang keruh dan pada lapisan
atas terdapat larutan bening dan tidak terbentuk endapan lagi. Hal ini terjadi karena
protein telah terlebih dahulu rusak oleh pemanasan. Pada tabung (2) setelah
ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 hasilnya terjadi penggumpalan seluruhnya dan
berwarna putih keruh sesaat setelah ditambahkan buffer asetat pH 4,7. Tetapi lama-
kelamaan pada tabung (2) tedapat 2 lapisan di dalam tabung (2) dimana gumpalan atau
endapan berada pada lapisan bawah dan larutan bening berada di lapisan atas. Sehingga
hasil yang didapat pada tabung (1) dan tabung (2) saat penambahan buffer asetat, dapat
dinyatakan bahwa terjadi proses denaturasi karena terjadi endapan. pH buffer asetat
yaitu pH 4,7 dimana tidak jauh dari pH albumin inilah yang membuat ikatan lebih
cepat, dan membentuk endapan lebih banyak. Endapan yang paling banyak dihasilkan
pada percobaan ini adalah pada HCl dan yang paling sedikit pada NaOH. Buffer asetat
menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu
4,5-4,9. Setiap protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein
mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya
dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif,
sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada
albumin adalah pH 4,5-4,9. Berdasarkan percobaan, albumin berdenaturasi lebih
banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat
asam. Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada
struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat
empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan
hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida, interaksi hidrofobik nonpolar, yang
kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses
presipitasi dan koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan
membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam
molekul protein akan membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan
membentuk ion negatif. Perubahan kimia yang berhubungan dengan denaturasi protein
adalah protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh adanya pemanasan, tetapi juga pH,
dan juga pelarut organiknya.

Anda mungkin juga menyukai