Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS DAN PEMBAHASAN GLISIN

Pada percobaan asam basa asam amino ini, digunakan glisin dan alanin sebagai
larutan asam amino yang diuji pH nya dengan menambahkan larutan HCl dan NaOH
secara periodik. Mulanya, diambil larutan glisin 20 ml diletakkan di erlenmeyer dan akan
dititrasi dengan penambahan larutan HCl 1 ml secara periodik sampai pH larutan glisin
mencapai pH 2, dan dicatat pH larutan glisin setiap penambahan 1 ml HCl sampai pH 2.
Pada percobaan, kita membutuhkan 12 kali penambahan larutan HCl 1 ml, jadi total
larutan HCl yang dibutuhkan adalah 12 ml sehingga memperoleh pH 2.
Berikut adalah grafik antara volume HCl terhadap pH larutan glisin.

Berdasarkan grafik titrasi glisin dan HCl 0,1 M dapat ditentukan pK gugus amino sebagai
berikut.
Volume HCl keseluruhan yang terpakai adalah 8 mL
x = 12/2
x = 61
Persamaan garis,
y = -0.1538x + 4.1538
y = - 0.25(6) + 4.1538
y = -1,5 + 4.1538
y= 2.6538
Maka, pKa gugus amino dalam percobaan ini adalah 2,6538
Selain penambahan larutan HCl, pH larutan glisin juga diuji dengan larutan
NaOH. Caranya sama dengan pengujian pH larutan glisin menggunakan larutan HCl.
Mulanya, diambil larutan glisin 20 ml diletakkan di erlenmeyer dan akan dititrasi dengan
penambahan larutan NaOH 1 ml secara periodik sampai pH larutan glisin mencapai pH
12, dan dicatat pH larutan glisin setiap penambahan 1 ml NaOH sampai pH 12. Pada
percobaan, kita membutuhkan 8 kali penambahan larutan HCl 1 ml, jadi total larutan
NaOH yang dibutuhkan adalah 8 ml sehingga memperoleh pH 12.
Berikut adalah grafik antara volume NaOH terhadap pH larutan glisin.

Berdasarkan grafik titrasi glisin dan NaOH 0,25 M dapat ditentukan pK gugus karboksil
sebagai berikut.
Volume NaOH keseluruhan yang terpakai adalah 8 mL.
X = 8/2
X = 4 ml
Persamaan garis,
y = 0.7024x + 6.4643
y = 0.7024x(4)+ 6.4643
y = 2.8096 + 6.4643
y = 9,2739
Maka, pKb gugus asam karboksilat dalam percobaan ini adalah 9,2739.
Dari dua data yakni kurva glisin + HCl dan glisin + NaOH dapat ditentukan pH saat titik
isoelektrik (pHI). pH isoelektrik yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut :
pH I = 1 ( pKamino + pKasam karboksilat)
pH I = 1 (2,6538+ 9,2739)
pH I = 1 (11,9277)
pH I = 11,9277
pH I = 11,9277 /2
pH I = 5,96385
Jadi, pH isoelektrik tercapai pada pH 5,96385 atau 6.0

PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pH terhadap asam amino yaitu asam amino
glisin, dengan menggunakan titran larutan NaOH 0,25 M dan larutan HCl 0.1 M. Karena asam
amino dalam keadaan pH tertentu dapat berubah sifat keasaman dan kebasaannya maka pada
keadaan tersebut kebasaan keasaman dari asam amino dapat ditentukan berdasarkan titrasi asam
amino. Penambahan asam klorida yang bersifat asam kuat mengakibatkan terdapat ion H + yang
berlebih. Dimana terjadi pengukuran pH setiap penambahan 1 ml larutan titran. Dan penambahan
natrium hidroksida yang bersifat basa kuat mengakibatkan terdapat ion OH - yang berlebih.
Dimana terjadi penambahan pH setiap penambahan 1 ml larutan titran. pH awal glisin sebelum
dititrasi oleh asam klorida dan natrium hidroksida yakni 5. Alat yang digunakan untuk mengukur
pH glisin adalah indikator universal. Glisin adalah asam amino paling sederhana dengan rumus
kimia C2H5NO2. Rumus struktur glisin adalah :

Glisin memiliki gugus karboksilat (-COOH) dan gugus amina (-NH 2) sehingga dapat
membentuk zwitter ion atau ion dipolar, yang apabila dalam larutan dapat membentuk ion
karboksilat (-COO-) dan ion amonium (-NH3+) dalam sebuah molekul glisin dengan melepaskan
proton dari masing masing gugus, strukturnya:

Hal ini sesuai dengan teori dimana asam amino bersifat amfoterik, artinya berperilaku
sebagai asam dan mendonasikan protonnya pada basa kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai
basa dan menerima proton dari asam kuat (Tika, 2007).
Glisin bersifat amfoter, yakni dapat bereaksi dengan asam ataupun dengan basa.
Persamaan reaksi yang terjadi saat titrasi glisin dalam susana asam :

Keadaan glisin dalam bentuk ion ini yaitu dalam bentuk larutan. Larutan yang dititrasi
dengan asam kuat akan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi ion H +. Oleh karena itu, ketika
larutan glisin dititrasi dengan HCl maka dapat membentuk suatu kation. Ion H+ dari asam akan
diikat oleh gugus karboksil yang bermuatan negatif sehingga molekul glisin yang semula berupa
zwitter ion setelah menankap ion H+ hanya akan bermuatan positif saja yang berupa suatu kation.
Ketika terjadi penambahan ion H+ pada larutan glisin akan mengakibatkan konsentrasi ion H +
yang tinggi sehingga mampu berikatan dengan ion –COO- ,dan terbentuk gugus –COOH dan
dengan demikian glisin terdapat dalam bentuk kationnya saja. Titrasi berakhir pada pH=2, yaitu
semua glisin dalam bentuk positif sebagai kation yang bersifat asam.
Hal ini sesuai dengan teori dimana pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak
larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Asam amino memiliki
sifat sebagai elektrolit. Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan
ion H+ sedangkan gugus amina akan menerima ion H+. Oleh adanya kedua gugus tersebut asam
amino dalam larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif
(zwitterion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. apabila
ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu
berikatan dengan ion –COO- sehingga terbentuk gugus –COOH. Dengan demikian asam amino
terdapat dalam bentuk (II) (Poedjiadi & Supriyanti, 2012).

Persamaan reaksi yang terjadi saat titrasi glisin dalam suasana basa yakni

Glisin yang titambahkan dengan NaOH, akibatnya glisin akan terdapat dalam bentuk
anionnya karena konsentrasi OH- yang tinggi. Oleh karena itu, ketika pada larutan glisin terjadi
penambahan ion OH- maka dapat membentuk suatu anion. Ion OH - dari basa akan menarik
sebuah ion H+ dari gugus –NH3+ sehingga molekul glisin yang semula berupa zwitter ion setelah
melepaskan sebuah ion H+ hanya akan bermuatan negatif saja yang berupa suatu anion. Glisin
yang ditambahkan basa, maka akan terdapat dalam bentuk anionnya karena ion OH - yang tinggi
mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus –NH3+ membentuk gugus NH2 dan H2O.
Jadi, larutan glisin mengalami keseimbangan adalah sebagai berikut.
Dapat dilihat bahwa dalam suasana asam (pH rendah) ion dipol glisin mengikat ion H +
membentuk kation sehingga ion amfoter glisin bersifat basa sedangkan dalam suasana basa (pH
tinggi) mengikat OH- menghasilkan anion dan ion dipol glisin bersifat asam. Bila dibandingkan
antara titrasi ketika terjadi penambahan H+ dan ketika terjadi penambahan OH-, maka ketika
terjadi penambahan OH- lebih cepat dalam memberikan perubahan pH sehingga jumlah OH- yang
diperlukan lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh ion OH- yang tinggi mampu mengikat ion-ion
H+ yang terdapat pada gugus –NH3+, membentuk gugus NH2 dan H2O.
Hal ini sesuai dengan teori dimana apabila larutan asam amino dalam air ditambah dengan basa,
maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH - yang tinggi mampu
mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus –NH3+ (Poedjiadi & Supriyanti, 2012).

Titik isoelektrik dapat ditetapkan dengan titrasi. Titrasi kation dari glisin N 3H+ CH2CO2H
dengan basa, ketika basa ditambahkan, ion yang terprotonkan sempurna diubah menjadi ion
dipolar yang netral, H3N+ -CH2CO2-. Ketika lebih banyak basa ditambahkan, semua bentuk
kation diubah menjadi ion dipolar yang netral. pH pada saat terjadinya hal ini adalah titik
isoelektrik.
Berikut cara menentukan pK gugus tertentu yang terdapat pada suatu asam amino
berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan.
Dari literatur diketahui tetapan isoelektriknya adalah 6,06. Sedangkan harga titik
isoelektrik hasil percobaan dari hasil perhitungan didapatkan sebesar 5,96385 atau 6.0.
sedangkan jika perhitungan manual mendapatkan 6,5. Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik
dibandingkan dengan di literatur berbeda sedikit dengan selisih 0.06 jika dihitung menggunakan
grafi. Hal ini dikarenakan, alat yang digunakan untuk mengukur pH yaitu indikator pH.
Seharusnya yang lebih akurat menggunakan pH meter. Setiap praktikan dalam mengamati
perubahan warna pada kertas indikator mempunyai pendapat yang berbeda-beda sehingga data
yang dihasilkan kurang begitu akurat. Pada titrasi glisin dengan HCl 0,1 M dan dengan NaOH
0,25 M kurva antara pH dan volume (tetes) pada hasil percobaan, memberikan bentuk kurva
yang hampir sama dengan literatur.

Poedjiadi, A., & Supriyanti, F. M.2012.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.


Tika, I. N.2007.Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Anda mungkin juga menyukai