PERCOBAAN II
ANALISIS KUALITATIF METABOLIT PRIMER PROTEIN
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang
diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan
dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida
merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul
berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan
molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi (Panji, 2013).
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil
suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul
air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan
menghasilkan molekul yang disebut amida (Anonim, 2013).
Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam
sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak terikat (Robinson
1995).
Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan
konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik dan bila
bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat warna ungu. Hanya atom nitrogen dari
zat warna ungu yang berasal dari asam amino, selebihnya terkonversi menjadi aldehid dan
karbondioksida. Jadi, zat warna ungu yang sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan
gugus amino primer dan intensitas warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam
amino yang ada (Hart 2003).
III. MONOGRAFI BAHAN
NATRII HYDROXYDUM
Natrium Hidroksida
NaOH
CUPIRUM SULFAT
Tembaga (II) Sulfat
CuSO4
NINHIDRIN
Ninhidrin P
C9H4O3
AQUA DESTILLATA
Air Suling
H2O
MSDS CuSO4
Bagian 1 : identifikasi
MSDS Nama: Tembaga (II) Sulfat pentahydrate
Katalog Nomor: S73250
Sinonim: Vitriol Biru
Perusahaan Identifikasi: Fisher Scientific 1 Reagen LaneFair Lawn, NJ 07410
Bagian 2 : Potensi efek kesehatan:
- Mata: Dapat menyebabkan iritasi mata dan luka bakar
- Kulit: Dapat menyebabkan kulit menjadi sensitif, alergi, gangguan pada kulit, luka
bakar, dan gatal pada kulit.
- Penelanan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan
ditandai dengan mual dan muntah.
- Inhalasi: Dapat menyebabkan ulserasi dan perforasi septum hidung jika dihirup
dalam jumlah berlebihan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dengan luka
bakar
- Kronis: Kontak mata yang lama atau berulang-ulang dapat menyebabkan
konjungtivitis. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, anemia dan kelainan
darah lainnya sel.
Bagian 3: Tindakan pertolongan pertama:
- Mata: Segera siram mata dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit, sesekali
mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
- Kulit: Dapatkan bantuan medis. Siram kulit dengan banyak air dan sabun setidaknya
selama 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu.
- Tertelan: Jangan memancing muntah. Jika korban sadar, beri 2-4 cupfuls susu atau
air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
- Inhalasi: Hapus dari paparan udara segar segera. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Bagian 5 : Sifat fisik dan kimia :
Bentuk: Kristal
Penampilan: biru
Bau: berbau
Tekanan Uap: 7.3 mm Hg @ 25 deg C
Kepadatan uap: Tidak tersedia.
Kelarutan: Larut.
Berat Molekul: 249,68
MSDS NaOH
Bagian 1: Identifikasi
Nama produk: Sodium hydroxide
Bagian 2: Identifikasi Bahaya
- Mata: Menyebabkan mata terbakar. Dapat menyebabkan kebutaan. Dapat
menyebabkan konjungtivitis kimiawi dan kerusakan kornea.
- Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit yang dalam dan
menembus.
- Tertelan: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran
pencernaan. Menyebabkan saluran pencernaan terbakar. Dapat menyebabkan
perforasi pada saluran pencernaan.
- Penghirupan: Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimia dan edema paru.
Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk,
terbakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma.
- Kronis: Kontak kulit yang lama atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek
mungkin tertunda
Bagian 4: Tindakan Pertolongan pertama
- Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air setidaknya selama 15
menit.
- Kulit: Jika terkena, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit
sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
- Tertelan: Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika
korban sepenuhnya sadar, beri secangkir air.
- Penghirupan: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernafas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.
Bagian 5: Sifat fisika dan kimia
Keadaan Fisik: Padat
Penampilan: putih
Bau: Tidak berbau
pH: 14 (5% aq soln)
Tekanan Uap: 1 mm Hg @ 739 deg C
Kepadatan Uap: Tidak tersedia.
Titik didih: 1390 deg C @ 760 mmHg
Titik beku / lebur: 318 derajat C
Kelarutan: larut.
Formula Molekul: NaOH
Berat Molekul: 40
MSDS NINHIDRIN
Bagian 1 : identifikasi
Nama produk ; Ninhidrin
Bagian 2: Identifikasi Bahaya
- Kontak kulit: Menyebabkan iritasi. Kontak yang berkepanjangan atau berulang
dengan kulit dapat menyebabkan kemerahan, gatal, iritasi dan eksim / pecah-pecah
- Kontak mata: Menyebabkan iritasi.
- Organ Target: Kulit, sistem saraf pusat, hati, sistem reproduksi, mata
- Efek Kesehatan Kronis: Dalam kasus yang serius penyerapan metanol dalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan penglihatan. Dapat menyebabkan efek reproduksi yang
merugikan - seperti cacat lahir, keguguran. Dapat menyebabkan gangguan sistem
saraf pusat
Bagian 4: Tindakan Pertolongan Pertama
- Inhalasi: Pindahkan ke udara segar. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Jika korban
tidak bernafas, berikan pernafasan buatan. Dapatkan perhatian medis.
- Proses menelan: Jangan dimuntahkan kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh
tenaga medis. Jika muntah, jaga kepala tetap rendah agar muntah tidak masuk ke
paru-paru.
- Kontak kulit: Cuci area yang terkena dengan banyak air setidaknya selama 15 menit.
Hapus terkontaminasi pakaian dan sepatu.
- Kontak mata: Periksa dan lepaskan lensa kontak. Segera siram mata dengan aliran
lembut tapi besar air selama setidaknya 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata
atas dan bawah.
Bagian 5: Sifat fisika dan kimia
Keadaan fisik: Cair
Penampilan: Transparan
Warna: Kuning Bau: Beralkohol, menyenangkan, ringan
Titik beku / leleh: -114 ° C (-173,2 ° F) (perkiraan)
Titik didih: 78 ° C (172,4 ° F) (perkiraan)
Titik nyala: 13 ° C (55,4 ° F) (perkiraan)
Kelarutan: Larut dengan air
Tekanan uap: 8,12 kPa pada 25 ° C (perkiraan)
Kepadatan Uap: 1.6 (perkiraan)
MSDS AQUADEST
Bagian 1 : identifikasi
Nama produk ; aquadest
Sinonim : dihidrogen oksida,aqua,aquadestilatta
Bagian 2 : identifikasi bahaya
Tidak ad potensi bahaya
Bagian 4 ; Sifat fisik dan kimia Penampilan
Bentuk: cair
Warna: tidak berwarna
Bau Ambang Bau
pH 6,0 - 8,0 pada 25 ° C
Titik lebur / titik beku 0,0 ° C
Titik didih awal dan rentang didih 100 ° C - lit.
Kelarutan air benar-benar larut
1.Pipet tetes
2.Tabung reaksi
3.Rak tabung
4.Botol semprot
5.Penjepit tabung
6.Beaker glass
V.2 BAHAN
1.Telur ayam
2.Telur ayam kampung
3.Telur bebek
4.Telur puyuh
5.Aqua destilata
6.Natrium hidroksida 10% (NaOH)
7.Cupri sulfat 0,1% (CuSO₄)
8.Tepung kacang hijau
9.Tempe jagung dengan kombinasi kedelai
10.Serbuk cangkang udang
11.Larutan Ninhidrin
VI. CARA KERJA
Uji Buiret
Naoh
1. Percobaan pada telur ayam ras,telur ayam kampung,telur bebek dan telur puyuh
Biru lembayung
sampai unggu
2. Percobaan tempe jagung dengan kombinasi dengan kedelai
Uji Ninhidrin
-
cangkang udang
10
x 100 mL ¿ 10 gram
100
0,1
x 100 mL ¿ 0,1 gram
100
VII. HASIL PERCOBAAN
A. Uji Biuret
Teori Praktek
Telur Ayam Ras Biru Lembayung Biru Lembayung Adanya ikatan
Sampai Ungu Sampai Ungu peptida pada protein
B. Uji Ninhidrin
Teori Praktek
Cangkang Udang Warna Ungu Warna Ungu Adanya asam amino
bebas pada protein
Pada percobaan kali ini kami melakukan uji terhadap protein. Uji yang kami gunakan
yaitu uji biuret dan uji Ninhidrin.
1. Uji Biuret
Adapun sampel yang kami gunakan pada uji biuret yaitu: telur ayam ras, telur ayam
kampung, telur bebek, telur burung puyuh, dan tempe jagung kedelai. Reagen yang
digunakan yaitu reagen biuret, dimana reagen ini didapatkan nantinya dengan mereaksikan
larutan NaOH dan CuSO4.
Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu bahan.
Terbentuknya warna biru lembayung sampai ungu pada sampel karena terbentuk senyawa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-).
Semakin banyak atau semakin panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan
makin kuat intensitasnya. Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus
peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu
karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida.
Ikatan peptida adalah dua asam amino berikatan melalui suatu ikatan kovalen dengan
melepas sebuah molekul air. Pembentukan ikatan tersebut memerlukan banyak energi
(Winarno, 1992).
Pada uji biuret ini tidak dilakukan pemanasan karena pereaksi dari uji biuret ini
mengandung CuSO4 yang apabila dipanaskan akan membentuk Kristal dan juga apabila
dilakukan pemanasan, ikatan peptida dari sampel akan rusak dan tidak akan bisa dideteksi..
Pada keempat sampel telur unggas, yaitu: telur ayam ras, telur ayam kampung, telur
bebek, dan telur burung puyuh. Ketika keempat telur unggas tersebut di tambahkan dengan
laruan NaOH 10% maka akan berubah menjadi sedikit kental. Hal ini dikarenakan adanya
ikatan peptida dalam telur yang menandakan adanya protein. Kemudian untuk sampel tempe
jagung kedelai ketika ditambahkan dengan NaOH maka tidak terjadi perubahan apa-apa.
Setelah itu ditambahkan CuSO4 0,1% pada telur dan tempe dan terjadi perubahan yang
sebelumnya, kemudian berubah menjadi warna biru lembayung sampai ungu. Hal ini terjadi
karena warna biru lembayung sampai ungu yang terbentuk berasal dari kompleks koordinasi
antara Cu2+ dengan gugus amida karboksil dari ikatan peptida dalam larutan basa. Hal ini
menunjukan bahwa keempat sampel telur dan tempe tersebut positif terhadap uji biuret.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan, sampel yang memiliki warna paling
mendekati ungu pekat adalah tempe. Yang kedua sampel telur ayam kampung. Yang ketiga
yaitu telur bebek, yang keempat yaitu telur puyuh, dan kelima yaitu telur ayam ras. Hal ini
sesuai dengan dasar teori yang ada, dimana sampel yang memiliki lebih banyak kandungan
protein maka warnanya akan semakin pekat. Dimana dari kelima sampel yang memiliki
protein paling banyak yaitu tempe, kemudian telur ayam kampung, kemudian telur bebek,
kemudian telur puyuh dan terakhir adalah telur ayam ras. Dari percobaan ini didapatkan hasil
yaitu seluruh sampel positif mengandung ikatan peptida yang ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi biru lembayung sampai ungu
2. Uji Ninhidrin
Adapun sampel yang kami gunakan pada uji Ninhidrin yaitu: cangkang udang dan
tepung kacang hijau. Reagen yang digunakan yaitu reagen ninhydrin.
Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam
sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak terikat (Robinson
1995).
Asam –asam amino bereaksi dengan Ninhidrin untuk membentuk produk yang disebut
ungu ruhemann. Warna ungu pada larutan asam amino inilah yang menandakan bahwa asam
amino tersebut bereaksi positif terhadap uji Ninhidrin. Secara teori asam amino atau peptida
yang mengandung asam α-amino bebas akan bereaksi dengan Ninhidrin membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.
Pada percobaan uji ninhidrin ini sampel yang sudah dicampurkan ninhidrin kemudian
dipanaskan. Fungsi pemanasan adalah untuk membuat protein mengalami denaturasi atau
kerusakan, sehingga diharapkan molekul protein yang terdiri dari banyak polipeptida dapat
terputus menjadi molekul-molekul penyusunnya yang lebih kecil, sehingga hal ini diharapkan
dapat mempercepat reaksi.
Untuk uji Ninhidrin, reagen ini memberikan warna spesifik ungu untuk asam amino. Dari
kedua sampel yang kami ujikan ternyata keduanya memberikan warna ungu yaitu cangkang
udang dan tepung kacang hijau. Dari percobaan ini didapatkan hasil yaitu seluruh sampel
positif mengandung asam amino bebas yang ditandai dengan adanya perubahan warna
menjadi ungu.
IX. KESIMPULAN
1. Telur ayam ras, telur ayam kampung, telur bebek, telur puyuh, dan tempe jagung kedelai
positif terhadap uji biuret.
2. Cangkang udang dan tepung kacang hijau positif terhadap uji ninhidrin.
3. Reaksi positif dengan reagen biuret (CuSO4 dan NaOH) ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi biru lembayung sampai ungu.
4. Reaksi positif dengan reagen ninhidrin ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu.
5. Warna biru lembayung sampai ungu yang dihasilkan pada uji biuret menunjukan adanya
ikatan peptida pada sampel tersebut.
6. Warna ungu yang dihasilkan pada uji ninhidrin menunjukan adanya asam amino bebas
pada sampel tersebut.
7. Larutan yang memiliki warna paling pekat pada uji biuret adalah tempe, kemudian telur
ayam kampung, kemudian telur bebek, kemudian telur puyuh, dan terakhir yaitu telur
ayam ras.
8. Semakin pekat warna maka kandungan proteinnnya akan semakin banyak.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Muchtadi, D., Palupi, N. S., Astawan, M. (1993). Metabolisme zat gizi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
2. Almatsier, S. (2001). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3. Deman, J. M. (1997). Kimia makanan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
4. Anonim. (2013). 1000 Tanaman khasiat dan Manfaatnya. www.indonesia.co.id.
Diakses tanggal tanggal 30 maret 2020
5. Panji. (2013). Uji Ninhidrin. Diakses dari http://ww.edubio.info/2013/11/uji-
ninhidrin.html. tanggal 30 maret 2020
6. Robinson , T,. 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 192 – 216,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung
7. Hart, H., craine, L.E and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Erlangga.
Jakarta.
8. Winarno, F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.