Disusun Oleh :
ABSTRAK
Manggis (Garcinia mangostana L.) kaya akan senyawa kimia xanton terutama di
bagian kulitnya. α-mangsotin sebagai senyawa derivat xanton dipercaya memiliki
kemiripan struktur kimia dengan senyawa UV filter organik sehingga berpotensi
untuk dijadikan bahan aktif tabir surya. Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
bertujuan untuk mngetahui cara pembuatan krim tabir surya dengan ekstrak kulit
manggis, Pembuatan krim tabir surya dilakukan dengan metode Post Test-Only
Design. Ekstrak dibuat dari 200,25 gram serbuk simplisia kulit manggis
menggunakan 3 L metanol. Fraksi etil asetat terbuat dari ekstrak kental metanol
yang dipartisi dengan 300 ml etil asetat sehingga diperoleh serbuk fraksi etil asetat
kulit manggis sebanyak 4,8633 gram. Variabel yang diteliti adalah nilai SPF yang
diperoleh dari krim dengan konsentrasi 1% fraksi etil asetat kulit manggis.
Penentuan nilai SPF dilakukan secara in vitro dengan mengukur serapan larutan
uji dalam pelarut etanol pada konsentrasi yang setara dengan 30-40mg/100ml
bahan aktif menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Hubungan nilai SPF dengan
konsentrasi bahan aktif dianalisis menggunakan uji statistik One-Way ANOVA.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Pembuatan Krim Tabir Surya Dari Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.)”.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang
turut membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan pihak yang dengan senang
hati telah membantu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak untuk setidaknya dapat membantu
memperbaiki karya tulis ilmiah ini.
Kelompok 9
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
2.1 Tinjauan Pustaka.....................................................................................
2.1.1 Kulit manusia................................................................................
2.1.2 Radiasi Sinar Ultra Violet dan Dampak Buruknya ......................
2.1.3 Tabir Surya....................................................................................
2.1.4 Tanaman Manggis.........................................................................
2.1.5 Ekstraksi........................................................................................
2.1.6 Kosmetik.......................................................................................
2.1.7 Krim..............................................................................................
BAB III METODELOGI......................................................................................
3.1 Populasi...................................................................................................
3.2 Sampel.....................................................................................................
3.3 Formulasi.................................................................................................
3.4 Alasan Pemilihan Bahan.........................................................................
3.5 Alat dan Bahan........................................................................................
3.5.1 Alat................................................................................................
3.5.2 Bahan.............................................................................................
3.5.3 Cara Kerja.....................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................
4.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2010). Akan tetapi, kulit yang secara terus-menerus kontak dengan sinar matahari
dapat menimbulkan efek yang merugikan berupa perubahan akut seperti inflamasi,
keganasan kulit dan penuaan dini. Radiasi UVC berpotensi merusak kulit, namun
sinar tersebut dapat tersaring oleh lapisan ozon sebelum mencapai bumi
sinar matahari lebih banyak sehingga memiliki resiko tinggi terkena efek
pertahanan awal dalam melindungi tubuh dari efek merugikan sinar UV dengan
cara penebalan startum korneum dan pigmentasi kulit. Namun, apabila kulit
kontak dengan sinar matahari secara terus-menerus, fungsinya akan menjadi tidak
efektif (Ditjen POM, 1985). Maka dari itu, diperlukan perlindungan lain dalam
menahan paparan langsung sinar matahari ke kulit serta dapat meminimalkan efek
berbahaya dari sinar UV, salah satunya adalah dengan penggunaan sediaan tabir
v
Tabir surya merupakan kosmetik yang di dalam formulanya terkandung
senyawa aktif yang dapat menyerap atau memantulkan secara efektif cahaya
kulit akibat sinar matahari (Ditjen POM, 1985). Berdasarkan mekanisme bahan
aktifnya, tabir surya dibagi menjadi dua, yaitu penghambatan fisik (physical
blocker) yang melindungi kulit dengan cara memantulkan radiasi UV seperti TiO 2
dan ZnO, dan penyerap kimia (chemical absorber) seperti turunan benzofenon,
turunan salisilat, turunan sinamat yang bekerja dengan cara menyerap radiasi UV
dalam tumbuhan yang berpotensi dijadikan bahan aktif tabir surya karena lebih
merupakan buah tropis khas Asia Tenggara yang memiliki banyak aktivitas
dkk., 2006) namun, aktivitasnya sebagai sunscreen agent masih sedikit yang
mangostin yang diisolasi dari kulit buah manggis mempunyai aktivitas sebagai
tabir surya dengan memberikan nilai SPF 21,76 pada konsentrasi 50 ppm dan 37,8
Dalam pembahasan ini akan dibuat sediaan krim tabir surya dengan bahan
aktif fraksi etil asetat kulit manggis, dimana efek tabir surya diukur dengan
menentukan nilai SPF nya secara in vitro. Krim merupakan sediaan yang
mengandung tidak lebih dari 60% air, berupa cairan kental atau emulsi setengah
vi
padat bertipe air dalam minyak maupun minyak dalam air yang biasa digunakan
1. Bagaimana cara pembuatan krim tabir surya dari ekstrak kulit manggis
1. Mengetahui cara pembuatan krim tabir surya dari ekstrak kulit manggis
vii
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Struktur kulit
lebih dari 20.000 serta memiliki berbagai macam fungsi yaitu sebagai pertahanan
terhadap pengaruh lingkungan baik secara fisika maupun kimia, sebagai termostat
dalam mempertahankan suhu tubuh, berperan dalam mengatur tekanan darah dan
dapat melindungi tubuh dari radiasi sinar ultraviolet (Lachman dkk., 2008).
9
Kulit terdiri dari dua lapisan jaringan utama yaitu dermis dan epidermis,
serta lapisan lainnya yaitu hipodermis yang dikenal sebagai jaringan subkutan
(Tranggono, R.I dan F. Latifah, 2007). Lapisan terluar kulit disebut sebagai
stratum korneum yang terdiri dari sel-sel padat, mati dan sel-sel keratin yang
korneum seribu kali lebih kecil dari jaringan kulit lain bahkan lebih, sehingga
memiliki daya tahan yang tinggi dan sulit ditembus (Lachman dkk., 2008).
(1) Epidermis
lapisan sel yang disusun atas dua lapisan yang tampak jelas yaitu
paling luar, tersusun atas tiga sel yang dapat membentuk epidermis,
(Pearce, 1979).
(2) Dermis
Lapisan dermis disusun oleh jaringan fibrus dan jaringan ikat yang
Secara garis besar jaringan ini dibagi menjadi dua yaitu pars papilare
10
(3) Lapisan subkutis (hypodermis)
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak yang
juga terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening
2) Fisiologi kulit
(1) Proteksi
mantel lemak kulit dapat menjaga kadar air dalam tubuh dengan cara
mencegah masuknya air dari luar tubuh, mencegah penguapan air dan
berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar (Tranggono, R.I dan
F. Latifah, 2007).
(2) Termoregulasi
berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor, seperti
11
Benda Meissner, Diskus Merkell dan Korpuskulum Golgi sebagai
(4) Absorbsi
dalam lemak dibanding material yang larut dalam air dan air itu sendiri
3) Absorpsi Perkutan
tujuan yang secara umum yaitu untuk menghasilkan efek terapeutik pada tempat
yang spesifik di jaringan epidermis melalui proses penetrasi difusi dari kulit atau
memiliki pengertian yaitu absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi di bawah kulit
termasuk yang masuk ke dalam aliran darah. Absorpsi perkutan dari bahan obat
12
yang terjadi dalam sediaan topikal seperti cairan, gel, salep, krim atau pasta tidak
hanya bergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat itu sendiri, tetapi
juga pada sifat pembawa obat dan kondisi dari kulit. Obat dengan sistem secara
topikal, mekanisme kerjanya adalah obat tersebut akan keluar dari pembawanya
dan berdifusi ke permukaan jaringan kulit melalui beberapa jalur, yaitu melalui
daerah kantung rambut, melalui kelenjar keringat atau melalui stratum korneum
yang terletak diantara kelenjar keringat dan kantung rambut (Lachman dkk.,
2008). Beberapa jalur difusi obat pada stratum korneum, diantaranya penetrasi
tiga tipe yaitu Ultraviolet C, Ultraviolet B dan Ultraviolet A. Sinar UVC (200-290
kulit, tetapi sinar UVC dapat tersaring oleh lapisan ozon sebelum mencapai
permukaan bumi. Sedangkan UVB (290-320 nm) dan UVA (320-400 nm) adalah
radiasi UV yang dapat mencapai permukaan bumi (Barel dkk., 2009). Intensitas
waktu, terutama pukul 10.00 - 16.00 merupakan waktu yang berbahaya bagi orang
untuk melakukan aktivitasnya di luar (Shaath dan Nadim, 2005). Semakin pendek
ke dalam kulit (Barel dkk., 2009). Kulit yang terpapar sinar UV secara terus-
13
menerus dapat mengakibatkan efek berbahaya seperti sunburn, eritema,
Sinar UVB merupakan sinar yang aktif secara biologi dan mampu
berpenetrasi hingga lapisan dermis (Hawk dkk., 2004). Sebanyak 2-5% radiasi
sinar UV yang menembuas bumi adalah sinar UVB dan 95-98% nya adalah sinar
photocarsinogenesis (Hawk dan Young, 2004; Walker dkk., 2008). Sinar UVB
berperan dalam terjadinya kerusakan DNA. Sinar UVB yang terserap oleh
epidermis dan dapat menembus papila dermis akan menyebabkan gejala berupa
eritema. Radiasi UVA juga dapat menimbulkan eritema, tetapi sangat kurang
efektif dibandingkan dengan UVB. Eritema yang terjadi pada kulit sangat
bergantung pada dosis dan tipe kulit. Dosis terendah yang dibutuhkan untuk
jam setelah radiasi UV disebut dengan Minimal Erythema Dose (MED) (Rigel
dkk., 2004).
Sinar UVA terbagi lagi menjadi UVA I (340-400 nm) dan UVA II (320-340 nm).
Radiasi sinar UVA diperkirakan sebanyak 95% dapat mencapai permukaan bumi
(WHO, 2014). Sinar ini dapat berpenetrasi lebih dalam ke permukaan kulit dan
penuaan kulit dan kerutan (photoaging), namun sampai saat ini para ilmuan
signifikan di daerah epidermis, tetapi tidak dipungkiri bahwa sinar ini memiliki
ini dikarenakan UVA akan merusak bagian kulit yang disebut keratinosit yaitu
14
2.1.3 Tabir Surya
Tabir surya adalah sediaan yang mengandung bahan aktif yang mampu
terjadinya sunburn (Cioca dkk., 1996). Produk tabir surya diketahui dapat
melindungi kulit dari beberapa efek berbahaya radiasi sinar matahari. Produk ini
dan Mitra M., 2008). Kombinasi sinergik dari antioksidan dan sunscreen agent
dapat memberikan potensi yang tinggi dalam melindungi kulit terhadap efek
absorber dan physical blocker. Tabir surya berbahan aktif kimia umumnya
sinar UV. Sediaan tabir surya pemblok fisik dengan ukuran partikel mikro juga
15
matahari dengan Ini dapat juga
memblok sinar UV. menghamburkan sinar UV
namun tetap lebih banyak
mengabsorbsi.
Sunblock Organic sunscreen
Nama lain
Inorganic sunscreen
Oktil metoksisinamat,
Avobenzon, Oktinoksat,
UV filters Titanium dioksida Oktisalat, Oksibenzon,
Zink Oksida Homosalat, Tinosorb
dan lain-lain.
Pada umumnya Kebanyakan bersifat tidak
Stabilitas
bersifat stabil Stabil
Titanium dioksid Tipe ini mampu
melindungi radiasi menawarkan perlindungan
sinar UVB, tetapi terhadap sinar UVA dan
Protection tidak dalam semua UVB, tetapi besar
spektrum UVA. Zink perlindungannya
Oksida melindungi bergantung pada partikel
sinar UVB dan UVA aktif dan stabilitasnya.
(Sumber : http://www.skinacea.com Tahun : 2012)
2) Syarat-syarat Bahan Aktif Tabir Surya (Maulidia,2010)
menyerap atau menghamburkan radiasi sinar UV dan menjaga kulit dari bahaya
sinar UV. Efektivitas perlindungan sinar UVB diekspresikan sebagai nilai Sun
16
perlindungan terhadap kulit yang terpapar sinar matahari dibandingkan dengan
untuk menginduksi 1 dosis minimal eritema (MED) dalam kulit yang dilindungi
setelah dioleskan 2 mg produk tabir surya dengan kulit yang tidak dilindungi tabir
untuk terjadinya sunburn atau eritema 16-24 jam setelah terpapar) (Barel dkk.,
2009).
terjadinya eritema dalam kulit yang terlindungi dan MEDui = rasio dosis minimal
sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan eritema dalam kulit yang tidak
terlindung (European Comission, 2006). Semakin besar nilai SPF, semakin efektif
Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya yang dilakukan secara in
vitro terbagi menjadi dua tipe. Tipe pertama yaitu dengan cara mengukur serapan
atau tranmisi radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa atau
tabir surya yang duji (Kaur dan Saraf, 2010). Mansur mengembangkan suatu
oleh Mansur dkk. sangat menguntungkan dan cepat (Khan, 2014). Cara
17
320
SPF CF x EE ( ) x I ( ) x Abs( )
spectrophotometric 290
Dimana CF (Correction Factor) merupakan faktor koreksi yang sudah mempunyai nilai tetap
yaitu 10, EE (Erythemal Effect spectrum) menyatakan spektrum efek eritemal, I (solar
intensity spectrum) adalah intensitas spektrum sinar dan absorbansi (Abs) merupakan nilai
serapan produk tabir surya
Nilai EExI merupakan nilai konstan yang sudah ditetapkan dan dapat dilihat pada
tabel 2.2.
pelarut ketika tabir surya dilarutkan, kombinasi dan konsentrasi tabir surya, tipe
emulsi, efek dan interaksi antar komponen, inetraksi komponen dengan kulit, nilai
pH sediaan, dan sifat alir emulsi yang dapat meningkatkan atau menurunkan
keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF (Wilkinson & Moore, 1982).
18
2.1.4 Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)
1) Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Guttiferales atau Clusiales
Family : Guttiferae (Clusiaceae)
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L. (Hutapea dan Sugasti, 2006)
2) Morfologi
(a) (b)
(Sumber : http://garciniauscite.atspace.eu/garcinia-mangostana.html)
Gambar 2.2 (a) Buah Manggis, (b) Pohon Manggis
19
Buah manggis memiliki variasi berat antara 75-120 g, berwarna ungu tua
2008). Kulit buah manggis mengandung α-mangostin tidak kurang dari 1,09%
Asia Tenggara seperti India, Myanmar, Malaysia, Filipina, Sri Lanka dan
4) Kegunaan
Kulit manggis mengandung pigmen yang berasal dari dua metabolit yaitu
5) Kandungan Kimia
bahwa ekstrak etanol kulit manggis mengandung senyawa bioaktif dari golongan
20
6) Xanton
merupakan bahan kimia aktif yang memiliki struktur cincin 6 karbon dan karbon
rangkap yang mengakibatkan senyawa tersebut dapat stabil dan memiliki banyak
antioksidan yang lebih tinggi daripada vitamin C dan vitamin E terutama pada
21
garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, epikatekin, garciniafuran,
Dari semua senyawa jenis xanton yang terdapat dalam kulit manggis, α-
yang diambil dari kulit batang atau getah manggis berhasil diisolasi pertama kali
pada tahun 1855 dengan wujud berupa zat kuning. Sebagai antioksidan nomor
2.1.5 Ekstraksi
larut pada pelarut tertentu agar terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan
pelarut cair. Cairan pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah pelarut
POM Depkes RI, 2000). Metode ekstraksi memiliki jenis yang beragam, salah
1) Maserasi
pelarut tertentu dalam wadah tertutup pada suhu ruangan. Kecepatan ekstraksi
dapat ditingkatkan dengan cara pengadukan sesekali atau secara konstan
menggunakan alat pengocok mekanik. Kelemahan dari metode ini yaitu prosesnya
memakan waktu yang lama bahkan dapat berlangsung selama beberapa jam
2) Perkolasi
22
Proses ekstraksi dengan cara mengalirkan cairan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan dalam proses perkolasi
3) Soxhlet
pelarut yang relatif konstan serta adanya pendingin balik. Metode ini dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu (Ditjen POM Depkes RI,
2000).
4) Refluks
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarutnya terbatas, prosesnya relatif
konstan dengan adanya kondensor. Kekurangan dari metode ini yaitu komponen
yang tidak tahan panas akan mudah terdegradasi (Ditjen POM Depkes RI, 2000).
5) Infusa
(bejana infusa tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96°-
98°C) selama waktu 15-20 menit. Dekok adalah metode infusa dengan waktu
yang lebih lama dan dilakukan pada temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM
6) Digesti
umum dilakukan pada temperatur 40°-50°C (Ditjen POM Depkes RI, 2000).
2.1.6 Kosmetik
Menurut Kemenkes No 445/Menkes/Permenkes/1998, “Kosmetik
merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian
23
luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
2.1.7 Krim
Krim merupakan emulsi setengah padat baik tipe air dalam minyak
maupun minyak dalam air yang biasa digunakan sebagai emolien atau pemakaian
obat pada kulit (Ansel, 2005). Berdasarkan tipe emulsinya, krim dibagi menjadi
terdispersi dalam fase hidrofil. Krim tipe ini memiliki sifat yang
komponen fase minyak, fase air dan campuran zat pengemulsi yang
dipakai.
BAB III
24
METODELOGI
3.1 Populasi
3.2 Sampel
sampel dalam penelitian ini adalah Ekstrak diperoleh dari 200,25 gram simplisia kulit
buah manggis yang telah masak yang dimaserasi menggunakan 3 L metanol, kemudian
dipartisi menggunakan etil asetat sebanyak 300 ml sehingga didapatkan ekstrak sebanyak 5
3.3 Formulasi
25
3.4 Alasan Pemilihan Bahan
Mengandung zat aktif senyawa xanton yang memiliki antioksidan yang lebih tinggi
2. Setostearil Alkohol
3. Metyl Paraben
4. Propil Paraben
5. BHT
6. Propilenglikol
7. Etanol 96%
8. Aquadest
Sebagai pelarut yang biasa digunakan berupa air yang mengalami penyulingan
3.5.1 Alat
26
(Shimadzu UV-1700 PHARMA SPEC), Lampu UV (Camag), pH-meter (Mettler
10 digital), Oven (Memmert), Plat tetes, Dryer (Sayota Lady), Alat-alat gel
3.5.2 Bahan
Krim Komersil Kode P dengan SPF 33, Simplisia kulit manggis, Akuades, Etanol
a. Identitas
b. Organoleptik
27
Timbang 1 gram sampel, dimasukkan ke dalam botol timbang. Sampel
a -b
% Susut Pengeringa n a x 100%
Keterangan :
a = berat awal simplisia (g)
b = berat akhir simplisia (g)
c -a
% Kadar Abu b x 100%
c. Rendemen ekstrak
2. Proses Ekstraksi
28
suhu ruang, masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
1. Fase minyak yang terdiri dari setostearil alkohol, setil alkohol dan
2. Fase air yang terdiri dari SLS dan propilenglikol dimasukkan ke dalam
etanol 96%.
hingga homogen.
29
Krim Fraksi Etil Asetat Kulit Manggis 1% : Sebanyak 0,1 gram sampel
ditimbang dengan teliti lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan
dengan etanol (larutan konsentrasi 4000 ppm setara dengan 40 ppm bahan aktif).
295, 300, 305, 315, 320 (nm). Nilai serapan yang diperoleh dikalikan dengan EE x
I untuk masing-masing interval. Nilai EE x I tiap interval dapat dilihat pada Tabel
2.2. Jumlah EE x I yang diperoleh dikalikan dengan faktor koreksi (CF nilainya =
Keterangan :
1) Organoleptis
2) Uji Homogenitas
30
Homogenitas diuji dengan cara mengoleskan krim yang telah dibuat
3) Uji pH
dengan pH kulit. Menurut standar mutu sediaan tabir surya dalam SNI
4,5 – 8,0.
4) Uji Viskositas
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
efeksinar matahari yang merugikan dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi
kulit. Namun tidak efektif untuk menahan kontak dengan sinar matahari yang berlebih. Untuk
Sediaan tabir surya ekstrak kulit manggis adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud menyerap secara efektif sinar matahari terutama didaerah gelombang ultraviolet
sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit oleh sinar matahari. Tabir surya yang
beredar di pasaran dapat kita pilih sesuai dengan kebutuhan, apakah untuk memfilter sinar
5.2 Saran
Disarankan untuk pembuatan tabir surya menggunakan esktrak kulit manggis dengan kualitas
yang bagus karna nantinya akan mempengaruhi kualitas sediaan yang dihasilkan .
32
DAFTAR PUSTAKA
Allen, M.W., Gordon B., Thermo Fisher Scientific, Madison, WI, USA . 2012.
“Measuring the Sun Protection Factor of Sunscreens”. USA: Thermo
Scientific.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. hlm. 492-513.
Terjemahan dari Introducton to pharmaceutical dosage form oleh Farida
Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Barel, A.O., M. Paye, Howard I. Maibach. 2009. Handbook of Cosmetic Science and
rd
Technology 3 Edition. hlm. 311-324. New York: Informa Healthcare.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Hal. 10-11. Jakarta: Ditjen POM Depkes RI.
Kaur, C.D dan Saraf, S. 2010. “In Vitro Sun Protection Factor Determination of
Herbal Oils Used in Cosmetics”. Dalam: Pharmacognocy Research 2,
Issue 1. Hal. 22-25.
33
Khan, M.A. 2014. “Sun Protection Factor Determination Studies of Sunscreen
Formulations For Their Selection and Use in Cosmetics”. Dalam Journal
of Pharmaceutical Biology. India. 4(1), 9-11
Lachman, L., Herbert A. Lieberman, Joseph A.Kanig. 2008. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi ketiga. hlm. 1093-1096. Jakarta : UI Press.
Pearce, Evelyn. 1979. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Cetakan pertama.
Jakarta : PT Gramedia.
Rigel, D.S., Weiss, R.A., Lim, H.W., Dover, J.S. 2004. Photoaging 6th ed.
Terjemahan oleh Marcel Dekker, dkk. dari Flitzpatrick;s dermatology in
General Medicine. New York: McGraw-Hill. Hal. 517-41.
Rowe, R.C., Paul J.S., dan Marian E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., London: Pharmaceutical Press.
Siddiqui, M., Richard L.R., James A. Greene. 2000. “High Efficiency Skin
Protection Formulation with Sunscreen Agents and Antioxidant”. Dalam:
United States Patent.
Tranggono, R.I dan F. Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Kosmetik. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Walker, S.L. Hawk, J.L.M. dan Young, A.R. 2008. “Acute and Chronic
Collagenase Degradeed Collagen in Vitro”. Dalam: Journal Pathology.
Vol 158: 931-42.
34
35
36
37
38