Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KIMIA FISIKA

HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

Disusun Oleh :

Nama : Sonia Septi Maelani

No. Bp : 1801045

Kelas : 2018 A

Dosen Pembimbing :

Zikra Azizah, M. Pd

SEKOLAH TIMGGI ILMU FARMASI

STIFARM

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

taufik, serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

pembuatan makalah tentang “Hukum Pertama Termodinamika”.

Dan tidak lupa Sholawat beserta Salam tetap penulis curahkan kepada junjungan kita

Nabi besar Muhammad S.A.W. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam

terang benderang yakni agama Islam. Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan

kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin .ya Rabbal Alamin

Padang, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR IS.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3

2.1 Hukum termodinamika pertama........................................................3

2.2 Proses yang terjadi pada hukum pertama termodinamika................7

2.3 Sistem dan lingkungan.....................................................................11

2.4 Keadaan sistem..................................................................................14

2.5 Fungsi keadaan.................................................................................14

2.6 Kerja dan panas pada termodinamika..............................................15

2.7 Kerja kompresi.................................................................................16

BAB III PENUTUP.........................................................................................18

3.1 Kesimpulan........................................................................................18

3.2 Saran..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika berasal dari bahasa Yunani: thermos = panas dandynamic =

perubahan, dengan kata lain termodinamika adalah fisika energi, panas, kerja, entropi dan

kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika statistik di mana

banyak hubungan termodinamika berasal. Jadi, secara kompleks termodinamika adalah ilmu

tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas dengan

kerja.

Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alam maupun hasil

rekayasa teknologi. Selain itu, energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat

dimusnahkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi

bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Hal ini erat hubungannya dengan

hukum–hukum dasar pada termodinamika. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang

hukum pertama termodinamika. Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan

hukum-hukum ini tidak bergantung kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini

berarti mereka dapat diterapkan ke sistem di mana seseorang tidak tahu apa pun kecuali

perimbangan transfer energi dan wujud di antara mereka dan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana bunyi hukum pertama termodinamika?

2. Bagaimana proses yang terjadi pada hukum pertama termodinamika?

3. Apa itu sistem dan lingkungan?

4. Apa itu keadaan sistem?

5. Apa itu fungsi keadaan?

1
6. Bagaimana kerja dan panas pada termodinamika?

7. Apa itu kerja kompresi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bunyi hukum termodinamika pertama

2. Mengetahui proses yang terjadi pada hukum pertama termodinamika

3. Mengetahui sistem dan lingkungan

4. Mengetahui keadaan sistem

5. Mengetahui fungsi keadaan

6. Mengetahui kerja dan panas pada termodinamika

7. Mengetahui kerja kompresi

2
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Hukum pertama termodinamika

Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai

dengan hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan

sejumlah kalor, dan sebaliknya. Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak

bisa dibuat atau dimusnahkan, namun bisa dirubah dari satu bentuk kebentuk lainnya”.

Sesuai dengan hukum ini, energi yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja

eksternal yang dilakukan ditambah dengan perolehan energy dalam karena kenaikan

temperatur.

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu system akan bertambah

(system akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil

dari sistem, volume dan suhu system akan berkurang (system tampak mengerut dan terasa

lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari

hukum kekekalan energi.

Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang

mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energy dalam. Jadi, kalor yang

diberikan kepada system akan menyebabkan system melakukan usaha dan mengalami

perubahan energy dalam.

Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energy dalam termodinamika atau

disebut Hukum I Termodinamika.Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan

keadaan awal (1)

3
∆U = U2–U1

Temodinamika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari mengenai

pengaliran panas, perubahan-perubahan energi yang diakibatkan dan usaha yang dilakukan

oleh panas.

1. Usaha luar ( W ) yaitu : Usaha yang dilakukan oleh system terhadap sekelilingnya
terhadap sistem. Misalkan gas dalam ruangan yang berpenghisap bebas tanpa
gesekan dipanaskan ( pada tekanan tetap ) ; maka volume akan bertambah dengan
V.

Usaha yang dilakukanoleh gas terhadap udara luar :

W = p.V

2. Usaha dalam ( U ) adalah : Usaha yang dilakukan oleh bagian dari suatu system
pada bagian lain dari system itu pula. Pada pemanasan gas seperti di atas, usaha
dalam adalah berupa gerakan-gerakan antara molekul-molekul gas yang
dipanaskan menjadi lebih cepat.

Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

Q =W +∆U
Dimana

Q = kalor yang masuk/keluarsistem

U = perubahanenergidalam

W = Usaha luar.

Q positif, sistem menerima kalor.

4
Q negatif, sistem melepas kalor. W positif, sistem melakukan usaha. W negatif,
sistem menerima usaha.

Positif, terjadi penambahan energi dalam pada sistem.

Negatif, terjadi penurunan energi dalam pada sistem.

Kalor (Q) merupakan energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain

akibat adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan sistem dan lingkungan, bisa dikatakan

bahwa kalor merupakan energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau energi yang

berpindah dari lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu sistem lebih

tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor akan mengalir dari sistem menuju lingkungan.

Sebaliknya, jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor akan mengalir

dari lingkungan menuju sistem.

Jika Kalor (Q) berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu,

maka Kerja (W) berkaitan dengan perpindahan energi yang terjadi melalui cara-cara

mekanis. Misalnya jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, maka energi dengan

sendirinya akan berpindah dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya jika lingkungan

melakukan kerja terhadap sistem, maka energi akan berpindah dari lingkungan menuju

sistem.

Ketika suatu benda sedang bergerak maka benda tersebut memiliki energi kinetik

dan berdasarkan energi kinetik ini benda dapat melakukan usaha. Serupa dengan itu, benda

yang berada pada pada ketinggian tertentu dari suatu acuan memiliki energi potensial dan

5
berdasarkan energi potensial ini benda juga dapat melakukan usaha. Kedua macam energi

ini disebut energi luar (eksternal energi). Sebagai tambahan terhadap energi luar ini setap

benda memiliki memiliki energi yang tidak nampak dari luar, energi ini disebut energi

dalam.

Dari sudut pandang termodinamika, energi dalam (internal energy) didefinisikan

suatu sistem sebagai jumlah energi kinetik seluruh partikel penyusunnya, ditambah jumlah

seluruh energi potensial dari interaksi antara seluruh partikel itu. Energi dalam merupakan

fungsi keadaan sistem, jika keadaan sistem berubah maka energi dalam juga berubah tetapi

energi dalam tidak tergantung pada lintasan yang ditempuh sistem untuk perubahan

keadaan tersebut. Selama terjadi perubahan suatu sistem, energi dalam dapat berubah dari

keadaan awal U1 ke keadaan akhir U2.

Energi dalam (U) atau energi internal disebut juga energi termal. Ketika pada

volume tetap dipanaskan, suhu gas akan bertambah. Akibatnya, tekanan gas bertambah.

Saat dipanaskan, molekul-molekul gas mendapat energi sehingga energi kinetik molekul-

molekul gas bertambah. Tentu saja kecepatan rata-rata molekul juga bertambah dan

frekuensi tumbukan molekul dengan dinding bertambah. Hal ini menyebabkan tekanan gas

bertambah. Gejala ini menunjukkan energi dalam gas bertambah.

Jika sebuah sistem melakukan kerja dengan berekspansi terhadap lingkungannya

dan tidak ada panas yang ditambahkan selama proses, energi meninggalkan system dan

energi dalam berkurang. Dari rumus sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara umum

ketika panas Q ditambahkan ke sistem, sebagian dari energi yang ditambahkan ini tetap

tinggal di dalam sistem, mengubah energi dalam sebanyak sisanya meninggalkan sistem

lagi ketika sistem melakukan kerja W terhadap lingkungannya. Karena W dan Q dapat

6
bernilai positif, negatif atau nol, maka dapat bernilai positif, negatif atau nol untuk proses

yang berbeda.

Persamaan di atas merupakan hukum pertama termodinamika (first law of

thermodynamics). ”Jika energi panas yang diberikan sistem dikurangi dengan usaha yang

dilakukan oleh sistem sama dengan perubahan energi dalam sistem”. Dengan demikian,

hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa sejumlah kalor (Q) yang diterima dan

usaha (W) yang dilakukan terhadap suatu gas dapat digunakan untuk menambah energi

dalam.

Hukum pertama termodinamika sejauh ini bisa dinyatakan dapat mewakili

kekekalan energi untuk proses termodinamik. Tapi aspek tambahan yang penting dari

hukum pertama ini adalah kenyataan bahwa energi dalam bergantung hanya pada keadaan

suatu sistem. Pada perubahan keadaan, perubahan energi dalam tidak bergantung pada

lintasan.

2.2 Proses dalam termodinamika

Hukum pertama termodinamika terjadi pada proses termodinamika yang sering

terjadi pada keadaan praktis. Proses-proses ini dapat diringkas sebagai “tanpa perpindahan

panas” atau adiabatik, “volume konstan” atau isokhorik, “tekanan konstan” atau isobarik,

dan “suhu konstan” atau isotermal.

1. Proses Isotermik
Suatu system dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi

perubahan-perubahan di dalam system tersebut. Jika proses yang terjadi

berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena

berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energy dalam (∆U = 0)

dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama denga usaha

7
yang dilakukan sistem (Q = W). Usaha yang dilakukan system dan kalor dapat

dinyatakan sebagai Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas. Oleh

karena suhunya tetap, maka berlaku Hukum Boyle.

P1V2 = P2V2

Karena suhunya konstan T2 = T1 maka :


U =U2–U1

= n R T2 – n R T1 = 0 ( Usaha dalamnya nol )


2. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas

dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan

(∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama

dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor

gas pada volume konstan QV.

QV=∆U
Karena V = 0 maka W = p . V

W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )

Q= U2–U1

Kalor yang diserap oleh system hanya dipakai untuk menambah energy dalam (U)

Q=U

U = m .cv ( T2 – T1 )

8
3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap

konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam

tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan

sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya telah dituliskan bahwa

perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan

QV =∆U. Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai :

W = Qp − QV

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih

energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor)

yang diserap gas pada volume konstan (QV).

Usaha luar yang dilakukan adalah : W = p ( V2 – V1 ). Karena itu hukum


termodinamika dapat dinyatakan :

Q = U + p ( V2 – V1 )

Panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu gas pada tekanan tetap
dapat dinyatakan dengan persamaan :

Q = m cp( T2 – T1 )

Pertambahan energy dalam gas dapat pula dinyatakan dengan persamaan :


U = m cv( T2 – T1 )
Karena itu pula maka usaha yang dilakukan pada proses isobaric dapat pula

dinyatakan dengan persamaan :

W =Q – U = m ( cp– cv ) ( T2 – T1 )

9
m = massa gas
cp = kalor jenis gas padatekanan tetap
cv= kalor jenispada volume tetap.

4. Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun

keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan

gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U).

Karena Q = 0 maka O = U + W
U2 -U1 = -W

Bila W negatif( -W = system ditekan ) usaha dalam sistem (U ) bertambah.

Sedangkan hubungan antara suhu mutlak dan volume gas pada proses adibatik, dapat

dinyatakan dengan persamaan :

T.Vg-1 = konstan atau T1.V1g-1 = T2.V2g-1

Usaha yang dilakukan pada proses adiabatic adalah :

W = m .cv ( T1 – T2 ) atau W = ( V2g-1 – V1g-1 )


Juga berlaku persamaan : P1.V1g = P2.V2g

Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum

universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu

bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika

ini berbunyi:“ Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan

10
jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang

dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya. ”

Suhu suatu gas dapat dinaikkan dalam kondisi yang bermacam-macam. Volumenya

dikonstankan, tekanannya dikonstankan atau kedua-duanya dapat dirubah-rubah menurut

kehendak. Pada tiap-tiap kondisi ini panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar

satu satuan suhu untuk tiap satuan massa adalah berlainan. Dengan kata lain suatu gas

mempunyai bermacam-macam kapasitas panas. Tetapi hanya dua macam yang mempunyai

arti praktis yaitu :

– Kapasitas panas pada volume konstan.


– Kapasitas panas pada tekanan konstan.

Kapasitas panas gas ideal pada tekanan konstan selalu lebih besar dari pada

kapasitas panas gas ideal pada volume konstan, dan selisihnya sebesar konstanta gas

umum yaitu : R = 8,317 J/mol 0K.

cp – cv = R

cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.
cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan
2.3 Sistem dan lingkungan

Dalam termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah

kumpulan dari benda-benda atau apa saja yang diteliti atau diamati yang menjadi

pusat perhatian. Sedangkan lingkungan adalah benda-benda yang berada diluar dari

sistem tersebut. Dan sistem bersama dengan lingkungannya dinamakan dengan

semesta atau universal. Batas adalah perantara dari sistem dan lingkungan. Contohnya

: saat mengamati sebuah bejana yang berisi gas, yang dimaksud dengan sistem dari

11
peninjauan itu adalah gas tersebut, sedangkan lingkungannya adalah bejana itu

sendiri.

Berdasarkan interaksi dengan lingkungannya, sistem dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Sistem terbuka

Sistem terbuka adalah sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran

energi (panas dan kerja) dan benda (materi) dengan lingkungannya. Sistem

terbuka ini meliputi peralatan yang melibatkan adanya aliran massa ke dalam atau

ke luar sistem. Sistem terbuka juga disebut control volume karena pada sistem

terbuka volume sistem tetap.

Pada sistem terbuka berlaku perjanjian sebagai berikut :

a. Panas (Q) bernilai negatif jika keluar sistem dan bernilai posiif jika masuk

sistem

b. Usaha (W) bernilai negatif jika keluar sistem dan bernilai positif jika masuk

sistem.

Contoh Sistem Terbuka Termodinamika:

- Sistem mesin motor bakar

- Turbin gas

- Turbin uap

- Pesawat jet

2. Sistem tertutup

Sistem tertutup adalah sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran

energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem

tertutup terdiri atas suatu jumlah massa yang tertentu dimana massa ini tidak dapat

melintasi lapis batas sistem. Tetapi, energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun

12
usaha (work) dapat melintasi lapis batas sistem tersebut. Dalam sistem tertutup,

meskipun massa tidak dapat berubah selama proses berlangsung, namun volume dapat

saja berubah disebabkan adanya lapis batas yang dapat bergerak (moving boundary)

pada salah satu bagian dari lapis batas sistem tersebut.

Suatu sistem dapat mengalami pertukaran panas atau kerja atau keduanya, biasanya

dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:

Pembatas adiabatik : tidak memperbolehkan pertukaran panas.

Pembatas rigid : tidak memperbolehkan pertukaran kerja.

Sistem tertutup juga memiliki dinding, yang dibedakan menjadi dinding adiabatik dan

dinding diatermik:

a. Dinding adiabatik merupakan dinding yang menyebabkan kedua zat akan mencapai

suhu yang sama dalam waktu yang lama. Pada dinding adiabatik sempurna tidak ada

pertukaran energi kalor antara kedua zat

b. Dinding diatermik merupakan dinding yang menyebabkan kedua zat akan

mencapai suhu yang sama dalam waktu yang cepat.

Contoh Sistem Tertutup Termodinamika:

- Green House yang didalamnya terjadi pertukaran kalor tetapi tidak terjadi

pertukaran kerja dengan lingkungan.

- Suatu balon udara yang dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap,

tetapi volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam masa udara

didalam balon.

3. Sistem terisolasi

13
Sistem yang mengakibatkan tidak terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja dengan

lingkungannya. Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari

lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan

sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem

sama dengan energi yang keluar dari sistem.

Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property (koordinat

sistem/variabel keadaan sistem), seperti tekanan (p), temperatur (T), volume (v), masa (m),

viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga koordinat sistem yang

didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik, panas

jenis dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, apabila

masing-masing jenis koordinat sistem tersebut dapat diukur pada semua bagiannya dan tidak

berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem,

dimana sistem mempunyai nilai koordinat yang tetap. Apabila koordinatnya berubah, maka

keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak

mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium).

Contoh Sistem Terisolasi Termodinamika: tabung gas.

2.4 Keadaan sistem

Kita menentukan keadaan suatu sistem dengan menggunakan fungsi keadaan atau

variabel keadaan Kita bisa menggambarkan keadaan suatu gas dengan memberikan

berapa tekanannya(P), volumenya (V), suhunya (T), jumlahnya (n), variabel P, V, T,

n adalah variable keadaan

2.5 Fungsi keadaan sistem

Fungsi keadaan sifat yang hanya tergantung pada keadaan saat ini dari suatu sistem

dan tidak tergantung pada bagaimana ianya sampai pada keadaan tersebut.

14
Fungsi keadaan :

o Volume

o Suhu

o Tekanan

o Densitas

o Massa

o Energi

o Internal

2.6 Kerja dan panas pada termodinamika

Secara historik, termodinamika berasal dari usaha manusia untuk mengubah panas

menjadi kerja mekanik dengan cara yang seefisian mungkin. Dalam mekanika, kerja

didefinisikan sebagai produk anatara gaya dan jarak searah gaya yang ditempuh akibat gaya

yang bekerja ini. Jadi : W=  2 1 F.dx

Hubungan ini sangat berguna karena dengannya kita dapat mengitung kerja yang

diperlukan untuk menaikkan beban, untuk merenggangkan kawat, ataupun untuk

memindahkan suatu partikel bermuatan melalui medan magnet. Karena kita menggunakan

termodinamika dari segi makroskopis, maka sangat berguna bila konsep kerja ini kita

hubungkan dengan konsep sistem, sifat, dan proses. Oleh karena itu dalam tyermodinamika,

kerja didefiniskan sebagai berikut : “kerja adalah interaksi antara dua sistem sedemikian

hingga apa yang terjadi pada tiap sistem pada permukaan batas interaksinya dapat diulangi

dengan efek tunggal di luar tiap sistem berupa perubahan tinggi suatu beban dalam medan

potensial gravitasi”

Jadi suatu kerja dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya bila efek luar tunggal

pada lingkungan (semua yang ada di luar sistem) berupa naiknya tinggi suatu beban.

15
Perhatikan bahwa naiknya suatu beban sebenarnya adalah gaya yangbekerja malalui suatu

jarak tertentu. Demikian definisi diatas sebenarnya tidak mengharuskan naiknya beban,

artinya mungkin ada suatu gaya yang bekerja melalui jarak tertentu, tetapi efek tungga yang

terjadi di luar sistem dapat diganti dengan perubahan tinggi beban. Terlihat pula kemudian

bahwa ada interaksi yang yang penting yang tidak dapat digolongkan sebagai interaksi yang

efek tunggalnya diluar salah satu sistem yang berinteraksi berupa naik atau turunnya suatu

beban.

Kerja yang dilakukan oleh sistem dianggap sebagai kerja positif, sedang kerja yang

dilakukan terhadap sistem dianggap sebagai kerja negatif.

2.7 Kerja kompresi

Ada tiga macam proses kompresi, yaitu:

1. Kompresi isothermal

Dalam kompresi isothermal, temperature gas tidak berubah, sehingga temperature

gas pada akhir langkah kompresi sama dengan temperature gas pada awal

kompresi. Dalam hal ini kenaikan temperature gas dapat dicegah, karena panas

yang timbul selama proses kompresi, segera diserap sempurna oleh fluida

pendinginan melalui silinder. Namun demikian, proses kompresi isothermal sulit

dilaksanakan. Tetapi dengan kompresi ishotermal kerja yang digunakan adalah

yang paling rendah jika dibandingkana dengan jenis proses kompresi lain.

Hubungan antara Dimana: P = Tekanan gas absolute (Kg/cm2) V = Volume gas

(m3) Sedangkan subskrip 1 dan 2, berturut-turut menyatakan kondisi gas pada

awal dan akhir kompresi.

2. Kompresi politropik

Dalam kompresi politropik temperature gas setelah kompresi lebih tinggi dari

pada temperature pada awal langkah kompresi, meskipun selama proses tersebut

16
berlangsung terjadi perpindahan kalor dari silinder sekitarnya. Kompresi gas

refrigerant didalam kompresor, dalam keadaan sebenarnya, kira-kira mendekati

proses politropik tersebut diaatas. Kerja yang diperlukan untuk kompresi

politropik lebih besar daari pada untuk kompresi ishotermal, tetapi lebih rendah

dari pada untuk kompresi adabatik. Disamping itu kenaikan tekanan yang

diperoleh dengan kompresi politropik lebih besar dari pada dengan kompresi

isothermal, lebih rendah dari pada dengan kompresi adibatik.

3. Kompresi adiabatic

Proses kompresi adiabatic adalah proses kompresi tanpa perpindahan kalor dari

gas dan sekitarnya, yaitu dengan jalan memberikan isolasi panas secara sempurna

pada dinding silinder. Dengan kompresi adiabatic, temperature gas akan naik dan

lebih tinggi dari pada kenaikan yang terjadi dengan kompresi politropik.

Disamping itu, dengan kompresi adiabatic kerja yang diperlukan untuk kompresi

akan lebih besar, tetapi akan diperoleh kenaikan tekanan yang tinggi. Hubungan

antara tekanan dan volumepada awal langkah kompresi dan pada ekhir kompresi

dapat dinyatakan sebagai Dimana: Proses kompresi didalam kompresor, dalam

kenyataanya bukanlah kompresi adiabatic maupun kompresi isothermal akan

tetapi kompresi politropik. Namun, karena prosesnya mendekati kompresi

adiabatic, maka dalam perhitunganya menggunakan diagram mullier proses

kompresi tersebut tidak dianggap adiabatic.

17
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum pertama termodinamika (first law of thermodynamics). ”Jika energi panas

yang diberikan sistem dikurangi dengan usaha yang dilakukan oleh sistem sama dengan

perubahan energi dalam sistem”. Dengan demikian, hukum pertama termodinamika

menyatakan bahwa sejumlah kalor (Q) yang diterima dan usaha (W) yang dilakukan

terhadap suatu gas dapat digunakan untuk menambah energi dalam.

Usaha pada berbagai proses termodinamika, meliputi isobarik (tekanan konstan),

isokhorik (volume konstan), isotermik (suhu konstan), dan adiabatik (tanpa panas). Keempat

proses ini memiliki aplikasi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari, proses ini

merupakan salah satu penerapan termodinamika yang dapat dilihat secara jelas.

Pada proses merebus air, dua buah sistem (api/gas dan air) yang berbeda suhunya

digabungkan. Telah diketahui bahwa temperatur akhir yang dicapai oleh kedua sistem akan

berada di antara temperatur awal kedua sistem. Proses perpindahan kalor dari suatu benda ke

benda lain menyangkut perpindahan energi dapat dihitung secara pasti. Sejumlah kalor Q

yang diterima gas dapat digunakan untuk melakukan usaha W dan menambah energi

dalam gas.

3.2 Saran

Penulis mengharapkan saran dari pembaca yang bisa membangun demi kelancaran

pembuatan makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arkins, PW. 1994. Kimia Fisika II. Erlangga : Jakarta

Basri, S. 1995. Kamus Kimia. Rineka Cipta : Jakarta

Dainitith, J. 1990. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta

Mulyono, M. 2001. Kamus Kimia. Ganesindo : Bandung

Young, Hugh D dan Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas/edisi

kesepuluh/Jilid 1. Jakarta : Erlangga

19
20

Anda mungkin juga menyukai