Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KIMIA FISIKA

KEADAAN GAS & SIFATNYA

Disusun Oleh :

Nama : Sonia Septi Maelani

No. Bp : 18011045

Kelas : 2018 A

Dosen Pembimbing :

Zikra Azizah, M. Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

STIFARM

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

taufik, serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

pembuatan makalah tentang “Keadaan gas dan Sifatnya”.

Dan tidak lupa Sholawat beserta Salam tetap penulis curahkan kepada junjungan kita

Nabi besar Muhammad S.A.W. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam

terang benderang yakni agama Islam. Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan

kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin .Ya Rabbal Alamin

Padang, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR IS.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3

2.1 Pengertian Gas Nyata dan Sifatnya...................................................3

2.2 Pengertian Gas Ideal dan Sifatnya....................................................3

BAB III PENUTUP.........................................................................................16

3.1 Kesimpulan........................................................................................16

3.2 Saran..................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian

tak terpisahkan dari studi kimia. Namun, sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul

gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai

molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur

mikroskopik. Maka dari itu semua jenis gas terbagi menjadi dua tipe, yaitu : gas ideal dan gas

nyata. Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV = nRT

yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi

persamaan gas umum dan menggunakan hukum-hukum gas hanya pada saat tekanan rendah..

Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada tekanan tinggi

dan suhu rendah. Teori Kinetika gas menjelaskan Postulat 1: massa gas dapat diabaikan jika

dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika jumlah molekul banyak,

volume gas harus diperhitungkan à volume ideal sebetulnya lebih kecil dari volume real. Gas

nyata hanya mengikuti persamaan gas ideal hanya pada suhu dan tekanan standar, sedangkan

pada keadaan suhu dan tekanan tinggi, gas nyata tidak mengikuti persamaan gas ideal.

Kita dapat dengan mudah menentukan gas nyata harus dengan hipotesa gas, seperti

semua gas mengandung molekul yang pasti menempati sebuah volum dan menggunakan

saling tarik menarik satu sama lain. Bagaimanapun, faktor yang mempengaruhi menjadi

diabaikan, dan kemungkinan tersebut ditinjau menjadi gas ideal. Kekuatan tarik antara

molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku pada tekanan rendah dan suhu

tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi pada tekanan tinggi dan suhu rendah

volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik meskipun sangat kecil.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu gas nyata dan gas ideal?

2. Apa saja sifat-sifat gas nyata dan gas ideal?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui gas nyata dan gas ideal

2. Mengetahui sifat-sifat gas nyata dan gas ideal


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gas Nyata

Gas merupakan suatu keadaan atau suatu bahan yang dapat dimanfaatkan serta

mampu mengembang tanpa batas dan bebas bergerak sekehendaknya. Oleh karena itu tak

berbentuk dan tak bervolume. Sangat bergantumg pada bentuk wadah yang ditempatinya.

Gaya tarik menarik antara partikel-partikelnya kecil. Tumbukan dan hentakannya lemah.

Atom-atom dan molekul-molekulnya senantiasa berseliweran dan berbenturan satu sama lain

dengan dinding wadah yang didiaminya. Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum

Charles, yakni hukum gas ideal, disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita

jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah

tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin

tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya,

semakin besar deviasinya. Paling tidak ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Peratama,

definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga

bisa diabaikan. Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil.

Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul

akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan

persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals

ataupersamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal (persamaaan 6.5) dengan

cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi interaksi

antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas. Sehingga

a
didapat: (P + ) (V – b ) = R T (a.4 a)
V2
RT a
Atau P = - (a.4 b)
V −b V2

a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut dengan

tetapan van der Waals (Tabel 6.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa perilaku

gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhbungan denagn

kemudahan gas tersebut dicairkan.

Tabel 6.1g Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.

Gas A b

(atm dm 6 mol−2) (atm dm 6 mol−2)


He 0,0341 0,0237

Ne 0,2107 0,0171

H2 0,244 0,0266

NH 3 4,17 0,0371

N2 1,39 0,0391

C 2H 4,47 0,0571

CO 2 3,59 0,0427

H 2O 5,46 0,0305

1,49 0,0399
CO
8,09 0,0170
Hg

O2 1,36 0,0318

Gas nyata bersifat tidak sempurna, yaitu gas yang tidak mematuhi dengan tepat

hukum gas sempurnaa. Penyimpangan hukum terutama lebih terlihatpada tekanan tinggi dan

temperatur rendah, khususnya pada saat gas akan mengembun menjadi cair. Kenyataan
menunjukkan bahwa hukum gas ideal tidak dapat mendiskripsi sifat – sifat gas real secara

tepat. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :

Jika kita mempunyai satu mol gas, berada pada ruang bertekanan 1 atm dan 0o C,

menurut persamaan gas ideal, gas tersebut bervolume 22,4 liter. Tetapi kenyataan

menunjukkan bahwa pada pengukuran sesungguhnya ternyata volume 1 mol gas pada 1 atm

dan 0o C selalu lebih dari 22,4 liter. Di lain pihak, jika kita menpunyai 1 mol gas dari 0o C

yang ditempatkan pada bejana bervolume 22,4 liter, ternyata tekanannya kurang dari 1 atm

Dari kenyataan ini, maka tampak bahwa pada pengukuran gas sesungguhnya (real),

diperoleh hasil pengukuran yang menyimpang formulasi persamaan keadaan yang lebih

realistik dan menyelidiki implikasi persamaan keadaan tersebut.

Gas Nyata

 Gas nyata berbeda dari gas ideal karena terdapat interaksi di antara molekul-

molekulnya.

 Gaya tolakan cukup berpengaruh saat molekul-molekul akan saling

bertumbuk khususnya pada tekanan sangat tinggi.

 Gas pada tekanan tinggi, gas yang kurang dapat terkompresi

 Gaya tarik yang akan bekerja saat jarak antar

Interaksi Moleku

Gas nyata memperlihatkan penyimpangan dari hukum gas sempurna karena molekul-

molekulnya berinteraksi satu sama lain : gaya tolak antar molekul membantu pemuaian dan

gaya tarik membantu penempatan.

Gaya tolak antar molekul netral hanya bearti jika moleku-molekul tersebut hampir

bersentuhan : gaya ini adalah interaksi jarak pendek, sekalipun dengan skala yang diukur
dalam garis tengah (diameter) molekuler. Karena gaya itu adalah interaksi jarak pendek,

tolak-menolak tidak boleh diabaikan hanya jika molekul-molekul tersebut secara rata-rata

berdekatan. Ini adalah kasus pada tekanan tinggi, jika sejumlah besar molekul menempati

volum yang kecil. Sebaliknya, gaya terik antar molekul mempunyai jereak relatif jauh dan

gaya tarik itupun efektif diatas beberapa diameter molekuler. Gaya ini penting jika molekul-

molekul cukup berdekatan tetapi tidak perlu bersentuhan. Gaya tarik menjadi tidak efektif

jika molekul-molekul terpisah jauh bersentuhan.

Dengan demikian, pada tekanan rendah, jika molekul-molekul menempati volume

yang besar, pada sebagian besar waktu, molekul-molekul begitu jauh terpisah sehingga gaya

antar molekul tidak mempunyai peranan bearti, dan gas berperilaku sempurna. Pada tekanan

sedang, ketika molekul-molekul secara rata-rata hanya terpisah sejauh beberapa diameter

molekuler, gaya tarik menang terhadap gaya tolak. Dalam hal ini, gas dapat diharapkan lebih

mudah dimamfaatkan ketimbang gas sempurna.

Temperatur dan tekanan kritis

Karena uap air mudah mengembun menjadi air, telah lama diharapkan bahwa semua

gas dapat dicairkan bila didinginkan dan tekanan diberikan. Namun, ternyata bahwa ada gas

yang tidak dapat dicairkan berapa besar tekanan diberikan bila gas berada di atas temperatur

tertentu yang disebut temperatur kritis. Tekanan yang diperlukan untuk mencairkan gas pada

temperatur kritis disebut dengan tekanan kritis, dan wujud materi pada temperatur dan

tekanan kritis disebut dengan keadaan kritis.

Temperatur kritis ditentukan oleh atraksi intermolekul antar molekul-molekul gas.

Akibatnya temperatur kritis gas nonpolar biasanya rendah. Di atas nilai temperatur kritis,

energi kinetik molekul gas jauh lebih besar dari atraksi intermolekular dan dengan demikian

pencairan dapat terjadi.


Tabel 6.2 Temperatur dan tekanan kritis beberapa gas yang umum dijumpai.

Gas Temperatur Tekanan Gas Temperatur Tekanan

Kritis ( K ) Kritis ( K ) Kritis ( K ) Kritis ( atm )

H 2O 647,2 217,7 N2 126,1 33,5

HCL 224,4 81,6 NH 3 405,6 111,5

O2 153,4 49,7 H2 33,3 12,8

Cl 2 417 76,1 He 5,3 2,26

Koefisien Virial

Pada volume besar dan temperatur tinggi, isoterm gas nyata dan isoterm gas sempurna

tidak jauh berbeda. Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa hukum gas sempurna berlaku

pada tekanan rendah dan pada kenyataannya merupakan suku pertama dalam pernyataan

yang berbentuk.

pVm = RT (1+B ' p + C ' p . . .)

Dalam banyak penerapan, deret yang lebih cocok adalah

B C
pV m = RT (1+ + . . .)
Vm Vm

Pernyataan tersebut adalah dua versi dari persamaan keadaan virial (nama ini berasal

dari kata latin untuk gaya). B, C, . . . , yang bergantung pada temperatur, adalah koefisien

virial yng kedua, ketiga, . . . , koefisien virial yng ketiga C biasanya kurang penting

ketimbang yang kedua B dalam arti bahwa volume molar khas C/V m 2 << B/V m. Persamaan
virial adalah contoh pertama dri prosedur umum dalam kimia fisika, dimana satu hukum

sederhana (dalam hal ini p atau V m).

Persamaan virial dapat digunakan untuk memeragakan suatu hal penting yaitu

walaupun persamaan keadaan gas nyata dapat sama dengan gas sempurna sewaktu p 0, semua

sifat-sifatnya tidak perlu sama dengan sifat-sifat gas sempurna. Perhatikanlah misalnya, nilai

dZ/dp, kemiringan grafik faktor penempatan terhadap tekanan. Untuk gas sempurna berlaku

dZ/dp = 0, tetapi untuk gas nyata berlaku

dZ
= B ' + 2Pc' + . . . B' ketika p 0
dp

Namun demikian, B’ tidak perlu nol. Oleh karena itu, walaupun untuk gas nyata Z

1 ketika p 0 (dan lebih umum, persamaan keadaan gas nyata sama dengan hukum gas

sempurna ketika p 0), kemiringan kurva Z terhadap p tidak mendekati nol (nilai gas

sempurna. Karena sifat-sifat lain yang akan (yang akan kita lihat nanti) juga begantung pada

turunan-turunan, sifat-sifat gas nyata tidak selalu sama dengan nilai-nilai gas sempurna pada

tekanan rendah.

Sifat Gas Nyata

Sifat gas nyata :

 Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan

 Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan

diperbesar atau volum diperkecil

 Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,

menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil,

lebih kecil daripada gas ideal.


 Memenuhi persamaan

a
(P + ) (V – b ) = R T (a.4 a)
V2

RT a
P= - (a.4 b)
V −b V2

Dimana :

P = Tekanan absolut gas (atm)

V = Volume spesifik gas (liter)

R = Konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)

T = Suhu /temperatur absolut gas (K)

n = Jumlah mol gas

a,b = Konstanta Van der Waals

Persamaan Van Der Wall

Persamaan Van der Walls, merupakan salah satu bentuk persamaan yang lebih

mendekati realitas. Meskipun demikian, persamaan inipun belum sepenuhnya benar. Untuk

mendapatkan persamaan ini, kita berangkat dari persamaan serta sifat gas ideal. Masalah

yang akan dibahas, berangkat dari fakta, bahwa pengukuran terhadap gas real, menyimpang

dari keidealan. Diduga, bahwa penyimpangan gas real terhadap keidealan disebabkan karena

terdapat dua syarat keidealan yang tidak pernah dapat dipenuhi oleh gas real, yaitu :

1. Molekul – molekul gas ideal dipandang sebagai titik massa yang tak bervolume atau

tidak memakan tempat. Dengan demikian jika ke dalam ruangan dimasukkan gas,

maka seolah- olah partikel gas tidak membutuhkan tempat. Padahal sebenarnya, tidak
ada materi yang tidak makan tempat. Itulah sebabnya maka volume gas real lebih

besar dari pada gas ideal. Jika penyimpangan volume ini disebut b, maka hubungan

antara V gas real dan V gas ideal adalah :

V = Vid +  b  (a.1)

Atau

Vid = V – b

dengan V adalah volume molar gas real sedangkan Vid adalah volume molar gas ideal

2. Pada gas ideal diasumsikan bahwa setiap partikal molekul bekerja gaya atraksi

sedemikian rupa sehingga resultantenya = 0, atau dengan perkataan lain, pada

molekul gas ideal tidak terdapat gaya atraksi sama sekali. Padahal kenyataannya,

untuk moleku – molekul yang berada didekat dinding, masih bekerja gaya straksi.

Pengabaian gaya atraksi yang besarnya berbanding terbalik kuadrat volume atau a/V2

inilah yang mengakibatkan pengecilan tekanan gas real dibandingkan gas ideal dalam

relasi :

a
Pid = = p + (a.2)
V2

dengan p adalah tekanan gas real. Untuk mendapatkan persamaan Van der Walls, kita

bertolak dari persamaan gas ideal. Karena sesungguhnya persamaan Van der Walls

adalah persamaan gas ideal yang dimodifikasi dengan memperhitungkan volume

partikel serta atraksi antar molekul. Telah kita ketahui bahwa untuk gas ideal berlaku :

Pid Vid = R T

Jika persamaan 1, dimasukkan ke dalam persamaan ini di atas, maka di peroleh :

Pid ( V – b ) = R T (a.3)

Selanjutnya, substitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (3), menghasilkan :

a
(P+ )(V–b)=RT (a.4 a)
V2
Atau

RT a
P= - (a.4 b)
(V −b) V 2

Persamaan (4a) atau (4 b) itulah yang disebut persamaan Van der Walls.

Tabel 1.1 Koefisien van der walls pada temperatur 298 K

a/ b/
( atm L2 mol−2 ) ( 10−2 L mol−2)

Ar 1,325
3,22
CO 2 3,592
4,267
HE 0,034
2,37
N2 1,390
3,913

Penyusunan persamaan

Interaksi tolak-menolak antara moleku – molekul diperhitungkan dengan asumsi

bahwa interaksi itu menyebabkan molekul-molekul beroerilaku seperti bola kecil tetapi tidak

dapat ditembus. Volume bukan nol molekul menyiratkan bahwa partikel itu tidak bergerak

didalam volume V, melainkan terkekeng didalam volume yang lebih kecil V – nb, dengan

menyatakan perkiraan volume total yang ditempati molekul-molekul sendiri. Dengan alasan

ini kita terdorong untuk mengubah hukum gas sempurna p=nRT/V menjadi :

nRT
p=
V −nb

Tekanan bergantung baik pada frekuensi tabrakan dengan dinding maupun dengan

gaya setiap tabrakan. Baik frekuensi maupun gaya tabrakan berkurang akibat gaya tarik.

Yang terjadi akibat kekuatan yang secara kasar sabanding dengan konsentrasi molar n/V

molekul-molekul di dalam sampel. Oleh karena itu, tekanan berkurang sebanding dengan

kuadrat konsentrasi ini. Jika pengurangan tekanan ditulis sebagai – a(n/V)2, dengan a
menyatakan konstanta yang khas untuk setiap gas, maka efek gabungan dari gaya tolak dan

gaya tarik adalah persamaan Van Der Walls :

nRT
p=
V −nb
- a( Vn )2

Persamaan ini sering ditulis dalam istilah volume molar V m2= V/m sebagai :

nRT a
p=
Vm−nb
- V m2

Istilah a/Vm disebut tekanan internal gas. Terkadang lebih baik untuk menata ulang

persamaan tersebut menjadi bentuk yang menyerupai pV = nRT :

an 2̇
(p+ ) ( V – nb ) = nRT
V 2̇

Faktor Kompresibilitas (Z) Gas Van Der Walls

Telah diuraikan bahwa pengukuran terhadap tekanan, volume molar serta temperatur

suatu gas tidak memenuhi persaman p V = RT, dan itu terjadi pada sembarang gas. Karena

menyimpang dari sifat keidealan maka gas real juga disebut gas non ideal. Pernyataan

kuantitatif atas besarnya penyimpangan terhadap keidealan, disebut faktor kompresibilitas Z

(berbeda dengan koefisien kompresibilitas K) dengan Z adalah resiko antar volume molar

suatu gas yang diamati atau gas real (V), dengan volume molar gas ideal (Vid). Jadi :

V
Z= (b.1)
Vid

Karena V id = RT/p maka

p.V V
Z= atau Z=p (b.2)
RT RT

Untuk gas ideal, harga Z = 1, dan tidak bergantung pada temperatur dan tekanan,

sedangkan untuk gas real Z merupakan fungsi temperatur dan tekanan atau ditulis Z = f (T.p).

Untuk mendapatkan harga Z dan hubungannya dengan T dan p, kita ikuti langkah– langkah
berikut : Jika harga p pada persamaan (a.4 b) dimasukka ke dalam persamaan (b.2), akan

diperoleh :

RT a V
Z=( - )
(V −b) V 2 RT

Atau

V a
Z= -
(V −b) V R T V

Suku pertama ruas kanan persamaan (b.3) di atas dibagi dengan V baik pembilang

maupun penyebutannya, sehingga persamaan (b.3) menjadi :

1
a
Z= b - (b.4)
V RT V
1−V

1
Tujuan mengubah suku pertama menjadi berbentuk b , karena dalam
1−V
matematika,mengenai deret terdapat hubungan bahwa :
1
= 1+ x + x 2 + x 3 + x 4 .......................... (b.5)
1−X
Asal x mendekati nol. Padahal b/V jelas mendekati nol, sehingga dengan

menggunakan sifat persamaan (b.4 ) dapat ditulis :

1
b = 1 + b/V + (b/V)2+ (b/V)3........... (b.6)
1−V

Jika persamaan (b.6) dimasukkan ke dalam persamaan (b.4), dihasilkan :

a
Z = 1 + b/V + (b/V)2+ (b/V)3........... -
V RT

Atau

(b−a)
Z=1 / v + (b/V)2 + (b/V)3 .................. (b.7)
RT

Persamaan (b.7) adalah Z sebagai fungsi volume, sedang lazimnya Z dinyatakan

sebagai fungsi volume. Untuk itu V harus dinyatakan dalam p. Sudah barang tentu,
seharusnya relasi yang digunakan harus relasi Van der Walls, tetapi mencari harga V dalam p

untuk relasi Van der Walls, tentu tidak sederhana, karena persamaan Van der Walls

merupakan persamaan order 3 dalam V. oleh karena itu kita menggunakan relasi gas ideal

untuk mengubah V dalam p, yaitu : V = p / R T Sehingga persamaan (b.7) menjadi :

1 b−a b b
Z= 1+ ( ) p+( )2 P2 + ( )3 P3 + .... (b.8)
RT RT RT RT

Persamaan (b.8) itulah Z sebagai fungsi T dan p yang dicari.

Koefisien Virial

o Koefisien harus ditentukan berdasarkan eksperimen

o Nilai koefisien ketiga dan seterusnya sangat kecil dibandingkan koefisien kedua :

B/V m >> C/V m 2

o Gambaran koefisien virial kedua untuk berbagai gas pada variasi temperatur
Persamaan Koefisien Virial

Pada volume besar dan temperatur tinggi, isoterm gas nyata dan isoterm gas sempurna

tidak jauh berbeda. Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa hukum gas sempurna berlaku

pada tekanan rendah dan pada kenyataannya merupakan suku pertama dalam pernyataan

yang berbentuk.

pVm = RT (1 + B’ p + C’ p . . .)

Dalam banyak penerapan, deret yang lebih cocok adalah

B C
pVm = RT ( + + . . . .)
Vm Vm

Pernyataan tersebut adalah dua versi dari persamaan keadaan virial (nama ini berasal

dari kata latin untuk gaya). B, C, . . . , yang bergantung pada temperatur, adalah koefisien

virial yng kedua, ketiga, . . . , koefisien virial yng ketiga C biasanya kurang penting

ketimbang yang kedua B dalam arti bahwa volume molar khas C/V m 2 << B/V m . Persamaan

virial adalah contoh pertama dri prosedur umum dalam kimia fisika, dimana satu hukum

sederhana (dalam hal ini pV = nRT ) dianggap sebagai suku pertama deret pangkat satu

variabel (dalam hal ini p atau Vm).

Persamaan virial dapat digunakan untuk memeragakan suatu hal penting yaitu

walaupun persamaan keadaan gas nyata dapat sama dengan ga sempurna sewaktu p 0,

semua sifat-sifatnya tidak perlu sama dengan sifat-sifat gas sempurna. Perhatikanlah
misalnya, nilai dZ/dp, kemiringan grafik faktor penempatan terhadap tekanan. Untuk gas

sempurna berlaku dZ/dp = 0, tetapi untuk gas nyata berlaku

dZ
= B’ + 2 Pc’ + . .. B’ ketika p 0
dp

Namun demikian, B’ tidak perlu nol. Oleh karena itu, walaupun untuk gas nyata Z

1 ketika p 0 (dan lebih umum, persamaan keadaan gas nyata sama dengan hukum gas

sempurna ketika p 0), kemiringan kurva Z terhadap p tidak mendekati nol (nilai gas

sempurna. Karena sifat-sifat lain yang akan (yang akan kita lihat nanti) juga begantung pada

turunan-turunan, sifat-sifat gas nyata tidak selalu sama dengan nilai-nilai gas sempurna pada

tekanan rendah.

Pengembunan

Sekarang, bayangkanlah apa yang terjadi jika volume suatu sampel gas yang mula-

mula berada pada keadaan tertanda A dalam gambar diatas dikurangi pada temperatur tetap

(dengan cara memanpatkannya di dalamsebuah piston). Didekat A, tekanan gas naik kurang

lebih sesuai dengan hukum Boyle. Penyimpangan serius dari hukum itu mulai tampak ketika

volume sudah berkurang sampai B.

Pada C (yang sama dengan kira-kira 60 atm dalam hal karbondioksida), semua

kemiringan dengan perilaku sempurna hilang, karena mendadak piston bergerser masuk tanpa
ada kenaikan tekanan : ditandai dengan garis mendatar CDE. Pemeriksaan isi silinder

memperlihatkan bahwa tepat disebelah kiri C muncul cairan, dan terdapat dua fase yang

dipisahkanoleh permukaan yang jelas. Sewaktu volume terus dikecilkan dari C melalui D ke

E, jumlah cairan bertambah. Pada tahap ini tidak ada tambahan tahanan pada piston karena

gas dapat menggapinya dengan mengembun. Tekanan yang berpadanan dengan garis CDE,

pada saat baik cairan maupun uap ada dalam kesetimbangan, disebut tekanan uap cairan ini

pada temperatur eksperimen.

Pada E, semua sampel berwujud cairan dan piston berhenti pada permukaan cairan.

Pengurangan volume lebih jauh memerlukan pengerahan tekanan yang besae. Hal itu

diperlihatkan dengan garis yang menanjak tajam disebelah kiri E. Bahkan sedikit

pengurangan volume dari E ke F memerlukan penambahan tekanan yang besar.

Asas Keadaan Yang Bersesuaian

 Sebagai skala relatif untuk membandingkan sifat beberapa obyek

 Menggunakan konstanta kritis sebagai sifat fisik suatu gas maka akan diperoleh skala

baru.

p
a. Tekanan Tereduksi : Pr =
Pc

Vm
b. Tekanan Tereduksi : Vr =
Vc

T
c. Tekanan Tereduksi : Tr =
Tc

 Pengamatan yang mewujudkan gas nyata pada volume dan temperatur yang sama

melakukan tekanan tereduksi yang sama disebut asas keadaan yang bersesuaian.

Fugasitas Gas Nyata

Fugasitas

Potensial kimia gas ideal adalah fungsi dari tekanan gas, sedangkan untuk gas nyata,
diberikan dengan hubungan :

μ = μ0 + R T In f (c.1)

lim 0 f = 1 (c.2)
p p

yaitu apabila tekanan mendekati nol, fugasitas mendekati tekanan. Dengan kata lain

untuk gas ideal, tekanan dan fugasitas adalah sama, dan secara fisika fugasitas adalah ukuran

dari tekanan gas nyata. μ0 adalah potensial kimia standar, yaitu potensial kimia bila fugasitas

adalah satu.

2.2 Pengertian Gas Ideal

Gas ideal adalah gas yang gaya tarik menarik antara molekul dan volume fisiknya

dapat diabaikan. Keterkaitan antara parameter volume (V), tekanan (P), temperatur (T) dan

jumlah partikel (n) dari gas ideal terangkum dalam suatu persamaan, yaitu PV = nRT.

Persamaan gas ideal ini diturunkan dari hukum-hukum yang diperoleh pada kondisi

percobaan yang berbeda, yaitu hukum Boyle, hukum Charles dan Gay Lussac, serta hukum

Avogadro.

Dalam wujud gas, gerakan translasi molekul-molekul sudah menyebabkan

molekul-molekul memiliki energi yang cukup besar sehingga melampaui gaya tarik menarik

antar molekul. Kecepatan molekul gas sangat tinggi dan arahnya selalu berubah-ubah.

Keadaan seperti ini menghasilkan gerakan tak teratur (random). Pada tekanan biasa, molekul-

molekul gas terpisah satu sama lain dengan jarak yang cukup besar, sehingga menyebabkan

gaya tarik menarik mereka semakin tidak berarti.

Keadaan setiap gas ditentukan oleh sejumlah parameter, biasanya volum(V),

tekanan ( P ), temperatur (T ), dan jumlah mol (n). Antara keempat parameter ini terdapat

hubungan tertentu, yang biasa dinyatakan sebagai suatu fungsi volum, yaitu: V = V(TPn).
Fungsi ini memperlihatkan ketergantungan volum suatu gas terhadap temperatur, tekanan,

dan jumlah mol gasnya. Hal ini berarti bahwa volume gas berubah akibat perubahan

paramater-parameter temperatur, tekanan, dan jumlah (mol) gas tersebut.

Besarnya perubahan volum yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan

parameter tersebut secara matematika dituliskan sebagai berikut.

Persaaan diatas memilki 3 kuoisien :

∂V
1. Kuosien pertama,[ ] n,p, menyatakan perubahan volum yang diakibatkan oleh
∂T

berubahnya temperatur pada tekanan dan jumlah mol yang tetap.

∂V
2. Kuosien kedua, [ ] n,T, menyatakan berubahnya volum yang diakibatkan oleh
∂P

berubahnya tekanan pada temperatur dan jumlah mol yang tetap.

∂V
3. Kuosien ketiga, [ ] n,T, menyatakan berubahnya volum yang diakibatkan oleh
∂n

berubahnya jumlah mol pada temperatur dan tekanan yang tetap.

Perubahan volum total gas yang diakibatkan oleh berubahnya temperatur,

tekanan, dan jumlah mol dapat diketahui jika semua kuosiennya juga diketahui. Oleh karena

itu, pengetahuan tentang kuosien-kuosien tersebut sangat diperlukan.

Dari nilai-nilai kuosien yang diketahui, hubungan antara parameter-parameter gas

seperti telah diuraikan, membentuk suatu persamaan yang disebut persamaan keadaan gas.

Untuk gas ideal biasa disebut persamaan keadaan gas ideal. Selain itu, dikenal juga

persamaan-persamaan keadaan gas nyata, dalam bentuk persamaan van der Waals, Berthelot,

Redlich-Kwong, virial.

Gas Ideal
Untuk memudahkan dalam mempelajari sistem gas, maka perlu dibuat beberapa

anggapan dasar mengenai sifat gas, dan selanjutnya gas yang mempunyai sifat sesuai dengan

anggapan dasar tersebut disebut gas ideal. Anggapan dasar yang dimaksud adalah sebagai

berikut.

a. Volume molekulnya sendiri diabaikan terhadap volume ruang yang ditempatinya.

b. Gaya tarik antar molekul sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

c. Tumbukan antar molekul/partikel dan juga tumbukan partikel pada dinding tabung

bersifat elastis, sehingga setelah partikel bertumbukan sistem tidak mengalami

perubahan energi.

d. Tekanan disebabkan oleh tumbukan partikel pada dinding tabung. Besar kecilnya

tekanan gas disebabkan oleh jumlah tumbukan per satuan luas per detik.

Persamaan Gas Ideal

Hubungan antara ke empat parameter P,V,n dan T dapat diperoleh dari hukum Boyle,

Charles-Gay Lussac, dan Avogadro dengan cara memasukkan kuosien-kuosien yang telah

diperoleh dari ketiga hukum tersebut ke dalam persamaan 1.2 di atas.

∂V V
Dari hukum Gay Lussac diperoleh [ ∂ P ] n,P = k/2 = T

∂V V
Dari hukum Boyle diperoleh [ ∂ P ] T,n = - P

∂V V
Dari hukum Avogadro diperoleh [ ∂ n ] P,T = k3 = n

sehingga persamaannya menjadi :

V V V
dv = dT =- + dn
T P n
1
Jika persamaan tersebut dikalikan diperoleh persamaan berikut ini.
V

dV dP dT dn
=- + +
V P T n

Hasil integranya aalah :

∫ dV /V = -∫ dP/P + ∫ dT /T + ∫ dn/n
In V = -In P + In T + Inn + tetapan, jika tetapan integrasi adalah R maka

In V + In P = In T + In n +In R,

In PV = In nRT

Atau PV = nRT

Rumus ini merupakan persamaan keadaan gas ideal yang penting, dengan R adalah

konstanta gas universal yang ditentukan per mol gas. Jika satu gas bersifat ideal maka

perbandingan PV /(T ) akan selalu memiliki nilai yang tetap, meskipun variabel-variabelnya

berubah. Dengan ungkapan lain :

PV
R=
T

Tetapan gas R dapat dievaluasi secara eksperimen dengan menggunakan gas yang

diketahui jumlah molnya pada temperatur tertentu dan dilakukan sederet pengukuran tekanan

– volum berturut-turut pada tekanan yang semakin rendah. Evaluasi dari PV /(nT ) pada limit

tekanan menuju nol menghasilkan R :

Hukum Dalton

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa jika dalam ruangan bervolume V dan

temperatur T terdapat campuran n Amol gas A, n B mol gas B, dan n C mol gas C, maka

menurut persamaan gas ideal tekanan masing-masing adalah sebagai berikut.


Pada temperatur tetap, tekanan total yang akan ditimbulkan oleh campuran gas yang

berada di dalam ruangan tertentu sama dengan jumlah tekanan masing-masing gas tersebut

jika sekiranya ditempatkan di dalam ruangan tersebut sendirian.

Dengan

Jika masing-masing tekanan parsial dibandingkan dengan tekanan total, maka akan

diperoleh persamaan-persamaan berikut ini. Atau secara umum :

Persamaan tersebut menyatakan tekanan parsial gas setiap gas Pi yang memiliki

fraksi-mol Xi. Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung berbagai sifat gas ideal atau

gas yang dapat diperlakukan ideal.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles, yakni hukum gas ideal,

disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak

secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap,

semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan

dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya.

Gas nyata memiliki sifat :

 Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan


 Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan

diperbesar atau volum diperkecil

 Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,

menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil,

lebih kecil daripada gas ideal.

 Memenuhi persamaan

a
(P + ) (V – b ) = R T (a.4 a)
V2

RT a
P= - (a.4 b)
V −b V2

Dimana :

P = Tekanan absolut gas (atm)

V = Volume spesifik gas (liter)

R = Konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)

T = Suhu /temperatur absolut gas (K)

n = Jumlah mol gas

a,b = Konstanta Van der Waals

3.2 Saran

Penulis mengharapkan saran dari pembaca yang bisa membangun demi kelancaran

pembuatan makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisik. Penerbit Universitas Indonesia-Press: Yogyakarta

Dogra, s. 1984. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Penerbit Universitas Indonesia-Press:


Jakarta.

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2000. Kimia Fisik 1. UPI: Bandung

Anda mungkin juga menyukai