KIMIA FISIKA
Disusun Oleh :
No. Bp : 18011045
Kelas : 2018 A
Dosen Pembimbing :
Zikra Azizah, M. Pd
STIFARM
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Dan tidak lupa Sholawat beserta Salam tetap penulis curahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad S.A.W. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
terang benderang yakni agama Islam. Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan
kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR IS.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
3.1 Kesimpulan........................................................................................16
3.2 Saran..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian
tak terpisahkan dari studi kimia. Namun, sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul
gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai
molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur
mikroskopik. Maka dari itu semua jenis gas terbagi menjadi dua tipe, yaitu : gas ideal dan gas
nyata. Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV = nRT
yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi
persamaan gas umum dan menggunakan hukum-hukum gas hanya pada saat tekanan rendah..
Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada tekanan tinggi
dan suhu rendah. Teori Kinetika gas menjelaskan Postulat 1: massa gas dapat diabaikan jika
dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika jumlah molekul banyak,
volume gas harus diperhitungkan à volume ideal sebetulnya lebih kecil dari volume real. Gas
nyata hanya mengikuti persamaan gas ideal hanya pada suhu dan tekanan standar, sedangkan
pada keadaan suhu dan tekanan tinggi, gas nyata tidak mengikuti persamaan gas ideal.
Kita dapat dengan mudah menentukan gas nyata harus dengan hipotesa gas, seperti
semua gas mengandung molekul yang pasti menempati sebuah volum dan menggunakan
saling tarik menarik satu sama lain. Bagaimanapun, faktor yang mempengaruhi menjadi
diabaikan, dan kemungkinan tersebut ditinjau menjadi gas ideal. Kekuatan tarik antara
molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku pada tekanan rendah dan suhu
tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi pada tekanan tinggi dan suhu rendah
volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik meskipun sangat kecil.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Gas merupakan suatu keadaan atau suatu bahan yang dapat dimanfaatkan serta
mampu mengembang tanpa batas dan bebas bergerak sekehendaknya. Oleh karena itu tak
berbentuk dan tak bervolume. Sangat bergantumg pada bentuk wadah yang ditempatinya.
Gaya tarik menarik antara partikel-partikelnya kecil. Tumbukan dan hentakannya lemah.
Atom-atom dan molekul-molekulnya senantiasa berseliweran dan berbenturan satu sama lain
dengan dinding wadah yang didiaminya. Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum
Charles, yakni hukum gas ideal, disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita
jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah
tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin
tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya,
semakin besar deviasinya. Paling tidak ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Peratama,
definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga
bisa diabaikan. Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil.
Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul
akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan
persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals
ataupersamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal (persamaaan 6.5) dengan
cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi interaksi
antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas. Sehingga
a
didapat: (P + ) (V – b ) = R T (a.4 a)
V2
RT a
Atau P = - (a.4 b)
V −b V2
a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut dengan
tetapan van der Waals (Tabel 6.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa perilaku
gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhbungan denagn
Tabel 6.1g Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.
Gas A b
Ne 0,2107 0,0171
H2 0,244 0,0266
NH 3 4,17 0,0371
N2 1,39 0,0391
C 2H 4,47 0,0571
CO 2 3,59 0,0427
H 2O 5,46 0,0305
1,49 0,0399
CO
8,09 0,0170
Hg
O2 1,36 0,0318
Gas nyata bersifat tidak sempurna, yaitu gas yang tidak mematuhi dengan tepat
hukum gas sempurnaa. Penyimpangan hukum terutama lebih terlihatpada tekanan tinggi dan
temperatur rendah, khususnya pada saat gas akan mengembun menjadi cair. Kenyataan
menunjukkan bahwa hukum gas ideal tidak dapat mendiskripsi sifat – sifat gas real secara
Jika kita mempunyai satu mol gas, berada pada ruang bertekanan 1 atm dan 0o C,
menurut persamaan gas ideal, gas tersebut bervolume 22,4 liter. Tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa pada pengukuran sesungguhnya ternyata volume 1 mol gas pada 1 atm
dan 0o C selalu lebih dari 22,4 liter. Di lain pihak, jika kita menpunyai 1 mol gas dari 0o C
yang ditempatkan pada bejana bervolume 22,4 liter, ternyata tekanannya kurang dari 1 atm
Dari kenyataan ini, maka tampak bahwa pada pengukuran gas sesungguhnya (real),
diperoleh hasil pengukuran yang menyimpang formulasi persamaan keadaan yang lebih
Gas Nyata
Gas nyata berbeda dari gas ideal karena terdapat interaksi di antara molekul-
molekulnya.
Interaksi Moleku
Gas nyata memperlihatkan penyimpangan dari hukum gas sempurna karena molekul-
molekulnya berinteraksi satu sama lain : gaya tolak antar molekul membantu pemuaian dan
Gaya tolak antar molekul netral hanya bearti jika moleku-molekul tersebut hampir
bersentuhan : gaya ini adalah interaksi jarak pendek, sekalipun dengan skala yang diukur
dalam garis tengah (diameter) molekuler. Karena gaya itu adalah interaksi jarak pendek,
tolak-menolak tidak boleh diabaikan hanya jika molekul-molekul tersebut secara rata-rata
berdekatan. Ini adalah kasus pada tekanan tinggi, jika sejumlah besar molekul menempati
volum yang kecil. Sebaliknya, gaya terik antar molekul mempunyai jereak relatif jauh dan
gaya tarik itupun efektif diatas beberapa diameter molekuler. Gaya ini penting jika molekul-
molekul cukup berdekatan tetapi tidak perlu bersentuhan. Gaya tarik menjadi tidak efektif
yang besar, pada sebagian besar waktu, molekul-molekul begitu jauh terpisah sehingga gaya
antar molekul tidak mempunyai peranan bearti, dan gas berperilaku sempurna. Pada tekanan
sedang, ketika molekul-molekul secara rata-rata hanya terpisah sejauh beberapa diameter
molekuler, gaya tarik menang terhadap gaya tolak. Dalam hal ini, gas dapat diharapkan lebih
Karena uap air mudah mengembun menjadi air, telah lama diharapkan bahwa semua
gas dapat dicairkan bila didinginkan dan tekanan diberikan. Namun, ternyata bahwa ada gas
yang tidak dapat dicairkan berapa besar tekanan diberikan bila gas berada di atas temperatur
tertentu yang disebut temperatur kritis. Tekanan yang diperlukan untuk mencairkan gas pada
temperatur kritis disebut dengan tekanan kritis, dan wujud materi pada temperatur dan
Akibatnya temperatur kritis gas nonpolar biasanya rendah. Di atas nilai temperatur kritis,
energi kinetik molekul gas jauh lebih besar dari atraksi intermolekular dan dengan demikian
Koefisien Virial
Pada volume besar dan temperatur tinggi, isoterm gas nyata dan isoterm gas sempurna
tidak jauh berbeda. Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa hukum gas sempurna berlaku
pada tekanan rendah dan pada kenyataannya merupakan suku pertama dalam pernyataan
yang berbentuk.
B C
pV m = RT (1+ + . . .)
Vm Vm
Pernyataan tersebut adalah dua versi dari persamaan keadaan virial (nama ini berasal
dari kata latin untuk gaya). B, C, . . . , yang bergantung pada temperatur, adalah koefisien
virial yng kedua, ketiga, . . . , koefisien virial yng ketiga C biasanya kurang penting
ketimbang yang kedua B dalam arti bahwa volume molar khas C/V m 2 << B/V m. Persamaan
virial adalah contoh pertama dri prosedur umum dalam kimia fisika, dimana satu hukum
Persamaan virial dapat digunakan untuk memeragakan suatu hal penting yaitu
walaupun persamaan keadaan gas nyata dapat sama dengan gas sempurna sewaktu p 0, semua
sifat-sifatnya tidak perlu sama dengan sifat-sifat gas sempurna. Perhatikanlah misalnya, nilai
dZ/dp, kemiringan grafik faktor penempatan terhadap tekanan. Untuk gas sempurna berlaku
dZ
= B ' + 2Pc' + . . . B' ketika p 0
dp
Namun demikian, B’ tidak perlu nol. Oleh karena itu, walaupun untuk gas nyata Z
1 ketika p 0 (dan lebih umum, persamaan keadaan gas nyata sama dengan hukum gas
sempurna ketika p 0), kemiringan kurva Z terhadap p tidak mendekati nol (nilai gas
sempurna. Karena sifat-sifat lain yang akan (yang akan kita lihat nanti) juga begantung pada
turunan-turunan, sifat-sifat gas nyata tidak selalu sama dengan nilai-nilai gas sempurna pada
tekanan rendah.
Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan
Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,
menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil,
a
(P + ) (V – b ) = R T (a.4 a)
V2
RT a
P= - (a.4 b)
V −b V2
Dimana :
Persamaan Van der Walls, merupakan salah satu bentuk persamaan yang lebih
mendekati realitas. Meskipun demikian, persamaan inipun belum sepenuhnya benar. Untuk
mendapatkan persamaan ini, kita berangkat dari persamaan serta sifat gas ideal. Masalah
yang akan dibahas, berangkat dari fakta, bahwa pengukuran terhadap gas real, menyimpang
dari keidealan. Diduga, bahwa penyimpangan gas real terhadap keidealan disebabkan karena
terdapat dua syarat keidealan yang tidak pernah dapat dipenuhi oleh gas real, yaitu :
1. Molekul – molekul gas ideal dipandang sebagai titik massa yang tak bervolume atau
tidak memakan tempat. Dengan demikian jika ke dalam ruangan dimasukkan gas,
maka seolah- olah partikel gas tidak membutuhkan tempat. Padahal sebenarnya, tidak
ada materi yang tidak makan tempat. Itulah sebabnya maka volume gas real lebih
besar dari pada gas ideal. Jika penyimpangan volume ini disebut b, maka hubungan
V = Vid + b (a.1)
Atau
Vid = V – b
dengan V adalah volume molar gas real sedangkan Vid adalah volume molar gas ideal
2. Pada gas ideal diasumsikan bahwa setiap partikal molekul bekerja gaya atraksi
molekul gas ideal tidak terdapat gaya atraksi sama sekali. Padahal kenyataannya,
untuk moleku – molekul yang berada didekat dinding, masih bekerja gaya straksi.
Pengabaian gaya atraksi yang besarnya berbanding terbalik kuadrat volume atau a/V2
inilah yang mengakibatkan pengecilan tekanan gas real dibandingkan gas ideal dalam
relasi :
a
Pid = = p + (a.2)
V2
dengan p adalah tekanan gas real. Untuk mendapatkan persamaan Van der Walls, kita
bertolak dari persamaan gas ideal. Karena sesungguhnya persamaan Van der Walls
partikel serta atraksi antar molekul. Telah kita ketahui bahwa untuk gas ideal berlaku :
Pid Vid = R T
Pid ( V – b ) = R T (a.3)
a
(P+ )(V–b)=RT (a.4 a)
V2
Atau
RT a
P= - (a.4 b)
(V −b) V 2
Persamaan (4a) atau (4 b) itulah yang disebut persamaan Van der Walls.
a/ b/
( atm L2 mol−2 ) ( 10−2 L mol−2)
Ar 1,325
3,22
CO 2 3,592
4,267
HE 0,034
2,37
N2 1,390
3,913
Penyusunan persamaan
bahwa interaksi itu menyebabkan molekul-molekul beroerilaku seperti bola kecil tetapi tidak
dapat ditembus. Volume bukan nol molekul menyiratkan bahwa partikel itu tidak bergerak
didalam volume V, melainkan terkekeng didalam volume yang lebih kecil V – nb, dengan
menyatakan perkiraan volume total yang ditempati molekul-molekul sendiri. Dengan alasan
ini kita terdorong untuk mengubah hukum gas sempurna p=nRT/V menjadi :
nRT
p=
V −nb
Tekanan bergantung baik pada frekuensi tabrakan dengan dinding maupun dengan
gaya setiap tabrakan. Baik frekuensi maupun gaya tabrakan berkurang akibat gaya tarik.
Yang terjadi akibat kekuatan yang secara kasar sabanding dengan konsentrasi molar n/V
molekul-molekul di dalam sampel. Oleh karena itu, tekanan berkurang sebanding dengan
kuadrat konsentrasi ini. Jika pengurangan tekanan ditulis sebagai – a(n/V)2, dengan a
menyatakan konstanta yang khas untuk setiap gas, maka efek gabungan dari gaya tolak dan
nRT
p=
V −nb
- a( Vn )2
Persamaan ini sering ditulis dalam istilah volume molar V m2= V/m sebagai :
nRT a
p=
Vm−nb
- V m2
Istilah a/Vm disebut tekanan internal gas. Terkadang lebih baik untuk menata ulang
an 2̇
(p+ ) ( V – nb ) = nRT
V 2̇
Telah diuraikan bahwa pengukuran terhadap tekanan, volume molar serta temperatur
suatu gas tidak memenuhi persaman p V = RT, dan itu terjadi pada sembarang gas. Karena
menyimpang dari sifat keidealan maka gas real juga disebut gas non ideal. Pernyataan
(berbeda dengan koefisien kompresibilitas K) dengan Z adalah resiko antar volume molar
suatu gas yang diamati atau gas real (V), dengan volume molar gas ideal (Vid). Jadi :
V
Z= (b.1)
Vid
p.V V
Z= atau Z=p (b.2)
RT RT
Untuk gas ideal, harga Z = 1, dan tidak bergantung pada temperatur dan tekanan,
sedangkan untuk gas real Z merupakan fungsi temperatur dan tekanan atau ditulis Z = f (T.p).
Untuk mendapatkan harga Z dan hubungannya dengan T dan p, kita ikuti langkah– langkah
berikut : Jika harga p pada persamaan (a.4 b) dimasukka ke dalam persamaan (b.2), akan
diperoleh :
RT a V
Z=( - )
(V −b) V 2 RT
Atau
V a
Z= -
(V −b) V R T V
Suku pertama ruas kanan persamaan (b.3) di atas dibagi dengan V baik pembilang
1
a
Z= b - (b.4)
V RT V
1−V
1
Tujuan mengubah suku pertama menjadi berbentuk b , karena dalam
1−V
matematika,mengenai deret terdapat hubungan bahwa :
1
= 1+ x + x 2 + x 3 + x 4 .......................... (b.5)
1−X
Asal x mendekati nol. Padahal b/V jelas mendekati nol, sehingga dengan
1
b = 1 + b/V + (b/V)2+ (b/V)3........... (b.6)
1−V
a
Z = 1 + b/V + (b/V)2+ (b/V)3........... -
V RT
Atau
(b−a)
Z=1 / v + (b/V)2 + (b/V)3 .................. (b.7)
RT
sebagai fungsi volume. Untuk itu V harus dinyatakan dalam p. Sudah barang tentu,
seharusnya relasi yang digunakan harus relasi Van der Walls, tetapi mencari harga V dalam p
untuk relasi Van der Walls, tentu tidak sederhana, karena persamaan Van der Walls
merupakan persamaan order 3 dalam V. oleh karena itu kita menggunakan relasi gas ideal
1 b−a b b
Z= 1+ ( ) p+( )2 P2 + ( )3 P3 + .... (b.8)
RT RT RT RT
Koefisien Virial
o Nilai koefisien ketiga dan seterusnya sangat kecil dibandingkan koefisien kedua :
o Gambaran koefisien virial kedua untuk berbagai gas pada variasi temperatur
Persamaan Koefisien Virial
Pada volume besar dan temperatur tinggi, isoterm gas nyata dan isoterm gas sempurna
tidak jauh berbeda. Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa hukum gas sempurna berlaku
pada tekanan rendah dan pada kenyataannya merupakan suku pertama dalam pernyataan
yang berbentuk.
pVm = RT (1 + B’ p + C’ p . . .)
B C
pVm = RT ( + + . . . .)
Vm Vm
Pernyataan tersebut adalah dua versi dari persamaan keadaan virial (nama ini berasal
dari kata latin untuk gaya). B, C, . . . , yang bergantung pada temperatur, adalah koefisien
virial yng kedua, ketiga, . . . , koefisien virial yng ketiga C biasanya kurang penting
ketimbang yang kedua B dalam arti bahwa volume molar khas C/V m 2 << B/V m . Persamaan
virial adalah contoh pertama dri prosedur umum dalam kimia fisika, dimana satu hukum
sederhana (dalam hal ini pV = nRT ) dianggap sebagai suku pertama deret pangkat satu
Persamaan virial dapat digunakan untuk memeragakan suatu hal penting yaitu
walaupun persamaan keadaan gas nyata dapat sama dengan ga sempurna sewaktu p 0,
semua sifat-sifatnya tidak perlu sama dengan sifat-sifat gas sempurna. Perhatikanlah
misalnya, nilai dZ/dp, kemiringan grafik faktor penempatan terhadap tekanan. Untuk gas
dZ
= B’ + 2 Pc’ + . .. B’ ketika p 0
dp
Namun demikian, B’ tidak perlu nol. Oleh karena itu, walaupun untuk gas nyata Z
1 ketika p 0 (dan lebih umum, persamaan keadaan gas nyata sama dengan hukum gas
sempurna ketika p 0), kemiringan kurva Z terhadap p tidak mendekati nol (nilai gas
sempurna. Karena sifat-sifat lain yang akan (yang akan kita lihat nanti) juga begantung pada
turunan-turunan, sifat-sifat gas nyata tidak selalu sama dengan nilai-nilai gas sempurna pada
tekanan rendah.
Pengembunan
Sekarang, bayangkanlah apa yang terjadi jika volume suatu sampel gas yang mula-
mula berada pada keadaan tertanda A dalam gambar diatas dikurangi pada temperatur tetap
(dengan cara memanpatkannya di dalamsebuah piston). Didekat A, tekanan gas naik kurang
lebih sesuai dengan hukum Boyle. Penyimpangan serius dari hukum itu mulai tampak ketika
Pada C (yang sama dengan kira-kira 60 atm dalam hal karbondioksida), semua
kemiringan dengan perilaku sempurna hilang, karena mendadak piston bergerser masuk tanpa
ada kenaikan tekanan : ditandai dengan garis mendatar CDE. Pemeriksaan isi silinder
memperlihatkan bahwa tepat disebelah kiri C muncul cairan, dan terdapat dua fase yang
dipisahkanoleh permukaan yang jelas. Sewaktu volume terus dikecilkan dari C melalui D ke
E, jumlah cairan bertambah. Pada tahap ini tidak ada tambahan tahanan pada piston karena
gas dapat menggapinya dengan mengembun. Tekanan yang berpadanan dengan garis CDE,
pada saat baik cairan maupun uap ada dalam kesetimbangan, disebut tekanan uap cairan ini
Pada E, semua sampel berwujud cairan dan piston berhenti pada permukaan cairan.
Pengurangan volume lebih jauh memerlukan pengerahan tekanan yang besae. Hal itu
diperlihatkan dengan garis yang menanjak tajam disebelah kiri E. Bahkan sedikit
Menggunakan konstanta kritis sebagai sifat fisik suatu gas maka akan diperoleh skala
baru.
p
a. Tekanan Tereduksi : Pr =
Pc
Vm
b. Tekanan Tereduksi : Vr =
Vc
T
c. Tekanan Tereduksi : Tr =
Tc
Pengamatan yang mewujudkan gas nyata pada volume dan temperatur yang sama
melakukan tekanan tereduksi yang sama disebut asas keadaan yang bersesuaian.
Fugasitas
Potensial kimia gas ideal adalah fungsi dari tekanan gas, sedangkan untuk gas nyata,
diberikan dengan hubungan :
μ = μ0 + R T In f (c.1)
lim 0 f = 1 (c.2)
p p
yaitu apabila tekanan mendekati nol, fugasitas mendekati tekanan. Dengan kata lain
untuk gas ideal, tekanan dan fugasitas adalah sama, dan secara fisika fugasitas adalah ukuran
dari tekanan gas nyata. μ0 adalah potensial kimia standar, yaitu potensial kimia bila fugasitas
adalah satu.
Gas ideal adalah gas yang gaya tarik menarik antara molekul dan volume fisiknya
dapat diabaikan. Keterkaitan antara parameter volume (V), tekanan (P), temperatur (T) dan
jumlah partikel (n) dari gas ideal terangkum dalam suatu persamaan, yaitu PV = nRT.
Persamaan gas ideal ini diturunkan dari hukum-hukum yang diperoleh pada kondisi
percobaan yang berbeda, yaitu hukum Boyle, hukum Charles dan Gay Lussac, serta hukum
Avogadro.
molekul-molekul memiliki energi yang cukup besar sehingga melampaui gaya tarik menarik
antar molekul. Kecepatan molekul gas sangat tinggi dan arahnya selalu berubah-ubah.
Keadaan seperti ini menghasilkan gerakan tak teratur (random). Pada tekanan biasa, molekul-
molekul gas terpisah satu sama lain dengan jarak yang cukup besar, sehingga menyebabkan
tekanan ( P ), temperatur (T ), dan jumlah mol (n). Antara keempat parameter ini terdapat
hubungan tertentu, yang biasa dinyatakan sebagai suatu fungsi volum, yaitu: V = V(TPn).
Fungsi ini memperlihatkan ketergantungan volum suatu gas terhadap temperatur, tekanan,
dan jumlah mol gasnya. Hal ini berarti bahwa volume gas berubah akibat perubahan
∂V
1. Kuosien pertama,[ ] n,p, menyatakan perubahan volum yang diakibatkan oleh
∂T
∂V
2. Kuosien kedua, [ ] n,T, menyatakan berubahnya volum yang diakibatkan oleh
∂P
∂V
3. Kuosien ketiga, [ ] n,T, menyatakan berubahnya volum yang diakibatkan oleh
∂n
tekanan, dan jumlah mol dapat diketahui jika semua kuosiennya juga diketahui. Oleh karena
seperti telah diuraikan, membentuk suatu persamaan yang disebut persamaan keadaan gas.
Untuk gas ideal biasa disebut persamaan keadaan gas ideal. Selain itu, dikenal juga
persamaan-persamaan keadaan gas nyata, dalam bentuk persamaan van der Waals, Berthelot,
Redlich-Kwong, virial.
Gas Ideal
Untuk memudahkan dalam mempelajari sistem gas, maka perlu dibuat beberapa
anggapan dasar mengenai sifat gas, dan selanjutnya gas yang mempunyai sifat sesuai dengan
anggapan dasar tersebut disebut gas ideal. Anggapan dasar yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
c. Tumbukan antar molekul/partikel dan juga tumbukan partikel pada dinding tabung
perubahan energi.
d. Tekanan disebabkan oleh tumbukan partikel pada dinding tabung. Besar kecilnya
tekanan gas disebabkan oleh jumlah tumbukan per satuan luas per detik.
Hubungan antara ke empat parameter P,V,n dan T dapat diperoleh dari hukum Boyle,
Charles-Gay Lussac, dan Avogadro dengan cara memasukkan kuosien-kuosien yang telah
∂V V
Dari hukum Gay Lussac diperoleh [ ∂ P ] n,P = k/2 = T
∂V V
Dari hukum Boyle diperoleh [ ∂ P ] T,n = - P
∂V V
Dari hukum Avogadro diperoleh [ ∂ n ] P,T = k3 = n
V V V
dv = dT =- + dn
T P n
1
Jika persamaan tersebut dikalikan diperoleh persamaan berikut ini.
V
dV dP dT dn
=- + +
V P T n
∫ dV /V = -∫ dP/P + ∫ dT /T + ∫ dn/n
In V = -In P + In T + Inn + tetapan, jika tetapan integrasi adalah R maka
In V + In P = In T + In n +In R,
In PV = In nRT
Atau PV = nRT
Rumus ini merupakan persamaan keadaan gas ideal yang penting, dengan R adalah
konstanta gas universal yang ditentukan per mol gas. Jika satu gas bersifat ideal maka
perbandingan PV /(T ) akan selalu memiliki nilai yang tetap, meskipun variabel-variabelnya
PV
R=
T
Tetapan gas R dapat dievaluasi secara eksperimen dengan menggunakan gas yang
diketahui jumlah molnya pada temperatur tertentu dan dilakukan sederet pengukuran tekanan
– volum berturut-turut pada tekanan yang semakin rendah. Evaluasi dari PV /(nT ) pada limit
Hukum Dalton
temperatur T terdapat campuran n Amol gas A, n B mol gas B, dan n C mol gas C, maka
berada di dalam ruangan tertentu sama dengan jumlah tekanan masing-masing gas tersebut
Dengan
Jika masing-masing tekanan parsial dibandingkan dengan tekanan total, maka akan
Persamaan tersebut menyatakan tekanan parsial gas setiap gas Pi yang memiliki
fraksi-mol Xi. Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung berbagai sifat gas ideal atau
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles, yakni hukum gas ideal,
disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak
secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap,
semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan
dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya.
Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,
menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil,
Memenuhi persamaan
a
(P + ) (V – b ) = R T (a.4 a)
V2
RT a
P= - (a.4 b)
V −b V2
Dimana :
3.2 Saran
Penulis mengharapkan saran dari pembaca yang bisa membangun demi kelancaran
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2000. Kimia Fisik 1. UPI: Bandung