LIPIDA
I.
Tujuan Percobaan
1. Untuk melihat daya kelarutan lipida dan asam-asam lemak dalam
berbagai pelarut.
2. Untuk mengamati keadaan emulsi dari lemak dan zat yang bertindak
sebagai emulgator.
II.
Dasar Teori
Lipid mengacu pada golongan senywa hidrokarbon alifatik non polar da
hidrofobik. Karena non polar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi
larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter ataupun kloroform. Fungsi biologis
lipid untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel dan sebagai
senyawa pensinyalan molekul.
Lipid adalah senyawa organik yang dieroleh dari proses dehidrogenasi
endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu
membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan
basah. Lipid berasal dari dua jenis sub satuan atau blok bangunan yang terdiri dari
gugus ketoasil dan gugus isoprene (Lehninger, A.L., 1997).
Unsur penyusun lemak antara lain adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), kadang juga terdiri dari fosforus (P) serta nitrogen (N). Molekul lemak terdiri
dari empat bagian, yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Asam
lemak terdiri dari rantai hidrokarbon (H) dan gugus karboksil (-COOH). Molekul
gliserol memiliki tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap gugus hidroksil berinteraksi
dengan gugus karboksil asam lemak (Rusidiana, 2011).
Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut :
1.
2.
karbontetraklorida.
3.
Mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen, kadang juga mengandung
nitrogen dan fosfor.
4.
Bila dihidrolisis akan menghasilkan lemak.
5.
Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan (Budimarwanti, C., 2006).
Berdasarkan ikatan kimianya, asam lemak dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Asam Lemak Jenuh
Bersifat non esensial karena dapat disintesis oleh tubuh dan pada umumnya
berwujud padat pada suhu kamar. Asam lemak jenuh berasal dari lemak hewani,
misalnya mentega. Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap.
b. Asam Lemak Tidak Jenuh
Bersifat esensial, karena tidak dapat disintesis oleh tubuh dan ummnya
berwujud cair pada suhu kamar. Asam lemak tidak jenuh berasal dari lemak nabati,
misalnya minyak goreng.
Pembagian lipid berdasarkan hasil hidrolisis dan persamaan strukturnya
digolongkan sebagai berikut :
a.
Lipid Sederhana
Kelompok ini dikenal sebagai homopolid yaitu ester yang mengandung unsur
karbon, hidrogen dan oksigen. Jika dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak dan
etanol, penggolongannnya meliputi :
1)
2)
tinggi.
b.
Lipid Majemuk/Kompleks
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan rantai alkohol yang mengikat
c.
Derivat Lipid
Kelompok ini mecakup zat yang berasal dari lipid sederhana dan senyawa
hidrolisis. Yang termasuk derivat lipid adalah asam lemak, alkaloid, monogliserida
dan digliserida, steroid, terpen, karotenoid dan lain-lain (Stryer, L. 2000).
Banyaknya lemak yang dibutuhkan oleh tubuh manusia berbeda-beda, tetapi
umunya berkisar antara 0,5-1 g lemak per 1 kg berat badan per hari. Di dalam tubuh,
lemak mempunyai fungsi penting, diantaranya :
a.
b.
c.
Sebagai pelindung alat tubuh vital (jantung dan lambung), yaitu sebagai
bantalan lemak.
d.
e.
f.
g.
h.
Sebagai salah satu bahan penyusun empedu, asam kholat dan hormon-hormon
III.
Prosedur Kerja
b.
c.
Fosfolipida.
d.
Kolesterol.
e.
3.1.2 Bahan
a.
b.
c.
d.
III.2
Tabung reaksi
Kertas saring
Pipet tetes
Erlemenyer
Skema Kerja
IV.
4.1 Hasil
4.1.1 Daya kelarutan lipida
Perlakuan
Hasil
Pelarut
Bahan
Aseton
Margarin
Butter
Stearad
Asam butirat
Asam oleat
Olive
Alkohol
Margarin
Butter
Stearad
Asam butirat
Asam oleat
Eter
Olive
Margarin
(tidak
Butter
dilakukan
Stearad
karena
Asam butirat
pelarut
Asam oleat
tidak
Olive
tersedia)
Air
Margarin
Butter
Stearad
Asam butirat
Asam oleat
Olive
Hasil
Perlakuan
( 1 mL air + lipida + etanol)
Hasil
Butirat
Asam stearad
Asam oleat
Olive
Tidak larut
Margarin
Tidak larut
Butter
Tidak larut
Perlakuan
Hasil
Tidak larut
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan menganai LIPID
yang memiliki tujuan yaitu untuk melihat daya kelarutan lipida dan asam lemak
dalam berbagai pelarut dan untk mengamati keadaan emulsi dari lemak dan zat yang
bertindak sebagai emulgator.
Pada percobaan daya kelarutan lipida, sampel yang digunakan adalah butirat,
stearat dan asam oleat sebagai asam lemak dan minyaknya yaitu olive oil, margarin
dan butter. Pelarut yang digunakan yaitu aseton, alkohol dan air. Percobaan ini
berfungsi untuk menguji kelarutan dari suatu asam lemak baik jenuh maupun asam
tak jenuh.
Percobaan yang menggunakan pelarut aseton, hasil yang didapat semua
sampel menghasilkan noda meskipun itu noda halus maupun tidak. Selain itu semua
sampel larut pada pelarut aseton. Pada margarin, asam oleat dan olive noda yang
dihasilkan berwarna kuning dan butter, stearat dan asam butirat menghasilkan larutan
bening. Noda kuning yang dihasilkan oleh asam oleat, margarin dan olive oil
dikarenakan adanya pada sampel memiliki ikatan rangkap. Percobaan ini
menghasilkan uji positif untuk asam oleat, margarin dan olive oil karena
menghasilkan noda kuning.
Perbedaan antara mentega dan butter adalah mentega berasal dari lemak
hewan yang memiliki kandungan lemak jenuh (66%) dan butter (margarin) berasal
dari lemak tumbuh-tumbuhan yang memiliki kandungan lemak jenuh lebih sedikit
dibandingkan butter, sehingga yang menghasilkan noda kuning adalah mentega.
Percobaan yang menggunakan pelarut alkohol menghaislkan kelarutan untuk
stearat dan asam butirat namun tidak terbentuk noda, sedangkan pada margarin,
butter, asam oleat dan olive oil tidak larut pada alkohol dan hanya pada asam stearat
dan butirat terbentuk noda. Noda yang dihasilkan pada stearat dan butirat dikarenakan
adanya ikatan rangkap yang terjadi yang dicampur oleh pelarut alkohol. Menurut
literatur, umumnya lemak dan minyak nabati hanya sedikit larut dalam alkohol.
Namun, terjadi kesalah pada sampel asam butirat dan asam stearat yang larut dalam
pelarut alkohol. Kesalahan ini mungkin dikarenakan ketidaktepatan praktikan saat
menetesi sampel yang terlalu sedikit sehingga tidak sesuai dengan literatur. Reaksi
yang terjadi pada kelarutan minyak dalam alkohol adalah :
(C17H33COO)3C3H5 + C2H5OH (C17H33COO)3 C3H5 + C2H5OH
Percobaan yang menggunakan pelarut air, semua sampel tidak terbentuk nda
dan tidak larut, kecuali stearat yang larut dalam air namun juga tidak terbentuk noda.
Menurut Anderson (1993) asam oleat larut dalam air sedangkan stearat tidak
larut dalam air. Namun teori tersebut sangat menyimpang sekali dengan percobaan
yang praktikan lakukan yaitu oleat tidak larut dan stearat lah yang larut sehingga
stearat termasuk salah satu jenis lemak dan oleat bukan termasuk lipida. Asam lemak
memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang
sehingga membuat lipid bersifat tidak larut dalam air dan terlihat berminyak atau
berlemak.
Pada perlakuan menggunakan pelarut etanol, hasil yang didapat pada pelarut
lemak terdapat emulsi berupa butiran halus dan pada minyak tidak larut. Pada asam
lemak terjadi emulsi dikarenakan terdapat zat pengemulsi atau emulgator yang
memiliki sifat menimbulkan tegangan permukaan antara kedua cairan. Asam lemak
yang telah dicampur oleh air dan etanol menimbulkan emulsi yang tidak stabil
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan. Pada
minyak yaitu margarin, olive oil dan butter tidak larut dalam air dan etanol karena air
tidak dapat bersatu dengan minyak sehingga minyak tidak dapat larut dalam air.
Pada perlakuan 3 mL air + 4 tetes minyak zaitun hasil yang didapat larutan
tidak dapat larut. Larutan menjadi dua fase yaitu bagian atas minyak zaitun dan
bagian bawah air. Tentu saja air dan minyak tidak larut dikarenakan air merupakan
senyawa polar karena mempunyai H dan O dan perbedaan keelektronegatifan besar
sedangkan minyak kelapa senyawa nonpolar karena tersusun atas rantai hidrokarbon
panjang. Air merupakan senyawa polar yang tidak akan pernah larut dalam minyak
yang merupakan senyawa nonpolar dikarenakan minyak hanya dapat membentuk
dipole sesaat.
Senyawa golongan lipid memiliki sifat kelarutan yang berbeda. Daya
kelarutan asam lemak biasanya lebih tinggi dari komponen gliseridanya dan dapat
larut dalam pelarut organik yang bersifat polar dan non polar. Semakin panjang rantai
karbon lemak semakin sukar larut dalam pelarut polar. Asam lemak dengan derajat
ketidakjenuhan tinggi lebih mudah larut dibandingkan dengan yang derajat
ketidajenuhannya rendah. Derajat kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut
untuk dapat larut dalam sejumah pelarut pada suhu tertentu. Tingkat polaritas
berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut.
Percobaan selanjutnya yaitu emulsi dari lemak yang terdiri dari 3 perlakuan.
Emulsi itu sendiri adalah disperse atau suspense menstabilkan suatu cairan lain yang
keduanya tidak saling melarutkan. Perlunya zat pengemulsi (emulgaor) agar emulsi
berlangsung stabil dan menurunkan tegangan permukaan anatara kedua fase cairan.
Pada perlakuan pertama, bertujuan untuk menguji emulsi yang terbentuk pada
suatu asam lemak dengan pereaksi air dalam suasana asam yang mengguanakan HCl
encer dan pereaksi soda. Hasil yang didapat semua sampel (minyak paraffin dan
minyak kelapa) terbentuk emulsi. Pada percobaan minyak kelapa yang dicampur
dengan HCl dan soda menghasilakn butiran yang lebih besar. Menurut Yustus (2000)
jika air dan lemak dikocokan akan terjadi emulsi dan ternyata tidak stabil sehingga
akan kembali kekeadaan semula setelah didiamkan sejenak. Begitupun dengan
minyak paraffin yang menghasilkan emulsi berupa butiran putih yang halus. Sesuai
V.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Budimarwanti. 2006. Analisis Lipida Sederhana dan Lipida Kompleks. Yogyakarta:
UNY.
Girindia, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Lehninger A.L.,et al. 1997. Principles of Biochemistry. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ngili, Y. 2009. Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rusdiana. 2011. Metabolisme Asam Lemak. Sumatra utara: USU.
Stryer, L. 2000. Biokimia Vol. 1 Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.