ACARA I
KARBOHIDRAT
Disusun oleh :
Kelompok XXXVIII
Muhammad Irfan Yumna Hadaya PT/08022
Akbar Yusuf Riananda PT/08075
Sinatrya Larasati Putri PT/08173
Eva Widilestari PT/08273
Tiara Fitri Srisetiorini PT/08331
Asisten : Embun Radhiatul Mardhiah
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui gugus reduksi pada
karbohidrat, mengetahui adanya gugus reduksi bebas pada karbohidrat,
mengetahui pengaruh asam pada karbohidrat, mengetahui adanya gugus
keton pada karbohidrat sehingga dapat membedakan glukosa dan fruktosa,
identifikasi karbohidrat berdasarkan bentuk fisik, mengetahui hasil hidrolisis
dengan melihat adanya gugus reduksi pada karbohidrat serta mengetahui
tahapan hidrolisis amilum.
Tinjauan Pustaka
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh
manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia.
Karbohidrat terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Karbohidrat dibagi menjadi dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida
yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk
dari dua macam monosa yang dapat saling terikat, dan oligosakarida yaitu
gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa, dan fruktosa.
Karbohidrat kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari
dua ikatan monosakarida dan serah yang dinamakan polisakarida nonpati
(Siregar, 2014).
Monosakarida merupakan gula sederhana. Monosakarida terdapat
dalam bentuk ‘rantai terbuka’ dan bentuk cincin. Kedua bentuk ini dengan
mudah saling bertukar bentuk. Monosakarida tidak berwarna merupakan
kristal padat, yang mudah larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut
nonpolar. Kebanyakan monosakarida mempunyai rasa yang manis, dengan
rumus empiris (CH2O)n, dimana n=3, atau jumlah yang lebih besar lainnya
(Nelson et al., 2004).
Berdasarkan banyaknya atom karbon (C) di dalam molekulnya,
monosakarida dapat dibedakan menjadi triosa (3 atom C), tetrosa (4 atom
C), pentosa (5 atom C), heksosa (6 atom C), dan heptosa (7 atom C).
Berdasarkan gugus fungsi karbonil fungsionalnya, maka monosakarida
dibedakan menjadi aldosa, jika mengandung gugus aldehid dan ketosa, jika
mengandung gugus keton (Nelson et al., 2004).
Oligosakarida dapat didefinisikan sebagai molekul karbohidrat yang
mengandung 2 sampai 10 unit molekul monosakarida. Oligosakarida yang
paling umum adalah disakarida (Cn(H2O)n-1), yang tersusun dari dua satuan
molekul monosakarida, yang digabungkan oleh ikatan glikosida. Disakarida
yang banyak terdapat di alam adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.
Oligosakarida biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida dapat
diperoleh dari hasi hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu
atau hidrolisis dengan asam (Kuchel dan Ralsfon, 2006).
Polisakarida merupakan polimer yang tersusun dari sejumlah besar
monosakarida yang bertautan melalui ikatan glikosidik. Fungsi utamanya
adalah sebagai komponen struktural atau sebagai bentuk penyimpanan
energi. Polisakarida dapat berfungsi sebagai bentuk energi simpanan dan
sebagai fungsi struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat. Hidrolisis
sempurna terhadap polisakarida oleh asam atau enzim spesifik
menghasikan monosakarida atau turunannya. Polisakarida dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu homopolisakarida dan
heteropolisakarida (Sunarti et al., 2012).
Homopolisakarida mengandung satu unit jenis polisakarida.
Polisakarida yang pada hidrolisis menghasilkan heksosa disebut heksosan,
contohnya glikogen, pati, dan selulosa. Polisakarida yang menghasilkan
pentosa disebut pentosan, contohnya gummi arabikum. Heteropolisakarida
mengandung dua atau lebih jenis monosakarida yang berbeda, misalnya
asam hialuronat pada jaringan pengikat yang mengandung N-asetil
glukosamin dan asam glukoranat (Sunarti et al., 2012).
Pada molekul monosakarida, atom-atom karbon tidak setangkup
atau atom karbon tidak asimetris memungkinkan pembentukan isomer optik
sehingga dapat membentuk dua senyawa yang merupakan bayangan
cermin dari yang lain. Senyawa-senyawa yang memiliki rumus bangun
sama tetapi berbeda dalam konfigurasi keruangan dikenal sebagai
stereoisomer. Contohnya yaitu D-glukosa dan L-glukosa. Gula dengan
konfigurasi D disebut gula D, sedangkan gula dengan konfigurasi L disebut
gula L (Mudgil et al., 2013).
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung
reaksi, pembakar spritus, gelas ukur, stopwatch, sendok kecil, pipet tetes,
druplet, penyaring, corong, dek gelas, objek gelas, dan mikroskop.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
larutan benedict, glukosa (0,01 M; 0,02 M; dan 0,04 M), fruktosa (0,01 M
dan 0,02 M), laktosa (0,02M dan 0,03M), sakarosa (0,01M; 0,02M; dan 0,03
M), larutan pati 0,7%, larutan luff encer, selulosa 0,01 M, furfural 0,01 M,
naftol 5%, asam sulfat pekat, HCl 5 M, larutan resorsinol 0,5%, sakarida
0,01 M, Na2CO3, arabinose 0,1 M, asam asetat glasial, fenilhidrazina padat,
timol blue, HCl encer, HCl pekat, larutan amilum, larutan iod, dan larutan
Na2CO3 2%.
Metode
Pada uji benedict daya mereduksi, pertama, larutan benedict 3ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 1ml 0,01 M; 0,02 M;
dan 0,04 M glukosa. Larutan lalu dipanaskan selama 10 menit. Perubahan
yang terjadi diamati dan kecepatan perubahan dibandingkan.
Pada uji luff daya mereduksi, pertama, 5 tabung reaksi diisi 2ml 0,02
M fruktosa, 2ml 0,02 M glukosa, 2ml 0,02 M sakarosa, dan 2ml larutan pati
7%. Lalu ditambahkan 1ml larutan luff encer ke dalam masing-masing
tabung dan dicelupkan ke dalam penangas api mendidih selama 15 menit.
Perubahan dan kecepatan perubahan diamati.
Pada uji molisch pengaruh asam, disiapkan 4 tabung reaksi. Tabung
reaksi diisi masing-masing 1ml 0,01M glukosa, 0,01M selulosa, 0,7%
larutan pati, furfural 0,01M. Lalu masing-masing ditambah 2 tetes larutan
5% naftol dalam alkohol (dicampur baik-baik). Kemudian 3ml asam sulfat
ditambahkan melalui dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan. Warna yang
timbul diamati.
Melihat pembentukan osazon dilakukan dengan uji fenilhidrazina.
Pertama, 6 tabung reaksi disiapkan dan diisi masing-masing dengan 5ml
0,01 M glukosa, 0,1 M fruktosa, 0,1 M arabinose, dan 0,1 M xilosa. Kedua,
10 tetes asam asetat ditambahkan dengan sedikit fenilhidrazin padat dan
Na asetat padat (dua kali jumlah fenilhidrazina). Semua padatan lalu larut
dipanaskan. Lalu masing-masing isi disaring ke dalam tabung yang masih
kosong. Ketiga tabung lalu dipanaskan ke dalam penangas air mendidih
selama 30 menit. Kristal yang terbentuk dilihat di bawah mikroskop. Masing-
masing kristal digambar.
Uji benedict pada hasil hidrolisis dengan diambil 5ml larutan
sakarosa lalu dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 tetes
timol merah dan 1-2 tetes HCl encer sampai warna biru menjadi merah
muda. Larutan tersebut dibagi ke dalam 2 tabung. Tabung yang satu
dididihkan selama 30 menit. Kedua tabung tersebut lalu dinetralkan dengan
larutan Na2CO3 (warna kembali biru). Kedua tabung tersebut lalu diuji
dengan uji benedict. Dilakukan hal yang sama pada maltosa dan laktosa.
Uji seliwanoff pada hasil hidrolisis diperlukan tabung reaksi yang
berisi 2ml larutan sakarosa ditambah 2ml HCl pekat. Lalu larutan dididihkan
selama 30 menit dan setelahnya didinginkan. Setelah itu, larutan ditambah
0,5ml 0,5% resorsinol. Warna yang muncul diamati. Percobaan ini
dilakukan pada maltosa dan glukosa.
Uji terakhir yang akan dilakukan adalah uji hidrolisis amilum. Larutan
1% amilum sebanyak 10ml dicampur dengan 3ml 3 M larutan HCl. Tabung
yang sudah terisi campuran tersebut ditempatkan di atas penangas air
mendidih. Tiap 3 menit diambil setetes untuk diuji dengan yod. Pengambilan
dihentikan jika uji yod sudah negatif. Waktu dan perubahan tetes dicatat.
Larutan dinetralkan dengan Na2CO3 lalu diuji dengan benedict.
Hasil dan Pembahasan
Daya Mereduksi
Uji Luff. Tujuan uji Luff yaitu untuk mengetahui adanya gugus
reduksi bebas yang terdapat pada karbohidrat. Prinsip kerja uji Luff adalah
gugus reduksi bebas pada monosakarida mereduksi Cu 2+ yang terdapat
dalam reagen benedict menjadi Cu+ yang terlihat dengan terbentuknya
endapan merah bata (Cu2O) (Sulistyono, 2014).
Pengaruh asam
Anandita Faradisa, Bahari Syaiful, dan Hardi Jaya. 2016. Ekstrasi dan
karakterisasi glukoman dari tepung biji salak. Jurnal Kimia. 2(2):
2-4.
Andarwulan, N., Kushandar, F. dan Herawati, D. 2011. Analisis Pangan.
Dian Rakyat. Jakarta. Hal 20-21.
Gilver, M. dan Giddstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan dan
Fungsional. Airlangga University Press. Surabaya. Hal 2
Kuchel, P. and Ralston, G. 2006. Schaum’s Easy Outlines: Biochemistry.
McGraw-Hill Company. New York. Page 2-4.
Mudgil, D and Barak, S. 2013. Composition, properties and health benefits
of indigestible carbohydrate polymers as dietary fiber. International
Journal of Biological Macromolecules. 6(1): 1-3.
Nelson, D. and Cox, M. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry Fouth
Edition. W. H. Freeman Company. New York. Page 10-13.
Siregar, N. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Olahraga. 13(2): 38-40.
Sulistyono, A. 2014. Penentuan jenis karbohidrat dengan uji kualitatif
menggunakan reagen pada sampel mie instan. Jurnal Biologi. 2(3):
1-4.
Sunarti, C., Santoso, D., Santi, A. dan Trikari, A. 2012. Komposisi Kimia
dan Profil Polisakarida Rumput Laut Hijau. Jurnal Akuatik. 3(2):
105-108.