Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 2

PRAKTIKUM PROTEIN

A. Tujuan praktikum

1. Memahami metode biokimia protein.

2. Mengetahui reaksi pengendapan protein dengan Larutan ZnSO4 dan larutan


Pb asetat.
3. Mengetahui reaksi biuret

B. Dasar Teori
Protein merupakan polimer dari asam amino. Asam amino membentuk polimer
rantai lurus dengan ikatan peptida, sehingga polimer ini disebut dengan peptid atau
polipeptida. Polipeptida mengalami pelipatan karena reaksi gugus fungsi dan sisi
reaktif molekul penyusunnya, sehingga tebentuklah molekul besar polipeptida yang
disebut protein. Protein secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu protein
sederhana yang hanya tersusun oleh asam amino dan protein konjugasi yang
tersusun tidak hanya oleh asam amino namun juga bahan lain seperti karbohidrat
(glikoprotein), asam nukleat (nukleoprotein), lipid (lipoprotein), logam
(metaloprotein) dan fosfat (fosfoprotein). (Handito, dkk, 2014)
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan
molekul lain seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakkan tubuh, sebagai transmitor gerak syaraf
dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa diameter protein
menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan O dan sering juga S. Disamping itu beberapa
protein juga mengandung unsur-unsur lain terutama P, Fe, Zi dan Cu. (Katili, 2009)
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein
berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah
merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke seluruh bagian
tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk
melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen juga suatu protein. (Poedjiadi,
2009)
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui
ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N,
serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam
hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein.
Menurut Lehninger (1982), Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
pengendapan protein pada uji pengendapan dengan menggunakkan asam kuat yaitu
1. Denaturasi yang merupakan konfirmasi alamiah menjadi suatu konfirmas
yang tidak menentukan dan terjadi secara reversible.
2. Viskositas adalah tahanan yang ditimbulkan oleh adanya gesekan antara
molekul-molekul di dalam zat mengalir.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini
terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan ZnSO4 dan Pb asetat.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila
terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan
protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan
protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan
protein untuk mengikat air.
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan
ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan mempengaruhi protein
yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh
berbagai penyebab yang paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh
permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan
perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan
(Deman,1989).
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan
asam tertentu seperti, asam trikloroasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini
menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendapan
lainnya adalah tungstat, fosfotungstat dan metanofosfat. Protein juga diendapkan
dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+ (Patong, dkk., 2012).
C. Metode kerja
Alat:

Tabung reaksi Pipet tetes Pipet ukur Penjepit kayu

Rak tabung Gelas ukur Waterbath

Bahan
 Reaksi pengendapan dengan logam berat

Larutan ZnSO4 Larutan Pb asetat Larutan protein encer


 Reaksi biuret

Larutan CuSO4 Larutan NaOH

Prosedur Kerja :
 Reaksi pengendapan dengan ion logam berat

1) Siapkan 2 tabung reaksi, yang masing-masing tabung dimasukkan 2 mL


larutan protein encer.

2) Masukkan 1 atau 2 tetes larutan ZnSO4 dan Pb asetat pada masing-


masing tabung reaksi yang terdapat larutan protein encer.
3) Perhatikan pada kedua tabung akan terdapat endapan.

Larutan Pb asetat Larutan ZnSO4


4) Ambil sebagian endapan tersebut dan pindahkan ke tabung reaksi yang
lain.

5) Kemudian tambahkan larutan ZnSO4 dan Pb asetat secara berlebihan ke


tabung reaksi tersebut.
6) Perhatikan perubahan dan perbedaan yang terdapat pada kedua tabung
tersebut.

Larutan ZnSO4

Larutan Pb asetat

7) Catat hasil percobaan.

Prosedur kerja

 Reaksi biuret

1) Masukkan kedalam tabung reaksi 3 ml larutan protein dan 1 ml NaOH 10 %

3 ml larutan protein 1 ml NaOH 10 %


2) Kemudian ditambahkan 1 tetes CuSO4 1 %.

3) Kocok kantung tersebut hingga terjadi perubahan warna, catat hasilnya !

 Reaksi protein

1) Masukkan 2 ml protein kedalam tabung reaksi.

2) Setelah itu panaskan di waterbath selama 5 menit.


3) Kemudian angkat protein 2 ml yang dipanaskan tersebut
menggunakan kayu penjepit

4) Lalu amti hasil percobaan protein tersebut!

D. Hasil percobaan

Adapun hasil reaksi pengendapan dengan ion logam berat pada praktikum ialah:
a) Pada tabung reaksi yang pertama kali, didapatkan hasil tabung reaksi yang
berisi larutan Pb asetat lebih sedikit endapannya dari pada tabung yang
berisi larutan ZnSO4. Dapat dilihat pada gambar di bawah:
Endapan Pb asetat
Endapan ZnSO4

b) Pada saat endapan dari kedua larutan tersebut dipindahkan ke tabung


reaksi yang lain dan ditambahkan larutan ZnSO4 dan Pb asetat secara
berlebihan ke tabung reaksi tersebut, hasilnya tabung yang berisi larutan
Pb asetat terlihat keruh sedangkan tabung yang berisi larutan ZnSO4 lebih
cepat larut dan jernih. Dapat dilihat pada gambar di bawah:

ZnSO4

Pb asetat
Adapun hasil reaksi biuret pada praktikum ialah:

Pada reaksi biuret ini apabila ddimasukkan kedalam


tabung reaksi 3 ml larutan protein dan 1 ml NaOH
10%kemudian tambahkan 1 tetes CuSO4 1% terjadi
perubah warna menjadi ungu.

Adapun hasil reaksi protein pada praktikum ialah:

Pada reaksi protein jika dimasukkan protein encer 2 ml


kedalam tabung reaksi lalu dipanakan selama 5 menit
waterbatch terjadi namanya endapan ( denaturasi )

c) Pembahasan

 Reaksi pengendapan dengan ion logam beat

Perlakuan dilakukan dengan menambahkan larutan ZnSO4 dan Pb asetat ke


dalam masing-masing tabung. Hasilnya pada tabung reaksi yang berisi larutan
Pb asetat lebih keruh dan endapan terlihat jelas. Hal ini terjadi karena, protein
yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Pada albumin
setelah ditambahkan larutan Pb asetat, yang terjadi senyawa-senyawa logam
tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein
membentuk endapan logam, proteinat yang tidak larut. Secara bersamaan gugus
yang terdapat pada protein bereaksi dengan ion logam berat dan dapat
membentuk senyawa kelat. Ion-ion yang dapat membentuk endapan logam
dengan protein antara lain adalah Ag, Ca, Zn, Hg, Fe, Cu, Co, Mn, dan Pb.
Jumlah endapan yang dihasilkan pada setiap tabung reaksi dipengaruhi oleh
kereaktifan logam berat yang ditambahkan.
Protein encer dengan ZnSO4 akan mengalami pengendapan karena
mengalami titik isolistrik akibat reaksi antara albumin dan ZnSO4 (basa
sehingga larutan bermuatan negatif). Dengan Pb asetat mengakibatkan
terjadinya denaturasi dan koagulasi. Warna keruh disebabkan karena terjadi
ikatan antara Pb asetat dengan protein encer menjadi Pb asetat proteinat, Pb
asetat dapat menjenuhkan larutan hingga pH larutan berada di atas pH isolistrik
sehingga gumpalan larut kembali sehingga terjadi pengendapan. Logam berat
dapat mengendapkan protein dengan cara menaikkan pH di atas titik isolistrik.
Tingkat keasaman atau pH ketika terjadi keadaan isolistrik itulah yang disebut
sebagai pH isolistrik (pI). Besarnya albumin untuk albumin adalah sebesar 3,5
- 4,5.

 Reaksi biuret

Uji biuret ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan adanya


senyawa – senyawa yang mengandung gugus amida asam. Reaksi biuret
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui ikatan peptida. Reaksi ini
positif (berwarna ungu) untuk zat yang mengandung 2 atau lebih ikatan peptida.
Uji biuret ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan adanya senyawa –
senyawa yang mengandung gugus amida asam. Larutan CuSo4 yang bersifat
basa bereaksi dengan polipeptida, sedangkan polipeptida merupakan penyusun
protein. Yang menandakan adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida yang
lebih banyak, hal itu terbukti saat penambahan larutan CuSO4 dan dikocok
larutan tetap berwarna ungu yang menandakan bahwa ikatan peptidanya kuat,
karena apabila ikatan peptidanya lemah saat larutan protein
ditambahkan larutan CuSO4, warna ungunya akan memudar saat dikocok.

 Reaksi protein
uji protein dilakukan pada perobaan didapatkan endapan ( denaturasi ).
Denaturasi Protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan karakteristik
bentuk protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier, dan kuaterner
struktural seperti suhu, penambahan garam, enzim . Hasil denaturasi adalah
hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam senyawa protein itu sendiri.
Denaturasi protein juga tidak mempengaruhi kandungan struktur utama protein
yaitu C, H, O, dan N. Denaturasi akibat panas menyebabkan molekul-molekul
yang menyusun protein bergerak dengan sangat cepat. sehingga sifat protein
yaitu hidrofobik menjadi terbuka. Akibatnya, semakin panas, molekul akan
bergerak semakin cepat dan memutus ikatan hidrogen didalamnya.

d) Daftar Pustaka
Deman, M. John. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Handito, D, Yasa,I.W.S, dan Alamsyah, A. 2014. Petunjuk Praktikum
Biokimia Umum. Mataram: Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram

Katili, A.S., 2009. “Struktur an Fungsi Protein Kolagen”. Jurnal Pelangi Ilmu
2(5): 19-29.

Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya.


Jakarta: Erlangga.

Patong, A.R., dkk.. 2012. Biokimia Dasar. Makassar: Lembah Harapan Press.

Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai