LIPID I
Kelompok 4
Fahri Zulfa (J3L118056)
Edvinta Amara (J3L118116)
Iqbal Muslichul Ichsan (J3L118159)
Rana Amany Fauziyyah (J3L218166)
Muslichatul Ummah (J3L218208)
Uji Akrolein
Kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering dibubuhkan sedikit kristal
KHSO4, kemudian dibubuhkan 3-4 tetes bahan percobaan. Tabung dipanaskan di
atas api, mula-mula dengan api kecil. Diperhatikan bau yang terbentuk serta
terbentuknya asap. Bau akrolein yang terbentuk dibandingkan dengan bau SO2
yang terbang dari karbohidrat yang dipanaskan. Uji dilakukan terhadap minyak
kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitate, asam stearat dan pati.
Uji Ketidakjenuhan
Kedalam tabung reaksi dimasukan 1ml bahan percobaan, kemudian
kloroform sebanyak 1ml dan dikocok hingga larut. Kemudian, dibubuhkan tetes
demi tetes pereaksi Jod Hubl sambil dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak hewan, mentega, blue band, dan
asam palmitat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji kelarutan, kelarutan merupakan salah satu sifat fisika kimia dari suatu
zat terlarut dalam pelarutnya (Paneo et al. 2017). Senyawa yang diketahui
kelarutannnya dipengaruhi oleh tingkat kepolarannya. Sesuai dengan konsep like
dissolve like, dimana senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar
dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar (Arifianti
et al. 2014). Kelarutan lipid baik lemak maupun minyak diuji dengan berbagai
jenis pelarut untuk mengetahui derajat kelarutannya (Tabel 1).
Minyak
kelapa
- - - - - + -
Lemak
hewan
- - - + + + -
Mentega
- - - - - - -
Margarin
- - - - - - -
Gliserol
++ ++ ++ - - ++ ++
Asam
palmitat
- - + - - - -
Asam stearat
- - - - - - -
Keterangan : (+ +) Larut
(+) Sedikit larut
(-) Tidak larut
Pelarut yang digunakan dalam percobaan kelarutan terdiri dari air, eter,
kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer. Uji kelarutan
sampel lipid akan memperoleh hasil yang berbeda-beda tergantung dari sifat
senyawa tersebut. Lipid kebanyakan bersifat non polar sehingga sampel-sampel
uji akan larut pada pelarut non polar atau pelarut yang memiliki sisi gugus non
polar. Berdasarkan hasil percobaan semua bahan tidak larut dalam air, kecuali
gliserol karena pada gliserol mempunyai kepala polar berupa gugus -OH yang
dapat berikatan hidrogen dengan molekul air ataupun alcohol (Murray et al.
2009). Pada pelarut eter semua bahan tidak larut kecuali gliserol dan pada pelarut
klorofom memiliki hasil yang sedikit serupa. Namun bahan yang larut hanya
gliserol dan asam palmitat dan seharusnya klorofom menjadi pelarut sempurna
untuk semua bahan karena merupakan pelarut organik (nonpolar). Hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang seharusnya lemak atau minyak larut pada eter atau
klorofrom karena lemak atau minyak bersifat nonpolar (Mamuaja 2017).
Uji Akrolein merupakan uji yang bertujuan untuk menunjukkan ada atau
tidaknya akrolein dan gliserol. Ketika lemak dipanaskan dan terdehidrasi, maka
akan ditemukan akrolein yang memiliki bau lemak terbakar dengan asap putih
(Jalip 2008). Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi
gliserol sehingga terbentuk senyawa akrolein dengan bantuan KHSO 4. Pada uji
akrolein, saat masing-masing tabung reaksi yang berisi minyak kelapa, lemak
hewan, gliserol, asam palmitat, asam stearat dan pati ditambahkan beberapa ml
larutan KHSO4 sebagian besar tidak mengalami perubahan warna. Apabila
akrolein dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskan akan timbul bau yang tajam
khas seperti bau lemak yang terbakar yang disebabkan oleh terbentuknya akril
aldehida atau akrolein. Oleh karena timbulnya bau yang tajam itu, akrolein mudah
diketahui dan reaksi ini menunjukkan adanya gliserol.
Penambahan pereaksi KHSO4, bertujuan untuk mengkatalisis gliserol yang
mungkin ada dalam larutan senyawa lemak. Selanjutnya, pemanasan tabung denga
api yang kecil dimaksudkan supaya dehidrasi terjadi dan akrolein aldehid yang
terbentuk memiliki karakteristik bau. Reaksi antara gliserol dan KHSO 4 akan
menghasilkan akrolein, reaksi yang terjadi adalah :
Gambar 2 Reaksi yang terjadi dalam uji akrolein
Minyak kelapa ++
Gliserol ++
Asam palmitate +
Asam stearat +
Pati +
Lemak hewan
Mentega
Blue band
Asam palmitat
C C + I2 C C
I I
Gambar 3 Reaksi yang terjadi dalam uji ketidakjenuhan
Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Reaksi
positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam
lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang
kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbon asam lemak. Sampel yang menunjukkan warna yang dapat balik dari
merah menjadi warna larutan asal yaitu minyak kelapa dan blue band. Trigliserida
yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh
golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan
tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam
lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble (Erma 2011).
SIMPULAN
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan bahwa uji kelarutan lemak
dengan berbagai pelarut seperti: air, eter, kloroform, alkohol panas, alkohol
dingin, alkali, dan asam encer menunjukkan hasil yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh sifat kepolaran senyawa dengan pelarutnya, uji akrolein larutan
yang menimbulkan asap berbau akrolein adalah minyak kelapa, lemak hewan,
gliserol, asam palmitat, asam strearat dan pati. Pada uji ketidakjenuhan larutan
yang memiliki ikatan rangkap dua ialah minyak kelapa, mentega, blue band dan
asam palmitat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifianti L, Oktarina RD dan Kusumawati I. 2014. Pengaruh jenis pelarut
pengektraksi terhadap kadar sinensetin dalam ekstrak daun Orthosiphon
stamineus Benth. E-Journal Planta Husada. 2(1): 1-4
Boyer RF. 2002. Concepts In Biochemistry. California (US): Cimmings
Publishing Company, Inc.
Erma P. 2011. Pengaruh penambahan ekstrak air dari gambir terhadap kadar gula
reduksi, derajat keasaman (pH) dan total asam air kelapa selama
penyimpanan suhu dingin [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta (ID) : UI Press.
Jalip I. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jakarta (ID): Universitas
Negeri Jakarta.
Murray RK, Granner DK, Rodwell, VW. 2009. Biokimia Harper : Edisi 27.
Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.
Nugraheni DT. 2011. Analisis penurunan bilangan iod terhadap pengulangan
penggorengan minyak kelapa dengan metode titrasi iodometri [skripsi].
Pekanbaru (ID): Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Paneo MA, Rusdiana T dan Gozali D. 2017. Artikel tinjauan: pengaruh
penambahan vitamin E-TPGS (D-α-Tocopherol Polyethyleneglycol
Succinat) terhadap peningkatan kelarutan obat. Farmaka. 15(3): 7-16.
Riawan S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta (ID) : Binarupa Aksara.
Sacher RA, McPherson RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11. Wulandari D, penerjemah. Jakarta (ID) : EGC.
Terjemahan dari Widmann’s Clinical Interpretation of Laboratory Tests.
Sartika RAD. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh
dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Vol. 2, No. 4, Februari 2008.
Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Veldman J, penerjemah.
Jakarta (ID) : EGC. Terjemahan dari Anatomy and Physiology : an Easy
Learner.
Sutresna N. 2009. Kimia. Bandung(ID): Grafindo.