Anda di halaman 1dari 21

.

Lembar Pengesahan
Laporan lengkap Praktikum Kimia Organik II dengan judul Reaksi
Karbohidrat, disusun oleh :
Nama

:Felisitas Yanti Rano

Nim

: 091304030

Kls/Klp

: A/X

telah diperiksa dengan seksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar,4 November 2010


Asisten

Koordinator Asisten

Fudhail

Herlindah

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra. Hj.Muhaidah Rasyid,M.Si

A. Judul Percobaan
Reaksi Karbohidrat
B.Tujuan Percobaan
Sebelum melakukan percobaan, mahasiswa harus memahami sturktur
glukosa,fruktosa,sukrosa dan laktosa. Setelah melakukan percobaan ini dengan
menggunakan pereaksi yang ada, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas.
C. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat atau sakarida adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton.
Sakarida dibedakan atas tiga kelompok yaitu: monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Monosakarida adalah gula sakarida yang sederhana yang mudah larut
dalam air. Olisakarida terbentuk dari dua sampai sepuluh unit monosakarida tiap
molekul, maka dikenal sebagai disakarida, trisakarida, dan lainnya, bergantung dari
jumlah unit monosakarida yang ada tiap molekul. Polisakarida adalah senyawa yang
mempunyai massa molekul tinggi, misalnya pati dan selulosa (Tim Dosen Kimia
Organik. 2010 : 8).
Secara sederhana karbohidrat dapat diartikan sebagai suatu senyawa yang
terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O) atau karbon
dan hidrat (H2O), sehingga dinamakan karbohidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini
dibentuk melalui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2)
dengan bantuan sinar matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus
(CH2O)n. karbohidrat dapat digolongkan menjadi menjadi dua macam yaitu
karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi 3
macam, yaitu :
a. Monosakarida, dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pentose dan heksosa.
Struktur glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan
antara gula reduksi dengan gula non-reduksi. Penamaan gula reduksi

didasarkan pada adanya gugus aldehid (CHO pada glukosa dan galaktosa)
yang dapat mereduksi larutan Cu2SO4 membentuk endapan merah bata.
Adapun gula non-pereduksi ialah gula yang tidak dapat mereduksi akibat
tidak adanya gugus aldehid seperti pada fruktosa dan sukrosa yang memiliki
gugus katon (C=O).
b. Oligosakarida, misalnya disakarida yang terdiri dari maltose, laktosa dan
sukrosa. Dua dari jenis disakarida ini termasuk gula reduksi (laktosa dan
maltosa) sedangkan sukrosa tidak termasuk gula reduksi.
c. Polisakarida, terdiri dari 3 jenis yaitu homopolisakarida, heteropolisakarida
dan polisakarida mengandung N.
(Anonim a, 2008).
Berdasarkan

gugus

fungsi

utamanya,

monosakarida

dapat

juga

diklasifikasikan sebagai aldosa dan ketosa. Contoh, glukosa adalah suatu aldoheksosa
(suatu gula yang termasuk golongan aldehid dengan enam atom karbon), fruktosa
adalah suatu ketosa (suatu gula yang termasuk golongan keton dengan enam atom
karbon), dan ribose adalah suatu aldo pentose (satom C). Sebagian besar gula yang
ada di alam merupakan aldopentosa dan aldoheksosa.
CHO

CHO

CHO

H COH

CO

HCOH

HOCH

HCH

HCOH

H COH

HCOH

HCOH

H COH

HCOH

CH2OH

CH2OH

CH2OH

Glukosa

Fruktosa

Ribosa

(Suatu aldoheksosa)

(Suatu ketoheksosa)

(Suatu aldopentosa)

(Wahjudi. 2003 : 95).

Aldosa merupakan gula pereduksi, yang berarti bahwa fungsi aldehida bebas
dari bentuk rantai terbuka mampu untuk dioksidasi menjadi gugus asam karboksilat.
Ketosa tidak mudah teroksidasikan pada persyaratan lunak yang kalau aldosa
teroksidasi. Perbedaan ini merupakan dasar bagi bermacam-macam uji pengenalan,
terutama untuk glukosa, yang sebagai suatu aldoheksosa merupakan gula pereduksi.
Dua uji ini adalah :
Uji Tollen
O

RC H + 2Ag+ + 2OH- R COH + 2Ag + H2O


Cermin Perak
Uji Fehling (Benedict)
O

R C H + Cu2+ + OH- R COH + Cu2O + H2O


Warna Cokelat
(David dan Soendoro. 1997 : 153)
Hidrolisis Di- dan Polisakarida, pemecahan (hidrolisis) molekul gula, pati dan
selulosa yang kompleks menjadi molekul monosakarida mudah dilakukan dalam
laboratorium dengan mendidihkkan larutan atau suspense karbohidrat itu dengan
larutan encer asam. Maltose, pati dan selulosa membentuk hanya glukosa pada
hidrolisis sempurna :
C12H22O11 + H2O

2C6H12O6

Maltosa

Glukosa

(C6H10O5)x + xH2O x C6H12O6


Selulosa

Glukosa

Sukrosa menghasilkan fruktosa dan glukosa sama banyak dalam hidrolisis :


C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6
(Sukrosa)

(Glukosa)

(Fruktosa)
(Keenan, dkk. 1992 : 418-419).

Uji molish adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat.
Uji Molish dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molish, seorang ahli botani dari
Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehisrasi karbohidrat oleh asam sulfat
membentuk cincin fulfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel
(Anonim b, 2010).
Monosakarida bereaksi dengan fenilhidrasin berlebih akan menghasilkan
hablur berwarna kuning yang disebut asazon. Disakarida yang mempunyai kumpulan
aldehid (hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas, seperti laktosa menjalani reaksi
sejenis. Titik lebur Kristal dan lama pembentukan asazon adalah spesifik, berarti
dapat digunakan sebagai identifikasi/detivikasi macam-macam gula (Tim Dosen
Kimia Organik II, 2010 : 11).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Rak tabung reaksi

g. Kasa dan kaki tiga

b. Tabung reaksi besar

h. Pembakar spritus

c. Tabung reaksi kecil

i. Batang pengaduk

d. Gelas kimia 100 ml

j. Erlenmeyer 300 ml

e. Gelas ukur 10 ml dan 25 ml

k. Botol semprot

f. Corong biasa

l. Pipet tetes

2. Bahan
a. Glukosa

i. Femilhidrasin

b. Fruktosa

j. Larutan HCL 10%

c. Sukrosa (gula tebu)

k. Larutan NaOH 40%

d. Laktosa

l. Lakmus merah dan biru

e. Larutan alfanaftol 1,5 M (dalam etanol)

m. Kapas

f. Larutan perak nitrat (AgNO3) 5%

n. Tissue

g. Larutan NH4OH 5%

o. Aquades

h. Pereaksi benedict

p. Gula sampel

q. Korek api
E. Prosedur Kerja
1. Uji Molish
a. Menempatkan 2 ml larutan gula yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa
ke dalam 4 buah tabung reaksi yang berbeda.
b. Menambahkan 2 tetes naftol 1,5 M (dalam etanol), pada masing-masing
tabung reaksi kemudian mengocoknya.
c. Memasukkan 2 ml H2SO4 pekat pada msing-masing tebung reaksi dengan
hati-hati melalui sisi tabung.
d. Mengamati perubahan warna pada batas kedua cairan (terbentuk cincin ungu
atau tidak).
1. Uji Tollens
a. Membuat pereaksi Tollens dengan cara memasukkan 2 ml AgNO3 5% ke
dalam tabung reaksi dan menambahkan 5 tetes larutan NH4OH 5% kemudian
diaduk.
b. Memasukkan 1 ml Glukosa pada tabung pertama dan 1 ml sukrosa pada
tabung kedua.
c. Menambahkan 5 tetes pereaksi Tollens pada masing-masing tabung sambil
dikocok, dan didiamkan beberapa menit.
d. Mencatat perubahan yang terjadi, apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
3. Uji Benedict
a. Menempatkan 5 ml larutan gula yakni glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa
ke dalam masing-masing 4 buah tabung yang berbeda.
b. Menambahkan 10 tetes pereaksi benedict ke dalam masing-masing tabung
tersebut.
c. Memanaskannya dalam air mendidih.
d. Mencatat perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung.
4. Uji Osazon

a. Menempatkan 10 ml larutan gula yakni glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa


ke dalam 4 buah tabung reaksi yang berbeda.
b. Menambahkan 5 ml fenilhidrazin ke dalam masing-masing tabung, dan
mengaduk campuran dengan baik.
c. Menyumbat masing-masing tabung reaksi dengan segumpal kapas.
d. Memanaskan sampai terbentuk endapan, lalu meneruskan pemanasan selama
30 menit.
e. Mendinginkan sampai suhu kamar.
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
a. Memasukkan 10 ml larutan sukrosa ke dalam sebuah tabung reaksi.
b. Menambahkan 10 ml larutan HCL 10% ke dalam tabung reaksi.
c. Memanaskannya dalam air mendidih selama 50 menit.
d. Mendinginkan dan menetralkan larutan dengan larutan NaOH 40%.
e. Mengecek dengan lakmus.
f. Bila lakmus biru masih berubah menjadi merah, maka larutan ditambahkan
setetes demi tetes larutan NaOH 40% sampai lakmus biru tetap biru.
g. Menguji larutan dengan uji Benedict lalu membandingkannya dengan uji
Benedict sukrosa sebelumnya.
6. Identifikasi Gula
a. Mengambil dua sampel gula yang tidak diketahui dari asisten.
b. Mengidentifikasi gula sampel melalui uji pereaksi Tollens.
c. Mencatat gula sampel apa yang diberikan dengan melihat perubahan yang
terjadi melalui Uji Tollens.
F. Hasil Pengamatan
1. Uji Molisch

2 ml Glukosa (bening) + 2 tetes -naftol 1,5 M (cokelat)


+ H2SO4
terbentuk cincin ungu.
2 ml
2 ml Fruktosa (bening) + 2 tetes -naftol 1,5 M (cokelat)
+ H2SO4
terbentuk cincin ungu.
2 ml
2 ml Sukrosa (bening) + 2 tetes -naftol 1,5 M (cokelat)
+ H2SO4
terbentuk cincin ungu.
2 ml

2 ml Laktosa (bening) + 2 tetes -naftol 1,5 M (cokelat)


+ H2SO4
terbentuk cincin ungu.
2 ml

2. Uji Tollens

2 ml AgNO3 5 % + 5 tetes NH40H 5 %


pereaksi Tollens.
1 ml Glukosa (bening) + 5 tetes pereaksi Tollens
terbentuk cermin

perak.
1 ml Sukrosa (bening) + 5 tetes pereaksi Tollens
endapan putih.
2. Uji Benedict
5 ml Glukosa (bening) + 10 tetes larutan Benedict (biru frusi)
larutan

berwarna biru
kuning kecokelatan + endapan merah bata.
5 ml Froktosa (bening) + 10 tetes larutan Benedict (biru frusi)

larutan

berwarna biru
kuning kecokelatan + endapan merah bata.
5 ml Laktosa (bening) + 10 tetes larutan Benedict (biru frusi)

larutan

berwarna biru
kuning kecokelatan + endapan merah bata.
5 ml Sukrosa (bening) + 10 tetes larutan Benedict (biru frusi)

larutan

berwarna biru
kuning kecokelatan + tidak biru dan tidak ada endapan
3. Uji Osazon
10 ml larutan Laktosa + 5 ml fenilhidrazin
2 lapisan : cokelat (bawah),

bening (atas)
orange + endapan.
10 ml larutan Sukrosa + 5 ml fenilhidrazin

bening (atas)
2 lapisan,putih susu (bawah) , bening (atas).
10 ml larutan Glukosa + 5 ml fenilhidrazin
2 lapisan : kuning (bawah),

bening (atas)
2 lapisan : minyak (bawah).
10 ml larutan Fruktosa + 5 ml fenilhidrazin
2 lapisan : kuning (bawah),

2 lapisan : kuning (bawah),

bening (atas)
2 lapisan : minyak (bawah).
4. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
10 ml Sukrosa (bening) + 10 ml HCL (bening)

larutan bening

50 menit

larutan bening (asam) didinginkan larutan bening + NaOH sampai larutan netral + 5
tetes benedict

biru frusi
larutan tetap biru frusi.
5. Identifikasi Gula
Larutan gula (bening) + 5 tetes pereaksi Tollens
kecokelatan (Fruktosa).

larutan berwarna

Larutan gula (bening) + 5 tetes pereaksi Tollens

larutan bening

(Sukrosa).
G. Pembahasan
1. Uji Molisch
Pada percobaan ini, Uji Molissch digunakan untuk mengetahui dan
membuktikan adanya karbohidrat dalam larutan gula yang digunakan. Larutan gula
yang digunakan yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. Pada masing-masing larutan ini,
ditambahkan larutan -naftol 1,5 M (dalam etanol), kemudian dikocok. Setelah
pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui
dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya
membentuk lapisan. H2SO4 pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada
sakarida untuk menghasilkan fulfural, fulfural ini kemudian bereaksi dengan reagent
Molisch, -naftol membentuk cincin yang berwarna ungu. Pada percobaan ini semua
tabung membentuk cincin yang ungu (uji positif). Hal ini membuktikan bahwa
glukosa, sukrosa, dan galaktosa dan laktosa termasuk karbohidrat. Percobaan ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penambahan asam kuat, misalnya H 2SO4
menyebabkan

karbohidrat

terhidrolisis

menjadi

monosakarida,

selanjutnya

monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi
fulfural. Pereaksi Molisch (-naftol) akan bereaksi dengan fulfural membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu.
Reaksinya adalah:

2. Uji Tollens
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dengan
gula nan-pereduksi. Gula pereduksi ditandai dengan terbentuknya cermin perak.

Pereaksi tollens diperoleh dengan cara mencampurkan AgNO 3 (Perak nitrat) dengan
NH4OH menghasilkan larutan keruh. Reaksinya adalah
2Ag+ + NO3- + 2NH4OH Ag2O + 2NH4NO3 + H2O
(endapan putih)

Ag2O + 4NH3 + H2O 2Ag(NH3)+ + OH(Pereaksi Tollens)

Pada percobaan ini, larutan gula yang digunakan adalah glukosa dan sukrosa. Setelah
penambahan pereaksi tollens, pada glukosa terbentuk cermin perak sedangkan pada
sukrosa tidak terbentuk cermin perak. Hal ini membuktikan bahwa glukosa adalah
gula pereduksi, sedangkan sukrosa adalah gula non-pereduksi. Hal ini terjadi karena
glukosa termasuk dalam aldosa yang memiliki gugus aldehida sedangkan sukrosa
memiliki ikatan glikosida terbentuk dari hidroksil anomerik dari kedua satuan
monosakarida.
Reaksinya adalah :

3. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dengan gula
non-pereduksi. Gula pereduksi ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.
Pada percobaan ini, larutan gula yang digunakan adalah glukosa, sukrosa, laktosa dan
fruktosa. Masing-masing larutan ini ditambahkan dengan pereaksi benedict (biru
frusi) kemudian dipanaskan dalam air mendidih. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan glukosa, laktosa dan fruktosa menghasilkan endapan merah bata sedangkan
sukrosa tidak mengalami perubahan warna (tetap biru frusi). Hal ini menandakan
bahwa glukosa, laktosa dan fruktosa adalah gula pereduksi sedangkan sukrosa gula
non-pereduksi. Tujuan pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi. Percobaan ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa glukosa, laktosa dan fruktosa adalah
gula peredusi. Glukosa merupakan gula yang mengandung gugus aldehid bebas dan
fruktosa mengandung gugus keton bebas yang akan mereduksi ion Cu 2+ dalam
suasana alkalis, menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (endapan merah bata).
Laktosa meskipun strukturnya terdiri dari dua monosakarida namun ikatannya tidak
melibatkan atom karbon hemiasetal sehingga mudah teroksidasi. Sedangkan sukrosa,
atom karbon anomeriknya saling terikat, sehingga tidak lagi terdapat gugus aldehid
atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, sehingga tidak dapat
mereduksi pereaksi benedict. Reaksi-reaksinya adalah :

4. Uji Osazon
Uji osazon bertujuan untuk membedakan antara disakarida yang mempunyai
kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas atau tidak bebas,
ditandai dengan terbentuknya hablur kuning. Pada percobaan ini larutan gula yang
digunakan adalah glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa. Setelah penambahan
fenilhidrazin, masing-masing membentuk dua lapisan yaitu pada sukrosa, glukosa dan
fruktosa, lapisan atas bening dan lapisan bawah kuning, sedangkan pada laktosa,
lapisan bawahnya coklat. Kemudian masing-masing tabung reaksi disumbat dengan
kapas dan dipanaskan, terbentuk dua lapisan, laktosa (orange + endapan), sukrosa
(putih susu), glukosa (minyak pada lapisan bawah) dan fruktosa (minyak pada lapisan
bawah). Percobaan ini tidak menghasilkan hablur kuning karena proses pemanasan
yang kurang sempurna serta larutan tidak didinginkan setelah pemanasan.
Menurut teori, glukosa, laktosa dan fruktosa membentuk hablur kuning karena
glukosa mengandung gugus aldehid bebas dan fruktosa mengandung keton bebas
sehingga dengan fenilhidrazin berlebih akan membentuk hidrazon atau osazon
(hablur kuning). Sedangkan sukrosa tidak menghasilkan osazon karena gugus aldehid
dan ketonnya terikat pada monomer yang tidak bebas. Reaksi-reaksinya adalah :

5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam


Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa jika suatu ikatan
disakarida dihidrolisis maka akan membentuk kembali gugus-gugus penyusunnya.
Larutan sukrosa ditambahkan dengan HCl (pemberi suasana asam), kemudian

dipanaskan untuk mempercepat reaksi, didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH.


Mengecek pH apakah asam atau basa. Jika belum netral masih dalam suasana asam
maka ditambahkan kembali dengan NaOH sampai kertas lakmusnya tidak berubah
warna, kemudian ditambahkan larutan benedict, warnanya tetap biru. Hal ini tidak
sesuai dengan teori, seharusnya sukrosa yang sudah terhidrolisis dapat bereaksi
dengan benedict membentuk endapan merah bata.
6. Identifikasi Gula
Pada percobaan ini, sampel yang diberikan asisten diuji dengan pereaksi
tollens. Larutan I setelah ditetesi pereaksi Tollens berwarna kecokelatan sedangkan
larutan II berwarna bening, hal ini sesuai pada uji Tollens dimana sukrosa tidak
bereaksi dengan pereaksi tollens. Jadi larutan II adalah sukrosa dan larutan I adalah
fruktosa.
H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Yang termasuk gula pereduksi adalah glukosa, fruktosa, dan laktosa sedangkan
sukrosa gula non-pereduksi. Hal ini berdasarkan uji Tollens dan uji Benedict.
Gula pereduksi pada uji Tollens membentuk cermin perak sedangkan pada uji
Benedict membebtuk enedapan merah bata.
b. Disakarida yang mempunyai gugus aldehid (hemiasetal) atau keto bebas
(hemiketal) bebas adalah glukosa, fruktosa dan laktosa.
2. Saran
Praktikan diharapkan berhati-hati dan lebih teliti dalam melakukan praktikum
khususnya pada pengamatan warna dan pencampuran larutan dan juga diharapkan
memahami dan mengetahui prosedur kerja yang akan dilakukan.

Daftar Pustaka

Anonim

a.
2008.
Karbohidrat.
(http://food4healthy.word
press.com/2008/10/11/analisis-karbohidrat/\0 permanent link : Analisis
Karbohidrat). Diakses pada tanggal 5 November 2010.

Anonim b. 2010. Uji Molish. (http://monrow.wordpress.com/2010/03/12/uji-molish).


Diakses pada tanggal 5 November 2010.
David dan Soendoro. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Keenan, dkk. 1992. Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Kimia Organik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Makassar :
FMIPA UNM.
Wahjudi. 2003. Kimia Organik II. Malang : Universitas Negeri Malang Press.

Jawaban Pertanyaan
1. Persamaan reaksi yang dapat menyatakan hasil pengujian Tollens terhadap
Glukosa adalah :

2. Persamaan reaksi yang dapat menyatakan hasil pengujian Benedict terhadap


laktosa yaitu :

3.

Rumus molekul sukrosa adalah C12H22O11. Hasil reduksi antara sukrosa dengan
Tollens tidak terbentuk cincin perak dan pada pengujian Benedict juga tidak
terdapat endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena pada Sukrosa tidak
terdapat gugus aldehid/keton bebas yang dapat mereduksi tiap ion anorganik
pada pereaksi Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+, yang mengendap sebagai
CuO berwarna merah bata. Begitupun pada pereaksi Tollens, karena ikatan
glikosidanya terbentuk dari hidroksil anomerik dari kedua satuan monosakarida,

sehingga sukrosa tidak menghasilkan cermin perak.


4. Glukosa dan fruktosa menghasilkan osazon yang sama karena keduanya
merupakan kelompok gula pereduksi dan merupakan monosakarida. Selain itu,
glukosa dan fruktosa juga memiliki rumus molekul yang sama, yaitu C6H12O6.

5. Hidrolisis sukrosa dengan asam, lalu direaksikan dengan fenilhidrazin berlebih,


menghasilkan satu senyawa saja karena adanya pengaruh asam atau enzim
invertase yang menyebabkan terjadinya pembalikan arah putaran (inverse pada
bidang polarisasi dari arah putaran kanan (+) menjadi arah putaran kiri (-). Hal
ini terjadi karena daya putar ke kiri fruktosa lebih besar daripada daya putar
kanan glukosa, campuran ini disebut gula invert.
6. Makna kalimat Lima Gugus Asetil dapat dimasukkan ke dalam molekul glukosa
dan fruktosa yaitu bahwa dari beberapa gugus asetil yang ada hanya lima yang
masuk ke dalam molekul glukosa dan fruktosa karena kedua gugus tersebut
membentuk ikatan rangkap sehingga hanya lima Asetil yang dapat diikat.
7. Makna kalimat hanya delapan gugus asetil dapat dimasukkan ke dalam molekul
sukrosa bukan sepuluh, yaitu sukrosa memiliki dua cincin flural yang mana
masing-masing cincin mengikat empat gugus asetil, jadi jumlahnya ada delapan.
Dalam satu cincin hanya dapat mengikat empat gugus asetil karena terdapat satu
atom C yang berikatan rangkap dan yang satunya telah berikatan sehingga hanya
tersisa empat tempat untuk gugus asetil untuk masing-masing cincin flural.
8. Gula yang terdapat di dalam larutan setelah dilakukan hidrolisis terhadap sukrosa
adalah glukosa dan fruktosa. Glukosa dan fruktosa dapat mereduksi pereaksi
benedict karena glukosa merupakan gula pereduksi yang memiliki gugus aldehid
bebas sedangkan fruktosa memiliki gugus keton bebas.

Anda mungkin juga menyukai