Anda di halaman 1dari 48

KIMIA ANALISA 2

CONTOH PERHITUNGAN ARGENTOMETRI

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Andre Azhari Gultom (122015013)

2. Julian Saputra (122015012)

3. Muhammad Renaldy (122015015)

Dosen Pembimbing :

Ir. Hj. Ummi Kalsum, MT

TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
bimbingannya jugalah Makalah Contoh Perhitungan Argentometri ini dapat
diselesaikan. Contoh perhitungan argentometri ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia Analisa 2.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu terlaksananya pembuatan Makalah contoh perhitungan Argentometri
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat semua mahasiswa sebagai referansi
dalam materi untuk pembahasan argentometri khususnya contoh perhitungan
argentometri.

Penyusun meyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk


itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca.

Palembang, 14 April 2016

Penulis

2
ARGENTOMETRI

1.1 Definisi Argentometri

Argentometri berasal dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.


Pengertian Argentometri adalah titrasi pengendapan sample yang dianalisis
dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi
ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-), atau untuk lebih jelas yang di maksud pada
titrasi argentometri yaitu suatu analisa volumetri yang didasarkan pada
reaksi pengendapan dengan AgNO3 sebagai larutan standar. Penentuan khalor,
brom dapat dilakukan dengan mentitrasi halogenida tersebut dengan AgNO 3
dengan menggunakan indikator kalium khromat, ion khromat akan bereaksi
dengan ion perak, bila seluruh Cl telah diendapkan secara kuantitatif oleh ion Ag
sehingga titik akhir titrasi ditandainya dengan terbentuknya endapan merah dari
Ag2CrO4.Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil tirasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut.Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan dan untuk mendapatkan hasil
pada titik akhir titrasi maka perlu di tambahkan indikator. Titrasi yang melibatkan
reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi yang melibatkan reaksi asam basa
dalam analisis titrimetri. Presipitimetri adalah cara titrasi dimana terjadi endapan.

Contoh : AgNO3 + NaCl  AgCl + NaNO3

Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang


tergolong pembentukan kompleks) dibedakan menjadi tiga macam cara
berdasarkan indikator yang digunakan untuk penentuan titik akhir, yaitu cara atau
metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Tiga macam cara dasar
indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir yaitu pada cara Mohr; indikator
K2CrO4, titrant adalah AgNO3, cara Volhard; indikator Fe3+, titrant KSCN atau
NH4SCN dan cara Fajans indikatornya ialah salah satu indikator adsorpsi menurut
macam anion yang diendapkan oleh Ag+, titrant AgNO3, pH tergantung dari
macam anion dan indikator yang dipakai.

1
Agentomentri atau Titrasi pengendapan adalah penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat. Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting
dalam pembentukan endapan cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion haliuda,
anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar
perak tersebut.
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara
titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat
dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami
keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat
menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna . hal yang penting juga
adalah hasil kali kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat
kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen.
Reaksi samping tidak boleh terjadi demikian juga kopresipitasi.
Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk
melihat titik akhir .

2
1.2 Titrasi Pengendapan Argentometri

Kondisi titrasi
 Larutan yang dititrasi harus bereaksi netral ( pH = 6- 8 ).
 Dalam suasana asam konsentrasi ion CrO42- akan berkurang karena reaksi
2CrO42- + 2H+  2HCrO4-  Cr2O72- + H2O

 Dalam suasana basa akan terbentuk endapan peroksida :


2 Ag+ + OH-  2AgOH  AgO2 coklat + H2O

 Konsentrasi ion Cr2O42- harus tepat (0,01 M).

Bila konsentrasi Cr2O42- > 0,01 M titik akhir titrasi akan terjadi sebelum titik
ekivalensi. Bila konsentrasi ion Cr2O42- < 0,01 M maka titik akhir titrasi akan
terlambat ( melampaui titik ekivalensi ).
Titrasi metode ini digunakan untuk menentukan ion perak secara langsung

atau ion klorida secara tidak langsung. Kepada larutan klorida ditambahkan
dengan larutan AgNO3 berlebihan, kemudian kelebihan AgNO3 dititrasi dengan
larutan standar KSCN
Ag+ + Cl-  AgCl putih

Ag+sisa + CNS-  AgCNS putih

CNS- + Fe3+  Fe (CNS)2+ merah


Titrasi Volhard harus dilakukan dalam suasana asam nitrat untuk mencegah

hidrolisis indikator (ion Fe3+ ). Khusus pada penentuan klorida kita mempunya
dua kesetimbangan selama pentitrasian :
Ag+ + Cl-  AgCl
Ag+ + CNS-  AgCNS
Kelarutan AgCl > kelarutan AgCNS, sehingga terjadi reaksi :
AgCl + CNS  AgCNS + Cl-

3
Reaksi ini terjadi apabila titik akhir titrasi menyebabkan kadar Cl- rendah.
Untuk mencegah kesalahan pada saat menentukan kadar laruan yang akan dititrasi
maka dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut :
 Endapan AgCl disaring
 Endapan AgCl dikoagulasi dengan pemanasan, setelah dingin disaring
baru dititrasi
 Menambahkan notro benzena. ( R.A.DAY Underwood. Analisis kimia
kuantitatif)

1.3 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Pengendapan

a. Temperatur, kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.


b. Sifat pelarut. Garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya
kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar
pemisahan dua zat.
c. Efek ion sejenis. Kelarutan endapan dalam air berkurang, jika larutan
tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan.
d. Efek ion-ion lain. Endapan berrtambah kelarutannya bila dalam larutan
terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan.
e. Pengaruh pH. Larutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan.
f. Pengaruh hidrolisis. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan
menghasilkan perubahan (H+), kation dari spesies garam mengalami
hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
g. Pengaruh kompleks. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi
konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam
tersebut.

4
1.4 Prinsip-Prinsip yang Mempengaruhi Pengendapan
a. Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya
berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak sukar
larut di dalam air atau pelarutnya.
b. Kesetimbangan adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan
terjadi laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam
system kesetimbangan.
Prinsip dari argentometri adalah reaksi pembentukan endapan (precipítate =
presipitat) Titrasi pengendapan = Presipitumetri. Reaksi yang terjadi pada titrasi
tipe ini adalah reaksi-reaksi dimana terbentuk senyawa yang tidak larut. Meskipun
reaksi-reaksi dimana terbentuk senyawa yang tidak mudah larut banyak sekali,
tetapi yang dapat digunakan dalam analisa sedikit sekali. reaksi-reaksi tersebut
harus memenui syarat-syarat :
1. Endapan yang terbentuk praktis tidak larut
2. Proses terbentuknya endapan harus cepat (terbentuknya larutan lewat jenuh
harus tidak berpengaruh pada proses terbentuknya endapan).
3. Hasil titrasi tidak boleh dipengaruhi oleh proses adsorbs dan kopresipitasi.
4. Titik ekivalen dari titrasi harus dapat ditentukan.
Salah satu permasalahan titrasi pengendapan adalah menemukan indikator
yang cocok. dalam titrasi-titrasi yang meliabatkan garam-garam perak ada tiga
indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini. Metode Mohr
menggunakan ion kromat untuk mengendapkan Ag2CrO4. Metode Volhard
menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks yang berwarba dengan
tiosianat SCN‾. Dan metoda Fajans menggunakan indikator – indikator adsorbsi.
T.a.t dapat ditentukan dengan cara :
1. Terbentuknya endapan yang berwarna (cara Mohr)
2. Terbentuknya senyawa berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Menggunakan indicator absrobsi (cara Fajans)

5
1.5 Jenis Indikator

a. Indikator kalium kromat K2CrO4

Titrasi argentometri dengan menggunakan indicator ini biasa disebut


sebagai argentoetri dengan metode Mohr. Ini merupakan titrasi langsung titrant
dengan menggunakan larutan standar AgNO3. Titik akhir titrasi diamati dengan
terbentuknya endapan Ag2CrO4 yang brwarna kecoklatan.

b. Indikator Fe3+

Titrasi argentometri dengan indicator ini disebut sebagai titrasi


argentometri dengan metode volhard. Titrasi ini merupakan titrasi tidak langsung
dimana larutan standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih dan kelebihan ini
dititrasi dengan larutan standart SCN-.

c. Indikator adsorbsi

Titrasi argentometri dengan indicator adsorbsi disebut sebagai titrasi


argentometri dengan menggunakan metode Fajans. Indikator yang dipakai adalah
indicator adsorbsi Dimana indicator ini akan berubah warnanya jika teradsorbsi
pada permukaan endapan.

Selain menggunakan teknik diatas maka titrasi argentometri juga dapat


dilakukan dengan menggunakan indicator yang berupa indicator electrode. Plot
antara Esel dengan jumlah titran akan dapat diperoleh kurva titrasi dengan grafik
ini maka kita nantinya dapat menentukan titik akhir titrasi.

d. Indikator Adsorbsi Pada Titrasi Argentometri

6
Pada titrasi argentometri dengan metode Fajans, Jika
AgNO3 ditambahkan pada larutanNaCl yang mengandung
flourescein maka titik akhir titrasi akan diamati dengan
perubahan warna dari kuning cerah ke merah muda. Warna
endapan yang terlihat akan tampak berwarna sedangkan
larutannya tampak tidak berwarna hal ini disebabkan adanya
indikator adsorbsi yang teradsorb pada permukaan endapan
AgCl.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan indikator:

1. Ikatan antara indikator dengan ion logam haruslah lebih lemah dari ikatan
antara ion logam dengan EDTA misalnya (antara ion dalam larutan titran
dan ion dalam larutan titrat).

2. Indikator harus sensitif, misalnya dengan adanya kelebihan sedikit dari ion
larutan titran maka dapat segera bereaksi.

3. Indikator harus memberikan warna spesifik yang perubahan warna


nantinya juga harus tampak tajam dan jelas, sehingga TA dapat diamati
dengan baik.

4. Reaksi substitusi juga harus berjalan dengan cepat agar TA dapat


mendekati nilai TE.

7
1.6 Macam Macam Metode Argentometri
Tergantung dari tujuan penetapan kadar, maka dikenal 3 macam metoda
argentometri, yaitu : metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.

1.6.3 Metode Mohr


Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam
larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi
sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan
dikromat :
2H+ + 2CrO42-2HCrO4  Cr2O72- + H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion


perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut
(Svehla, 1990).
Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak,
dan juga ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi
menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi
langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan
perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali
dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara
berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator kromat.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halide seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning
coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag 2CrO4 saat hamper
mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Laruta
standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO 3, memiliki normalitas 0,1
N dan 0,05 N.

8
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi :

Ag+(aq) + Cl-(aq)  AgCl(s)

Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi :

2Ag+(aq) + CrO42-(aq)  Ag2CrO4(s)

Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila
terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi
Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai.

2Ag+(aq) + 2OH-(aq)  2AgOH(s)

Ag2O(s) + H2O(l)

Bila pH terlalu rendah ion CrO 42- sebagian akan berubah menjadi Cr 2O72-
karena reaksi :

2H+(aq) + 2CrO42-(aq)  Cr2O72- + H2O(l)

Yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul


endapannya atau sangat terlambat.
Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka
secara local akan terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap

9
sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk
kemudian, akibatnya ialah bahwa titik akhir menjadi tidak tajam.

10
1.6.2 Metode Volhard
Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah
contoh metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama
titrasi, Ag(CNS) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH 4CNS yang
berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS)++.
Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan
pada titik akhir harus sangat kecil, dengan cara mengocok larutan dengan kuat
pada titik akhir tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi.
Pada metode Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan
berlebih ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag tersebut kemudian
di titrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini
menghasilkan suatu kesalahan karena AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl.
Sehingga :
AgCl + CNS- AgCNS + Cl-

Akibatnya lebih banyak NH4CSN diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan


lebih rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl
sebelum titrasi balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen,
sehingga melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan
memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO 3)3 dan sedikit NH4CSN
yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO 3, kemudian
campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang (Khopkar,
1990) Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titran, dan
larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi
antara titran dan Ag, membentuk endapan putih.

Ag+(aq) + SCN-(aq)  AgSCN(s) (putih)

Sedikit kelebihan titran kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk


ion kompleks yang sangat kuat warnanya (merah).

11
SCN-(aq) + Fe3+(aq)  FeSCN2+(aq)

Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.


Karena titrannya SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan
cara Volhard titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag + dan
SCN- sedang anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali. Pada larutan X -
ditambahkan Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu ditititrasi
untuk menentukan kelebihan Ag+. Maka titran selain dengan bereaksi dengan Ag+
tersebut, mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX.
Ag+(aq) (berlebih) + X-(aq)  AgX(s)

Ag+(aq) (berlebih) + SCN-(aq) (titran)  AgSCN(s)

SCN-(aq) + AgX(s)  X-(aq) + AgSCN(aq)

Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang bereaksi dan juga titik
akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titran bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua
reaksi saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida. Perak nitrat standar berlebih yang diketahui
jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan
titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai
syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain.
Penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak
mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.

12
1.6.3 Metode Fajans
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan
indikator adsobsi. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat
berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning
menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan
larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl.
Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan (Harjadi,
1993).
Metode ini adalah suatu halogen dengan AgNO3 membentuk endapan perak
halogenida yang pada titik equivalen dapat mengabsorpsi berbagai zat
warna,dengan demikian terjadi perubahan warna. Klorida dapat dititrasi dengan
indicator flouresen bromida,iodide dan thiosianat dapat dititrasi dalam suasana
asam lemah.(Prof.Dr.Ibnu Gholib Gandjar,DEA.,Apt,2009)
Kurva titrasi.
Bila kita alurkan volume titransebagai absis dan pAg atau pX (X =anion
yang di endapkan oleh Ag+) sebagai ordinat,maka akan diperoleh kurva titrasi. Di
situ titrant ialah AgNO3 dan yang di titrasi adalah NaCl. Perhitungan koordina
adalah sebagai berikut :
a) Awal : pCl = -log [NaCl] ; misal [NaCl]= 0,1 maka pCl = 0,1
b) Sebelum titik akhir : Ag+ + Cl- ↔ AgCl
Y (a – n) + y n–y
Di mana a = mmol Cl- semula (jumlah analitis)
n = mmol Ag+ yang telah di tambahkan
y = mmol Ag+ yang tak terendapkan sebagai akibat
kesetimbangannya;
Maka jumlah AgCl yang terendap (tanpa kesetimbangan)ialah n mmol.
Boleh dibayangkan,bahwa kemudian y mmol AgCl larut kembali untuk memenuhi
hokum kesetimbangan ,dengan membentuk kembali y mmol Ag+dan Cl-. Maka
dalam keadaan setimbang terdapat y mmol Ag+ dan (a – n) + y mmol
Cl-,sehingga :
. = Ksp AgCl (W.Harjadi, 1993)

13
Indicator adsorbs pada titrasi pengendapan
Jika AgNO3 ditambahkan pada NaCl yang mengandung zat berpendar
flour,titik akhir di tentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah
jingga. Jika didiamkan,tampak endapan berwarna,sedangkan larutan tidak
berwarna disebabkan adanya adsorbsi indicator pada endapan AgCl. Warna yang
terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan. Dengan indicator
anion,reaksi tersebut :
Jika Cl yang berlebih :(AgCl)Cl- + FL tidak bereaksi (jika FL =C20H11O5 yaitu zat
berpendapat flour)Jika Ag+ yang berlebihan (AgCl) Ag+ +FL (AgCl)
(AgFL)adsorbsi
(S.M.Khopkar, 2007)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikena ladalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl -, I-, Br-) dengan ion
perak. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu
titrasi penentuananalit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO 3. Titras iargentometr itidak
hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipaka
iuntuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asamlemak, dan beberapa anion
divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dar
ianalit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl :
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimanadengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna
coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa
dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan
teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat di bedakan atas
Argentometri dengan metode Mohr,Volhard,atau Fajans. Selain menggunakan

14
jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensi ometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi adalah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen,
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut : indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI saja).
HFI(aq)  H+(aq) + FI-(aq)

Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi
ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan
warna yang tampak jelas, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan kata lain setelah
sedikit kelebihan titran (ion Ag+).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan
dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+, maka endapan
menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan negatif.
Karena muatan FI- bermuatan negatif maka FI- tidak dapat ditarik atau diserap
oleh butiran-butiran koloid tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang
kelebihan ion X-, menjelang titik ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan
lepas kembali karena bereaksi dengan titran yang ditambah saat itu, sehingga
muatan koloid makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X -
maupun Ag+, jadi koloid menjadi netral. Setetes titran kemudian menyebabkan
kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ yang diserap oleh koloid yang menjadi positif dan
selanjutnya dapat menarik ion FI- dan menyebabkan warna endapan berubah
mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga terjadi

15
penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya berwarna keruh juga menjadi
jernih atau lebih jernih. Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning
sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasarkan ketiga macam
perubahan di atas, yaitu :
a. Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal.
b. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih.
c. Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak
diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap
cahaya (fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.
Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan
terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan
berbentuk koloid yang juga harus bisa terbentuk dengan cepat.
Suatu reaksi pengendapan dapat dikatakan berkesudahan, jika kelarutan
endapannya cukup kecil. Di dekat titik ekivalensinya, konsentrasi ion-ion yang
dititrasi akan mengalami perubahan-perubahan besar. Permasalahan yang
mungkin dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik.
Ada beberapa cara untuk menentukan saat tercapai titik ekivalen pada titrasi
pengendapan:
1. Dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr)
2. Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Dengan indikator adsorbs (cara Fajans)
Pada proses disinfeksi air, sering digunakan klor, karena harganya murah
dan mempunyai daya disinfeksikan sampai beberapa jam setelah pembubuhan
(residu klor). Selama proses tersebut klor direduksi hingga menjadi klorida (Cl-)
yang tidak mempunyai daya disinfektan, disamping klor juga bereaksi dalam
keadaan bebas (Cl2, OCl-, HOCl) dan keadaan terikat (NH4Cl, NHCl2, NCl3). Klor
terikat mempunyai daya disinfektan yang tidak seefisian klor bebas.
Pada titrasi dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr) akan
terbentuk endapan baru yang berwarna. Metode Mohr dapat digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan

16
standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Pada titrasi ion Ag
yang berlebih akan diendapkan dengan warna merah bata. Larutan bersifat nitrat
atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa. Pada kondisi yang cocok, metode
Mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah.
Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding
endapan warna yang terbentuk selama titrasi. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam
suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana
basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-+ 2H- ↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH + 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium
karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat
sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali
kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.
Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam
suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis
diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan
perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai
indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion
perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak
alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini
dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan
penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada titrasi dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara
Volhard) kesalahan pada titik akhir sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok

17
dengan kuat pada titik akhir, agar Ag+ yang teradsorpsi pada endapan dapat
diadsorpsi. Metode Volhard didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam
asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion
tiosianat. Metode Volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida
mengingat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Merkurium merupakan
kation yang lazim mengganggu dalam metode Volhard.
Pada titrasi dengan indikator adsorpsi (cara Fajans) diketahui jika AgNO 3
ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan
dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya
adsorpsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah
akibat adsorpsi pada permukaan. Kelebihan dari indikator adsorpsi adalah
memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan
warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada
permukaan berjalan baik jika endapan memiliki luas permukaan yang besar.
Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan
adanya muatan ion yang besar.

18
1.7 Contoh Perhitungan

1.7.1 Contoh Metode Mohr

1. Akan ditentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur. Seberat 1,0
g sampel garam

dilarutkan dalam air sampai 100,0 mL . Sebanyak 10,0 mL larutan tersebut


dititrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1100 N dengan cara Mohr. Untuk
larutan sampel membutuhkan pentiter 9,60 mL

sedangakan untuk blangko 0,10 mL . jika Mr. NaCl = 58,5 tentukan kadar
NaCl dalam sampel garam tersebut dalam % b/b

JAWAB

Vol. Pentiter yang diperlukan = 9,60 – 0,10 = 9,50 mL

Dari rumus di atas , maka : [Cl-] = N = 0,1056 M

Jadi kadar NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml
sampel mengandung

NaCl = 100/1000 x 0,1056 mol = 0,01056 mol = 0,01056 x 58,5 g = 0, 62 g

= 0,62 / 1,0 x 100 % = 62 %

19
2. Tabel Data.

NaCl (gr) AgNO (ml) indikator Perubahan warna

0,057 9,2 ml
Kuning menjadi
0,054 10 ml K2CrO4 merah
K2CrO4

Reaksi :

Cara Mohr
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
(endapan putih)

2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3


(endapan merah)

 Diketahui :
Massa NaCl = 57 mg

Konsentrasi NaCl = 0,0954 N

Volume AgNO3 = 9,2 ml

m grek NaCl setara dengan m grek AgNO3

Ditanya : % NaCl = .....?

Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk

= 9,2 ml x 0,0954 N x 5,844 mg x 100 %

20
57 mg x 0,1

= 5,0176 x 100 %

5,7

= 92,9218 %

 Diketahui :
Massa NaCl = 54 mg
Konsentrasi NaCl = 0,0954 N
Volume AgNO3 = 10 ml

Ditanya : % Kadar NaCl = ....?

Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk

= 10 ml x 0,0954 N x 5,844 mg x 100 %


54 mg x 0,1

= 5,575176 x 100 %
5,4

=103,244 %

Pembahasan :

21
Pada metode argentometri cara Mohr ini sample yang digunakan yaitu NaCL.
Cara ini biasanya digunakan terutama dalam penentuan klorida dan bromide.
Digunakan 2 berat (massa) NaCl yang berbeda yaitu 57 mg dan 54 mg. pertama-
tama NaCl ditimbang dengan neraca analitik, setelah itu dilarutkan dalam 10 ml
air suling. Sampel larut dalam air suling. Setelah itu ditambahkan 3 tetes kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indicator, warna larutan menjadi kuning. Kemudian
dititrasi dengan AgNO3 sambil dokocok/digoyang sampai tepat membentuk
endapan merah bata. Untuk NaCl 57 mg digunakan AgNO3sebanyak 10 ml dan
9,2 ml untuk NaCl 54 mg.

Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi reaksi
Ag+ + Cl– AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 yang dengan
ion Ag+berlebih menghasilkanendapan AgCl yang berwarna putih mulai berubah
menjadi kemerah-merahan. Titrasi harus dilakukan dalam suasana netral atau basa
lemah dengan pH antara 6,5 – 9, dengan begitu garam perak kromat tidak akan
terbentuk.
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar NaCl yaitu 98,0829%. Berdasarkan
literatur, kadar tersebut tidak sesuai yaitu seharusnya tidak kurang dari 99% dan
tidak lebih dari 101,0%. Hal ini mungkin terjadi karena NaCl yang ditimbang
tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam menentukan titik akhir titrasi
serta penambahan indikatornya tidak secara seksama, sehingga akan
mempengaruhi hasil titrasi

22
3. Tabel Data

Berat sampel Vol. larutan baku


No sampel
(MgCl2) AgNO3

I 50,3 mg 6,7 ml

II 50,9 mg 7,9 ml

Perubahan warna Kuning Merah bata

Reaksi
MgCl2 + K2CrO4 Mg2CrO4 + 2 KCl (Kuning)
MgCl2 + 2AgNO3 2AgCl + Mg(NO3)2 (Putih kekuningan)
AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3 (Merah bata)

Perhitungan
% kadar = V x N x berat setara x 100%
Berat sampel

 Untuk MgCl2 berat Sampel 50,3 mg

% kadar = V x N x Bst x 100 %


Berat sampel
= 6,7 x 0,1492 x 47,605 x 100 %
50,3
= 47,58 x 100 %
50,3
= 94,5 %

23
 Untuk MgCl2 berat Sampel 50,9 mg
% kadar = V x N x Bst x 100 %
Berat sampel
= 6,9 x 0,1492 x 47,605 x 100 %
50,9
= 51,13 x 100 %
50,9
= 101,6 %

Kadar rata-rata :
K = ( K1 + K2 ) / 2

= ( 94,5 % + 101,6 % ) / 2

= ( 196,1 % ) / 2

= 98,05 %

Pembahasan :
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi
pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat
juga diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion
halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat
uji dengan titran AgNO3.
Pada metode titrasi ditambahkan larutan indikator pada zat
uji.Indikator adalah suatu senyawa organik yang kompleks yang digunakan
untuk menentukan titik akhir suatu reaksi. Titik akhir titrasi adalah suatu
keadaan dimana penambahan satu tetes larutan baku dapat menyebabkan
perubahan warna pada indikator. Indikator memiliki rentang pH tertentu

24
dan dapat berubah warna dengan adanya perubahan pH dari larutan uji.
Pada percobaan inin digunakan indikator K2CrO4.
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Cara pengendapan yang
digunkan dalam percobaan ini adalah cara mohr karena dipakai dalam
penentuan clorida yaitu MgCl2. Pada cara mohr nantinya akan terlihat
endapan merah bata yang larutannya dititrasi dengan larutan baku AgNO3.
Pada percobaan argentometri ini ditimbang sampel MgCl2sebanyak
50,3 mg dan 50,9 mg. Titrasi dilakukan secara diplo (dua kali percobaan)
agar dapat diketahui jumlah larutan baku (titran) yang digunakan pada
percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan dibandingkan bahwa
apakah jarak (selisih) antara titrasi kedua dan pertama lebih sedikit atau
cukup besar. Sampel yang telah ditmbang kemudian dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4,
alasan penggunaan indikator ini adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi
saat dilakukannya penitrasian. Kemudian sampel dititrasi menggunakan
larutan baku AgNO3 dimana, dengan ion perak yang berlebih maka akan
terbentuk endapan berwarna merah bata.
Larutan AgNO3 dan larutan MgCl2, pada awalnya masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.Larutan kemudian
berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan
indikator pada percobaan ini.
Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan
berwarna putih yang merupakan AgCl.Ketika MgCl2 sudah habis bereaksi
dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka
AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.

25
Setelah terjadi perubahan warna merah bata, maka titrasi
dihentikan, sehingga diperoleh data volume AgNO3 untuk masing –
masing percobaan adalah sebagai berikut :
1. MgCl2 dengan berat 50,3 mg
Volume AgNO3 sebanyak 6,7 ml
2. MgCl2 dengan berat 50,9 mg
Volume AgNO3 sebanyak 7,9 ml
Setelah itu dihitung kadar MgCl2 dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

% kadar = V x N x Bst x 100 %


Berat sampel

Hasil perhitungan dari kadar MgCl2 untuk setiap sampel, yaitu :


1. MgCl2 dengan berat 50,3 mg , Volume AgNO3 sebanyak 6,7 ml
Kadar = 94,5 %
2. MgCl2 dengan berat 50,9 mg, Volume AgNO3 sebanyak 7,9 ml
Kadar = 101,6 %
Sehingga diperoleh hasil perhitungan kadar rata-rata MgCl2 yaitu 98,05 %.

4. Tabel Data

Lab V V N V rata-rata Perubahan Warna


u NaCl AgNO3 AgNO3 AgNO3 Endapan
awal akhir
1 25 ml 44,2 mL 0,1 N (44,2 + Kuning Putih pucat
44) merah bata
2 25 ml 44 mL 0,1 N 44,1 mL Kuning Putih pucat
merah bata
Diketahui :

V AgNO3 = 44,1 mL
N AgNO3 = 0,1 N

26
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg

Ditanya :

a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (indikator K2CrO4)


b. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)

Jawab :

a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (indikator K2CrO4)


AgNO3 Ag+ + NO3-

V 1+V 2
V AgNO3 = 2

44,2+44 mL
= 2

= 44,1 mL

N NaCl . V NaCl = N AgNO3. V AgNO3

N AgNO 3 .V AgNO3
N NaCl = V NaCl

0,1 N x 44,1mL
= 25 mL

= 0,1764 N

27
b. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)
NaCl Na+ + Cl-

V AgNO 3 x N AgNO 3 x BE NaCl


Kadar NaCl = massa conto h x 100 %

44,1 mL x 0,1 N x 58,44 gr /mol


= 1 gram x 100%

l
0,0441 L x 0,1 x 58,44 gr /mol
= ek x 100%
1 gram

= 25,77 %

Jadi, kadar banyaknya NaCl sebanyak 25,77%

5. Menghitung galat pada metode mohr


Diketahui :
N (praktik) AgNO3 : 0,00739 N
N (teori) AgNO3 : 0,01 N

Ditanya : Galat …?

Penyelesaian :

N praktik−n teori
Galat = N praktik x 100%

0,00739−0,01
= o ,00739 x 100%

= 35,31%

Jadi pada metode mohr ini terdapat galat sebesar 35,31%

28
29
6. Standarisasi larutan perak nitrat dengan Natrium Klorida 0,01 N
Metode Mohr

Diketahui :
N Nacl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 16,9
V NaCl : 12,5

Ditanya : N AgNO3…?

Penyelesaian :

V1 x N1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 16,9 x N2
N2 = 0,00739

Jadi, konsentrasi perak nitrat setelah dilakukan standarisasi adalah


0,00739 N

30
1.7.2 Contoh Metode Volhard

1. Seberat 0,10 g senyawa garam magnesium bromida berair kristal murni


( MgBr2 . n H2O )

dilarutkan dalam air sampai 10,0 mL. Seluruh larutan tersebut dititrasi secara
Argentometri dengan cara Volhard. Setelah ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N
lalu dititrasi dengan larutan standar KSCN , 0.0150 N ; ternyata dibutuhkan
1,50 ml . Hitung n Ar: Mg = 24 , Br = 73 H = 1 dan O = 16 ) ( Bantuan :
dalam air : MgBr2. n H2O → Mg2+ + 2 Br - + n H2O )

JAWAB :

Mr. MgBr2 . n H2O = 170 + 18 n

[ SCN - ] yang bereaksi dengan kelebihan Ag + = 0,1050 N x 1,50 mL =


0,1575 molek

Ag+ total untuk mentiter Br - dan SCN- = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220


mmolek

Sehingga Ag+ untuk mentiter Br - = 1,1220 – 0,1575 = 0,9645 mmolek

Dari proses titrasi : mmolek Br - = mmolek Ag+ = 0,9645

Jadi [ Br -] dalam sampel = 0,9645 mmolek = 0,9645 mmol

Dari proses perurain zat dalam air : [ MgBr2 ] = ½ x [ Br -] = ½ x 0,9645 =


0,4823 mmol

Jadi berat zat = 0,4823 mmol x ( 170 + 18 n ) mg = ( 82 + 8,68 n ) mg

Berat sampel = 0,10 gram = 100 mg

Sehingga : 100 = ( 82 + 8,68 n ) ; maka n = = 2

31
2. Tabel Data :

KBr Perubahan
(gr) indikator warna
HNO3(ml) AgNO3(ml)
Bening
menjadi hijau
0,105 2 15 FeNH4- pucat
(SO4)2

Reaksi :

AgNO3 + KBr AgBr + KNO3


AgNO3 + KSCN AgSCN + KNO3
(endapan putih)

3AgSCN + Fe3+ Fe (SCN)3 + 3Ag+


( larutan merah)

Perhitungan:
Diketahui :
Massa KBr = 0,105 mg

V. AgNO3 = 15 ml

V. KSCN = 7,7 ml

N. AgNO3 = 0,0954 N

N. KSCN = 0,0929 N

m grek KBr setara dengan m grek AgNO3

32
KBr = m grek AgNO3 – m grek KSCN
BE

= ( 15 ml x 0,0954 ) – ( 7,7 ml x 0,0929)

= 1,4310 – 0,7153

= 0,7154

m grek = mg x Mr.KBr
BE

m KBr = 0,7154 x 119,01

= 42,5699 x 100%
100 ml

% Kemurnian = 42,69

Pembahasan :

Titrasi cara ini dilakukan secara tidak langsung, dimana ion halogen
diendapkan oleh ion Ag+ yang berlebihan. Kelebihan ion perak lalu dititrasi
dengan larutan KSCN. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam berlebih.
Pada percobaan ini, jumlah KBr yang digunakan yaitu0,105 gram. Kemudian
sample dilarutkan dalam air suling sebanyak 10 ml. sample larut dalam air
suling. Sample ditambah 2 ml asam nitrat, larutan tetap bening. Kemudian
sample ditambahkan 15 ml AgNO3 dan ditambahkan 3 tetes besi(III)
ammonium sulfat sebagai indicator, akan terbentuk endapan hijau pucat
dengan larutan berwarna bening

33
Setelah dihitung, kadar KBr didapatkan sebesar 42,5699%. Berdasarkan
literatur, kadar KBr yang seharusnya yaitu tidak kurang dari 98,5% KBr yang
ditimbang dari zat yang telah dikeringkan. Hal ini mungkin terjadi karena
KBr yang ditimbang tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam
menentukan titik akhir titrasi serta penambahan indikatornya tidak secara
seksama, sehingga akan mempengaruhi hasil titrasi

3. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Volhard)

Lab V V N V rata-rata Perubahan Warna Endapan


Awal Akhir
u NaCL KSCN KSCN KSCN
1 25 mL 2,7 mL 01 N (2,7 + Putih Putih
2,6 ) bening
2 25 mL 2,6 mL 0,1 N 2,65 mL Putih Putih
bening

Diketahui :

V KSCN = 2,65 mL
N KSCN = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg

34
Ditanya :

a. Standarisasi KSCN dengan NaCl


b. Kadar NaCl

Penyelesaian :
a. Standarisasi KSCN dengan NaCl

V 1 xV 2
V KSCN = 2

2,7 +2,6 mL
= 2

= 2,65 mL

N NaCl . V NaCl = N KSCN .V KSCN

N KSCN . V KSCN
N NaCl = V NaCl

0,1 N x 2,65 mL
= 25 mL

= 0,011 mL

V KSCN x N KSCN x BE NaCl


x 100
b. Kadar NaCl = massa contoh

gr
2,65 mL x 0,1 N x 58,44
= mol x 100%
1 gram

35
L
0,00265 L x 0,1 x 58,44 gr /mol
= ek x 100%
1 gram

= 1,55 %

36
1.7.3 Contoh Metode Fajans

1. Diketahui :
N NaCl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 15,86
V NaCl : 12,5 mL

Ditanya : N AgNO3 …?

Penyelesaian :
V1xN1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 15,86 x N2
0,125 = 15,86 x N2
0,00788 = N2
Jadi konsentrasi perak nitrat setelah dilakukan standarisasi adalah
0,00788 N

2. Menghitung galat pada metode fajans

Diketahui :
N (praktik ) AgNO3 : 0,00788 N
N (teori) AgNO3 : 0,,01 N
Ditanya : Galat …?

Penyelesaian :
N praktik−N teori
Galat = N praktik x 100%

0,00788−0,01
= 0,00788 x 100%

= 26,90 %
Jadi pada metode ini terdapat galat sebesar 26,90%

Contoh Soal :

Standardisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO3

Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
10 mL larutan NaCl + Berwarna merah bata
I
5 tetes indikator larutan K2CrO4 Berwarna kuning V AgNO3 = 9,13 mL
II V AgNO3 = 9,10 mL
III V AgNO3 = 8,98 mL

37
1. Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes
larutan indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan NaCl akan
berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada
penambahan volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali pengulangan.

Diketahui : Volume titrasi = 9,13 mL ; 9,10 mL ; 8,98 mL

N NaCl ( N1 ) = 0,01 N
Volume NaCl ( V1 ) = 10 mL

Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang
digunakan adalah :

 ek analit =  ek titran

 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO3 dari standarisasi
dengan NaCl.

a. Volume titrasi 9,13 mL


 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

V1 10 mL
N2  x N1  x 0,01 N  0,01 N
V2 9,13 mL

b. Volume titrasi 9,10 mL

38
 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

V1 10 mL
N2  x N1  x 0,01 N  0,01 N
V2 9,10 mL

c. Volume titrasi 8,98 mL


 ek NaCl =  ek AgNO3

N1 . V1 = N2 . V2

V1 10 mL
N2  x N1  x 0,01 N  0,01 N
V2 8,98 mL

Dari perhitungan normalitas AgNO3 -nya dapat dicari rerata normalitas AgNO3
-nya dan standar deviasinya, yaitu :

 Rerata Normalitas AgNO3

N1  N 2  N 3 0,01  0,01  0,01 0,03


N     0,01 N
3 3 3

 Standar Deviasi

39
 (N i - N) 2
S 
n -1
(0,01 - 0,01) 2  (0,01 - 0,01) 2  (0,01 - 0,01) 2

3 -1
0  0  0 0
 
2 2
 0

Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr

Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
10 mL larutan NaCl Berwarna merah bata
I
(garam dapur kotor) + V AgNO3 = 6,53 mL
II Berwarna kuning V AgNO3 = 6,48 mL
5 tetes indikator larutan K2CrO4
V AgNO3 = 6,51 mL
III

2. . Mula-mula larutan garam dapur kotor yang sudah yang sudah


diencerkan diambil sebanyak 10 mL dari sampel larutan garam dapur
kotor tersebut dan ditambahkan dengan larutan indikator K2CrO4
sebanyak 5 tetes adalah berwarna kuning. Namun setelah dititrasi
dengan larutan AgNO3, larutan garam kotor tersebut akan berubah
warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada
penambahan volume larutan AgNO3 yang berbeda-beda untuk 3 kali
pengulangan.

Diketahui : Volume titrasi = 6,53 mL ; 6,48 mL ; 6,51 mL

BE NaCl dalam garam dapur kotor =Mr = 1 mol/ek .


58,5 g/mol = 58,5 g/ek

40
Berat cuplikan = 0,293 gram

N AgNO3 = 0,01 N

Jadi, yang perlu dicari adalah kadar/kemurnian dari NaCl dalam


garam dapur kotor. Persamaan yang digunakan adalah :

 mek analit =  mek titran

 ek NaCl =  ek AgNO3

berat NaCl 500 mL


x  V . N AgNO 3
BE 10 mL

Oleh sebab itu, berikut ini adalah perhitungan kadar/kemurnian dari


NaCl dalam garam dapur kotor.

a. Volume titrasi 6,53 mL = 6,53.10-3 L

 ek NaCl =  ek AgNO3

berat NaCl (g) 10 mL


x  V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02  6,53.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
 6,53 .10 -5 ek
58,5 g/ek
6,53 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl 
0,02
3,82005.10 -3 g

0,02
 0,19 gram

41
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor  x 100%
berat sampel
0,19 gram
 x 100%
0,2 gram
 95 %

b. Volume titrasi 6,48 mL = 6,48.10-3 L

 ek NaCl =  ek AgNO3

berat NaCl (g) 10 mL


x  V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02  6,48.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
 6,48 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
6,48 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl 
0,02
3,7908.10 -3 g

0,02
 0,19 gram

42
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor  x 100%
berat sampel
0,19 gram
 x 100%
0,2 gram
 95 %

c. Volume titrasi 6,51 mL = 6,51.10-3 L

 ek NaCl =  ek AgNO3

berat NaCl (g) 10 mL


x  V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02  6,51.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
 6,51 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
6,51 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl 
0,02
3,80835.10 -3 g

0,02
 0,19 gram

berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor  x 100%
berat sampel
0,19 gram
 x 100%
0,2 gram
 95 %

43
Dari perhitungan dapat dicari rerata kadar/kemurnian dari NaCl dalam
garam dapur kotor, yaitu :

Rerata kemurnian kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur kotor.

k1  k 2  k 3 95%  95 %  95% 285%


k     95%
3 3 3

44
1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Argentometri

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada saat praktikum


adalah :
a. Alat yang digunakan tidak steril
b. Bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan zat yang lain
c. Kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan percobaan baik pada saat
penimbangan maupun pada saat titrasi
d. Kurang teliti pada saat membaca volume titrasi

45
DAFTAR PUSTAKA

Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi


Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

indigomorie. 2009. Titrasi Pengendapan: Argentometri.


http://kimiaanalisa.web.id//Titrasi-Pengendapan-
Argentometri.html.

Svehla,G. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT.
Kalman Media Pusaka : Jakarta.

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press 22 :


Jakarta.

Husein. 2014. Argentometri. http://kampungilmu-fst12.web.unair.ac.id/


artikel_detail-92363-Kimia%20Analitik-ARGENTOMETRI.html, Diakses pada
tanggal 6 April 2016.

Wikipedia. 2014. Argentometri. http://wikipedia.com/argentometri.html. diakses


pada tanggal 10 April 2016

46

Anda mungkin juga menyukai