Disusun Oleh :
Kelompok 4
Dosen Pembimbing :
TEKNIK KIMIA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
bimbingannya jugalah Makalah Contoh Perhitungan Argentometri ini dapat
diselesaikan. Contoh perhitungan argentometri ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia Analisa 2.
Penulis
2
ARGENTOMETRI
1
Agentomentri atau Titrasi pengendapan adalah penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat. Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting
dalam pembentukan endapan cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion haliuda,
anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar
perak tersebut.
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara
titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat
dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami
keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat
menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna . hal yang penting juga
adalah hasil kali kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat
kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen.
Reaksi samping tidak boleh terjadi demikian juga kopresipitasi.
Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk
melihat titik akhir .
2
1.2 Titrasi Pengendapan Argentometri
Kondisi titrasi
Larutan yang dititrasi harus bereaksi netral ( pH = 6- 8 ).
Dalam suasana asam konsentrasi ion CrO42- akan berkurang karena reaksi
2CrO42- + 2H+ 2HCrO4- Cr2O72- + H2O
Bila konsentrasi Cr2O42- > 0,01 M titik akhir titrasi akan terjadi sebelum titik
ekivalensi. Bila konsentrasi ion Cr2O42- < 0,01 M maka titik akhir titrasi akan
terlambat ( melampaui titik ekivalensi ).
Titrasi metode ini digunakan untuk menentukan ion perak secara langsung
atau ion klorida secara tidak langsung. Kepada larutan klorida ditambahkan
dengan larutan AgNO3 berlebihan, kemudian kelebihan AgNO3 dititrasi dengan
larutan standar KSCN
Ag+ + Cl- AgCl putih
hidrolisis indikator (ion Fe3+ ). Khusus pada penentuan klorida kita mempunya
dua kesetimbangan selama pentitrasian :
Ag+ + Cl- AgCl
Ag+ + CNS- AgCNS
Kelarutan AgCl > kelarutan AgCNS, sehingga terjadi reaksi :
AgCl + CNS AgCNS + Cl-
3
Reaksi ini terjadi apabila titik akhir titrasi menyebabkan kadar Cl- rendah.
Untuk mencegah kesalahan pada saat menentukan kadar laruan yang akan dititrasi
maka dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut :
Endapan AgCl disaring
Endapan AgCl dikoagulasi dengan pemanasan, setelah dingin disaring
baru dititrasi
Menambahkan notro benzena. ( R.A.DAY Underwood. Analisis kimia
kuantitatif)
4
1.4 Prinsip-Prinsip yang Mempengaruhi Pengendapan
a. Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya
berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak sukar
larut di dalam air atau pelarutnya.
b. Kesetimbangan adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan
terjadi laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam
system kesetimbangan.
Prinsip dari argentometri adalah reaksi pembentukan endapan (precipítate =
presipitat) Titrasi pengendapan = Presipitumetri. Reaksi yang terjadi pada titrasi
tipe ini adalah reaksi-reaksi dimana terbentuk senyawa yang tidak larut. Meskipun
reaksi-reaksi dimana terbentuk senyawa yang tidak mudah larut banyak sekali,
tetapi yang dapat digunakan dalam analisa sedikit sekali. reaksi-reaksi tersebut
harus memenui syarat-syarat :
1. Endapan yang terbentuk praktis tidak larut
2. Proses terbentuknya endapan harus cepat (terbentuknya larutan lewat jenuh
harus tidak berpengaruh pada proses terbentuknya endapan).
3. Hasil titrasi tidak boleh dipengaruhi oleh proses adsorbs dan kopresipitasi.
4. Titik ekivalen dari titrasi harus dapat ditentukan.
Salah satu permasalahan titrasi pengendapan adalah menemukan indikator
yang cocok. dalam titrasi-titrasi yang meliabatkan garam-garam perak ada tiga
indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini. Metode Mohr
menggunakan ion kromat untuk mengendapkan Ag2CrO4. Metode Volhard
menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks yang berwarba dengan
tiosianat SCN‾. Dan metoda Fajans menggunakan indikator – indikator adsorbsi.
T.a.t dapat ditentukan dengan cara :
1. Terbentuknya endapan yang berwarna (cara Mohr)
2. Terbentuknya senyawa berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Menggunakan indicator absrobsi (cara Fajans)
5
1.5 Jenis Indikator
b. Indikator Fe3+
c. Indikator adsorbsi
6
Pada titrasi argentometri dengan metode Fajans, Jika
AgNO3 ditambahkan pada larutanNaCl yang mengandung
flourescein maka titik akhir titrasi akan diamati dengan
perubahan warna dari kuning cerah ke merah muda. Warna
endapan yang terlihat akan tampak berwarna sedangkan
larutannya tampak tidak berwarna hal ini disebabkan adanya
indikator adsorbsi yang teradsorb pada permukaan endapan
AgCl.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan indikator:
1. Ikatan antara indikator dengan ion logam haruslah lebih lemah dari ikatan
antara ion logam dengan EDTA misalnya (antara ion dalam larutan titran
dan ion dalam larutan titrat).
2. Indikator harus sensitif, misalnya dengan adanya kelebihan sedikit dari ion
larutan titran maka dapat segera bereaksi.
7
1.6 Macam Macam Metode Argentometri
Tergantung dari tujuan penetapan kadar, maka dikenal 3 macam metoda
argentometri, yaitu : metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.
8
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi :
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila
terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi
Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai.
Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah ion CrO 42- sebagian akan berubah menjadi Cr 2O72-
karena reaksi :
9
sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk
kemudian, akibatnya ialah bahwa titik akhir menjadi tidak tajam.
10
1.6.2 Metode Volhard
Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah
contoh metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama
titrasi, Ag(CNS) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH 4CNS yang
berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS)++.
Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan
pada titik akhir harus sangat kecil, dengan cara mengocok larutan dengan kuat
pada titik akhir tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi.
Pada metode Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan
berlebih ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag tersebut kemudian
di titrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini
menghasilkan suatu kesalahan karena AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl.
Sehingga :
AgCl + CNS- AgCNS + Cl-
11
SCN-(aq) + Fe3+(aq) FeSCN2+(aq)
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang bereaksi dan juga titik
akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titran bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua
reaksi saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida. Perak nitrat standar berlebih yang diketahui
jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan
titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai
syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain.
Penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak
mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
12
1.6.3 Metode Fajans
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan
indikator adsobsi. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat
berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning
menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan
larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl.
Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan (Harjadi,
1993).
Metode ini adalah suatu halogen dengan AgNO3 membentuk endapan perak
halogenida yang pada titik equivalen dapat mengabsorpsi berbagai zat
warna,dengan demikian terjadi perubahan warna. Klorida dapat dititrasi dengan
indicator flouresen bromida,iodide dan thiosianat dapat dititrasi dalam suasana
asam lemah.(Prof.Dr.Ibnu Gholib Gandjar,DEA.,Apt,2009)
Kurva titrasi.
Bila kita alurkan volume titransebagai absis dan pAg atau pX (X =anion
yang di endapkan oleh Ag+) sebagai ordinat,maka akan diperoleh kurva titrasi. Di
situ titrant ialah AgNO3 dan yang di titrasi adalah NaCl. Perhitungan koordina
adalah sebagai berikut :
a) Awal : pCl = -log [NaCl] ; misal [NaCl]= 0,1 maka pCl = 0,1
b) Sebelum titik akhir : Ag+ + Cl- ↔ AgCl
Y (a – n) + y n–y
Di mana a = mmol Cl- semula (jumlah analitis)
n = mmol Ag+ yang telah di tambahkan
y = mmol Ag+ yang tak terendapkan sebagai akibat
kesetimbangannya;
Maka jumlah AgCl yang terendap (tanpa kesetimbangan)ialah n mmol.
Boleh dibayangkan,bahwa kemudian y mmol AgCl larut kembali untuk memenuhi
hokum kesetimbangan ,dengan membentuk kembali y mmol Ag+dan Cl-. Maka
dalam keadaan setimbang terdapat y mmol Ag+ dan (a – n) + y mmol
Cl-,sehingga :
. = Ksp AgCl (W.Harjadi, 1993)
13
Indicator adsorbs pada titrasi pengendapan
Jika AgNO3 ditambahkan pada NaCl yang mengandung zat berpendar
flour,titik akhir di tentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah
jingga. Jika didiamkan,tampak endapan berwarna,sedangkan larutan tidak
berwarna disebabkan adanya adsorbsi indicator pada endapan AgCl. Warna yang
terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan. Dengan indicator
anion,reaksi tersebut :
Jika Cl yang berlebih :(AgCl)Cl- + FL tidak bereaksi (jika FL =C20H11O5 yaitu zat
berpendapat flour)Jika Ag+ yang berlebihan (AgCl) Ag+ +FL (AgCl)
(AgFL)adsorbsi
(S.M.Khopkar, 2007)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikena ladalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl -, I-, Br-) dengan ion
perak. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu
titrasi penentuananalit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO 3. Titras iargentometr itidak
hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipaka
iuntuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asamlemak, dan beberapa anion
divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dar
ianalit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl :
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimanadengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna
coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa
dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan
teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat di bedakan atas
Argentometri dengan metode Mohr,Volhard,atau Fajans. Selain menggunakan
14
jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensi ometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi adalah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen,
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut : indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI saja).
HFI(aq) H+(aq) + FI-(aq)
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi
ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan
warna yang tampak jelas, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan kata lain setelah
sedikit kelebihan titran (ion Ag+).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan
dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+, maka endapan
menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan negatif.
Karena muatan FI- bermuatan negatif maka FI- tidak dapat ditarik atau diserap
oleh butiran-butiran koloid tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang
kelebihan ion X-, menjelang titik ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan
lepas kembali karena bereaksi dengan titran yang ditambah saat itu, sehingga
muatan koloid makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X -
maupun Ag+, jadi koloid menjadi netral. Setetes titran kemudian menyebabkan
kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ yang diserap oleh koloid yang menjadi positif dan
selanjutnya dapat menarik ion FI- dan menyebabkan warna endapan berubah
mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga terjadi
15
penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya berwarna keruh juga menjadi
jernih atau lebih jernih. Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning
sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasarkan ketiga macam
perubahan di atas, yaitu :
a. Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal.
b. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih.
c. Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak
diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap
cahaya (fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.
Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan
terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan
berbentuk koloid yang juga harus bisa terbentuk dengan cepat.
Suatu reaksi pengendapan dapat dikatakan berkesudahan, jika kelarutan
endapannya cukup kecil. Di dekat titik ekivalensinya, konsentrasi ion-ion yang
dititrasi akan mengalami perubahan-perubahan besar. Permasalahan yang
mungkin dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik.
Ada beberapa cara untuk menentukan saat tercapai titik ekivalen pada titrasi
pengendapan:
1. Dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr)
2. Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Dengan indikator adsorbs (cara Fajans)
Pada proses disinfeksi air, sering digunakan klor, karena harganya murah
dan mempunyai daya disinfeksikan sampai beberapa jam setelah pembubuhan
(residu klor). Selama proses tersebut klor direduksi hingga menjadi klorida (Cl-)
yang tidak mempunyai daya disinfektan, disamping klor juga bereaksi dalam
keadaan bebas (Cl2, OCl-, HOCl) dan keadaan terikat (NH4Cl, NHCl2, NCl3). Klor
terikat mempunyai daya disinfektan yang tidak seefisian klor bebas.
Pada titrasi dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr) akan
terbentuk endapan baru yang berwarna. Metode Mohr dapat digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan
16
standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Pada titrasi ion Ag
yang berlebih akan diendapkan dengan warna merah bata. Larutan bersifat nitrat
atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa. Pada kondisi yang cocok, metode
Mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah.
Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding
endapan warna yang terbentuk selama titrasi. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam
suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana
basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-+ 2H- ↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH + 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium
karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat
sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali
kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.
Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam
suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis
diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan
perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai
indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion
perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak
alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini
dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan
penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada titrasi dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara
Volhard) kesalahan pada titik akhir sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok
17
dengan kuat pada titik akhir, agar Ag+ yang teradsorpsi pada endapan dapat
diadsorpsi. Metode Volhard didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam
asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion
tiosianat. Metode Volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida
mengingat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Merkurium merupakan
kation yang lazim mengganggu dalam metode Volhard.
Pada titrasi dengan indikator adsorpsi (cara Fajans) diketahui jika AgNO 3
ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan
dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya
adsorpsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah
akibat adsorpsi pada permukaan. Kelebihan dari indikator adsorpsi adalah
memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan
warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada
permukaan berjalan baik jika endapan memiliki luas permukaan yang besar.
Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan
adanya muatan ion yang besar.
18
1.7 Contoh Perhitungan
1. Akan ditentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur. Seberat 1,0
g sampel garam
sedangakan untuk blangko 0,10 mL . jika Mr. NaCl = 58,5 tentukan kadar
NaCl dalam sampel garam tersebut dalam % b/b
JAWAB
Jadi kadar NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml
sampel mengandung
19
2. Tabel Data.
0,057 9,2 ml
Kuning menjadi
0,054 10 ml K2CrO4 merah
K2CrO4
Reaksi :
Cara Mohr
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
(endapan putih)
Diketahui :
Massa NaCl = 57 mg
Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk
20
57 mg x 0,1
= 5,0176 x 100 %
5,7
= 92,9218 %
Diketahui :
Massa NaCl = 54 mg
Konsentrasi NaCl = 0,0954 N
Volume AgNO3 = 10 ml
Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk
= 5,575176 x 100 %
5,4
=103,244 %
Pembahasan :
21
Pada metode argentometri cara Mohr ini sample yang digunakan yaitu NaCL.
Cara ini biasanya digunakan terutama dalam penentuan klorida dan bromide.
Digunakan 2 berat (massa) NaCl yang berbeda yaitu 57 mg dan 54 mg. pertama-
tama NaCl ditimbang dengan neraca analitik, setelah itu dilarutkan dalam 10 ml
air suling. Sampel larut dalam air suling. Setelah itu ditambahkan 3 tetes kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indicator, warna larutan menjadi kuning. Kemudian
dititrasi dengan AgNO3 sambil dokocok/digoyang sampai tepat membentuk
endapan merah bata. Untuk NaCl 57 mg digunakan AgNO3sebanyak 10 ml dan
9,2 ml untuk NaCl 54 mg.
Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi reaksi
Ag+ + Cl– AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 yang dengan
ion Ag+berlebih menghasilkanendapan AgCl yang berwarna putih mulai berubah
menjadi kemerah-merahan. Titrasi harus dilakukan dalam suasana netral atau basa
lemah dengan pH antara 6,5 – 9, dengan begitu garam perak kromat tidak akan
terbentuk.
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar NaCl yaitu 98,0829%. Berdasarkan
literatur, kadar tersebut tidak sesuai yaitu seharusnya tidak kurang dari 99% dan
tidak lebih dari 101,0%. Hal ini mungkin terjadi karena NaCl yang ditimbang
tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam menentukan titik akhir titrasi
serta penambahan indikatornya tidak secara seksama, sehingga akan
mempengaruhi hasil titrasi
22
3. Tabel Data
I 50,3 mg 6,7 ml
II 50,9 mg 7,9 ml
Reaksi
MgCl2 + K2CrO4 Mg2CrO4 + 2 KCl (Kuning)
MgCl2 + 2AgNO3 2AgCl + Mg(NO3)2 (Putih kekuningan)
AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3 (Merah bata)
Perhitungan
% kadar = V x N x berat setara x 100%
Berat sampel
23
Untuk MgCl2 berat Sampel 50,9 mg
% kadar = V x N x Bst x 100 %
Berat sampel
= 6,9 x 0,1492 x 47,605 x 100 %
50,9
= 51,13 x 100 %
50,9
= 101,6 %
Kadar rata-rata :
K = ( K1 + K2 ) / 2
= ( 94,5 % + 101,6 % ) / 2
= ( 196,1 % ) / 2
= 98,05 %
Pembahasan :
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi
pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat
juga diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion
halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat
uji dengan titran AgNO3.
Pada metode titrasi ditambahkan larutan indikator pada zat
uji.Indikator adalah suatu senyawa organik yang kompleks yang digunakan
untuk menentukan titik akhir suatu reaksi. Titik akhir titrasi adalah suatu
keadaan dimana penambahan satu tetes larutan baku dapat menyebabkan
perubahan warna pada indikator. Indikator memiliki rentang pH tertentu
24
dan dapat berubah warna dengan adanya perubahan pH dari larutan uji.
Pada percobaan inin digunakan indikator K2CrO4.
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Cara pengendapan yang
digunkan dalam percobaan ini adalah cara mohr karena dipakai dalam
penentuan clorida yaitu MgCl2. Pada cara mohr nantinya akan terlihat
endapan merah bata yang larutannya dititrasi dengan larutan baku AgNO3.
Pada percobaan argentometri ini ditimbang sampel MgCl2sebanyak
50,3 mg dan 50,9 mg. Titrasi dilakukan secara diplo (dua kali percobaan)
agar dapat diketahui jumlah larutan baku (titran) yang digunakan pada
percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan dibandingkan bahwa
apakah jarak (selisih) antara titrasi kedua dan pertama lebih sedikit atau
cukup besar. Sampel yang telah ditmbang kemudian dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4,
alasan penggunaan indikator ini adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi
saat dilakukannya penitrasian. Kemudian sampel dititrasi menggunakan
larutan baku AgNO3 dimana, dengan ion perak yang berlebih maka akan
terbentuk endapan berwarna merah bata.
Larutan AgNO3 dan larutan MgCl2, pada awalnya masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.Larutan kemudian
berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan
indikator pada percobaan ini.
Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan
berwarna putih yang merupakan AgCl.Ketika MgCl2 sudah habis bereaksi
dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka
AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
25
Setelah terjadi perubahan warna merah bata, maka titrasi
dihentikan, sehingga diperoleh data volume AgNO3 untuk masing –
masing percobaan adalah sebagai berikut :
1. MgCl2 dengan berat 50,3 mg
Volume AgNO3 sebanyak 6,7 ml
2. MgCl2 dengan berat 50,9 mg
Volume AgNO3 sebanyak 7,9 ml
Setelah itu dihitung kadar MgCl2 dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
4. Tabel Data
V AgNO3 = 44,1 mL
N AgNO3 = 0,1 N
26
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg
Ditanya :
Jawab :
V 1+V 2
V AgNO3 = 2
44,2+44 mL
= 2
= 44,1 mL
N AgNO 3 .V AgNO3
N NaCl = V NaCl
0,1 N x 44,1mL
= 25 mL
= 0,1764 N
27
b. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)
NaCl Na+ + Cl-
l
0,0441 L x 0,1 x 58,44 gr /mol
= ek x 100%
1 gram
= 25,77 %
Ditanya : Galat …?
Penyelesaian :
N praktik−n teori
Galat = N praktik x 100%
0,00739−0,01
= o ,00739 x 100%
= 35,31%
28
29
6. Standarisasi larutan perak nitrat dengan Natrium Klorida 0,01 N
Metode Mohr
Diketahui :
N Nacl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 16,9
V NaCl : 12,5
Ditanya : N AgNO3…?
Penyelesaian :
V1 x N1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 16,9 x N2
N2 = 0,00739
30
1.7.2 Contoh Metode Volhard
dilarutkan dalam air sampai 10,0 mL. Seluruh larutan tersebut dititrasi secara
Argentometri dengan cara Volhard. Setelah ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N
lalu dititrasi dengan larutan standar KSCN , 0.0150 N ; ternyata dibutuhkan
1,50 ml . Hitung n Ar: Mg = 24 , Br = 73 H = 1 dan O = 16 ) ( Bantuan :
dalam air : MgBr2. n H2O → Mg2+ + 2 Br - + n H2O )
JAWAB :
31
2. Tabel Data :
KBr Perubahan
(gr) indikator warna
HNO3(ml) AgNO3(ml)
Bening
menjadi hijau
0,105 2 15 FeNH4- pucat
(SO4)2
Reaksi :
Perhitungan:
Diketahui :
Massa KBr = 0,105 mg
V. AgNO3 = 15 ml
V. KSCN = 7,7 ml
N. AgNO3 = 0,0954 N
N. KSCN = 0,0929 N
32
KBr = m grek AgNO3 – m grek KSCN
BE
= 1,4310 – 0,7153
= 0,7154
m grek = mg x Mr.KBr
BE
= 42,5699 x 100%
100 ml
% Kemurnian = 42,69
Pembahasan :
Titrasi cara ini dilakukan secara tidak langsung, dimana ion halogen
diendapkan oleh ion Ag+ yang berlebihan. Kelebihan ion perak lalu dititrasi
dengan larutan KSCN. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam berlebih.
Pada percobaan ini, jumlah KBr yang digunakan yaitu0,105 gram. Kemudian
sample dilarutkan dalam air suling sebanyak 10 ml. sample larut dalam air
suling. Sample ditambah 2 ml asam nitrat, larutan tetap bening. Kemudian
sample ditambahkan 15 ml AgNO3 dan ditambahkan 3 tetes besi(III)
ammonium sulfat sebagai indicator, akan terbentuk endapan hijau pucat
dengan larutan berwarna bening
33
Setelah dihitung, kadar KBr didapatkan sebesar 42,5699%. Berdasarkan
literatur, kadar KBr yang seharusnya yaitu tidak kurang dari 98,5% KBr yang
ditimbang dari zat yang telah dikeringkan. Hal ini mungkin terjadi karena
KBr yang ditimbang tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam
menentukan titik akhir titrasi serta penambahan indikatornya tidak secara
seksama, sehingga akan mempengaruhi hasil titrasi
Diketahui :
V KSCN = 2,65 mL
N KSCN = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg
34
Ditanya :
Penyelesaian :
a. Standarisasi KSCN dengan NaCl
V 1 xV 2
V KSCN = 2
2,7 +2,6 mL
= 2
= 2,65 mL
N KSCN . V KSCN
N NaCl = V NaCl
0,1 N x 2,65 mL
= 25 mL
= 0,011 mL
gr
2,65 mL x 0,1 N x 58,44
= mol x 100%
1 gram
35
L
0,00265 L x 0,1 x 58,44 gr /mol
= ek x 100%
1 gram
= 1,55 %
36
1.7.3 Contoh Metode Fajans
1. Diketahui :
N NaCl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 15,86
V NaCl : 12,5 mL
Ditanya : N AgNO3 …?
Penyelesaian :
V1xN1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 15,86 x N2
0,125 = 15,86 x N2
0,00788 = N2
Jadi konsentrasi perak nitrat setelah dilakukan standarisasi adalah
0,00788 N
Diketahui :
N (praktik ) AgNO3 : 0,00788 N
N (teori) AgNO3 : 0,,01 N
Ditanya : Galat …?
Penyelesaian :
N praktik−N teori
Galat = N praktik x 100%
0,00788−0,01
= 0,00788 x 100%
= 26,90 %
Jadi pada metode ini terdapat galat sebesar 26,90%
Contoh Soal :
Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
10 mL larutan NaCl + Berwarna merah bata
I
5 tetes indikator larutan K2CrO4 Berwarna kuning V AgNO3 = 9,13 mL
II V AgNO3 = 9,10 mL
III V AgNO3 = 8,98 mL
37
1. Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes
larutan indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan NaCl akan
berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada
penambahan volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali pengulangan.
N NaCl ( N1 ) = 0,01 N
Volume NaCl ( V1 ) = 10 mL
Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang
digunakan adalah :
ek analit = ek titran
ek NaCl = ek AgNO3
N1 . V1 = N2 . V2
Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO3 dari standarisasi
dengan NaCl.
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 9,13 mL
38
ek NaCl = ek AgNO3
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 9,10 mL
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 8,98 mL
Dari perhitungan normalitas AgNO3 -nya dapat dicari rerata normalitas AgNO3
-nya dan standar deviasinya, yaitu :
Standar Deviasi
39
(N i - N) 2
S
n -1
(0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2
3 -1
0 0 0 0
2 2
0
Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
10 mL larutan NaCl Berwarna merah bata
I
(garam dapur kotor) + V AgNO3 = 6,53 mL
II Berwarna kuning V AgNO3 = 6,48 mL
5 tetes indikator larutan K2CrO4
V AgNO3 = 6,51 mL
III
40
Berat cuplikan = 0,293 gram
N AgNO3 = 0,01 N
ek NaCl = ek AgNO3
ek NaCl = ek AgNO3
41
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
ek NaCl = ek AgNO3
42
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
ek NaCl = ek AgNO3
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
43
Dari perhitungan dapat dicari rerata kadar/kemurnian dari NaCl dalam
garam dapur kotor, yaitu :
44
1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Argentometri
45
DAFTAR PUSTAKA
Svehla,G. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT.
Kalman Media Pusaka : Jakarta.
46