Anda di halaman 1dari 32

Antimitosis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan

diikuti proses invasi ke jaringan sekitar serta penyebarannya

(metastasis) ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker

ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan

sel kanker tersebut.

Setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah

6,25 juta orang, dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di

negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Data

Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah penderita kanker di

Indonesia mencapai 6 persen dari populasi.

Obat antikanker yang ideal akan membasmi sel kanker tanpa

merugikan jaringan normal. Sampai sekarang ini belum banyak obat

yang memenuhi kriteria tersebut. Usaha untuk mengobati penyakit

kanker dengan obat tradisional semakin banyak dilakukan karena

alasan biaya yang lebih murah, lebih mudah didapat, efek samping

yang relatif kecil, dan dapat diramu sendiri.

Penelitian untuk mendapatkan obat anti kanker antara lain

dilakukan dengan menggali senyawa-senyawa alam yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) semakin tinggi

dengan lebih memilih menggunakan obat-obatan tradisional.

Keanekaragaman hayati Indonesia sangat berpotensi dalam

penemuan senyawa baru yang berkhasiat sebagai antikanker. Salah

satunya tanaman yang digunakan adalah mengkudu. Manfaat

mengkudu untuk terapi adalah sebagai anti kanker, antibakteri,

antihipertensi dan sebagai antioksidan.

I.2 Maksud Percobaan

Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami efek toksik dan tingkat keamanan Ekstrak etanol

Mengkudu sebagai obat antikanker dengan menggunakan hewan uji

Bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).

II.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan IC50 dan

IC80 dari Ekstrak etanol mengkudu dengan metode penghambatan

mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).

II.4 Prinsip Percobaan

Uji toksisitas sampel ekstrak etanol Mengkudu (Morinda

citrifolia Linn) dengan menggunakan metode antimitosis untuk

mengetahui IC50 dan IC80 dari sampel yang mampu menghambat

pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan

pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel

tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan

pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)

maupun dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan oleh

kerusakan DNA dan menyebabkan mutasi di gen vital yang

mengontrol pembelahan sel pada jaringan dan organ (Lodish, 2000).

Sel kanker timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi

mengalami transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh bahan-

bahan yang bersifat karsinogen (agen penyebab kanker) ataupun

karena mutasi spontan. Transformasi sejumlah gen menjadi gen

mutan disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan

jaringan abnormal yang terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang

tidak terkontrol (neoplasia). Sel neoplasma mengalami perubahan

morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang pada akhirnya

menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel

(Lodish,2000).

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Sel kanker mengganggu sel induk karena menyebabkan

desakan akibat pertumbuhan tumor, penghancuran jaringan tempat

tumor berkembang atau bermetastasis, dan gangguan sistemik lain

sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker

(Nafrialdi,2007).

Agen penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab

tunggal untuk terjadinya kanker hingga saat ini belum diketahui.

Namun demikian, berdasarkan laporan berbagai penelitian dapat

diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu :

a. Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme

membentuk gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron,

sebagai hasil antara, yang kemudian dapat berikatan dengan

pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA.

b. Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti virus

hepatitis B yang menyebabkan kanker hati.

c. Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang

290-370 nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit.

d. Agen biologis, antara lain hormon estrogen yang membantu

pembentukan kanker payudara dan kanker rahim.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Adapun siklus pembelahan sel terdiri atas (Sloane,2004):

1. Interfase, dari fase G1, fase S, dan fase G2

a. Pada fase G1 ( gap 1), sel secara metabolit sangat aktif.

Semua komponen disintesis dan sel tumbuh dengan cepat.

Dalam nukleus, setiap kromosom merupakan dobel heliks DNA

tunggal protein belum tereplikasi yang terikat dengan histon

dan protein kromosom lain. Sel yang tidak membelah pada

umumnya tetap berada dalam fase G1 disepanjang rentang

kehidupan.

b. Pada fase S ( Sintesis ). Sintesis protein berlanjut dan DNA

serta protein kromosom ( histon ) direplikasi. Setiap

kromosom kemudian berisi dua dobel heliks DNA identik yang

disebut kromatid yang menyatu pada sentromer.

c. Fase G2 (gap 2) merupakan periode penting dalam

metabolisme dan pertumbuhan sel sebelum mitosis.

- Kromosom belum menebal dan masih dalam bentuk benang

panjang.

- Sentriol membelah, dan spidel mitosis, dihasilkan dari serat

mikrotobulus sel, mulai terbetuk untuk persiapan

pembelahan nuklear selanjutnya.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

2. Mitosis

terdiri dari penebalan kromosom serta sitokinesis,

pembelahan aktual sitoplasma untuk membentuk dua sel anak.

Meskipun pembelahan merupakan proses yang berkelanjutan,

pembelahan dibagi menjadi empat subfase : profase, metafase,

anafase, dan telofase.

a. Profase

- Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar,

serta menjadi terlihat. Setiap kromosom berisi dua

kromatid yang disatukan oleh sentromer. Kromatid akan

menjadi kromosom dalam generasi sel berikutnya.

- Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak kesisi

nukleus yang berlawanan, digerakkan dengan

perpanjangan mikotubulus yang terbentuk diantara

sentriol. Setelah sampai disisi nukleus, sentriol

membentuk benang spidel mitosis polar.

- Nukleolus melebur dan membran nuklear menghilang.

Sehingga memungkinkan spindel memasuki nukleus.

Mikrotubulus pendek yang muncul dari kinetochore,

struktur pada sentromer, sekarang dapat berinteraksi

dengan benangspindel polar, menyebabkan kromosom

bergerak dengan cepat.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

- Mikrotubulus lain menyebar keluar sentriol untuk

membentuk aster.

b. Metafase

- Kromosom ( pasangan kromatid ) berbaris pada bidang

metafase atau bidang ekuator sel, disebut demikian

karena posisinya bersilangan dari satu sisi kesisi lainnya

pada spindel.

- Sentromer pada semua kromosom daling berikatan.

- Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.

c. Anafase

- Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat

perlekatannya, pasangan kromatid ( sekarang dianggap

sebagai satu kromosom ) bergerak dari bidang ekuator

kesetiap kutub.

- Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom

lengkap yang berkumpul pada kutub sel. Organel

sitoplasma, yang sebelumnya telah bereplikasi, juga

tersebar merata dikedua kutub.

d. Telofase

- Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom.

Kromosom kemudian terurai dan melebur. Membran

nuklear dan nukleolus terbentuk kembali.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

- Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur

pembelahan yang berada tepat dipertengahan antara

kedua masa kromosom, mulai membelah sitoplasma,

berlanjut disekitar sel dan membelah sel tersebut menjadi

dua sel yang terpisah.

Mitosis hanya merupakan satu bagian dari siklus sel.

Sebenarnya fase mitotik (M), yang mencakup mitosis dan sitokinesis,

biasanya merupakan bagian tersingkat dari siklus sel tersebut.

Pembelahan sel miotik yang berurutan bergantian interfase yang

jauh lebih lama, yang seringkali meliputi 90% dari siklus ini. Selama

interfase inilah sel tumbuh dan menyalin kromosom dalam persiapan

untuk pembelahan sel. Interfase dapat dibagi menjadi subfase : fase

G1 (”gap pertama”), fase S, dan fase G2 (“gap kedua”). Selama

ketiga subfase ini sel tumbuh dengan menghasilkan protein dan

organel dalam sitoplasma. Kromosom diduplikasi hanya selama

fase S (S singkatan untuk sintesa DNA). Dengan demikian, suatu sel

tumbuh (G1), terus tumbuh begitu sel tersebut sudah menyalin

kromosomnya (S), dan tumbuh lagi sampai sel tersebut

menyelesaikan persiapannya untuk pembelahan sel (G2), dan

membelah (M). Sel anak kemudian dapat mengulangi siklus ini

(Campbell, 1999).

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Dalam beberapa hal, sel kanker mirip sel embrio misalnya

dari proses pembelahan sel. Pada pembelahan mitosis sama sama

memulai pada periode tumbuh (G1), kemudian fase S ( sintesa DNA)

lalu ke fase tumbuh kedua (G2) sebelum terjadi mitosis berikutnya.

Hal ini, bahwa sel kanker sebagaimana sel dideferesnsiasi ialah sel

kanker sering memperlihatkan protein yang khas juga terdapat pada

perkembangan sel normal alfa fetoprotein (AFP) dan antigen

karsinoembrio (CFA) (Kimball, 1983).

Mekanisme kerja obat antikanker berdasarkan

penggolongannya (mycek,2001):

a. Antimetabolit

Antimetabolit adalah persenyawaan yang mempunyai

struktur hampir sama dengan substrat suatu enzim, sehingga

antimetabolit itu dapat bereaksi dengan enzim tersebut.

Kompleks enzim-antimetabolit itu menyebabkan enzim tidak

menjalankan fungsinya yang normal. Antimetabolit itu disebut

juga sebagai antagonis metabolik. Antimetabolit yang dipakai

sebagai obat kanker adalah antimetabolit yang menghambat

pekerjaan enzim-enzim yang mempunyai peranan dalam

pembentukan (biosintesa) DNA dan RNA. Dengan demikian sel

itu tidak dapat berkembang biak dan berfungsi normal, sehingga

sel-sel itu akhirnya mati. Diantara antimetabolit yang dipakai

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

adalah: 6-mercaptopurine, 6-thioguanine, metrotraxate, 5-

fluorouracil, hydroxyurea dan arabinosylcytosine.

b. Antibiotika

Antibiotika ialah persenyawaan yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme atau sel. Caranya ialah dengan

mengikat kepada DNA, sehingga DNA itu tidak dapatberfungsi

untuk membuat RNA. Tanpa produksi RNA, maka sintesa

protein/enzim tidak dapat terjadi. Antibiotika yang dipakai

sebagai obat kanker diantaranya ialah: adriamycin, dactinomycin,

daunorubicin, mythramycin dan bleomycin.

c. Persenyawaan steroid

Pemberian hormon steroid dalam dosis yang tidak fisiologis

menimbulkan ketidak-seimbangan hormonhormon didalam

badan. Ternyata hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-

sel kanker. dalam jaringanjaringan yang peka kepada hormon.

Mekanisme kerja hormon itu uniuk mempengaruhi pertumbuhan

selsel belumlah jelas . Ada yang berpendapat bahwa pengaruh

hormon itu pada membran sel yang mempunyai receptor-

receptor untuk stimulasi pertumbuhan. Hormon-hormon yang

dipakai dalam pengobatan kanker ialah: androgen (testosteron

propionat, fluoxymesterone), estrogen (diethylstilbestrol, ethynil

estradiol), progestin (hydroxyprogesteron caproate, 6-

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

methylhydroxyprogesteron), persenyawaan adrenal cortex

(cortisone acetate, prednisone, dexamethasone,

methylprednisolone, hydrocortisone).

d. Zat Pengalkil (alkylating agents)

Zat pengalkil mempunyai gugus alkil yang dapat

menggantikan tempat atom H pada suatu molekul atau gugus

alkil itu dapat ditambahkan kepada suatu atom dalam keadaan

valensi rendah misalnya amine tertiair dengan gugus alkil

menjadi amine quartenair. Bila zat pengalkil itu bereaksi dengan

DNA, maka struktur DNA itu akan berubah, sehingga fungsinya

akan terganggu. lnilah dasar kerja biokimia dari zat-zat pengalkil

yang dipakai sebagai obat kanker. Diantaranya adalah: Methylbis

(β – chlorethyl) Amine HCI (Mustargen), Chlorambucil

(Leukeran), Melphalan (Alkeran), Cyclophosphamide (Endoxan,

Cytoxan), Triethylenethiophosphamide (TSPA, Thio-TEPA) dan

Bussulfan (Myleran).

e. Inhibitor Mikrotubulus

Gelendong mitotik merupakan bagian tulang rangka

intraseluler yang lebih besar (sitoskeleton) yang perlu untuk

gerakan internal dalam sitoplasma sel-sel eukariotik. Gelendong

ini terdiri dari kromatin dan suatu sistim mikrotubulus dari

tubulin protein. Gelendong mitotik perlu untuk pembelahan DNA

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

menjadi dua sel anak yang dibentuk ketika sel eukariotik

membelah.

Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan

kultur sel yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas

antineoplastik dari suatu senyawa. Penggunaan uji sitotoksisitas

pada kultur sel merupakan salah satu cara penetapan in vitro untuk

mendapatkan obat-obat sitotoksik. Sistem ini merupakan uji

kuantitatif dengan cara menetepkan kematian sel (Freshney, 1987).

Parameter yang digunakan untuk uji sitotoksik yaitu nilai IC50.

Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan

hambatan proliferasi sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi

ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan

untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai IC50 dapat

menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik. Semakin

besar harga IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik. Akhir

dari uji sitotoksisitas pada organ target memberikan informasi

langsung tentang perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara

spesifik (Djajanegara dan Wahyudi,2009).

Dua metode umum yang digunakan untuk uji sitotoksik adalah

metode perhitungan langsung (direct counting) dengan

menggunakan biru tripan (trypan blue) dan metode MTT assay. Uji

MTT assay merupakan salah satu metode yang digunakan dalam uji

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik, dimana

pereaksi MTT ini merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah

menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase

yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif

pada sel yang masih hidup. Kristal formazan ini memberi warna ungu

yang dapat dibaca absorbansinya dengan menggunakan ELISA

reader (Junedy, 2005).

Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter nilai IC50.

Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan

penghambatan proliferasi sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi

ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan

untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel (Meiyanto dkk , 2003).

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

II.2 Uraian Bahan

1. Air laut (http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com)

Komposisi :

Air 96,5 %

Garam 3,5 %

Dalam 3,5 garam mengandung :

a. Senyawa klorida 55 % wt

b. Senyawa sulfat 7,7 % wt

c. Sodium 30,6 % wt

d. Calsium 1,2 % wt

e. Potassium 1,1 % wt

f. Magnesium 3,7 % wt

g. Lain-lain 0,7 % wt

2. Air Suling (Ditjen POM,1979)

Nama resmi : Aqua destillata

Sinonim : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O / 18,02

Rumus bangun : H-O-H

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak

berbau; tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

3. Etanol (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol, etil alkohol

Rumus molekul : CH5OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah

menguap, bau khas, rasa panas mudah

terbakar dan memberikan nyala biru.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta

dalam kloroform.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari

Kegunaan : Sebagai Pelarut

4. KCl (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : KALII CHLORIDUM

Nama lain : Kalium klorida

RM/BM : KCl / 74,55

Pemerian : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk

prisma : Tidak berwarna atau serbuk butir putih; tidak

berbau : rasa asin, mantap di udara.

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air; sangat mudah larut

dalam air mendidih; praktis tidak larut dalam

etanol mutlak P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Kegunaan : Sebagai penginduksi

II.3 Uraian Obat

Nama obat : Vinkristin

Golongan : Inhibitor mikrotubulus

Indikasi : Leukemia limfoblastik akut dan leukemia sel

induk (stem cell); limfoma malignum (penyakit

Hodgkin, limfoma non-Hodgkin dan limfoma

Burkitt) dan neoplasma pada anak

(neuroblastoma, rabdomiosrkoma, tumor

Wilms, sarcoma Ewing dan retinoblastoma).

Farmakokinetik : Suntikan intravena vincristin dan vinblastin

akan memberikan efek sitotoksik cepat dan

menyebabkan kerusakan sel. Hal ini akan

menimbulkan hiperurisemia karena oksidasi

purin menjadi asam urat. Hiperurisemia akan

lebih jelek dengan pemberian inhibitor xantin

oksidase, alopurinol. Obat-obat akan

menumpuk dan dimetabolisme dalam hati dan

dikeluarkan melalui empedu dan feses. Dosis

perlu mendapatkan perubahan pada pasien

dengan gangguan fungsi hati atau obstruksi

empedu (Mycek, 2001).

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Efek samping : Hilangnya refleks tendon Achilles merupakan

tanpa pertama neuropati. Manifestasi lebih

berat termasuk parestesia berat, hilangnya

refleks tendon yang dalam, ataksia, foot drop,

slapping gait, dan meyusutnya otot

(Ganiswarna, 1995).

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

II.4 Uraian Tanaman

II.4.1 Ekstrak Mengkudu (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L.

II.4.2 Morfologi Mengkudu (www.wikipedia.com)

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-

6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan

memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang

cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan,

berbelah dangkal, tidak berbulu,anak cabangnya bersegai

empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun. Kayu

mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa

digunakan untuk penopang tanaman lada. Berdaun tebal

mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya

jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata,

ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat

daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal

daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu

bervariasi, berbentuk segitiga lebar. Daun mengkudu dapat

dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak

mengandung vitamin A. Perbungaan mengkudu bertipe

bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak

daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh

normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih,

berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang

sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua.

Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan.

Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh menjadi buah

bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang

berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi

dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan

berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak

menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih

transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah

batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang

aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena

pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa

lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap,

menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan

asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua

senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik.

II.4.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan (www.wikipedia.com)

- Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan

buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan

tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting,

tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun

mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat

pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat.

Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam

mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium,

caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace

elemens, phenylalanine, magnesium, dll.

- Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic

dan pemulihan sel-sel tubuh.

- Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari

buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii,

Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia

coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri

pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S .

scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S .

flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.

- Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur

anti peradangan dan anti-alergi.

- Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada

mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.

- Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang

terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah

mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi

banyak mengandung bahan pembentuk (precursor)

xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar.

Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-

koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk

mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur

struktur dan bentuk sel yang aktif.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

II.4 Uraian Hewan Coba

II.4.1 Klasifikasi hewan coba (Jasin, 1992)

Filum : Echinodermata

Subfilum : Eautherozoa

Class : Echinoideata

Sub class : Echinodea

Suku : Echinaceae

Marga : Tripneustes

Spesies : Tripneustes gratilla Linn.

II.4.2 Karakteristik hewan coba (Jasin, 1992)

Echinodea atau bulu babi tubuhnya dipenuhi duri tajam

durk yang tersusun oleh zat kapur. Jenis hewan ini biasanya

hidup di selah-selah pasir atau bebatuan, sekitar pantai/

didasar laut. Tubuhnya tanpa lengan,hampir bulat atau

gepeng. Bulu babi merupakan salah satu jenis komoditas

perairan yang gonadnya dimanfaatkan sumber pangan

potensial. Buluu babi termasuk fiul Echidermata, bentuk

dasar tubuh segi lima, mempunyai lima pasang garis tabug

dan duri ranjang yang dapat digerakkan. Cangkang luarnya

tipis dan tersusun dari lempeng-lempeng satu sama lain.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

II.5 Prosedur kerja (Anonim, 2012)

1. Pemilihan Hewan Coba

Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah

bulu babi dari jenis Tripneustes gratilla Linn yang dewasa dan

diameter 7-9 cm. bulu babi dipelihara dalam aquarium yang

berisi air laut bersih yang dilengkapi dengan aerator dan

diadaptasi 24 jam.

2. Penyiapan dan Pembuatan Bahan

a. Pembuatan Larutan KCl 10 %

Sebanyak 10 gr KCl dimasukkan dalam labu ukur 100

ml kemudian ditambahkan air suling sedikit demi sedikit,

sambil dikocok dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml.

b. Penyiapan Air Laut Bersih Untuk Media

Air aut bersih yang akan digunakan sebagai air

media dan untuk membersihkan hewan uji disiapkan

dengan cara menyaring air laut dengan menggunakan filter

bakteri sehingga bebas dari protozoa.

c. Pembuatan Sediaan Uji

Larutan uji di buat dalam 3 seri konsentrasi yaitu 10

µg/ml, 100 µg/ml dan 1000 µg/ml dengan menambahkan

larutan air.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

a) Penyiapan Sel Telur dan Sperma Bulu Babi

Bulu babi jantan dan bulu babi betina diinduksi

menyuntikkan 5 ml KCl 10 % ke dalam bagian gonad.

Sperma yang berwarna putih susu dan sel telur yang

berwarna kuning keemasan ditampung pada gelas kimia

yang berbeda. Setelah itu dimasukkan kedalam lemari

pendingin. Fertilisasi dilakukan dengan cara 1 ml sperma

dan 4 ml sel telur diletakkan dalam gelas kimia yang

berisi 10 ml air laut bebas protozoa.

b) Penyiapan Sampel dan Pelaksanaan Uji

Masing-masing ditimbang sebanyak 10 mg

kemudian disuspensikan dengan air sebanyak 10 ml

sehingga diperoleh konsentrasi 1000 µg/ml sebagai stok.

Kemudian dari stok dipipet 1, 10, 100 µl kedalam tabung

efendrof yang masing-masing telah berisi air laut bebas

protozoa lalu ditambahkan zigot yang diperoleh selama

110 menit, terjadinya filtrasi selama 100 µl untuk

mendapatkan konsentrasi 1, 10 dan 100 µg/ml. Kontrol

negative dibuat 2 jenis yaitu control air laut dan kontrol

menggunakan Na.CMC konsentrasi 100 µg/ml. Kontrol

positif menggunakan vinkristin dengan konsentrasi 0,01

µg/ml, 0,1 µg/ml dan 1 µg/ml. dilakukan pengulangan

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

sebanyak 3 kali untuk tiap sampel dan kontrol.

Selanjutnya disimpan pada suhu 15-20oC dengan

diselingi pengocokan. Pengamatan sel yang membelah

dilakukan setelah 2 jam inkubasi dengan menghitung

jumlah sel yang terlambat pembelahannya dan akan

dihitung sebagai IC 50.

d. Pematangan Sel

Pematangan dilakukan terhadap sel telur dan sperma

hewan coba bulu babi yang telah difertilisasi dibawah

mikroskop pada jam pertama, ke dua, keempat dan

kedelapan, lalu dihitung jumlah sel yang terlambat

pembelahannya.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

BAB V

PEMBAHASAN

Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan

pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut

untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan

langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun dengan migrasi

sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter IC50. Nilai

IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan

proliperasi sel 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa

terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji

pengamatan kinetika sel. Nilai IC50 yang menunjukkan potensi suatu

senyawa sebagai sitostatik. Semakin besar harga IC50 maka senyawa

tersebut semakin tidak toksik dan semakin toksik suatu senyawa, akan

semakin berpotensi sebagai antimitosis terhadap sel kanker.

Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah bulu babi

dari jenis Tripneustes gratilla linn yang dewasa dan diameter 7-9 cm. bulu

babi dipelihara dalam aquarium yang berisi air laut bersih yang dilengkapi

dengan aerator dan diadaptasi 24 jam.

Dalam percobaan kali ini digunakan tiga variasi konsentrasi yang

berbeda masing-masing konsentrasi 10, 100, dan 1000 µg/ml untuk

mengetahui uji sitotoksik dengan metode penghambatan mitosis sel telur

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

bulu babi (Tripeneustes gratilla Linn) yang ditimbulkan masing-masing

konsentrasi tersebut. Setelah itu, untuk melihat pada konsentrasi

berapakah bulu babi mengalami IC50. digunakan ekstrak etanol mengkudu

karena tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai obat antikanker.

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak

etanol mengkudu untuk menghambat 50% pembelahan sel telur bulu babi

(Tripneustes gratilla Linn) adalah 9,418 µg/ml dan untuk menghambat

80% pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah

116,145µg/ml.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi

untuk menghambat 50% mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes

gratilla Linn) adalah 9,418 µg/ml dan konsentrasi untuk menghambat

80% mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah

116,145 µg/ml.

VI.2 Saran

Sebaiknya asisten memberikan alasan yang jelas tentang

pembatalan laporan.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Freshney, R. I.1987.Animal cell Culture, A practical approach ed. 1st. IRL


Press : Washington DC.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. FK-UI: Jakarta.

http://1tahitiannoni.com/kandungan-zat-zat-aktif-dalam-mengkudu/ di
akses pada tanggal 30 mei pukul 22.47 WITA.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mengkudu di akses pada tanggal 30 Mei 2012


pukul 22.11 WITA.

Jasin, Maskuri.1992. Zoologi Vertebrata.Sriwijaya:Surabaya.

Lodish, H dkk. 2004. Molecular Cell Biology, 5th ed. WH Freeman:New


York.

Meiyanto, E., Sismindari, Candra, & Moerdiani, 2003, Efek AntiProliferatif


Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang Tanaman Cangkring
(Erithryma fusca L) terhadap Sel Hela, 14, Majalah Farmasi
Indonesia.

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika:


Jakarta.

Nafrialdi, S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi ke-5. Gaya Baru :
Jakarta.

Tim Penyusun. 2011.Penuntun Praktikum Isolasi Senyawa Bioaktif. Fakultas


Farmasi Unhas : Makassar.

Tim Penyusun. 2012. Penuntun Farmakologi dan Toksikologi III. Fakultas


farmasi UMI: Makassar.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia: Jakarta.

www.plantamor.com/index.php?plant=865 diakses tanggal 31 mei 2012,


pukul 22.04 WITA.

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

LAMPIRAN

SKEMA KERJA ANTIMITOSIS

Bulu babi diinduksi pada bagian gonadnya dengan KCl 10%

Dibiarkan sejenak

Diletakkan terbalik dalam wadah

Sel sebanyak 10 ml ditampung dalam wadah yang berisi 50 ml air laut

Diambil 1 ml sel sperma dan 4 ml sel ovum

Difertilkan

Didiamkan 5-10 menit hingga menghasilkan zigot

Dilakukan perlakuan, zigot diambil 100 µg/ml

Dicampurkan dengan sampel ekstrak etanol mengkudu 1%

Ekstrak etanol
mengkudu kontrol Vinkristin
Air laut bebas
10 µg/ml, pelarut 0,1 µg/ml,
protozoa
100µg/ml, (etanol) 1 µg/ml.
1000 µg/ml

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Diinkubasi selama 2 jam

Diamati di bawah mikroskop

Dilakukan analisis data IC50 dan IC80

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.


Antimitosis

Tabel nilai Bobot per Probit

REVI RESKI SARI BAYU PUTRA, S.Farm. Apt.

Anda mungkin juga menyukai