Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Andre Azhari Gultom
(122015013)
2. Julian Saputra
(122015012)
3. Muhammad Renaldy
(122015015)
Dosen Pembimbing :
Ir. Hj. Ummi Kalsum, MT
TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
bimbingannya jugalah Makalah Contoh Perhitungan Argentometri ini dapat
diselesaikan. Contoh perhitungan argentometri ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia Analisa 2.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya pembuatan Makalah contoh perhitungan Argentometri
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat semua mahasiswa sebagai referansi
dalam materi untuk pembahasan argentometri khususnya contoh perhitungan
argentometri.
Penyusun meyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk
itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca.
Penulis
ARGENTOMETRI
1.1 Definisi Argentometri
Argentometri berasal dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
Pengertian Argentometri adalah titrasi pengendapan sample yang dianalisis
dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi
ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-), atau untuk lebih jelas yang di maksud pada
titrasi argentometri yaitu suatu analisa volumetri yang didasarkan pada
reaksi pengendapan dengan AgNO3 sebagai larutan standar. Penentuan khalor,
brom dapat dilakukan dengan mentitrasi halogenida tersebut dengan AgNO 3
dengan menggunakan indikator kalium khromat, ion khromat akan bereaksi
dengan ion perak, bila seluruh Cl telah diendapkan secara kuantitatif oleh ion Ag
sehingga titik akhir titrasi ditandainya dengan terbentuknya endapan merah dari
Ag2CrO4.Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil tirasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut.Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan dan untuk mendapatkan hasil
pada titik akhir titrasi maka perlu di tambahkan indikator. Titrasi yang melibatkan
reaksi pengendapan hampir tak sebanyak titrasi yang melibatkan reaksi asam basa
dalam analisis titrimetri. Presipitimetri adalah cara titrasi dimana terjadi endapan.
Contoh : AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang
tergolong pembentukan kompleks) dibedakan menjadi tiga macam cara
berdasarkan indikator yang digunakan untuk penentuan titik akhir, yaitu cara atau
metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Tiga macam cara dasar
indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir yaitu pada cara Mohr; indikator
K2CrO4, titrant adalah AgNO3, cara Volhard; indikator Fe3+, titrant KSCN atau
NH4SCN dan cara Fajans indikatornya ialah salah satu indikator adsorpsi menurut
macam anion yang diendapkan oleh Ag+, titrant AgNO3, pH tergantung dari
macam anion dan indikator yang dipakai.
1
tidak
boleh terjadi
Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk
melihat titik akhir .
coklat
+ H2O
putih
putih
+ CNS- AgCNS
Reaksi ini terjadi apabila titik akhir titrasi menyebabkan kadar Cl- rendah.
Untuk mencegah kesalahan pada saat menentukan kadar laruan yang akan dititrasi
maka dapat dilakukan hal hal sebagai berikut :
baru dititrasi
Menambahkan notro benzena. ( R.A.DAY Underwood. Analisis kimia
kuantitatif)
b. Indikator Fe3+
Titrasi argentometri dengan indicator ini disebut sebagai titrasi
argentometri dengan metode volhard. Titrasi ini merupakan titrasi tidak langsung
dimana larutan standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih dan kelebihan ini
dititrasi dengan larutan standart SCN-.
c. Indikator adsorbsi
Titrasi argentometri dengan indicator adsorbsi disebut sebagai titrasi
argentometri dengan menggunakan metode Fajans. Indikator yang dipakai adalah
indicator adsorbsi Dimana indicator ini akan berubah warnanya jika teradsorbsi
pada permukaan endapan.
Selain menggunakan teknik diatas maka titrasi argentometri juga dapat
dilakukan dengan menggunakan indicator yang berupa indicator electrode. Plot
antara Esel dengan jumlah titran akan dapat diperoleh kurva titrasi dengan grafik
ini maka kita nantinya dapat menentukan titik akhir titrasi.
d. Indikator Adsorbsi Pada Titrasi Argentometri
ditambahkan
flourescein
maka
pada
titik
larutanNaCl
akhir
titrasi
yang
akan
mengandung
diamati
dengan
yang
terlihat
akan
tampak
berwarna
sedangkan
Metode Mohr
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 10. Dalam
larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi
sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan
dikromat :
2H+ + 2CrO42-2HCrO4 Cr2O72- + H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion
perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut
(Svehla, 1990).
Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak,
dan juga ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi
menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi
langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan
perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali
dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara
berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator kromat.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halide seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning
coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag 2CrO4 saat hamper
mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Laruta
standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO 3, memiliki normalitas 0,1
N dan 0,05 N.
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila
terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi
Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai.
2Ag+(aq)
2OH-(aq)
2AgOH(s)
Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah ion CrO 42- sebagian akan berubah menjadi Cr 2O72karena reaksi :
2H+(aq) + 2CrO42-(aq) Cr2O72- + H2O(l)
Yang
sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk
kemudian, akibatnya ialah bahwa titik akhir menjadi tidak tajam.
10
1.6.2
Metode Volhard
11
AgSCN(s)
X-(aq) + AgSCN(aq)
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang bereaksi dan juga titik
akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titran bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua
reaksi saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida. Perak nitrat standar berlebih yang diketahui
jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan
titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai
syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain.
Penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak
mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
12
1.6.3
Metode Fajans
Awal : pCl = -log [NaCl] ; misal [NaCl]= 0,1 maka pCl = 0,1
b)
AgCl
(a n) + y
ny
13
ini
biasanya
disebut
sebagai
Argentometri
yaitu
14
jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensi ometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi adalah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen,
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut : indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI saja).
HFI(aq) H+(aq) + FI-(aq)
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi
ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan
warna yang tampak jelas, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan kata lain setelah
sedikit kelebihan titran (ion Ag+).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan
dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+, maka endapan
menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan negatif.
Karena muatan FI- bermuatan negatif maka FI- tidak dapat ditarik atau diserap
oleh butiran-butiran koloid tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang
kelebihan ion X-, menjelang titik ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan
lepas kembali karena bereaksi dengan titran yang ditambah saat itu, sehingga
muatan koloid makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X maupun Ag+, jadi koloid menjadi netral. Setetes titran kemudian menyebabkan
kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ yang diserap oleh koloid yang menjadi positif dan
selanjutnya dapat menarik ion FI- dan menyebabkan warna endapan berubah
mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga terjadi
15
penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya berwarna keruh juga menjadi
jernih atau lebih jernih. Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning
sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasarkan ketiga macam
perubahan di atas, yaitu :
a. Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal.
b. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih.
c. Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak
diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap
cahaya (fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.
Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan
terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan
berbentuk koloid yang juga harus bisa terbentuk dengan cepat.
Suatu reaksi pengendapan dapat dikatakan berkesudahan, jika kelarutan
endapannya cukup kecil. Di dekat titik ekivalensinya, konsentrasi ion-ion yang
dititrasi akan mengalami perubahan-perubahan besar. Permasalahan yang
mungkin dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik.
Ada beberapa cara untuk menentukan saat tercapai titik ekivalen pada titrasi
pengendapan:
1. Dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr)
2. Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Dengan indikator adsorbs (cara Fajans)
Pada proses disinfeksi air, sering digunakan klor, karena harganya murah
dan mempunyai daya disinfeksikan sampai beberapa jam setelah pembubuhan
(residu klor). Selama proses tersebut klor direduksi hingga menjadi klorida (Cl-)
yang tidak mempunyai daya disinfektan, disamping klor juga bereaksi dalam
keadaan bebas (Cl2, OCl-, HOCl) dan keadaan terikat (NH4Cl, NHCl2, NCl3). Klor
terikat mempunyai daya disinfektan yang tidak seefisian klor bebas.
Pada titrasi dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr) akan
terbentuk endapan baru yang berwarna. Metode Mohr dapat digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan
16
standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Pada titrasi ion Ag
yang berlebih akan diendapkan dengan warna merah bata. Larutan bersifat nitrat
atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa. Pada kondisi yang cocok, metode
Mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah.
Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding
endapan warna yang terbentuk selama titrasi. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam
suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana
basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-+ 2H- CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- 2 AgOH + 2AgOH Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium
karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat
sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali
kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.
Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam
suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis
diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan
perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai
indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion
perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak
alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini
dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan
penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada titrasi dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara
Volhard) kesalahan pada titik akhir sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok
17
dengan kuat pada titik akhir, agar Ag+ yang teradsorpsi pada endapan dapat
diadsorpsi. Metode Volhard didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam
asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion
tiosianat. Metode Volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida
mengingat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Merkurium merupakan
kation yang lazim mengganggu dalam metode Volhard.
Pada titrasi dengan indikator adsorpsi (cara Fajans) diketahui jika AgNO 3
ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan
dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya
adsorpsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah
akibat adsorpsi pada permukaan. Kelebihan dari indikator adsorpsi adalah
memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan
warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada
permukaan berjalan baik jika endapan memiliki luas permukaan yang besar.
Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan
adanya muatan ion yang besar.
18
19
2. Tabel Data.
NaCl (gr)
AgNO (ml)
0,057
9,2 ml
indikator
Perubahan warna
Kuning menjadi
0,054
K2CrO4
10 ml
merah
K2CrO4
Reaksi :
Cara Mohr
NaCl + AgNO3
AgCl
NaNO3
(endapan putih)
2AgNO3 + K2CrO4
Ag2CrO4
(endapan merah)
Diketahui :
Massa NaCl
= 57 mg
= 9,2 ml
20
2 KNO3
57 mg x 0,1
= 5,0176 x 100 %
5,7
= 92,9218 %
Diketahui :
Massa NaCl
Konsentrasi NaCl
Volume AgNO3
= 54 mg
= 0,0954 N
= 10 ml
Pembahasan :
21
Pada metode argentometri cara Mohr ini sample yang digunakan yaitu NaCL.
Cara ini biasanya digunakan terutama dalam penentuan klorida dan bromide.
Digunakan 2 berat (massa) NaCl yang berbeda yaitu 57 mg dan 54 mg. pertamatama NaCl ditimbang dengan neraca analitik, setelah itu dilarutkan dalam 10 ml
air suling. Sampel larut dalam air suling. Setelah itu ditambahkan 3 tetes kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indicator, warna larutan menjadi kuning. Kemudian
dititrasi dengan AgNO3 sambil dokocok/digoyang sampai tepat membentuk
endapan merah bata. Untuk NaCl 57 mg digunakan AgNO3sebanyak 10 ml dan
9,2 ml untuk NaCl 54 mg.
Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi reaksi
Ag+ + Cl
AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 yang dengan
ion Ag+berlebih menghasilkanendapan AgCl yang berwarna putih mulai berubah
menjadi kemerah-merahan. Titrasi harus dilakukan dalam suasana netral atau basa
lemah dengan pH antara 6,5 9, dengan begitu garam perak kromat tidak akan
terbentuk.
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar NaCl yaitu 98,0829%. Berdasarkan
literatur, kadar tersebut tidak sesuai yaitu seharusnya tidak kurang dari 99% dan
tidak lebih dari 101,0%. Hal ini mungkin terjadi karena NaCl yang ditimbang
tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam menentukan titik akhir titrasi
serta penambahan indikatornya tidak secara seksama, sehingga akan
mempengaruhi hasil titrasi
22
3. Tabel Data
Berat sampel
(MgCl2)
AgNO3
50,3 mg
6,7 ml
II
50,9 mg
7,9 ml
Perubahan warna
Kuning
Merah bata
No sampel
Reaksi
MgCl2 + K2CrO4
Mg2CrO4 + 2 KCl
(Kuning)
MgCl2 + 2AgNO3
AgNO3 + K2CrO4
Perhitungan
% kadar = V x N x berat setara x 100%
Berat sampel
V x N x Bst x 100 %
Berat sampel
47,58 x 100 %
50,3
94,5 %
23
V x N x Bst x 100 %
Berat sampel
51,13 x 100 %
50,9
101,6 %
Kadar rata-rata :
K
( K1 + K2 ) / 2
( 94,5 % + 101,6 % ) / 2
( 196,1 % ) / 2
98,05 %
Pembahasan :
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi
pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat
juga diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion
halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat
uji dengan titran AgNO3.
Pada metode titrasi ditambahkan larutan indikator pada zat
uji.Indikator adalah suatu senyawa organik yang kompleks yang digunakan
untuk menentukan titik akhir suatu reaksi. Titik akhir titrasi adalah suatu
keadaan dimana penambahan satu tetes larutan baku dapat menyebabkan
perubahan warna pada indikator. Indikator memiliki rentang pH tertentu
24
dan dapat berubah warna dengan adanya perubahan pH dari larutan uji.
Pada percobaan inin digunakan indikator K2CrO4.
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Cara pengendapan yang
digunkan dalam percobaan ini adalah cara mohr karena dipakai dalam
penentuan clorida yaitu MgCl2. Pada cara mohr nantinya akan terlihat
endapan merah bata yang larutannya dititrasi dengan larutan baku AgNO3.
Pada percobaan argentometri ini ditimbang sampel MgCl2sebanyak
50,3 mg dan 50,9 mg. Titrasi dilakukan secara diplo (dua kali percobaan)
agar dapat diketahui jumlah larutan baku (titran) yang digunakan pada
percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan dibandingkan bahwa
apakah jarak (selisih) antara titrasi kedua dan pertama lebih sedikit atau
cukup besar. Sampel yang telah ditmbang kemudian dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4,
alasan penggunaan indikator ini adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi
saat dilakukannya penitrasian. Kemudian sampel dititrasi menggunakan
larutan baku AgNO3 dimana, dengan ion perak yang berlebih maka akan
terbentuk endapan berwarna merah bata.
Larutan AgNO3 dan larutan MgCl2, pada awalnya masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.Larutan kemudian
berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan
indikator pada percobaan ini.
Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan
berwarna putih yang merupakan AgCl.Ketika MgCl2 sudah habis bereaksi
dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka
AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
25
2.
4. Tabel Data
Lab
u
V
NaCl
V rata-rata
AgNO3
AgNO3
AgNO3
Perubahan Warna
25 ml
44,2 mL
0,1 N
(44,2 +
awal
Kuning
Endapan
akhir
Putih pucat
25 ml
44 mL
0,1 N
44)
44,1 mL
merah
Kuning
bata
Putih pucat
merah
bata
Diketahui
V AgNO3
N AgNO3
= 44,1 mL
= 0,1 N
26
V NaCl
BE NaCl
Mg contoh
= 25 mL
= 58,44 gr/mol
= 1gr = 1000 mg
Ditanya :
a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (indikator K2CrO4)
b. Penentuan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)
Jawab :
a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (indikator K2CrO4)
AgNO3 Ag+ + NO3-
V AgNO3
V 1+V 2
=
2
44,2+44 mL
2
= 44,1 mL
N NaCl =
N AgNO 3 .V AgNO3
V NaCl
0,1 N x 44,1mL
25 mL
= 0,1764 N
27
Kadar NaCl
0,0441 L x 0,1
=
= 25,77 %
N praktikn teori
N praktik
0,007390,01
o ,00739
x 100%
x 100%
= 35,31%
Jadi pada metode mohr ini terdapat galat sebesar 35,31%
28
29
: 0,01 N
: 16,9
: 12,5
Ditanya : N AgNO3?
Penyelesaian :
V1 x N1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 16,9 x N2
N2 = 0,00739
Jadi, konsentrasi perak nitrat setelah dilakukan standarisasi
0,00739 N
30
adalah
Mg2+ + 2 Br - + n H2O )
JAWAB :
Mr. MgBr2 . n H2O = 170 + 18 n
[ SCN - ] yang bereaksi dengan kelebihan Ag + = 0,1050 N x 1,50 mL =
0,1575 molek
Ag+ total untuk mentiter Br - dan SCN- = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220
mmolek
Sehingga Ag+ untuk mentiter Br - = 1,1220 0,1575 = 0,9645 mmolek
Dari proses titrasi : mmolek Br - = mmolek Ag+ = 0,9645
Jadi [ Br -] dalam sampel = 0,9645 mmolek = 0,9645 mmol
Dari proses perurain zat dalam air : [ MgBr2 ] = x [ Br -] = x 0,9645 =
0,4823 mmol
Jadi berat zat = 0,4823 mmol x ( 170 + 18 n ) mg = ( 82 + 8,68 n ) mg
Berat sampel = 0,10 gram = 100 mg
Sehingga : 100 = ( 82 + 8,68 n ) ;
maka n = = 2
31
2. Tabel Data :
KBr
Perubahan
(gr)
indikator
HNO3(ml)
warna
AgNO3(ml)
Bening
menjadi hijau
0,105
FeNH4-
15
(SO4)2
Reaksi :
AgNO3 + KBr
AgBr + KNO3
AgNO3 + KSCN
AgSCN
KNO3
(endapan putih)
3AgSCN + Fe3+
Fe (SCN)3
( larutan merah)
Perhitungan:
Diketahui :
Massa KBr
= 0,105 mg
V. AgNO3
= 15 ml
V. KSCN
= 7,7 ml
N. AgNO3
= 0,0954 N
N. KSCN
= 0,0929 N
32
3Ag+
pucat
KBr
1,4310 0,7153
0,7154
BE
m grek
= mg x Mr.KBr
BE
m KBr
= 0,7154 x 119,01
2
= 42,5699 x 100%
100 ml
% Kemurnian = 42,69
Pembahasan :
Titrasi cara ini dilakukan secara tidak langsung, dimana ion halogen
diendapkan oleh ion Ag+ yang berlebihan. Kelebihan ion perak lalu dititrasi
dengan larutan KSCN. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam berlebih.
Pada percobaan ini, jumlah KBr yang digunakan yaitu0,105 gram. Kemudian
sample dilarutkan dalam air suling sebanyak 10 ml. sample larut dalam air
suling. Sample ditambah 2 ml asam nitrat, larutan tetap bening. Kemudian
sample ditambahkan 15 ml AgNO3 dan ditambahkan 3 tetes besi(III)
ammonium sulfat sebagai indicator, akan terbentuk endapan hijau pucat
dengan larutan berwarna bening
33
V rata-rata
u
1
NaCL
25 mL
KSCN
2,7 mL
KSCN
01 N
KSCN
(2,7 +
0,1 N
2,6 )
2,65 mL
25 mL
2,6 mL
Putih
bening
Putih
Putih
bening
Diketahui :
V KSCN
= 2,65 mL
N KSCN
= 0,1 N
V NaCl
= 25 mL
BE NaCl
= 58,44 gr/mol
Mg contoh
= 1gr = 1000 mg
34
Ditanya :
a. Standarisasi KSCN dengan NaCl
b. Kadar NaCl
Penyelesaian :
a. Standarisasi KSCN dengan NaCl
V KSCN =
V 1 xV 2
2
2,7 +2,6 mL
2
= 2,65 mL
N NaCl =
N KSCN . V KSCN
V NaCl
0,1 N x 2,65 mL
25 mL
= 0,011 mL
b. Kadar NaCl =
1 gram
35
gr
mol x 100%
L
x 58,44 gr /mol
ek
x 100%
1 gram
0,00265 L x 0,1
=
= 1,55 %
36
: 0,01 N
: 15,86
: 12,5 mL
Ditanya : N AgNO3 ?
Penyelesaian :
V1xN1
= V2 x N2
12,5 x 0,01
= 15,86 x N2
0,125
= 15,86 x N2
0,00788
= N2
Jadi konsentrasi perak nitrat setelah dilakukan standarisasi adalah
0,00788 N
2. Menghitung galat pada metode fajans
Diketahui :
N (praktik ) AgNO3
N (teori) AgNO3
Ditanya : Galat ?
: 0,00788 N
: 0,,01 N
Penyelesaian :
N praktikN teori
Galat =
x 100%
N praktik
0,007880,01
=
x 100%
0,00788
= 26,90 %
Jadi pada metode ini terdapat galat sebesar 26,90%
Contoh Soal :
Standardisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO3
Tbg
I
II
III
Penambahan AgNO3
Sebelum
Setelah
Berwarna merah bata
Perlakuan
10 mL larutan NaCl +
5 tetes indikator larutan K2CrO4
37
Berwarna kuning
V AgNO3 = 9,13 mL
V AgNO3 = 9,10 mL
V AgNO3 = 8,98 mL
N NaCl ( N1 )
0,01 N
Volume NaCl ( V1 )
10 mL
Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang
digunakan adalah :
ek analit
ek titran
ek NaCl
ek AgNO3
N2 . V2
N1 . V1
Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO3 dari standarisasi
dengan NaCl.
a. Volume titrasi 9,13 mL
ek NaCl
N1 . V1
N2
ek AgNO3
N2 . V2
V1
10 mL
x N1
x 0,01 N 0,01 N
V2
9,13 mL
38
ek NaCl
N1 . V1
ek AgNO3
N2 . V2
V1
10 mL
x N1
x 0,01 N 0,01 N
V2
9,10 mL
N2
N2
ek AgNO3
N2 . V2
V1
x N1
V2
10 mL
x 0,01 N 0,01 N
8,98 mL
AgNO3
N1 N 2 N 3
0,01 0,01 0,01
0,03
0,01 N
3
3
3
Standar Deviasi
39
(N i - N) 2
n -1
0 0 0
0
2
Penambahan AgNO3
Sebelum
Setelah
Berwarna merah bata
Perlakuan
10 mL larutan NaCl
II
Berwarna kuning
III
2.
V AgNO3 = 6,53 mL
V AgNO3 = 6,48 mL
V AgNO3 = 6,51 mL
=
40
58,5 g/ek
=Mr
= 1 mol/ek .
Berat cuplikan
0,293 gram
N AgNO3
0,01 N
= mek titran
ek NaCl
= ek AgNO3
berat NaCl
500 mL
x
V . N AgNO 3
BE
10 mL
ek AgNO3
41
berat NaCl
x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
ek AgNO3
42
berat NaCl
x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
ek AgNO3
3,80835.10 -3 g
0,02
0,19 gram
berat NaCl
x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
43
k1 k 2 k 3
95% 95 % 95%
285%
95%
3
3
3
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.
indigomorie. 2009. Titrasi Pengendapan: Argentometri.
http://kimiaanalisa.web.id//Titrasi-PengendapanArgentometri.html.
Svehla,G. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT.
Kalman Media Pusaka : Jakarta.
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press 22 :
Jakarta.
Husein. 2014. Argentometri. http://kampungilmu-fst12.web.unair.ac.id/
artikel_detail-92363-Kimia%20Analitik-ARGENTOMETRI.html, Diakses pada
tanggal 6 April 2016.
Wikipedia. 2014. Argentometri. http://wikipedia.com/argentometri.html. diakses
pada tanggal 10 April 2016
46