Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang terutama
dibidang farmasi, maka sangatlah penting bagi seorang calon farmasis muda
untuk mengetahui bagaimana suatu senyawa dengan senyawa lain dapat
bereaksi serta bagaimana hasil dari reaksi tersebut.
Industri farmasi saat ini tidak hanya memfokuskan perhatian pada
bidang pembuatan dan penyediaan obat, melainkan juga telah mencakup
berbagai produk yang tersedia dalam masyarakat seperti makanan dan
kosmetik. Dalam penyediaan suatu produk farmasi dipergunakan berbagai
senyawa-senyawa yang dikombinasikan satu dengan yang lain untuk
menghasilkan suatu senyawa baru yang sangat bermanfaat. Pengkombinasian
ini melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut dalam air, maupun
yang tidak. Reaksi pengendapan telah dipergunakan luas dalam kimia
analitik, dalam titrasi, dalam penentuan gravimetrik, dan dalam pemisahan
sampel menjadi komponen-komponennya. Metode gravimetrik tidak
dipergunakan lagi secara luas, dan penggunaan pengendapan untuk
pemisahan telah digantikan (walau tidak sepenuhnya) sebagian besar dengan
metode-metode lain. Walaupun demikian pengendapan tetap merupakan
sebuah teknik dasar yang sangat penting dalam banyak prosedur analitik.
Pada praktikum ini dilakukan salah satu percobaan yaitu titrasi
argentometri dengan nama lain titrasi pengendapan. Tetapi reaksi
pengendapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag+ dengan ion-ion halian
tiosianat dan sianida.
Argentometri merupakan salah satu metode dari titrasi penetapan.
Titrasi dengan metode ini digunakan dalam penentuan ion halogenida.
Metode pengendapan digunakan karena metode ini lebih mudah dilakukan
dengan memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponenya dan saat
ini pengendapannya merupakan teknik pemisahan yang luas penggunaannya.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi mengendapan antara ion halida (Cl-, I- ,Br-) dengan ion
perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion halida dengan penggunaan larutan standar
perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk
menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan
merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion
fosfat dan ion arsenat.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
muda larut antara titran dengan analit. Adapun macam-macam cara
pengendapan dalam argentometri adalah cara Mohr, cara volhard dan cara
vajans. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang titrasi dengan cara
pengendapan maka dilakukan percobaan argentometri berikut ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Membuat dan Menentukan Standarisasi Larutan AgNO3?
2. Bagaimana Menentukan Kadar Cl- Dalam Air Laut Kenjeran?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Cara Membuat dan Menentukan Standarisasi Larutan
AgNO3
2. Mengetahui Cara Menentukan Kadar Cl- Dalam Air Laut Kenjeran
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut
juga metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang
mendasari titrasi argentometri adalah:
AgNO3 + Cl-  AgCl(s) +NO3-
Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan
warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+. (Gandjar dan Rohman, 2007)
Metode argentometri lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang
mengandung ion klorida atau bromid. Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi
kembali dengan amonium tiosianat menggunakan indicator besi (III)
amonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara
titrasi kembali adalah sebagai berikut (Gandjar dan Rohman, 2007):
AgNO3 berlebih + Cl- → AgCl(s) + NO3-
Sisa AgNO3 + NH4SCN → AgSCN(s) + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 → Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4
Sesuai dengan namanya, penetapa kadar ini menggunakan perak nitrat
(AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam perak yang terlarutkan
air sehingga reaksi peak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan
endapan. Garam-garam, seperti natrium klorida (NaCl) dan kalium sianida
(KCN), dapat ditentukan kadarnya dengan cara berikut ini (Cairns, 2008).
AgNO3 + NaCl  AgCl (endapan) + NaNO3
AgNO3 + KCN  AgCN (endapan) + KNO3
Sampel garam dilarutkan di dalam air dan di titrasi dengan larutan perak
nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis titrasi ini
dapat menunjukkan titik akhirnya sendiri (self-indicating), tetapi biasanya
suatu indikator dipilih yang menghasilkan endapan berwarna pada titik akhir.
Pada penetapan kadar NaCl, kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan;
setelah semua NaCl bereaksi, tetesan pertama AgNO3 berlebih menghasilkan
endapan perak kromat berwarna merah yang mengubah warna larutan
menjadi coklat merah ( Cairns, 2008).

2.2. Reaksi Pengendapan


Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar

dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid,dan dapat

dikeluarkan   dari   larutan   dengan   penyaringan   atau   peusingan   (centrifuge)

Endapan   terbentuk   jika   larutan   menjadi   terlalu   jenuh   dengan   zat   yang

bersangkutan. Kelarutan(S) suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi

molar   dari   larutan   jenuhnya.   Kelarutan   bergantung   pada   nerbagai   kondisi

seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan­bahan lain dlam larutan itu, dan pada

komposisi pelarutnya (Svehla G, 1979).
Faktor­faktor yang mempengaruhi pengendapan antara lain:
1. Temperatur, Kelarutan   semakin   meningkat   dengan   naiknya   suhu,   jadi

dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang

disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
2. Sifat alami pelarut, Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan

dengan   pelarut   organik   seperti   alkohol   atau   asam   asetat.   Perbedaan

kelarutan   suatu   zat   dalam   pelarut   organik   dapat   dipergunakan   untuk

memisahkan campuran antara dua zat.
3. Pengaruh ion sejenis, Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan

dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.
4. Pengaruh Ph, Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam

lemah   dipengaruhi   oleh   pH,   hal   ini   disebabkan   karena   penggabungan

proton dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin

larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan

I­ membentuk HI.
5. Pengaruh   hidrolisis, Jika   garam   dari   asam   lemah   dilarutkan   dalam   air

maka   akan   dihasilkan   perubahan   konsentrasi   H+ dimana   hal   ini   akan


menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan

meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh  ion kompleks, Kelarutan  garam  yang  tidak  mudah  larut  akan

semakin meningkat dengan adanya pembentukan kompleks antara ligan

dengan   kation   garam   tersebut.   Sebagai   contoh   AgCl   akan   naik

kelarutannya   jika   ditambahkan   larutan   NH3,   ini   disebabkan   karena

terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl (Bharmanto, 2012).
2.3. Metode – Metode Titrasi Pada Analisis Argentometri
2.3.1 Metode Volhard
Perak  dapat  ditetapkan  secara  teliti  dalam  suasana  asam  dengan

larutan   baku   kalium   atau   amonium   tiosianat   yang   mempunyai   hasil

kelarutan 7,1 x 10­13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas

dengan   garam   besi   (III)   nitrat   atau   besi   (III)   amonium   sulfat   sebagai

indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi(III)­tiosianat

dalam   lingkungan   asam   nitrat   0,5   –   1,5   N.   Titrasi   ini   harus   dilakukan

dalam   suasana   asam,   sebab   ion   besi(III)   akan   diendapkan   menjadi

Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhi tidak dapat ditunjukkan.

pH larutan harus dibawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7 –

1%   sebelum   titik   ekivalen.   Untuk   mendapatkan   hasil   yang   teliti   pada

waktu akan dicapai titik akhir, titrasi digojog kuat­kuat supaya ion perak

yang   diabsorbsi   oleh   endapan   perak   tiosianat   dapat   bereaksi   dengan

tiosianat.   Metode   Volhard   dapat   digunakan   untuk   menetapkan   kadar

klorida,   bromide,   dan   iodide   dalam   suasana   asam.   Caranya   dengan

menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan

baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat (Gandjar

dan Rohman, 2007).
2.3.2  Metode K. Fajans
Pada   metode   ini   digunakan   indikator   adsorbsi,   yang   mana   pada

titik   ekivalen,   indikator   teradsorbsi   oleh   endapan.   Indikator   ini   tidak

memberikan   perubahan   warna   kepada   larutan,   tetapi   pada   permukaan

endapan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Hal­hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini ialah, endapan

harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam

jumlah   besar   dan   ion   bervalensi   banyak   harus   dihindarkan   karena

mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer karena

endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan

warna   indikator   tidak   jelas.   Ion   indikator   harus   teradsorbsi   sebelum

tercapai titik ekivalen, tetapi harus segera teradsorbsi kuat setelah tercapai

titik  ekivalen. Ion indikator tidak boleh  teradsorbsi sangat  kuat, seperti

misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator

teradsorbsi   lebih   dulu   sebelum   titik   ekivalen   tercapai   (Gandjar   dan

Rohman, 2007).
Fluoresein adalah sebuah asam organik lemah, yang bisa disebut

dengan HFI. Ketika fluoresein ditambahkan ke dalam botol titrasi, anion

FI­ tidak   diadsorbsi   oleh   koloid   perak   klorida   selama   ion­ion   klorida

berlebih.   Ketika   ion­ion   perak   berlebih,   ion­ion   FI­ dapat   tertarik   ke

permukaan   partikel­partikel   yang   bermuatan   positif.   Agregat   yang

dihasilkannya   berwarna   merah   jambu,   dan   warna   ini   cukup   kuat   bagi

indikator visual.
 Sejumlah   faktor   harus   dipertimbangkan   dalam   memilih   sebuah

indikator adsorpsi yang cocok untuk sebuah titrasi pengendapan. Faktor­

faktor ini antara lain (Day and Underwood, 2002):
a) AgCl   seharusnya   tidak   diperkenankan   untuk   mengental   menjadi

partikel­partikel besar pada titik ekivalen, mengingat hal ini akan

menurunkan secara drastis permukaan yang tersedia untuk adsorpsi
dari   indikator.   Sebuah   koloid   pelindung,   seperti   dekstrin,   harus

ditambahkan   untuk   menjaga   endapan   tersebar   luas.   Dengan

kehadiran dekstrin perubahan warna dapat diulang, dan jika titik

akhir   terlampaui,   dapat   dititrasi   ulang   dengan   sebuah   larutan

klorida standar.
b) Adsorpsi dengan indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik

ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen. Beberapa

indikator   yang   tidak   cocok   teradsorpsi   secara   kuat   indikator

tersebut   mereka   sebenarnya   menggantikan   ion   utama   yang

diadsorpsi jauh sebelum titik ekivalen tersebut dicapai.
c) pH   dari   media   titrasi   harus   dikontrol   untuk   menjamin   sebuah

konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa lemah tersedia

cukup.   Fluoresein,   sebagai   contoh,   mempunyai   Ka   sekitar   10­7,

dan dalam larutan­larutan yang lebih asam dari pH 7, konsentrasi

ion­ion FI­ sangat kecil sehingga tidak ada perubahan warna yang

dapat diamati. Fluoresein hanya dapat dipergunakan dalam skala

pH sekitar 7 sampai 10. Diklorofluoresein mempunyai Ka sekitar

10­4 dan dapat dipergunakan dalam skala pH 4 sampai 10.
d) Amat   disarankan   bahwa   ion   indikator   bermuatan   berlawanan

dengan   ion   yang   ditambahkan   sebagai   titran.   Adsorpsi   dari

indikator kemudian tidak akan terjadi sampai ada kelebihan titran.
2.3.3 Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan

bromide  dalam  suasana  netral  dengan  larutan  baku  perak  nitrat  dengan

penambahan   larutan   kalium   kromat   sebagai   indikator.   Pada   permulaan

titrasi   akan   terjadi   endapan   perak   klorida   dan   setelah   tercapai   titik

ekivalen,   maka   penambahan   sedikit   perak   nitrat   akan   bereaksi   dengan

kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah

(Gandjar dan Rohman, 2007).
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang

asam   adalah   dengan   menambahkan   CaCO3 atau   NaHCO3 secara

berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat

kemudian   ditambah   sedikit   berlebihan   CaCO3.   (Gandjar   dan   Rohman,

2007).

Kerugian metode Mohr adalah:

a. Bromida   dan   klorida   kadarnya   dapat   ditetapkan   dengan   metode

Mohr   akan   tetapi   untuk   iodide   dan   tiosianat   tidak   memberikan

hasil  yang memuaskan, karena  endapan  perak iodida atau  perak

tiosianat   akan   mengadsorbsi   ion   kromat,   sehingga   memberikan

titik akhir yang kacau.
b. Adanya   ion­ion   seperti   sulfide,   fosfat,   dan   arsenaat   juga   akan

mengendap.
c. Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
d. Ion­ion   yang   diadsorbsi   dari   sampel   menjadi   terjebak   dan

mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggojogan yang kuat

mendekati   titik   akhir   titrasi   diperlukan   untuk   membebaskan   ion

yang terjebak tadi.

Titrasi   langsung   iodida   dengan   perak   nitrat   dapat   dilakukan   dengan

penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru

akan hilang pada saat titik akhir dan warna putih­kuning dari endapan perrak

iodida (AgI) akan muncul (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4. Aplikasi Argenometri Dalam Penentuan Kadar Cl- Pada Air Laut
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas
lautan. Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-
bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Garam-garaman utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%),
magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%)
teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga
sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-
gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di
laut dalam.

Gambar 1. diagram kandungan garam air laut

Gambar 1 merupakan diagram kandungan garam air laut yang


memperlihatkan bahwa air laut terdiri dari 3,5% garam. Adapun garam-garam
yang terkandung adalah seperti yang telah diuraikan di atas. Untuk
menentukan kandungan klorida dalam air laut dapat dilakukan dengan titrasi
argentometri. Titrasi argentometri disebut juga titrasi pengendapan karena
proses titrasi tersebut mengakibatkan terbentuknya endapan. Titrasi
argentometri ini dibedakan berdasarkan atas indikator yang digunakan.
Berdasarkan indikator yang digunakan maka titrasi argentometri dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Metode Mohr ; menggunakan indikator kalium kromat
b. Metode Volhard; menggunakan indikator larutan Fe+3
c. Metode Fajans; menggunakan indikator adsorpsi seperti fluoresein

(C20H12O5) dan tetrabromo fluoresein(C20H8Br4O5)(Gandjar dan Rohman,

2007).

Untuk menentukan kandungan klorida sebagai NaCl dalam air laut


digunakan titrasi argentometri metode Mohr, karena metode Mohr biasanya
dipergunakan untuk mengendapkan ion-ion perak, tiosianat, dan ion-ion
halogen yang salah satunya adalah ion klorida. Titrasi argentometri metode
Mohr menggunakan larutan kalium kromat (K 2CrO4) sebagai indikator.
Untuk dapat dijadikan indicator, konsentrasi kalium kromat harus ditentukan
dengan cermat agar tidak terjadi reaksi antara ion kromat dengan titran
sebelum ion klorida habis bereaksi dengan titran. Berikut ini reaksi yang
terjadi pada titrasi argentometri metode Mohr(Yusmita,2017).:

Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa terjadi pengendapan


bertingkat. Mula-mula akan terbentuk endapan AgCl karena adanya reaksi
ion klorida pada titrat dengan ion perak pada titran. Setelah ion klorida habis
bereaksi maka akan terjadi reaksi antara ion perak dengan ion kromat dari
indikator. Reaksi antara ion kromat dengan titran ini akan mengakibatkan
perubahan warna pada endapan menjadi merah kecoklatan. Pada kondisi ini
tercapai titik akhir titrasi. Agar tidak terjadi reaksi antara indikator dengan
titran sebelum ion klorida habis maka perlu ditentukan dengan pasti
konsentrasi ion kromat yang digunakan. Berdasarkan data hasil kali
kelarutan maka pada titik ekivalen konsentrasi ion perak sama dengan
konsentrasi ion klorida yaitu:

[Ag+] = CL- = √ KSP AgCl = √ 1,82 x 10−10 = 1,35 x 10−5

Pada kondisi ini maka konsentrasi ion kromat yang diperlukan agar endapan
Ag2CrO4 terjadi tepat pada titik ekivalen adalah(Yusmita,2017):

Ag+ ¿
¿
[CrO4-] = ¿
KSP AG 2CRO 4
¿
−12
- 1,29 X 10
[CrO ] =
4
(1,35 X 10−5)2

[CrO4-] = 0,0071 M

Pada prakteknya digunakan konsentrasi ion kromat sekitar 2,5 × 10 -3M,


sehingga titik akhirtitrasi dapat diamati dengan jelas (Selamat,dkk.,
2008).Titrasi dengan cara Mohr harus dilakukan dalam suasana netral atau
dengan sedikitalkalis, pH 6,5– 9,0. Dalam suasana asam, ion kromat
sebagian berubah menjadi Cr2O72- dandalam suasana basa, menyebabkan
terbentuknya endapan AgOH yang lebih lanjut akan teruraimenjadi Ag 2O
sehingga titran yang diperlukan akan menjadi lebih banyak. Reaksi yang
terjadpada suasana asam dan basa dapat dituliskan sebagai berikut:

Asam: 2H+(aq) + 2CrO42-(aq) ↔ Cr2O72-(aq) + H2O(l)

Basa : 2Ag+(aq) + 2OH-(aq) ↔2AgOH(s) ↔Ag2O(s) + H2O(l)

Selama titrasi Mohr, larutan diaduk dengan baik untuk menghindari


terjadinya kelebihan titran secara lokal. Hal ini dapat menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan oklusi oleh endapan AgCl
yang terbentuk kemudian. Akibat selanjutnya adalah titik akhir menjadi tidak
tajam(Yusmita.2017).

2.5 Kurva Titrasi Argentometri


(Cairns, 2008)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat

N Alat yang digunakkan Ukuran Jumlah


O
1. Neraca Analitis - 1 buah
2. Botol Timbang - 1 buah
3. Labu ukur 100 ml 1 buah
4. Buret 50 ml 1 buah
5. Pipet tetes - Secukupny
a
6. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
7. Gelas kimia 250 ml 1 buah
8. Corong - 1 buah
9. Statif dan Klem - 1 buah
10. Gelas ukur 10 ml 1 buah
11. Piknometer 25 ml 1 buah
12. Pipet gondok 10 ml 1 buah

3.2. Bahan

N Bahan yang digunakkan Jumlah


O
1. Larutan AgNO3 ± 0,1 N secukupny
a
2. NaCl 1,5 gram
3. Aquades secukupny
a
4. Indikator K2CrO4 secukupny
a
5. Sampel Air Laut secukupny
a

3.3. Prosedur
1. Penentuan Standarisasi Laruan Agno3±0,1N Dengan NaCl Sebagai
Bahan Baku
NaCl ditimbang ± 0,059 gram p.a dalam botol timbang kemudian
dipindahkan ke dalam labu ukur 250mL setelah itu dilarutkan dengan air
suling dan diencerkan sampai tanda batas. Setelah diencerkan larutan
didalam labu ukur di kocok dengan baik agar tercampur rata. Larutan
AgNO3 dimasukkan kedalam buret dan larutan nacl diambil 10mL dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer. Larutan nacl pada erlenmeyer
ditambahkan denganair suling 10mL dan ditambahkan 10 tetes indikator
K2CrO4. Setelah itu dititrasi dengan larutan AgNO 3. Kemudian dikocok
dan dihentkan saat terjadi endapan merah bata. Dibaca dan dicatat angka
pada buret pada awal dan akhir titrasi. Pengulangan dilakukan sebanyak
3x dengan volume nacl yang sama. Setelah semua selesai dilakukan
kemdian dihitung konsentrasi rata-rata laruta AgNO3.

2. Penentuan Kadar Cl- Dalam Air Laut di Kenjeran, Surabaya


Air laut diukur beratenisnya dengan piknometer dan dicatat
hasilnya. Kemudian diambil dengan pipet 10mL air laut kemudian
diencerkan kedalam labu ukur 100L. Setelah itu diambil10mL larutan
yang telah diencerkan, dimasukkan kedalam erlenmeyedan ditambahkna
10 tetes indikator K2CrO4 5%. Kemudian dititrasi dengan AgNO 3sampai
terjadi endapan merah bata. Percobaan diakukan sebanyak 3x dan setelah
semuasudah dilakukan, dihitung kadar Cl- yang didapatkan.
.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1.Hasil Pengamatan

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc
1. Standardisasi larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan Sebelum Sesudah Reaksi: Berdasarkann
NaCl sebagai baku -NaCl p.a kristal - NaCl(s) + H2O(aq) : - AgNO3 (s) + H2O (l) hasil titrasi
NaCl bewarna putih larutan tidak bewarna  AgNO3 (aq) kami
-Aquades larutan - NaCl(s) + H2O(aq) + - NaCl (aq) + H2O(l) mendapatkan
1. Ditimbang ± 0,059 p.a dalam neraca K2CrO4(aq) : larutan
tak berwarna  NaCl (aq) rata-rata
2. Dipindahkan ke labu ukur 100 mL bewarna kuning
-Larutan AgNO3 - NaCl(s) + H O(aq) + - AgNO3 (aq) + NaCl konsentrasi
2

3. Dilarutkan dengan air suling larutan tidak K2CrO4(aq) + (aq)  NaNO3(aq) AgNO3 0,011 M
bewarna AgNO3(aq) : larutan
4. Dikocok hingga tercampur merata +AgCl (s) (endapan
bewarna merah bata
-Indikator putih)
5. Dimasukkan larutan AgNO3 ke buret terdapat endapan.
K2CrO4larutan - 2AgNO3 (aq) +
6. Dimasukkan 10 ml larutan NaCl ke dalam V1AgNO3 : 8,6 ml
berwarna kuning K 2CrO4 (aq) → Ag2
erlenmeyer V2AgNO3 : 8,6 ml
CrO4(aq)+ 2KNO3
V3AgNO3 : 8,7 ml
(s) (endapan merah
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
bata)
7. Ditambah air suling 10 ml dan
ditambahkan 10 tetes indikator K2CrO4 (Svehla, 1990)

8. Dititrasi dengan AgNO3

9. Dikocok dan dihentikan saat terjadi


perubahan warna endapan merah bata

10. Dibaca dan dicatat angka pada buret


pada awal titrasi dan akhir titrasi

11. Diulang titrasi sebanyak 3x dengan


Hasil
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc

2. Penentuan kadar Cl- dalam air laut -Sampel air laut -Sampel air laut - NaCl (aq) + H2O(l) Berdasarkan
keruh tidak diencerkan dengan  NaCl (aq) percobaan yang
Air Laut
bewarna aquades : larutan telah kami
1. Diukur berat jenis dengan pikno - Indikator tidak berwarna - AgNO3 (aq) + NaCl lakukan
2. Diambil dengan pipet 10 ml dan
K2CrO4larutan - NaCl(s) + H2O(aq) + (aq)  NaNO3(aq) didapatkan
diencerkan dalam labu ukur 100 ml
K2CrO4(aq) : larutan +AgCl (s) (endapan
3. Diambil 10 ml larutan yang telah bewarna kuning kadar Cl- pada
bewarna kuning putih)
diencerkan
- AgNO3 larutan air laut di
4. Ditambahkan 10 tetese indikator - NaCl(s) + H2O(aq) +
K2CrO45% tidak berwarna K2CrO4(aq) + Kenjeran,
- 2AgNO3 (aq)+ K
5. Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi - Aquades larutan AgNO3(aq) : larutan Surabaya yaitu
2CrO4 (aq) →Ag2
6. Dilakukan percobaan sampai 3x bewarna merah bata
7. Dihitung kadarnya tidak bewarna CrO4(aq)+2KNO3 29,87%
terdapat endapan. (s) (endapan merah
V1 = 8 ml bata)
Dugaan :
Hasil V2 = 8,1ml
V3 = 7,8 ml Kadar Cl- dalam
air laut adalah
5,5%
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
4.2. Analisis dan Pembahasan
1. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl p.a sebagai baku
Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk membuat dan
menentukan (standarisasi) larutan AgNO3 dengan NaCl p.a sebagai baku /
larutan standar primer. Pada pecobaan ini, digunakan titrasi pengendapan
dengan metode mohr,sehingga menggunakan indikator K2CrO4 5%.
Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Sedangkan larutan AgNO3 merupakan larutan standar
sekunder yang belum diketahui konsentrasinya. Maka sebelum digunakan
terlebih dahulu larutan AgNO3 tersebut harus distandarisasi dengan
larutan NaCl p.a agar diketahui konsentrasinya.Dalam standarisasi ini
larutan AgNO3 sebagai titran, sedangkan NaCl p.a sebagai larutan
bakunya.
Sebelum dititrasi, NaCl p.a berbentuk serbuk berwarna putih dan
ditimbang terlebih dahulu menggunakan neraca analitik sebesar 0,0598
gram.Berikut cara menimbang menggunakan neraca analitik dengan baik
dan benar yaitu :membersihkan terlebih dahulu neraca dan vial hingga
benar-benar bersih, setelah itu menyalakan timbangan dan memasukkan
vial kedalam neraca tersebut, lalu menekan tombol Tare yang berfungsi
membuat berat vial menjadi nol (dikalibrasikan). Hal ini dilakukan agar
massa yang diperoleh yaitu massa NaCl p.a itu sendiri, bukan massa NaCl
p.a dengan botol vial tersebut. Kemudian, meletakkan NaCl p.a yang akan
ditimbang hingga menunjukkan angka 0,0598 gram, menutup pintu
timbangan, dan membiarkan layar menunjukkan angka yang stabil,
biasaya terdapat simbol bintang (*) disamping kiri layar. Lalu
mengeluarkan objek yang ditimbang dan membersihkan timbangan
dengan kuas yang disediakan (kuas harus dalam keadaan kering agar
timbangan dapat dibersihkan dengan baik), kemudian menutup pintu
timbangan dan membiarkan layar menunjukkan angka yang stabil lalu
meng-nol-kan kembali timbangannya, dan selanjutnya neraca analitik di-
off-kan.
Setelah proses penimbangan, didapatkan NaCl p.a sebesar 0,0598
gram, NaCl p.a tersebut dilarutkan dan diencerkan dalam labu ukur 100
mL menggunakan corong kaca sampai tanda batas meniskus. Pada proses
pembuatan larutan tersebut harus berhati-hati supaya pelarut (aquades)
yang dimasukkan tidak melebihi tanda batas meniskus. Pada pembacaan
skala, meniskus harus sejajar dengan mata kita. Karena larutan NaCl p.a
tidak berwarna maka menggunakan meniskus bawah, artinya bagian
bawah meniskus harus tepat dengan batas garis yang ditentukan.
Kemudian labu ukur ditutup dan dikocok sampai NaCl p.a larut dengan
sempurna. Dihasilkan larutan baku NaCl p.a tidak berwarna ± 0,1 N.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
NaCl (s) + H2O (l) → NaCl (aq)
Penggunaan larutan baku NaCl p.a dikarenakan memenuhi stndart
larutan baku yaitu memiliki BM yang besar (58,5) dan ekivalen 1, tingkat
kemurniannya tinggi, galat tidak lebih dari 0,01 dan stabil. Larutan baku
NaCl p.a ± 0,1 N yang terdapat pada labu ukur diambil 10 mL
menggunakan pipet volume (pipet gondok) berukuran 10 mL. Cara
penggunaan pipet volume dengan benar yaitu : pasang pipet volume
dengan pipet filler untuk mempermudah menarik larutan ke bagian atas
pipet volume. Lalu memasukkan pipet volume kedalam cairan (perhatian :
ujung pipet harus masuk jauh ke dalam cairan tetapi tidak sampai
menyentuh dasar wadah dan tidak sekedar tercelup atau berada di
permukaan cairan). Pompa menggunakan pipet filler sampai cairan naik
melebihi batas ukur, kemudian turunkan perlahan sampai bagian bawah
meniskus tepat pada batas ukur. Lalu keluarkan pipet dari wadah dan lap
bagian luar pipet dengan tissue untuk mencegah adanya cairan yang
menempel pada dinding luar ikut turun. Setelah itu pindahkan ke wadah
dengan posisi tegak lurus dan ujung pipet ditempelkan pada wadah,
proses ini mencegah cairan menempel pada dinding dalam pipet. Larutan
NaCl p.a yang dipipet dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL
untuk dititrasi.
Kemudian ditambahkan 10 mL aquades ke dalam erlenmeyer untuk
melihat dengan jelas perubahan warna yang dihasilkan pada saat titrasi,
fungsi penambahan ini yaitu untuk mengencerkan larutan Nacl karena
ketika larutan NaCl encer akan meperluas gerak Ag+ sehingga dapat
mengikat ion Cl- dan membentuk endapan putih AgCl. Proses ini hanya
menambah volumenya tanpa mengubah jumlah mol NaCl p.a yang
terdapat dalam larutan tersebut. Kemudian ditambahkan dengan 10 tetes
indikator K2CrO45 % yang berwarna kuning pada larutan baku yang ada
pada erlenmeyer.Titrasi menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana
akan terbentuk garam yang sukar larut. Standarisasi larutan
AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang tergolong dalam
presipitimetri jenis argentometri.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk mentitrasi ion halida
seperti NaCl dengan AgNO3 sebagai pentitran dan K2CrO4 sebagai
indikator. Ketika NaCl dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan indikator K2CrO4 yang kemudian dititrasi sedikit demi
sedikit dengan AgNO3 akan terbentuk endapan putih yang merupakan
AgCl. Dan ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3 sementara
jumlah AgNO3 masih ada maka AgNO3 akan bereaksi dengan indikator
K2CrO4 yang berwarna merah bata. Dalam titrasi ini, perlu dilakukan
secara cepat dan pengocokannya pun juga kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabakan titik akhir titrasi menjadi sulit dicapai.
Pada titik akhir titrasi akan menunjukkkan perubahan warna
suspensi dari kuning manjadi kuning-coklat. Perunbahan ini terjadi karena
timbulnya Ag2CrO4 saat hampir mencapai titik ekivalen, hampir semua
ion Cl- berikatan manjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam
metode ini adalah AgNO3 yang memiliki normalitas 0,100 N, adanya
indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan
titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang
menunjukkan titik akhir adalah perubahan warnanya dari warna endapan
analit dengan Ag+. Pada analisa Cl- terjadi reaksi :

Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)

sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:


2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2 CrO4 (s)

Pengaturan pH sangat diperlukan agar tidak terlalu rendah ataupun


tinggi jadi pengendalian pH sangat diperlukan untuk memberikan
konsentrasi yang tepat dari anion indikator tanpa mengendapkan zat yang
tidak diinginkan. Apabila pH terlalu tinggi maka akan tenrbentuk
endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran
terlalu banyak terpakai. Dan reaksi yang akan terjadi adalah :
2Ag+(aq) + 2OH-(aq) 2AgOH (s) Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO 4- sebagian akan berubah manjadi Cr2O7-,
reaksi yang akan terjadi adalah :
2H+ + 2CrO4-2 Cr2O7-2 + H2O

Reaksi inilah yang mengurangi konsentrasi indikator dan


menyebabkan tidak menimbulkan endapan atau sanagt terlambat.
Selama titrasi larutan harus diaduk atau digoyang secara baik bila
tidak akan terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan dioklusi oleh endapan
AgCl yang terbentuk kemudian, akibatnya titik akhir manjadi tidak
tajam.
Titrasi dalam percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Dan dari
percobaan kami diperoleh V1AgNO3 sebanyak 8,6 mL, V2 AgNO3
sebanyak 8,6 mL, dan V3 AgNO3 sebanyak 8,7 mL. Sehingga diperoleh
Normalitas AgNO3 0,011 N melalui rumus N1.V1 = N2.V2(mek HCl =
mek AgNO3).
Kelemahan titrasi ini adalah jika terjadi kelebihan titran akan
menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivaklen tercapai,
sehingga titik akhir titrasi tidak akurat. Selain itu indikator kalium kromat
juga harus dengan konsentrasi tertentu, jika kelebihan warna kalium
kromat akan menjadi kuning sehingga perubahan warna pada saat titik
ekivalen sulit dilihat karena kalium romat bereaksi dengan
AgNO3 membentuk Ag2Cr2O4 yang berwarna merah bata

2. Menentukan kadar Cl- dalam air laut


Pada aplikasi titrasi pengendapan yaitu penentuan kadar Cl- dalam
air laut, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mengukur berat
jenis air laut,yaitu dengan menimbang piknometer kosong dan juga
menimbang piknometer yang sudah diisi dengan air laut. Dari sini dapat
dihitung massa jenis air laut. Yaitu dengan menggunakan rumus . Dimana
m (massa) diperoleh dengan mengurangi massa piknometter yang sudah
diisi dengan air laut dengan massa piknometer kosong. Sedangkan
Volume diproleh dari volume piknometer itu sendiri. Dan pada
percobaan ini diperoleh massa jenis air laut adalah 1,022 g/mL.Setelah
itu, air laut dalam piknometer dipipet 10 mL dan diencerkan 100 kali
pada labu ukur 100 mL.Kemudian dari larutan yang sudah diencerkan
tersebut diambil 10 mL dengan menggunakan pipet, dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambah 5 tetes indicator K 2CrO4 5 %
sehingga larutan yang awalnya bening tak berwarna berubah menjadi
kuning bening. Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 yang telah
distandarisasi.
Adanya indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik
akhir dengan titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah
bata, yang menunjukkan titik akhir adalah perubahan warnanya dari
warna endapan analit dengan Ag+. Pada analisa Cl-terjadi reaksi :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2 CrO4 (s)

Titrasi dihentikan sampai terdapat endapan berwarna kemerah-


merahan dimana endapan tersebut adalah Ag2CrO4 yang merupakan
reaksi antara indikator K2CrO4 dengan AgNO3 pada titik akhir
titrasi.Titrasi aplikasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Dan volume
AgNO3berturut-turut yang diperlukan adalah sebesar V1 = 8 mL; V2 =
8,1 mL; V3 = 7,8 mL, dan diperoleh kadar rata – rata Cl- dalam air laut
adalah sebesar 0,3 %
Pada penentuan kadar Cl- didapatkan kadar yang kurang sesuai
dengan teori yaitu pada kadar yang kami peroleh sebesar 0,3% sedangkan
pada teori sebesar 5,5% hasil ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu.
Tempat pengambilan air laut yang diambil pada tepian laut sehingga
banyak kandungan zat lain yang bercampur pada air laut yang kami
ambil, perbedaan kandungan masing-masing air laut yang berbeda antara
laut yang satu dengan laut yang lain, faktor dari percobaan titrasi yang
telah kami lakukan karena kurang teliti dalam penentuan volume titran
serta penentuan pada titik akir titrasi yang kurang tepat sehingga
didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori.
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Dari percobaan standarisasi larutan NaOH dan aplikasi titrasi penetralan
asam sitratpada jeruk nipis yaitu :
 Normalitas AgNO3 standart yang digunakan untuk menitrasi larutan
NaCl p.a yaitu bernilai 0,011 N
 kadar Cl- pada air laut di Kenjeran, Surabaya yaitu 0,3%
5.2. Saran
Pada saat melakukan praktikum selanjutnya diharapkan lebih berhati-hati,
teliti, dan cermat dalam melakukan titrasi agar titrasi yang dilaksanakan
dapat berjalan dengan sempurna dan data yang didapat bisa sesuai dengan
teori yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Cairns, D.,2008. Essential of Phaarmaceutical Chemistry.Third edition London:


Barmanto, Susilo. 2012.Titrasi Argentometri.”
http://susiloyudibharmanto.blogspot.com/2011/12/argentometri.html”
diakses pada: 11 November 2019

Day, R.A. and A.L. Underwood. (2002). Analisis kimia kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga

Fanila,arum. Makalah analisis arentometri.


“http://arumfanila.blogspot.com/2016/03/v-
behaviorurldefaultvmlo.html”diakses pada: 8 November 2019

Gandjar, I. G. & Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, 323-346, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Meidyta, ika. 2017. Laporan prakitkum argentometri


“https://ikhameidyta21.blogspot.com/2017/06/laporan-titrasi-
argentometri.html”. Diakses Pada: 8 November 2019

Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semikro.
Edisi 5, bagian 1. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Yusmita,lisa.2017. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, No.2

JAWABAN PERTANYAAN
1. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk titrasi
antara 50 mL 0,01 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M !
2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan , apabila 25
mL larutan tersebut jika direaksikan dengan 25 mL 0,2 M larutan
AgNO3 , dan kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis
dengan larutan KSCN 28 mL 0,1 M ?

JAWAB :

1. Reaksi yang terjadi adalah :


NaCl (aq) + AgNO3 (aq)  AgCl (s) + NaNO3
a. Saat penambahan 10 mL titran maka yang bersisa adalah mol
senyawa NaCl sehingga : pCl = - log [Cl-]
= - log [4mmol / 60 mL]
= 1,2471
b. Saat penambahan 20 mL titran AgNO3 , maka yang bersisa
adalah sneyawa NaCl :
pCl = -log [Cl-]
= -log [ 3 mmol / 70 mL]
= 1,4114
c. Saat penambahan 30 mL titran AgNO3 , maka yang bersisa
adalah sneyawa NaCl :
pCl = -log [Cl-]
= -log [ 2 mmol / 80 mL]
= 1,6271
d. Saat penambahan 40 mL titran AgNO3 , maka yang bersisa
adalah sneyawa NaCl :
pCl = -log [Cl-]
= -log [ 1 mmol / 90 mL]
= 1, 9657
e. Saat penambahan 50 mL titran AgNO3 , maka terjadi titik
ekivalen karena mol ekivalen AgNO3 dan mol ekivalen NaCl
sama-sama habis bereaksi, maka:
[Cl-] [ Ag+] = Ksp
[Cl-] = [ Ag+]
[Cl-] = √ Ksp AgCl
[Cl-] = √ 1,8 X 10−10
[Cl-] = 1,34 x 10 -5
pCl = -log 1,34 x 10 -5
pCl = 4,87
f. Saat penambahan 60 mL titran AgNO3 , maka yang berhisisa
adalah larutan AgNO3 , maka untuk menghitung pCl adalah :
pAg = -log [Ag+]
= -log [ 1 mmol / 110 mL]
= 2,0414
pCl = ( -log Ksp AgCl ) - pAg
= (- log 1,8 X 10−10 ) - 2,0414
= 7,7033
g. Saat penambahan 70 mL titran AgNO3 , maka yang berhisisa
adalah larutan AgNO3 , maka untuk menghitung pCl adalah :
pAg = -log [Ag+]
= -log [ 2 mmol / 120 mL]
= 1,7182
pCl = ( -log Ksp AgCl ) - pAg
= (- log 1,8 X 10−10 ) 1,7182

= 7,9665
Berdasarkan hasil perhitungan pCl dapat dibuat tabel antara volume
AgNO3 dengan pCl sebagai berikut.
Sumbu x Sumbu y
(V AgNO3) pCl
10 1,2471
20 1,4114
30 1,6271
40 1, 9657
50 4,87
60 7,7033
70 7,9665

Maka , kurva titrasi yang didapatkan antara volume AgNO3 dan pCl adalah :
Kurva Titrasi antara volume AgNO3 dengan pCl
9
8
7 f(x) = 0.13x - 1.31
6 R² = 0.86
5
4
pCl
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Volume AgNO3

2.Jawab :
mol ekivalen KSCN yang diperlukan adalah : 0,1 M x 28 mL = 2,8 mmol
mol ekivalen AgNO3 yang ditambahkan adalah : 0,2 M x 25 mL = 5 mmol
Sehingga total mol ekivalen yang digunakan untuk mengendapkan senyawa
AgCl adalah sebesar : mol ekivalen AgNO3 - mol ekivalen KSCN
5 mmol - 2,8 mmol = 2,2 mmol
 Maka konsentrasi NaCl dalam larutan adalah :
= Mol NaCl / Volume larutan
= 2,2 mmol / 25 mL
=0,088 M

Alur penelitian

a. Alur Penentuan
NaCl (standarisasi) larutan AgNO3 dengan NaCl

- dimasukkan ke labu ukur 100 ml


- dilarutkan dengan air suling
-dikocok
Dibilas dan diisi AgNO3 pada buret

10 ml Na

- dimasukkan ke Erlenmeyer 250 ml


- ditambah 10 ml air suling
- ditambah 0,5 ml indikator K2CrO4
- dititrasi
- diulang 3x
- dihitung konsentrasi rata-rata

Hasil
Reaksi :

AgNO3 (s) + H2O (l)  AgNO3 (aq)

NaCl (aq) + H2O(l)  NaCl (aq)

AgNO3 (aq) + NaCl (aq)  NaNO3(aq) +AgCl (s) (endapan putih)

2AgNO3 (aq) + K 2CrO4 (aq) → Ag2 CrO4(aq) + 2KNO3 (s) (endapann merah bata)

b. Aplikasi pada penentuan kadar cl- air laut kenjeran surabaya

Air laut
- Ditibang berat pikno meter
- Dimasukkan sampel ke piknometer lalu ditimbang
10 ml sampel

- Diencerkan 2x dilabu ukur 100ml


- Ditambah 5 tetes indikator K2CrO4 5 %
- Dititrasi dengan AgNO3
- Diulang 3x
- Dihitung kadar Cl dalam sampel
Endapan merah bata

Reaksi :

AgNO3 (s) + H2O (l)  AgNO3 (aq)

NaCl (aq) + H2O(l)  NaCl (aq)

AgNO3 (aq) + NaCl (aq)  NaNO3(aq) +AgCl (s) (endapan putih)

2AgNO3 (aq) + K 2CrO4 (aq) → Ag2 CrO4(aq) + 2KNO3 (s) (endapann


merah bata)

DOKUMENTASI

NO GAMBAR KETERANGAN
1. Menimbang NaCl p.a
menggunakan neraca analitis

2. Dipindahkan ke dalam labu


ukur 100 ml dan ditambah air
suling
3. Dipipet 10 ml larutan NaCl
menggunakan pipet

4. Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 ml

5. Ditambahkan 10 mL aquades
dan 10 tetes indikator k2CrO4

6. Dititrasi dengan larutan AgNO3


0,1 N

7. Titrasi dihentikan ketika terjadi


perubahan warna menjadi
merah bata
8. Dicatat volume AgNO3 yang
digunakan titrasi dan ulangi
titrasi sebanyak 3 kali

9. Diukur berat jenis engan


piknometer

10. Diambil dengan pipet 10 mL


dan diencerkan dengan dalam
labu ukur

11. Diambil 10 mL yang sudah


diencerkan dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer
12. Ditambahkan 10 mL aquades
dan 10 tetes indikator k2CrO4

13. Dititrasi dengan larutan AgNO3


0,1N

14. Titrasi dihentikan saat terjadi


perubahan warna menjadi
merah bata

15. Dicatat volume AgNO3 yang


digunakan titrasi dan ulangi
titrasi sebanyak 3 kali
Perhitungan

Perhitungan

Diketahui :

V1 AgNO3 = 8,6 ml

Massa NaCl = 0,059 gram

BM NaCl = 58,5 g/mol

M NaCl = 0,04

Ditanya : M AgNO3?

massa NaCl 1000


 M NaCl = x
BM 100 ml
0,059 1000
= x
58,5 100 ml
= 0,001 x 10
= 0,01
 Pada Titrasi I
V AgNO3 x M AgNO3 = V NaCl x M NaCl (8,6 ml)(M AgNO3) =
(10 ml)(0,01)
(8,6 ml)(M AgNO3) = 0,1
M AgNO3 = 0,011
 Pada Titrasi II
V AgNO3 x M AgNO3 = V NaCl x M NaCl
(8,6 ml)(M AgNO3) = (10 ml)(0,01)
(8,6 ml)(M AgNO3) = 0,1
M AgNO3 = 0,011
 Pada Titrasi III
V AgNO3 x M AgNO3 = V NaCl x M NaCl
(8,7 ml)(M AgNO3) = (10 ml)(0,01)
(8,7 ml)(M AgNO3) = 0,1
M AgNO3 = 0,011
 Kosentrasi rata-rata AgNO3
M 1+ M 2+ M 3
M Rata-rata AgNO3 =
3
0,011+0,011+0,011
=
3
0,033
=
3
=0,011 M

Kadar Cl- dalam air laut

 mmol air laut = mmol AgNO3


= M AgNO3 x V AgNO3
= 0,011 x 8,6
= 0,0946
 Kadar Cl = mmol air x BM NaCl
-

= 0,0946 x 58,5
= 5,5341

-massa pikno : 19,959

-massa total : 45,5120

-M air : 25,553

m
 ρ=
v
25,553
=
25
= 1,022
 m sampel = ρ.v
= 1,022 x 10
= 10,22
Vtitran x N titran x BE x fp
 Kadar = x100%
mg sampel
8,6 x 0,011 x 35,5 x 1 0
= x 100%
1022 0 mg
= 0,3%

Anda mungkin juga menyukai