PENDAHULUAN
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut
juga metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang
mendasari titrasi argentometri adalah:
AgNO3 + Cl- AgCl(s) +NO3-
Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan
warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+. (Gandjar dan Rohman, 2007)
Metode argentometri lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang
mengandung ion klorida atau bromid. Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi
kembali dengan amonium tiosianat menggunakan indicator besi (III)
amonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara
titrasi kembali adalah sebagai berikut (Gandjar dan Rohman, 2007):
AgNO3 berlebih + Cl- → AgCl(s) + NO3-
Sisa AgNO3 + NH4SCN → AgSCN(s) + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 → Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4
Sesuai dengan namanya, penetapa kadar ini menggunakan perak nitrat
(AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam perak yang terlarutkan
air sehingga reaksi peak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan
endapan. Garam-garam, seperti natrium klorida (NaCl) dan kalium sianida
(KCN), dapat ditentukan kadarnya dengan cara berikut ini (Cairns, 2008).
AgNO3 + NaCl AgCl (endapan) + NaNO3
AgNO3 + KCN AgCN (endapan) + KNO3
Sampel garam dilarutkan di dalam air dan di titrasi dengan larutan perak
nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis titrasi ini
dapat menunjukkan titik akhirnya sendiri (self-indicating), tetapi biasanya
suatu indikator dipilih yang menghasilkan endapan berwarna pada titik akhir.
Pada penetapan kadar NaCl, kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan;
setelah semua NaCl bereaksi, tetesan pertama AgNO3 berlebih menghasilkan
endapan perak kromat berwarna merah yang mengubah warna larutan
menjadi coklat merah ( Cairns, 2008).
dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid,dan dapat
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan(S) suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi
seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahanbahan lain dlam larutan itu, dan pada
komposisi pelarutnya (Svehla G, 1979).
Faktorfaktor yang mempengaruhi pengendapan antara lain:
1. Temperatur, Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi
dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang
disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
2. Sifat alami pelarut, Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan
memisahkan campuran antara dua zat.
3. Pengaruh ion sejenis, Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan
dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.
4. Pengaruh Ph, Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam
proton dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin
larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan
I membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis, Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air
meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh ion kompleks, Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan
semakin meningkat dengan adanya pembentukan kompleks antara ligan
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl (Bharmanto, 2012).
2.3. Metode – Metode Titrasi Pada Analisis Argentometri
2.3.1 Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
kelarutan 7,1 x 1013. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas
dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai
indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi(III)tiosianat
dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan
Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhi tidak dapat ditunjukkan.
pH larutan harus dibawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7 –
waktu akan dicapai titik akhir, titrasi digojog kuatkuat supaya ion perak
menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan
baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat (Gandjar
dan Rohman, 2007).
2.3.2 Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, yang mana pada
endapan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Halhal yang perlu diperhatikan dalam metode ini ialah, endapan
harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam
mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer karena
endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan
tercapai titik ekivalen, tetapi harus segera teradsorbsi kuat setelah tercapai
misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator
Rohman, 2007).
Fluoresein adalah sebuah asam organik lemah, yang bisa disebut
dengan HFI. Ketika fluoresein ditambahkan ke dalam botol titrasi, anion
dihasilkannya berwarna merah jambu, dan warna ini cukup kuat bagi
indikator visual.
Sejumlah faktor harus dipertimbangkan dalam memilih sebuah
indikator adsorpsi yang cocok untuk sebuah titrasi pengendapan. Faktor
faktor ini antara lain (Day and Underwood, 2002):
a) AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi
partikelpartikel besar pada titik ekivalen, mengingat hal ini akan
menurunkan secara drastis permukaan yang tersedia untuk adsorpsi
dari indikator. Sebuah koloid pelindung, seperti dekstrin, harus
kehadiran dekstrin perubahan warna dapat diulang, dan jika titik
klorida standar.
b) Adsorpsi dengan indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik
ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen. Beberapa
diadsorpsi jauh sebelum titik ekivalen tersebut dicapai.
c) pH dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah
konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa lemah tersedia
dan dalam larutanlarutan yang lebih asam dari pH 7, konsentrasi
ionion FI sangat kecil sehingga tidak ada perubahan warna yang
dapat diamati. Fluoresein hanya dapat dipergunakan dalam skala
pH sekitar 7 sampai 10. Diklorofluoresein mempunyai Ka sekitar
104 dan dapat dipergunakan dalam skala pH 4 sampai 10.
d) Amat disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan
indikator kemudian tidak akan terjadi sampai ada kelebihan titran.
2.3.3 Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang
berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat
2007).
Kerugian metode Mohr adalah:
titik akhir yang kacau.
b. Adanya ionion seperti sulfide, fosfat, dan arsenaat juga akan
mengendap.
c. Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
d. Ionion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan
mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggojogan yang kuat
yang terjebak tadi.
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru
akan hilang pada saat titik akhir dan warna putihkuning dari endapan perrak
iodida (AgI) akan muncul (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4. Aplikasi Argenometri Dalam Penentuan Kadar Cl- Pada Air Laut
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas
lautan. Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-
bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Garam-garaman utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%),
magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%)
teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga
sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-
gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di
laut dalam.
2007).
Pada kondisi ini maka konsentrasi ion kromat yang diperlukan agar endapan
Ag2CrO4 terjadi tepat pada titik ekivalen adalah(Yusmita,2017):
Ag+ ¿
¿
[CrO4-] = ¿
KSP AG 2CRO 4
¿
−12
- 1,29 X 10
[CrO ] =
4
(1,35 X 10−5)2
[CrO4-] = 0,0071 M
3.1. Alat
3.2. Bahan
3.3. Prosedur
1. Penentuan Standarisasi Laruan Agno3±0,1N Dengan NaCl Sebagai
Bahan Baku
NaCl ditimbang ± 0,059 gram p.a dalam botol timbang kemudian
dipindahkan ke dalam labu ukur 250mL setelah itu dilarutkan dengan air
suling dan diencerkan sampai tanda batas. Setelah diencerkan larutan
didalam labu ukur di kocok dengan baik agar tercampur rata. Larutan
AgNO3 dimasukkan kedalam buret dan larutan nacl diambil 10mL dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer. Larutan nacl pada erlenmeyer
ditambahkan denganair suling 10mL dan ditambahkan 10 tetes indikator
K2CrO4. Setelah itu dititrasi dengan larutan AgNO 3. Kemudian dikocok
dan dihentkan saat terjadi endapan merah bata. Dibaca dan dicatat angka
pada buret pada awal dan akhir titrasi. Pengulangan dilakukan sebanyak
3x dengan volume nacl yang sama. Setelah semua selesai dilakukan
kemdian dihitung konsentrasi rata-rata laruta AgNO3.
HASIL PENGAMATAN
4.1.Hasil Pengamatan
3. Dilarutkan dengan air suling larutan tidak K2CrO4(aq) + (aq) NaNO3(aq) AgNO3 0,011 M
bewarna AgNO3(aq) : larutan
4. Dikocok hingga tercampur merata +AgCl (s) (endapan
bewarna merah bata
-Indikator putih)
5. Dimasukkan larutan AgNO3 ke buret terdapat endapan.
K2CrO4larutan - 2AgNO3 (aq) +
6. Dimasukkan 10 ml larutan NaCl ke dalam V1AgNO3 : 8,6 ml
berwarna kuning K 2CrO4 (aq) → Ag2
erlenmeyer V2AgNO3 : 8,6 ml
CrO4(aq)+ 2KNO3
V3AgNO3 : 8,7 ml
(s) (endapan merah
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
bata)
7. Ditambah air suling 10 ml dan
ditambahkan 10 tetes indikator K2CrO4 (Svehla, 1990)
2. Penentuan kadar Cl- dalam air laut -Sampel air laut -Sampel air laut - NaCl (aq) + H2O(l) Berdasarkan
keruh tidak diencerkan dengan NaCl (aq) percobaan yang
Air Laut
bewarna aquades : larutan telah kami
1. Diukur berat jenis dengan pikno - Indikator tidak berwarna - AgNO3 (aq) + NaCl lakukan
2. Diambil dengan pipet 10 ml dan
K2CrO4larutan - NaCl(s) + H2O(aq) + (aq) NaNO3(aq) didapatkan
diencerkan dalam labu ukur 100 ml
K2CrO4(aq) : larutan +AgCl (s) (endapan
3. Diambil 10 ml larutan yang telah bewarna kuning kadar Cl- pada
bewarna kuning putih)
diencerkan
- AgNO3 larutan air laut di
4. Ditambahkan 10 tetese indikator - NaCl(s) + H2O(aq) +
K2CrO45% tidak berwarna K2CrO4(aq) + Kenjeran,
- 2AgNO3 (aq)+ K
5. Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi - Aquades larutan AgNO3(aq) : larutan Surabaya yaitu
2CrO4 (aq) →Ag2
6. Dilakukan percobaan sampai 3x bewarna merah bata
7. Dihitung kadarnya tidak bewarna CrO4(aq)+2KNO3 29,87%
terdapat endapan. (s) (endapan merah
V1 = 8 ml bata)
Dugaan :
Hasil V2 = 8,1ml
V3 = 7,8 ml Kadar Cl- dalam
air laut adalah
5,5%
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
4.2. Analisis dan Pembahasan
1. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl p.a sebagai baku
Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk membuat dan
menentukan (standarisasi) larutan AgNO3 dengan NaCl p.a sebagai baku /
larutan standar primer. Pada pecobaan ini, digunakan titrasi pengendapan
dengan metode mohr,sehingga menggunakan indikator K2CrO4 5%.
Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Sedangkan larutan AgNO3 merupakan larutan standar
sekunder yang belum diketahui konsentrasinya. Maka sebelum digunakan
terlebih dahulu larutan AgNO3 tersebut harus distandarisasi dengan
larutan NaCl p.a agar diketahui konsentrasinya.Dalam standarisasi ini
larutan AgNO3 sebagai titran, sedangkan NaCl p.a sebagai larutan
bakunya.
Sebelum dititrasi, NaCl p.a berbentuk serbuk berwarna putih dan
ditimbang terlebih dahulu menggunakan neraca analitik sebesar 0,0598
gram.Berikut cara menimbang menggunakan neraca analitik dengan baik
dan benar yaitu :membersihkan terlebih dahulu neraca dan vial hingga
benar-benar bersih, setelah itu menyalakan timbangan dan memasukkan
vial kedalam neraca tersebut, lalu menekan tombol Tare yang berfungsi
membuat berat vial menjadi nol (dikalibrasikan). Hal ini dilakukan agar
massa yang diperoleh yaitu massa NaCl p.a itu sendiri, bukan massa NaCl
p.a dengan botol vial tersebut. Kemudian, meletakkan NaCl p.a yang akan
ditimbang hingga menunjukkan angka 0,0598 gram, menutup pintu
timbangan, dan membiarkan layar menunjukkan angka yang stabil,
biasaya terdapat simbol bintang (*) disamping kiri layar. Lalu
mengeluarkan objek yang ditimbang dan membersihkan timbangan
dengan kuas yang disediakan (kuas harus dalam keadaan kering agar
timbangan dapat dibersihkan dengan baik), kemudian menutup pintu
timbangan dan membiarkan layar menunjukkan angka yang stabil lalu
meng-nol-kan kembali timbangannya, dan selanjutnya neraca analitik di-
off-kan.
Setelah proses penimbangan, didapatkan NaCl p.a sebesar 0,0598
gram, NaCl p.a tersebut dilarutkan dan diencerkan dalam labu ukur 100
mL menggunakan corong kaca sampai tanda batas meniskus. Pada proses
pembuatan larutan tersebut harus berhati-hati supaya pelarut (aquades)
yang dimasukkan tidak melebihi tanda batas meniskus. Pada pembacaan
skala, meniskus harus sejajar dengan mata kita. Karena larutan NaCl p.a
tidak berwarna maka menggunakan meniskus bawah, artinya bagian
bawah meniskus harus tepat dengan batas garis yang ditentukan.
Kemudian labu ukur ditutup dan dikocok sampai NaCl p.a larut dengan
sempurna. Dihasilkan larutan baku NaCl p.a tidak berwarna ± 0,1 N.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
NaCl (s) + H2O (l) → NaCl (aq)
Penggunaan larutan baku NaCl p.a dikarenakan memenuhi stndart
larutan baku yaitu memiliki BM yang besar (58,5) dan ekivalen 1, tingkat
kemurniannya tinggi, galat tidak lebih dari 0,01 dan stabil. Larutan baku
NaCl p.a ± 0,1 N yang terdapat pada labu ukur diambil 10 mL
menggunakan pipet volume (pipet gondok) berukuran 10 mL. Cara
penggunaan pipet volume dengan benar yaitu : pasang pipet volume
dengan pipet filler untuk mempermudah menarik larutan ke bagian atas
pipet volume. Lalu memasukkan pipet volume kedalam cairan (perhatian :
ujung pipet harus masuk jauh ke dalam cairan tetapi tidak sampai
menyentuh dasar wadah dan tidak sekedar tercelup atau berada di
permukaan cairan). Pompa menggunakan pipet filler sampai cairan naik
melebihi batas ukur, kemudian turunkan perlahan sampai bagian bawah
meniskus tepat pada batas ukur. Lalu keluarkan pipet dari wadah dan lap
bagian luar pipet dengan tissue untuk mencegah adanya cairan yang
menempel pada dinding luar ikut turun. Setelah itu pindahkan ke wadah
dengan posisi tegak lurus dan ujung pipet ditempelkan pada wadah,
proses ini mencegah cairan menempel pada dinding dalam pipet. Larutan
NaCl p.a yang dipipet dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL
untuk dititrasi.
Kemudian ditambahkan 10 mL aquades ke dalam erlenmeyer untuk
melihat dengan jelas perubahan warna yang dihasilkan pada saat titrasi,
fungsi penambahan ini yaitu untuk mengencerkan larutan Nacl karena
ketika larutan NaCl encer akan meperluas gerak Ag+ sehingga dapat
mengikat ion Cl- dan membentuk endapan putih AgCl. Proses ini hanya
menambah volumenya tanpa mengubah jumlah mol NaCl p.a yang
terdapat dalam larutan tersebut. Kemudian ditambahkan dengan 10 tetes
indikator K2CrO45 % yang berwarna kuning pada larutan baku yang ada
pada erlenmeyer.Titrasi menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana
akan terbentuk garam yang sukar larut. Standarisasi larutan
AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang tergolong dalam
presipitimetri jenis argentometri.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk mentitrasi ion halida
seperti NaCl dengan AgNO3 sebagai pentitran dan K2CrO4 sebagai
indikator. Ketika NaCl dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan indikator K2CrO4 yang kemudian dititrasi sedikit demi
sedikit dengan AgNO3 akan terbentuk endapan putih yang merupakan
AgCl. Dan ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3 sementara
jumlah AgNO3 masih ada maka AgNO3 akan bereaksi dengan indikator
K2CrO4 yang berwarna merah bata. Dalam titrasi ini, perlu dilakukan
secara cepat dan pengocokannya pun juga kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabakan titik akhir titrasi menjadi sulit dicapai.
Pada titik akhir titrasi akan menunjukkkan perubahan warna
suspensi dari kuning manjadi kuning-coklat. Perunbahan ini terjadi karena
timbulnya Ag2CrO4 saat hampir mencapai titik ekivalen, hampir semua
ion Cl- berikatan manjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam
metode ini adalah AgNO3 yang memiliki normalitas 0,100 N, adanya
indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan
titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang
menunjukkan titik akhir adalah perubahan warnanya dari warna endapan
analit dengan Ag+. Pada analisa Cl- terjadi reaksi :
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan standarisasi larutan NaOH dan aplikasi titrasi penetralan
asam sitratpada jeruk nipis yaitu :
Normalitas AgNO3 standart yang digunakan untuk menitrasi larutan
NaCl p.a yaitu bernilai 0,011 N
kadar Cl- pada air laut di Kenjeran, Surabaya yaitu 0,3%
5.2. Saran
Pada saat melakukan praktikum selanjutnya diharapkan lebih berhati-hati,
teliti, dan cermat dalam melakukan titrasi agar titrasi yang dilaksanakan
dapat berjalan dengan sempurna dan data yang didapat bisa sesuai dengan
teori yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. and A.L. Underwood. (2002). Analisis kimia kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Gandjar, I. G. & Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, 323-346, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semikro.
Edisi 5, bagian 1. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk titrasi
antara 50 mL 0,01 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M !
2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan , apabila 25
mL larutan tersebut jika direaksikan dengan 25 mL 0,2 M larutan
AgNO3 , dan kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis
dengan larutan KSCN 28 mL 0,1 M ?
JAWAB :
= 7,9665
Berdasarkan hasil perhitungan pCl dapat dibuat tabel antara volume
AgNO3 dengan pCl sebagai berikut.
Sumbu x Sumbu y
(V AgNO3) pCl
10 1,2471
20 1,4114
30 1,6271
40 1, 9657
50 4,87
60 7,7033
70 7,9665
Maka , kurva titrasi yang didapatkan antara volume AgNO3 dan pCl adalah :
Kurva Titrasi antara volume AgNO3 dengan pCl
9
8
7 f(x) = 0.13x - 1.31
6 R² = 0.86
5
4
pCl
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Volume AgNO3
2.Jawab :
mol ekivalen KSCN yang diperlukan adalah : 0,1 M x 28 mL = 2,8 mmol
mol ekivalen AgNO3 yang ditambahkan adalah : 0,2 M x 25 mL = 5 mmol
Sehingga total mol ekivalen yang digunakan untuk mengendapkan senyawa
AgCl adalah sebesar : mol ekivalen AgNO3 - mol ekivalen KSCN
5 mmol - 2,8 mmol = 2,2 mmol
Maka konsentrasi NaCl dalam larutan adalah :
= Mol NaCl / Volume larutan
= 2,2 mmol / 25 mL
=0,088 M
Alur penelitian
a. Alur Penentuan
NaCl (standarisasi) larutan AgNO3 dengan NaCl
10 ml Na
Hasil
Reaksi :
2AgNO3 (aq) + K 2CrO4 (aq) → Ag2 CrO4(aq) + 2KNO3 (s) (endapann merah bata)
Air laut
- Ditibang berat pikno meter
- Dimasukkan sampel ke piknometer lalu ditimbang
10 ml sampel
Reaksi :
DOKUMENTASI
NO GAMBAR KETERANGAN
1. Menimbang NaCl p.a
menggunakan neraca analitis
4. Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 ml
5. Ditambahkan 10 mL aquades
dan 10 tetes indikator k2CrO4
Perhitungan
Diketahui :
V1 AgNO3 = 8,6 ml
M NaCl = 0,04
Ditanya : M AgNO3?
= 0,0946 x 58,5
= 5,5341
-M air : 25,553
m
ρ=
v
25,553
=
25
= 1,022
m sampel = ρ.v
= 1,022 x 10
= 10,22
Vtitran x N titran x BE x fp
Kadar = x100%
mg sampel
8,6 x 0,011 x 35,5 x 1 0
= x 100%
1022 0 mg
= 0,3%