Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA ANALITIK DASAR

ARGENTOMETRI

Di Susun Oleh : Kelompok 10

Mega Aprilia ( 20170662078 )

Siska Maghfiroh Nur Ilahi ( 20170662099 )

Nur Husna Siswandriyo ( 20170662101 )

Nadilla Ayu Shavira ( 20170662091 )

Moh Dwi Sukasno ( 20170662110 )

D3 ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas matkul
Kimia Analitik Dasar oleh Ibu Siti Mardiyah. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari
bantuan, arahan, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih
atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran dari pembaca. Demikian apa yang dapat kami
sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk
kelompok kami sendiri khususnya

Penyusun

Surabaya 4 mei 2018


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 5
1.3 TUJUAN 6
1.4 MANFAAT………………………………………………………………………..…..7

BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................................…8

2.1 DEFINISI ARGENTOMETRI……………………………………………………….9

2.2 JENIS – JENIS ARGENTOMETRI……………………………………….…….....10

2.3 APLIKASI METODE ARGENTOMETRI……………..……………….………….11

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………………………12

3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………...13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam – basa dalam suatu larutan adalah dcengan
volumetri ( titrasi ). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam
larutannya di dasarkan pada pengukuran volumenya. Salah satu diantaranya adalah
Argentometri. Istilah Argentometri diturunkan dari bahsa latin Argentum, yang berarti perak.
Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentuk ion Ag+. Pada titrasi Argentometri , zat
pemeriksaan yang telah diberi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+
dan tepat diendapkan , kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood,
1992).
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-. Br-) dengan ion Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai
Argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan
standar perak nitrat AgNO3. Dasar titrasi Argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk
garam yang tidak mudah larut.
1.2RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Argentometri?
2. Apa saja jenis – jenis Argentometri serta metode yang digunakan?
3. Bagaimana aplikasi pada metode Argentometri?
1.3TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Argentometri
2. Untuk mengetahui jenis – jenis Argentometri serta metode yang digunakan
3. Untuk mengetahui aplikasi pada metode Argentometri
1.4MANFAAT
1. Dapat mengetahui lebih luas tentang Argentometri, serta jenis – jenis Argentometri serta
metode yang digunakan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Argentometri

Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinspip dasarnya ialah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
menganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan
yang dapat digunakan titrasi. (Khopkar, 1990).

Istilah Argentometri diturunkan dari bahsa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentuk ion Ag+. Pada titrasi Argentometri , zat
pemeriksaan yang telah diberi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+
dan tepat diendapkan , kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood,
1992).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan.

 Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu
maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada
pada larutannya.
 Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang
berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
 Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion
sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi
kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya
dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OH-
sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya
dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri.
 Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH,
hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya
endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan
bergabung dengan I- membentuk HI.
 Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.

2.2 Jenis – Jenis Argentometri

a. Volhard

Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh
metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III)
membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.

Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada
suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida
tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan
Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)

 Prinsip
Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih
ke dalam larutan yang mengandung ion halida (X-).Sisa larutan standar AgNO3 yang
tidak bereaksi dengan Cl- dititrasi dengan larutan standar tiosianat (KSCN atau
NH4SCN) menggunakan indikator besi (III) (Fe3+). Reaksinya sebagai berikut ;
Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode volhard adalah sebagai
berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) àAgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + SCN-(aq) à AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq) + SCN(aq) à Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)
Sample yang mengandung ion halida (X-) ditambahkan larutan baku AgNO3 berlebih.
Kelebihan AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan thiosianat (KSCN atau NH4SCN).
Titik akhir titrasi bila warna merah telah terbentuk..
 Indikator
Indikator yang digunakan dalam metode volhard adalah garam feri amonium sulfat
FeNH4(SO4)2, indikator besi (III) (Fe3+) atau dapat juga digunakan larutan besi (III)
nitrat.
 Kelebihan Metode Volhard
1. Penetapan kadar : Cl-, Br- dan SCN- dalam suasana asam.
2. Penetapan kadar senyawa halida yang tidak dapat dititrasi dengan metode mohr
ataupun menggunakan indikator adsorbsi (metode fajans).
3. Penetapan kadar Br- dan I- tidak perlu dilakukan penyaringan terhadap endapan
gBr atau AgI sebelum dilakukan titrasi terhadap kelebihan Ag+.
4. Dapat digunakan untuk penetapan kadar halida secara volumetri dalam suasana
asam kuat.
5. Dapat dipakai untuk penetapan kadar anion yang garam Ag-nya sukar larut dalam
air tetapi larut dalam asam seperti : oksalat, fosfat, arsenat, kromat dan sulfide.
 Syarat titrasi
volhard adalah harus asam dan merupakan kelebihan dibandingkan dengan penggunaan
cara-cara lain untuk penentuan ion halogenida karena ion karbonat, oksalat dan arsenat
tidak mengganggu reaksi sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
 Contoh senyawa yang digunakan dalam metode Volhard
1) Standarisasi larutan ammonium tiosianat (NH4SCN) dengan larutan standar
AgNO3
2 Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur
3) Penentuan konsentrasi klorida dalam air laut
b. Fajans

Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat
diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH. Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk
endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam
larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :

HFI Û H+ + FI-

Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda.

Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini
diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah
muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan
(iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)

 Prinsip
Pada titrasi argentometri dengan metode fajans ada dua tahap untuk menerangkan
titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein). Selama titrasi berlangsung
(sebelum TE) ion halida (X-) dalam keadaan berlebih dan diabsorbsi pada permukaan
endapan AgX sebagai permukaan primer. Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat
pertama ada kelebihan AgNO3 yang ditambahkan, Ag+ akan berada pada permukaan
primer yang bermuatan positif menggantikan kedudukan ion halida (X-). Bila hal ini
terjadi maka ion indikator (Ind-) yang bermuatan negatif akan diabsorpsi oleh Ag+ (atau
oleh permukaan absorpsi).
Jadi titik akhir titrasi tercapai bila warna merah telah terbentuk selama titrasi
berlangsung (sebelum Titik Ekuivalen) ion halida (X-) dalam keadaan berlebih dan
diadsorbsi pada permukaan endapan AgX sebagai permukaan primer. Setelah titik
ekivalen tercapai dan pada saat pertama kelebihan AgNO3 yang ditambahkan Ag+akan
berada pada permukaan primer yang bermuatan positif menggantikan kedudukan ion
halida (X-). Bila hal ini terjadi maka ion indikator yang bermuatan negatif akan
diadsorpsi oleh Ag+ (atau oleh permukaan absorpsi). Jadi titik akhir titrasi tercapai bila
warna merah telah terbentuk. Jadi pada titrasi argentometri dengan metode fajans ada dua
tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein).
 Indikator

Indikator yang digunakan pada metode ini adalah indikator adsorbsi. Indikator
adsorbsi adalah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik
ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Metode ini
menggunakan indikator absorbsi yang berguna untuk reaksi pengendapan. Selama proses
absorbsi terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan
warna yang berbeda.

 Syarat titrasi menggunakan indikator absorbsi

Beberapa syarat titrasi dgn menggunakan indikator adsorbsi :

1) Endapan yg terbentuk harus merupakan sistem koloid

2) Jika endapan terflokulasi terlalu kuat maka perlu diberi koloid pelindung

3) Ion indikator yg digunakan harus mempunyai muatan yang sama dengan ion yang
dititrasi dan tidak boleh teradsorbsi sebagai lapisan pertama sebelum titik ekivalen, tetapi
harus teradsorbsi sebagai lapisan kedua setelah titik ekivalen.

 Contoh senyawa yang digunakan dalam metode fajans


1) Standarisasi Larutan AgNO3 Dengan Larutan Standar NaCl.
2) Penentuan Kadar NaCl Dalam Garam Dapur
3) Penentuan Konsentrasi ion klorida (Cl-) dalam air laut
4) Penentuan Kadar Sulfat

c. Mohr

Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini
akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih
diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau
sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi
klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut
disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan
pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang
berwarna merah. (Khopkar, 1990)

. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO42-(aq) -> Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)

Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan metode Volhard dan
Fajans dimana dengan metode ini hanya dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi ion Cl- ,
CN-, dan Br-.

Titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak dipakai untuk menentukan kandungan
klorida dalam berbagai contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan
industri sabun, dan sebgainya. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan metode
Mohr adalah titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 6,5-10
disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat.

Oleh sebab itu jika pH dibawah 6,5 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam
kromat akan mendominasi di dalam larutan akibatnya dalam larutan yang bersifat sagat asam
konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4
sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Pada pH diatas 10
maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini akan
menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam dapat ditambahkan kalsium
karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH tersbut atau dapat juga dilakukan dengan
menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan natrium hydrogen karbonat.

Disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dipengaruhi oleh suhu maka semua titrasi
dilakukan pada temperature yang sama. Pengadukan/ pengocokan selama larutan standar
ditambahkan sangat dianjurkan disebabkan hal ini dapat mempermudah pengamatan pencapaian
titik akhir titrasi dan perak kromat yang terbentuk sebelum titik akhir titrasi dicapai dapat
dipecah sehingga terlarut kembali.

d. Indikator Adsorbsi Pada Titrasi Argentometri

Pada titrasi argentometri dengan metode Fajans, Jika AgNO3 ditambahkan pada larutan
NaCl yang mengandung flourescein maka titik akhir titrasi akan diamati dengan perubahan
warna dari kuning cerah ke merah muda. Warna endapan yang terlihat akan tampak berwarna
sedangkan larutannya tampak tidak berwarna hal ini disebabkan adanya indikator adsorbsi yang
teradsorb pada permukaan endapan AgCl. Warna dari endapan akan termodifikasi saat indikator
teradsorbsi pada permukaan endapan. Reaksi adsorbsi ini dapat dilihat dengan contoh indikator
yang bermuatan negatif seperti flouroscein.

Misalnya flouroscein dilambangkan sebagai Fl-. Pada saat larutan berada pada kelebihan
ion Cl- yaitu saat titrasi belum mencapai titik ekuivalen maka indikator FL- tidak teradsorbsi
pada permukaan endapan, hal ini disebabkan permukaan endapan masih dikelilingi oleh ion Cl-
sehingga antara endapan dan FL- saling tolak-menolak

(AgCl)Cl- + FL- -> tidak ada adsorbsi

akan tetapi begitu terjadi titik ekuivalen maka dengan penambahan sejumlah kecil ion Ag+ untuk
mendapatkan titik akhir titrasi maka sekarang dalam larutan terdapat kelebihan jumlah ion Ag+
sehingga pada permukaan endapan sekarang terdapat ion Ag+ dengan demikian FL- akan
teradsorbsi melalui gaya elektrostatis pada permukaan endapan sehingga terjadilah perubahan
warna indikator.

(AgCl)Ag+ + FL- -> (AgCl)(AgFL) ada reaksi dan indikator teradsorbsi

Semua indikator adsorbsi bersifat ionik sehingga dapat teradsorbsi pada permukaan
endapan. Indikator adsorbsi yang dipakai untuk titrasi sulfat dengan ion barium dalam pelarut
aseton biasa dipergunakan thorin atau alizarin. Indikator adsorbsi memiliki keunggulan memiliki
eror dalam penentuan titik akhir titrasi yang kecil, dan perubahan warna pada saat teradsorbsi
umumnya dapat terlihat dengan jelas. Indikator adsorbsi baik dipergunakan untuk titrasi
penendapan dimana endapan yang dihasilkan memiliki luas permukaan yang besar dengan
demikian indikator dapat teradsorbsi dengan baik.
2.3 Metode Aplikasi Argentometri

a. Aplikasi titrasi Argentometri – Metode Mohr

 penggunaan Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan metode Volhard dan Fajans.
 Langsung : Cl- , (Br, CN-)
 Tidak langsung : Ag+ (penambahan lar. Baku NaCl berlebih saat titrasi)
 Metode Mohr hanya dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi ion Cl-,CN-, dan Br-
 Banyak digunakan untuk menentukan kandungan klorida dalam berbagai contoh air.
 Misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industri sabun , dsb

b. Aplikasi titrasi Argentometri – Metode volhard

 Langsung : Ag+
 Tidak langsung : Cl-, Br-, I- (penambahan lar. Baku AgNO3 berlebih saat titrasi).
 Metode Volhard dapat digunakan sebagai titrasi langsung dari Ag+ dengan SCN- seperti
halnya titrasi balik penentuan Cl-,Br-, dan I- .

c. Aplikasi titrasi Argentometri - Metode Fajans

 Langsung : anion –anion yang dapat diendapkan oleh Ag+


 Menggunakan Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan
(diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Metode ini menggunakan indikator absorbsi yang berguna untuk reaksi pengendapan.
Selama proses absorbsi terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu
zat dengan warna yang berbeda.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinspip dasarnya ialah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada
pengotor yang menganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya
reaksi pengendapan yang dapat digunakan titrasi. (Khopkar, 1990).
Istilah Argentometri diturunkan dari bahsa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentuk ion Ag+. Pada titrasi Argentometri , zat
pemeriksaan yang telah diberi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion
Ag+ dan tepat diendapkan , kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
(Underwood, 1992).

Anda mungkin juga menyukai