Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia telah terdata sebagai peringkat kedua penderita tuberculosis

terbanyak di dunia, khususnya yang menyerang organ Paru. Menurut WHO

sekitar 60 % penduduk Indonesia terjangkit kasus Tuberkulosis. Hal tersebut

terjadi akibat Indonesia terdiri dari kepulauan yang banyak jumlahnya ,dengan

daerah yang letaknya termasuk iklim tropis sehingga tingkat penularan dan

berkembangnya bakteri Mycobacterium tuberculosis sangat cepat terutama pada

daerah terpencil. Oleh karena hal tersebut, pemeriksaan laboratorium yang bahan /

sampelnya berkaitan dengan gejala penyakit Tuberkulosis Paru akibat eksotoksin

dari bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dikeluarkan ,sangat penting dalam

menegakkan diagnosis penyakit Tuberculosis Paru.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,

menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab

kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat.

Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat

583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif

atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat

Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah

penderita TBC Paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini

setiap menit muncul satu penderita baru TBC Paru, dan setiap dua menit muncul

1
2

satu penderita baru TBC Paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali

satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak

dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

Penyakit tuberculosis Paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis, yang harus dicari dan diidentifikasi oleh ATLM pada penderita

tuberculosis, sebagai tugas pokok ATLM dalam menunjang pemeriksaan penderita

tersebut. Sehingga usaha meminimalisir jumlah penderita tuberculosis yang

terjadi di Indonesia dapat terlaksana.

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri basil yang sangat kuat

sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering

menginfeksi organ Paru - paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Bacil ini

diklasifikasikan sebagai bakteri batang tahan asam karena saat pengecatan

dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol,

meskipun dibubuhi iodium. Serta dinding bakteri Mycobacterium tuberculosis

tersusun terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira

setinggi 60% (Simbahgaul, 2008), maka dari itu pada pengecatan ZN perlu

pemanasan preparat dibawahnya agar zat warna dapat masuk ke dalam bakteri

tersebut. Pada dinding sel Mycobacteria, lemak berhubungan dengan

arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan

permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.

Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan

dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium

tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag (Indah, 2010).


3

Dalam hal ini pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk diagnose

penyakit Tuberkulosis Paru. Adapun beberapa jenis metode pemeriksaan

laboratorium yang dapat dilakukan oleh para ATLM demi meminimalisir

penderita Tuberkulosis, ada empat metode yaitu metode mikroskopis ( BTA

Sewaktu Pagi ) dengan cara pembuatan preparat dahak lalu dengan pengecatan

ZN, sebagai diagnose awal dan metode yang paling murah, termudah serta tidak

memakan waktu banyak; metode GENE EXPERT merupakan pemeriksaan yang

cukup sensitive terhadap deteksi ( DNA ) bakteri Mycobacterium tuberculosis

serta dapat menentukan penderita mengalami MDR terhadap antibiotik atau

tidak ; metode IGRA adalah metode pemeriksaan yang sampelnya menggunakan

darah, mendeteksi interferon gamma yang disekresi oleh sel T sebagai respon

restimulasi kembali dari antigen spesifik Mycobacterium tuberculosis. Hal ini

dapat dilakukan jika pasien tidak dapat berdahak namun anamnesa awal

menunjukkan kearah Tuberculosis Paru. Metode ini bertujuan khusus untuk

membedakan antara penderita TB laten dan penderita TB aktif; metode kultur

bakteri Mycobacterium Tuberculosis sebagai metode gold standart dari berbagai

metode pemeriksaan laboratorium dalam penentuan diagnose tuberculosis serta

sebagai metode crosscheck terhadap metode lain yang digunakan, namun

memakan waktu yang cukup lama ( kurang lebih 12 minggu ).

Dengan beberapa jenis metode yang ada ATLM dapat memilih salah satu

metode yang dapat dilakukan sebagai penunjang diagnose, yang tepat sasaran

serta tidak memakan waktu yang lama sehingga terlaksananya program

pemerintah dengan visi “ INDONESIA BEBAS TB “.


4

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah penyakit Tuberkulosis Paru itu ?

2. Apa Etiologi dari penyakit Tuberkulosis Paru ?

3. Bagaimana cara Penularan Tuberkulosis Paru ?

4. Apakah bakteri Mycobacterium tuberculosis itu ?

5. Apa saja metode pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan dalam

mendiagnosa Tuberkulosis Paru ?

6. Apa kelebihan dan kekurangan dari beberapa jenis metode pemeriksaan

laboratorium tersebut ?

7. Apa metode yang sesuai / cocok dengan kondisi dan perkembangan zaman

saat ini ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang penyakit Tuberkulosis Paru dan cara

pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam mendiagnosa Tuberkulosis

Paru.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penyakit Tuberkulosis Paru.

b. Untuk mengetahui penyebab penyakit Tuberkulosis Paru.

c. Untuk mengetahui cara penularan Tuberkulosis Paru.

d. Untuk mengetahui metode pemeriksaan laboratorium yang dapat

dilakukan dalam mendiagnosa Tuberkulosis Paru.


5

e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode metode yang

digunakan para ATLM dalam menegakkan diagnose Tuberkulosis Paru.

f. Untuk mengetahui salah satu metode pemeriksaan yang cocok dan tepat

dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

1.4. Manfaat

a. Memberikan pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru.

b. Memberikan wawasan tentang metode pemeriksaan laboratorium dan

bahan atau sampel yang digunakan dalam menunjang diagnose

Tuberkulosis Paru.

c. Memberikan motivasi bagi para ATLM dalam meminimalisir penderita

Tuberkulosis demi mewujudkan “ INDONESIA BEBAS TB “ dengan

motto TOSS TB ( Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis ).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh

Mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana terdapat

banyak aliran darah dan oksigen ( organ Paru ).

Infeksi bakteri ini biasanya menyebar melewati pembuluh darah dan

kelenjar getah bening, tetapi secara utama menyerang paru-paru. Bakteri

Mycobacterium tuberculosis membunuh jaringan dari organ yang terinfeksi

dan membuatnya sebagai kondisi yang mengancam nyawa jika tidak dilakukan

terapi.

Penyakit Tuberkulosis merupakan jenis penyakit infeksius yang dapat

menyerang parenkim paru, ditandai dengan pembentukan granuloma dan

timbulnya nekrosis jaringan. Penyakit tuberculosis ini bersifat menahun dan

dapat menular dari si penderita ke orang lain ( Santa dkk : 2009 ).

Dengan adanya granuloma dan nekrosis jaringan paru dapat

mengakibatkan terganggunya system pernafasan sehingga timbul rasa sesak

dalam bernafas serta akibat pathogenesis bakteri penyebab yaitu

Mycobacterium tuberculosis maka terjadi batuk berdahak yang cukup lama bila

tidak terobati.

Sekitar 90% orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis

mengidap infeksi TB laten yang bersifat asimtomatik, (kadang disebut

6
7

LTBI/Latent TB Infections). Seumur hidup, orang-orang ini hanya memiliki

10% peluang infeksi latennya berkembang menjadi penyakit Tuberkulosis aktif

yang nyata. Risiko TB pada pengidap HIV untuk berkembang menjadi

penyakit aktif meningkat sekitar 10% setiap tahunnya. Bila tidak diberi

pengobatan yang efektif, maka angka kematian TB aktif bisa mencapai lebih

dari 66%.

Infeksi TB ketika mikobakteria masuk ke dalam alveoli paru, lalu

menginvasi dan bereplikasi di dalam endosom makrofag alveolus. Lokasi

primer infeksi di dalam paru-paru yang dikenal dengan nama "fokus Ghon",

terletak di bagian atas lobus bawah, atau di bagian bawah lobus atas.

Tuberkulosis paru dapat juga terjadi melalui infeksi aliran darah yang dikenal

dengan nama fokus Simon. Infeksi fokus Simon biasanya ditemukan di bagian

atas paru-paru. Penularan hematogen (melalui pembuluh darah) ini juga dapat

menyebar ke lokasi-lokasi lain seperti nodus limfa perifer, ginjal, otak dan

tulang. Tuberkulosis berdampak pada seluruh bagian tubuh, meskipun belum

diketahui kenapa penyakit ini jarang sekali menyerang jantung, otot skeletal,

pankreas, atau tiroid.

Tuberkulosis digolongkan sebagai salah satu penyakit yang

menyebabkan radang granulomatosa. Sel-sel seperti Makrofag, limfosit T,

limfosit B, dan fibroblast saling bergabung membentuk granuloma. Limfosit

mengepung makrofag-makrofag yang terinfeksi. Granuloma mencegah

penyebaran mikobakteria dan menyediakan lingkungan khusus bagi interaksi

sel-sel lokal di dalam sistem kekebalan tubuh. Bakteri yang berada di dalam
8

granuloma menjadi dormant lalu menjadi sumber infeksi laten. Ciri khas lain

granuloma adalah membentuk kematian sel abnormal (nekrosis) di pusat

tuberkel. Dilihat dengan mata telanjang, nekrosis memiliki tekstur halus,

berwarna putih keju dan disebut nekrosis kaseosa.

Bakteri TB bisa masuk ke dalam aliran darah dari area jaringan yang

rusak itu. Bakteri-bakteri tersebut kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan

membentuk banyak fokus-fokus infeksi, yang tampak sebagai tuberkel kecil

berwarna putih di dalam jaringan. Penyakit TB yang sangat parah ini disebut

tuberkulosis milier. Jenis TB ini paling umum terjadi pada anak-anak dan

penderita HIV. Angka fatalitas orang yang mengidap TB diseminata seperti ini

cukup tinggi meskipun sudah mendapatkan pengobatan (sekitar 30%).

Pada banyak orang, infeksi ini sering hilang timbul. Perusakan jaringan

dan nekrosis seringkali seimbang dengan kecepatan penyembuhan dan fibrosis.

Jaringan yang terinfeksi berubah menjadi parut dan lubang-lubangnya terisi

dengan material nekrotik kaseosa tersebut. Selama masa aktif penyakit,

beberapa lubang ini ikut masuk ke dalam saluran udara bronkhi dan material

nekrosis tadi bisa terbatukkan. Material ini mengandung bakteri hidup dan

dapat menyebarkan infeksi. Pengobatan menggunakan antibiotik yang sesuai

dapat membunuh bakteri-bekteri tersebut dan memberi jalan bagi proses

penyembuhan. Saat penyakit sudah sembuh, area yang terinfeksi berubah

menjadi jaringan parut.


9

2.1.2 Etiologi Penyakit Tuberkulosis Paru

Penyebab / etiologi penyakit Tuberkulosis Paru disebabkan oleh bakteri

Mycobabterium tuberculosis. Basil ini menyebar di udara melalui semburan

titik-titik air liur dari batuk pengidap tuberkulosis aktif.

Factor resiko lain yang dapat mengakibatkan Tuberkulosis paru adalah

• Merokok.

• Terinfeksi virus HIV ( pasien imunodefisiensi ).

• Gizi buruk.

• Alkoholisme.

• Penderita Diabetes Melitus.

• Kontak dekat dengan penderita TB aktif.

• Orang yang hidup atau bekerja di daerah padat penduduk.

• Mereka yang memiliki sedikit akses hingga tidak mempunyai akses sama

sekali terhadap pelayanan kesehatan yang memadai.

• Orang yang bepergian ke daerah dimana kasus TB mewabah.

2.1.3 Gejala dan Cara Penularan Tuberkulosis Paru

A. Gejala Tuberculosis Paru

• Batuk berdahak kental dan keruh berlangsung lebih dari tiga minggu.

• Hemoptisis, Batuk darah : Batuk terjadi karena adanya iritas pada

bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk radang

keluar, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif)

kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan


10

sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena

terdapat pembuluh darah yang pecah.

• Demam, biasanya Subfebril menyerupai demam influenza, tetapi

kadang - kadang panas badan dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian

dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam

influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari serangan

demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya

tahan .tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman TB Paru yang

masuk.

• Mengggigil, badan terasa gemetar saat demam menyerang pasien

tersebut.

• Berkeringat malam, keluarnya keringat pada malam hari akibat reaksi

pertahanan tubuh yang timbul karena bakteri tuberculosis di fagosit oleh

makrofag host seiring meningkatnya suhu tubuh host yang menyesuaikan

dengan suhu lingkungan pada malam hari.

• Kelelahan, mudah lelah saat beraktifitas di kesehariannya.

• Malaise, tidak memiliki semangat beraktifitas sehingga hanya berbaring

di tempat tidur.

• Berat badan turun drastic, akibat tidak memiliki nafsu makan.

• Nyeri dada, gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila

infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan

pleuritis.
11

• Sesak nafas, pada penyakit yang ringan ( baru tumbuh ) belum

dirasakan sifat nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang

sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah badan Paru-

paru.

• Anoreksia, tidak ada nafsu makan.

B. Cara Penularan Tuberculosis Paru

Penularan Tuberkulosis Paru melalui airbone / udara dan ini dapat

tertular dengan terhirupnya droplet nuclei 10 µm ( 3 basil ) penderita ke

orang normal lainnya secara per inhalasi.

Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia

lainnya melalui saluran pernafasan, keluar melalui udara yang dihembuskan

pada proses respirasi dan terhisap masuk saat seseorang menarik nafas.

Habitat asli bakteri Mycobacterium tuberculosis sendiri adalah Paru-paru

manusia. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat

melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga

sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman

tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di

dalam Paru-paru (Anonim a, 2010).

Bermula dari droplet penderita yang terhirup ke orang normal lalu

masuk ke tubuh orang normal tadi, difagosit oleh makrofag alveolar

menghambat fusi fagolisosom dan bermultiplikasi ke hilus serta pembuluh

darah kemudian predeleksi apex paru ( tekanan oksigen tinggi ), makrofag

teraktivasi / sel epiteloid mengelompok membentuk granuloma dan di pusat


12

granuloma, bercampur jaringan nekrotik mirip keju sehingga mengalami

perlunakan dan dapat menimbulkan kavitas positif bila difoto rontgen.

Ketika seseorang yang mengidap TB Paru aktif batuk, bersin, bicara,

menyanyi, atau meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis aerosol

infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5 µm. Bersin dapat melepaskan

partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis. Tiap tetes bisa menularkan penyakit

Tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini sangat rendah. ( Seseorang

yang menghirup kurang dari 10 bakteri saja bisa langsung terinfeksi ).

Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam

frekuensi sering, atau selalu berdekatan dengan penderita TB, beresiko

tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%.

Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan

dapat menginfeksi 10 - 15 ( atau lebih ) orang lain setiap tahun. Biasanya,

hanya mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini.

Orang-orang dengan infeksi laten diyakini tidak menularkan penyakitnya.

Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain tergantung

pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah tetes

infeksius yang disemprotkan oleh pembawa, efektifitas ventilasi lingkungan

tempat tinggal, jangka waktu paparan, tingkat virulensi strain M.

tuberculosis, dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak terinfeksi.

Penyebaran penyakit TBC biasanya dimulai melalui udara yang tercemar

dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat

penderita TBC batuk.


13

Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita

TBC dewasa. Bakteri tuberculosis ini bila sering masuk dan terkumpul di

dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada

orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui

pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC

dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: Paru-paru, Otak,

Ginjal, Saluran pencernaan, Tulang, Kelenjar getah bening, dan lain-lain,

meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena infeksi bakteri

ini adalah Paru-paru (Anonim d, 2010)

Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru,

maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular

(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini

akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri

itu oleh sel-sel Paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat

jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi

dormant ( istirahat ). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat

sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen (Anonim d, 2010)

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan

tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan

sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami

perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang

banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam Paru-paru. Ruang inilah yang

nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah


14

memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan

tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC (Anonim d, 2010).

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini,

banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya

kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan

masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat

tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan

tubuh yang lemah / menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor

yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC (Anonim d,

2010).

Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap

yaitu tahap infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat

seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup

sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan

mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan

menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak

dengan cara pembelahan diri di Paru-paru, yang mengakibatkan peradangan

di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe

disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara

terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 – 6

minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan

reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif (Anonim c, 2010).


15

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan

besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi

daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB.

Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman

persister atau dormant (tidur). Kadang - kadang daya tahan tubuh tidak

mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa

bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa

inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi

sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan (Anonim c, 2010).

Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)

biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer,

misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status

gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan

paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Anonim c,

2010).

Penderita penyakit tuberculosis dapat mengalami komplikasi dimana

komplikasi ini sering terjadi pada penderita stadium lanjut. Beberapa

komplikasinya adalah sebagai berikut:

• Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan napas.

• Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

• Bronkiectasis dan Fibrosis pada Paru.


16

• Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan

paru.

• Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,

ginjal dan sebagainya.

• Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Untuk mencegah penyebaran berlapis dari satu orang ke orang

lainnya, pisahkan orang-orang dengan TB aktif ( "nyata" ) dan masukkan

mereka dalam rejimen obat anti - TB. Setelah kira-kira dua minggu

perawatan efektif, orang-orang dengan infeksi aktif yang non - resisten

biasanya sudah tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.

Bila ternyata kemudian ada yang terinfeksi, biasanya perlu waktu

tiga sampai empat minggu hingga orang yang baru terinfeksi itu menjadi

cukup infeksius untuk menularkan penyakit tersebut ke orang lain. Maka

orang - orang yang sudah infeksius tersebut harus segera dilakukan

pengobatan OAT dan perawatan medis di ruangan yang terisolasi ( khusus ).

2.2. Mycobacterium tuberculosis

2.2.1 Definisi Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal

24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri

tersebut diberi nama basil Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan

bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TBC). Bahkan penyakit TBC pada

paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).


17

Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis.

• Kingdom : Bacteria

• Filum : Actinobacteria

• Ordo : Actinomycetales

• Upaordo : Corynebacterineae

• Famili : Mycobacteriaceae

• Genus : Mycobacterium

• Spesies : Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis adalah jenis bakteri batang tahan asam

yang memiliki struktur lapisan tubuh yang tebal dan mayoritas dilapisi

peptidoglikan yang cukup tebal. Sejenis basil aerobik kecil yang non-motil.

Berbagai karakter klinis unik patogen ini disebabkan oleh tingginya kandungan

lemak/lipid yang dimilikinya. Sel-selnya membelah setiap 16 –20 jam.

Kecepatan pembelahan ini termasuk lambat bila dibandingkan dengan jenis

bakteri lain yang umumnya membelah setiap kurang dari satu jam.

Mikobakteria memiliki lapisan ganda membran luar lipid. Bila dilakukan uji

pewarnaan Gram, maka Mycobacterium tuberculosis akan menunjukkan

pewarnaan "Gram-positif" yang lemah atau tidak menunjukkan warna sama

sekali karena kandungan lemak dan asam mikolat yang tinggi pada dinding

selnya. Mycobacterium tuberculosis bisa tahan terhadap berbagai disinfektan

lemah dan dapat bertahan hidup dalam kondisi kering selama berminggu-
18

minggu. Di alam, bakteri hanya dapat berkembang dalam sel inang organisme

tertentu, namun Mycobacterium tuberculosis bisa dikultur di laboratorium.

Dengan menggunakan pewarnaan histologis pada sampel dahak yang

diekspektorat, peneliti dapat mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis

melalui mikroskop ( dengan pencahayaan ) biasa. ( Dahak juga disebut

"sputum" ). Mycobacterium tuberculosis mempertahankan warna meskipun

sudah diberi perlakukan larutan asam, sehingga dapat digolongkan sebagai

Basil Tahan Asam (BTA). Dua jenis teknik pewarnaan asam yang paling umum

yaitu: teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yang akan memberi warna merah

terang pada bakteri BTA bila diletakkan pada latar biru, dan teknik pewarnaan

auramin - rhodamin lalu dilihat dengan mikroskop fluoresen.

2.2.2 Morfologi Mycobacterium tuberculosis

Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil

tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus

ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2 - 4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm

yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi

lingkungan (Wikipedia, 2010).


19

Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan

ukuran sekitar 0,4-3 µm. Pada media buatan, bentuk kokoid dan filamentous

tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Basil ini tidak bergerak dan

tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul dan apabila diwarnai sering

nampak bermanik atau berbutir-butir. Satu karakteristik basil tuberkel yang

menonjol adalah penampilannya yang berlilin. Zat lilin ini berperan dalam

terbentuknya fase atau formasi granuloma/bintil/nodul yang terlihat pada hasil

foto rontgen paru-paru pasien.


20

Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai

bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali

dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol,

meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri

tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap

faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan

selnya dan pertumbuhan bergerombol. Mycobacterium tuberculosis tidak

menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan

dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60% ( Simbahgaul, 2008 ).

Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan

dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding

sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu

molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara

inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan

hidup di dalam makrofag (Indah, 2010).

2.2.3 Sifat Fisiologi Mycobacterium tuberculosis.


21

Fisiologi M. tuberculosis sangat aerobik dan membutuhkan oksigen

tingkat tinggi. Bersifat patogen pada sistem pernapasan mamalia,

Mycobacterium tuberculosis menginfeksi paru-paru, menyebabkan

tuberkulosis.

Genom M. tuberculosis ini diurutkan pada tahun 1998. M. tuberculosis

memerlukan oksigen untuk tumbuh. Ia tidak mempertahankan sifat

bakteriologis apapun akibat kandungan lemak tinggi dalam dinding, dan

dengan demikian bukanlah Gram positif maupun Gram negatif; maka

digunakanlah pewarnaan Ziehl-Neelsen, atau asam- cepat. Sementara

mikobakteri tampaknya tidak cocok dengan kategori Gram - positif dari sudut

pandang empiris ( yaitu, mereka tidak menyimpan sinar kristal violet ), mereka

digolongkan sebagai bakteri Gram positif asam - cepat karena hilangnya

membran sel yang luar. Mycobacterium tuberculosis membelah setiap 15 - 20

jam, sangat lambat dibandingkan dengan bakteri lainnya, yang cenderung

memiliki waktu pembelahan diukur dalam menit. Bakteri ini adalah basil kecil

yang dapat menahan desinfektan lemah dan dapat bertahan hidup dalam

keadaan kering selama berminggu-minggu. Dinding selnya tidak biasa, kaya

lipid (misalnya, asam mycolic), mungkin bertanggung jawab atas penolakan ini

dan merupakan faktor virulensi utama. Ketika di paru-paru, Mycobacterium

tuberculosis diambil oleh alveolar makrofag, tetapi mereka tidak mampu

mencerna bakteri. Dinding selnya mencegah fusi dari fagosom dengan lisosom.

Secara khusus, Mycobacterium tuberculosis memblok molekul yang

menjembatani, awal endosomal autoantigen 1 (EEA1); Namun, blokade ini


22

tidak mencegah fusi vesikula penuh dengan nutrien. Akibatnya, bakteri

berkembang biak tak terkendali di dalam macrophage. Bakteri juga membawa

gen Urec, yang mencegah peningkatan keasaman dari fagosom. Bakteri juga

menghindari pembunuhan macrophage dengan menetralkan nitrogen

intermediet reaktif.

Kemampuan untuk membangun Mycobacterium tuberculosis mutan

dan menguji produk gen individu untuk fungsi - fungsi tertentu secara

signifikan telah mengembangkan secara signifikan pemahaman kita tentang

patogenesis dan faktor virulensi Mycobacterium tuberculosis. Diketahui

banyak protein disekresikan dan diekspor penting dalam patogenesis.

Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati

pada 6°C selama 15 - 20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar

matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak, bakteri Mycobacterium dapat

bertahan selama 20 - 30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat

bertahan hidup 8 - 10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar

dapat hidup 6 - 8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C

selama 2 tahun. Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia dan

disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH

4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 meinit, dengan alkohol

80 % akan hancur dalam 2 - 10 menit ( Hiswani M.Kes, 2010 ).

Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun

dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun - tahun dalam lemari es. Hal

ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant ( tidur ). Pada sifat
23

dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk

berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali ( Hiswani M.Kes,

2010 ).

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, oleh karena itu

pada kasus TBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak

udaranya. Mikobakteria mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa

karbon sederhana. Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya

lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena sifatnya yang cukup

kompleks dan dinding selnya yang impermeable, sehingga penggandaannya

hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Karena pertumbuhannya yang

lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik tuberculosis dengan cepat.

Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembangbiak dengan baik

pada suhu 22-23o C, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan

asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang

gelap dan lembab (Simbahgaul, 2008). Bakteri Mycobacterium memiliki sifat

tidak tahan panas serta akan mati pada 6°C selama 15 - 20 menit. Biakan

bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam

dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20 - 30 jam. Basil yang

berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8 - 10 hari.

Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6 - 8

bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20° C selama 2 tahun.

Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain


24

phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini

dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan

hancur dalam 2 - 10 menit ( Hiswani M.Kes, 2010 ).

2.2.4 Toksin Mycobacterium tuberculosis.

Ada beberapa senyawa yang ada pada dinding sel Mycobacterium

tuberculosis yang merupakan factor virulensi yaitu factor Cord dan Sulfatide.

Factor cord merupakan molekul glikolipid yang menyususn dinding sel bakteri

ini tumbuh paralel panjang seperti tali yang menimbulkan granuloma pada

jaringan host yang diserang. Kemudian yang kedua, senyawa Sulfatide

merupakan bagian dinding sel Mycobacterium tuberculosis yang cukup

memvirulensi host yaitu dengan cara fagolisosom atau menghambat fusi

fagosom dan lisosom makrofag dan bermultiplikasi dalam makrofag sehingga

terjadi granuloma pada host kemudian timbul nekrosis kaseosa atau perlunakan

/ pengkejuan lalu timbul kavitas.

2.3. Metode Pemeriksaan Laboratorium

Peran pelayanan laboratorium sangat penting dalam menegakkan diagnosis

penyakit Tuberculosis Paru. Adapun para ATLM dalam melakukan pemeriksaan

specimen pasien tuberculosis memiliki banyak metode pemeriksaan dalam

menegakan penyakit tuberculosis paru, diantaranya : metode Mikroskopis BTA

SPUTUM SP ( Sewaktu Pagi ), metode GENE EXPERT / TCM atau secara

molekuler, metode IGRA TB, metode Kultur Bakteri Mycobacterium


25

tuberculosis / metode Bakteriologi. Berikut pemaparan metode – metode

pemeriksaan laborarorium tersebut secara rinci.

2.3.1 Metode Mikroskopis Sputum BTA

Metode pemeriksaan mikroskopis sputum BTA merupakan cara

pemeriksaan yang menggunakan specimen dahak / sputum kemudian dibuat

sediaan / preparat dengan ketentuan ukuran 2 x 3 cm dan dicat dengan

pewarnaan ZN lalu diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui ada atau

tidak bakteri tahan asam ( Mycobacterium tuberculosis ).

A. PROSEDUR PEMERIKSAAN

- Bahan / Spesimen Pemeriksaan : Sputum / Dahak SP ( Sewaktu dan

Pagi).

- Persiapan Bahan : Dahak pasien di tampung pada pot steril yang bemulut

lebar dan bertutup ulir.

TATA CARA PEMERIKSAAN :

I. Pembuatan sediaan ( dilakukan dalam Bio Safety Cabinet )

a. Disiapkan kaca objek yang baru dan bersih, diberi nomor sediaan.

b. Dinyalakan lampu spiritus dan diletakan antara petugas dan pot

sputum.

c. Diambil sedikit sampel sputum purulent menggunakan ose,

kemudian diletakkan pada kaca objek.


26

d. Sputum diratakan sampai berbentuk oval dengan ukuran 2 x 3 cm.

e. Sputum kemudian dibuat ulir – ulir kecil menggunakan lidi runcing (

dilakukan saat sputum masih basah ).

f. Sediaan dikeringkan dalam BSC.

g. Sisa sputum dan lidi bekas pada pot sampel digenangi dengan

desinfektan hypochlorite 0,5 % selama minimal 12 jam sebelum

dibuang.

II. Pewarnaan sediaan.

1. Sediaan difiksasi di atas lampu spiritus dengan cara dilewatkan bagian

bawah gelas objek yang terdapat sediaan dahak sebanyak tiga kali.
27

2. Diletakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak

yang ditempatkan di atas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan

dengan sediaan lainnya masing – masing berjarak kurang lebih satu

jari.

3. Digenangi seluruh permukaaan sediaan dengan carbol fuchsin.

4. Dipanaskan dari bawah sediaan dengan menggunakan lampu spiritus

setiap sediaan sampai keluar uap, jangan sampai mendidih lalu

biarkan selama 5 menit.

5. Dibilas sediaan dengan air mengalir secara hati – hati.

6. Lalu digenangi dengan asam alcohol sampai tidak tampak warna

merah carbol fuchsin selama 1 – 2 detik dan dibilas dengan air

mengalir.

7. Kemudian permukaan sediaan digenangi dengan cat methylene blue

selama 20 – 30 detik dan dibilas dengan air mengalir.

8. Dikeringkan pada suhu ruang.


28

9. Dibaca dengan mikroskop pembesaran obyektif 100 x menggunakan

tetesan oil imersi pada permukaan sediaan.

III. Hasil Pemeriksaan Sediaan

Pembacaan hasil menggunakan skala IUATLD ( International Union

Againts Tuberculosis and Lung Disease ) sebagai berikut :

- Negatif : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang.

- Scanty : Ditemuka BTA sejumlah 1 – 9 dalam 100 lapangan

pandang.

- 1+ : Ditemukan BTA sejumlah 10 – 99 dalam 100 lapangan

pandang.

- 2+ : Ditemukan BTA sejumlah 1 – 10 dalam 1 lapangan pandang.


29

- 3+ : Ditemukan BTA sejumlah > 10 dalam 1 lapangan pandang.

B. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN METODE MIKROSKOPIS

BTA.

A. Keuntungan Pemeriksaan Mikroskopis Sputum Bta.

- Harga lebih murah / terjangkau.

- Tekhnik pengerjaan sederhana atau mudah dilakukan oleh para

pemula ATLM.

B. Kelemahan Pemeriksaan Mikroskopis Sputum Bta

- Sensitivitasnya tidak cukup tinggi — keakuratannya kurang. Hanya

dapat mendeteksi BTA dengan jumlah sel bakteri 105 , bila kurang

dari jumlah tersebut maka tidak dapat mendeteksi adanya BTA. ( perlu

konfirmasi dengan metode pemeriksaan lain ).

- Hasil pemeriksaan yang dikeluarkan, membutuhkan waktu dua hari,

karena memerlukan sampel dahak Sewaktu dan Pagi keesokan harinya

( Sputum S P ).

3.3.2 Metode Gene Expert ( TCM )

Metode Genexpert atau TCM ( Tes Cepat Molekuler ) adalah metode

tes cepat berbasis molekuler ( Tes Cepat Molekuler / TCM TB ) yang


30

mendeteksi keberadaan dari kompleks DNA dan resistensi ( kekebalan ) bakteri

Mycobacterium tuberculosis terhadap pengobatan Rifampisin. Hal ini

merupakan terobosan dalam percepatan penanggulangan TB di Indonesia.

Penggunaan TCM TB tersebut dapat mempercepat diagnosis terduga TB dan

TB resisten obat (TB RO) sehingga pasien dapat didiagnosis dan diobati sedini

mungkin. TCM TB dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan

resistensi terhadap rifampisin sebagai salah satu Obat Anti Tuberkulosis ( OAT

) yang utama hanya dalam waktu 2 jam. Dengan demikian jauh lebih cepat

bila dibandingkan dengan metode biakan dan uji kepekaan dengan metode

konvensional menggunakan media padat yang memerlukan waktu 3 sampai 4

bulan.

Pemeriksaan GeneXpert dahak menggunakan amplifikasi asam nukleat

berbasis cartridge untuk diagnosis tuberkulosis cepat simultan dan uji

sensitivitas antibiotik cepat. Diagnostik ini juga dilakukan secara real-time

sehingga hasil tes dahak dapat diketahui dalam waktu kurang dari dua jam.

Pasien tidak perlu terlalu lama menunggu hasil tes. Dokter dapat melakukan

tindakan secara cepat bila pasien positif TBC.

A. PROSEDUR PEMERIKSAAN GENEXPERT.

- Bahan / Spesimen :

1. Dahak / Sputum pagi, bahan harus tidak ada kontaminasi sisa

makanan dan sampel yang didapat minimal 1 cc.

2. Biopsi jaringan, bila bahan yang diterima dalam bentuk padat maka

digerus terlebih dahulu sebelum diperiksakan.


31

3. Cairan pleura, pada sampel ini hanya didapat sedikit sekali bakteri

Mycobacterium tuberculosis.

- Tata Cara Pemeriksaan :

1. Sampel diencerkan dahulu dengan buffer ( 2 : 1 ).

2. Setelah diencerkan dalam pot sampel, kemudian dipindahkan 2 cc ke

dalam tes catridge.

3. Catridge tersebut dimasukan ke dalam mesin genexpert ( MTB – RIF

test platform ).

4. Sampel secara otomatis difilter dan dicuci.

5. Mesin secara ultrasonic melisiskan sel dan mengekstraksi DNA.

6. Elusi DNA bercampur dengan reagen kering PCR ( amplifikasi

sequence berupa rpoB ).

7. Terjadi proses amplifikasi PCR dan pendeteksian ada atau tidaknya

DNA Mycobacterium tuberculosis serta terdeteksi sampel tersebut

resisten atau tidak terhadap OAT ( Obat Anti Tuberkulosis ).

8. Hasil diperoleh dalam kurun waktu kurang lebih 2 jam berupa

printer hasil dari alat tesnya.


32

- Interpretasi Hasil :

• Mycobacterium tuberculosis detected Low : sampel terdeteksi

bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan jumlah yang rendah.

• Mycobacterium tuberculosis detected Medium : sampel terdeteksi

bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan jumlah yang sedang.

• Mycobacterium tuberculosis detected High : sampel terdeteksi

bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan jumlah yang tinggi.

• Mycobacterium tuberculosis Not Detected : sampel tidak terdeteksi

adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Serta pelaporan OAT ( Rifampicin ) resisten atau tidak.

• Resisten Rifampicin Detected : artinya sampel pasien terdeteksi

resisten terhadap Rifampicin.

• Resisten Rifampicin Not Detected : artinya pasien tidak resisten

terhadap Rifampicin jadi pasien dapat menggunakan pengobatan

OAT ( Rifampicin ) jika bakteri Mycobacterium tuberculosis

ditemukan dalam sampel pasien tersebut.

B. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PEMERIKSAAN GENE

EXPERT.

a. KEUNTUNGAN PEMERIKSAAN GENEXPERT.

- Hasil lebih cepat ( hanya 2 jam prosesnya )

- Mampu mendeteksi DNA kuman TBC yang kompleks dan resistensi

terhadap rifampicin ( salah satu OAT ).


33

- Hasil lebih akurat dan sensitive karena walaupun bakteri dalam dahak

mati masih dapat mendeteksi DNA bakteri tersebut.

b. KELEMAHAN PEMERIKSAAN GENEXPERT.

- Harga pemeriksaan tersebut mahal ( sekitar 700 ribu – 800 ribu ).

2.3.3 Metode IGRA TB

Pemeriksaan IGRA adalah pemeriksaan darah yang dapat

mendeteksi infeksi TB di dalam tubuh. IGRA bekerja dengan mengukur

respons imunitas selular atau sel T terhadap infeksi TB. Hasilnya pun spesifik

sebab sensitivitasnya tinggi.

Prinsip IGRA ini adalah mendeteksi interferon gamma yang disekresi

oleh sel T sebagai respon restimulasi kembali dari antigen spesifik

Mycobacterium tuberculosis.

Sel T dalam individu yang terinfeksi TB akan diaktivasi sebagai

respons terhadap sensitisasi antigen berupa peptida spesifik Mycobacterium

tuberculosis, yaitu Early Secretory Antigenic Target - 6 ( ESAT – 6 ) dan

Culture Filtrate Protein - 10 ( CFP-10 ) yang ada di dalam sistem reaksi. Sel T

akan menghasilkan Interferon Gamma ( IFN - γ ) yang diukur dalam

pemeriksaan.

Pemeriksaan imunologi penyakit TBC bertujuan untuk mengetahui

apakah tubuh pasien sudah terpapar bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

Hasil positif menunjukan tubuh sudah terpapar bakteri Mycobacterium

Tuberculosis tetapi belum tentu menyebabkan sakit. Oleh karena itu untuk

penegakan diagnosa penyakit TB secara menyeluruh, pemeriksaan IGRA


34

harus diikuti dengan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan riwayat

penyakit, gejala klinis, radiografi dan sputum ( BTA dan kultur ).

Interpretasi IGRA didasarkan pada jumlah IFN - g yang dilepaskan

atau jumlah sel-sel yang melepaskan IFN - g. Kedua standar kualitatif

interpretasi tes ( positif, negatif, atau tak tentu ) dan pengukuran tes kuantitatif

( konsentrasi Nil, TB, dan mitogen atau jumlah spot ) harus dilaporkan. Seperti

tes kulit tuberkulin, tes IGRA juga digunakan untuk membantu mendiagnosa

infeksi M. tuberculosis. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa

seseorang terinfeksi M. tuberculosis; bila hasil negatif menunjukkan bahwa

seseorang tidak terinfeksi M. tuberculosis. Hasil tes pada garis batas /

borderline ( hanya T-Spot ) menunjukkan infeksi Mycobacterium

tuberculosis belum bisa pastikan.

Tes IGRA berbasis Enzyme - Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

QuantiFERON - TB merupakan pemeriksaan in vitro yang menggunakan

protein simulasi ESAT - 6, CFP – 10 dan ( berperan sebagai antigen M.

Tuberculosis ) untuk menstimulasi sel dalam sampel darah heparin. Deteksi

interferon - γ ( IFN - γ ) menggunakan Enzyme - Linked Immunosorbent

Assay ( ELISA ) untuk mengidentifikasi respon in vitro terhadap protein

simulasi ini yang dapat diasosiakan sebagai infeksi Mycobacterium

tuberculosis.

A. PROSEDUR PEMERIKSAAN.

Cara pemeriksaan IGRA dan interpretasi hasil: spesimen darah

dicampur dengan peptida antigen spesifik Mycobacterium tuberkulosis dan


35

kontrol, apabila sel darah putih mengenali antigen Mycobacterium

tuberkulosis tersebut maka interferon gamma akan disekresi. Hasil

pemeriksaan IGRA selesai dalam 24 - 48 jam dan dapat diinterpretasi

berdasarkan jumlah interferon gamma yang dikeluarkan secara kualitatif

( positif, negatif, borderline, tidak dapat diinterpretasi ) dan kuantitatif

( jumlah numerikal interferon gamma pada antigen tuberkulosis dan

control).

• Bahan pemeriksaan:

Pasien akan diambil darah sebanyak 4 ml dengan cara yang lazim

yaitu umumnya dari vena lengan dengan menggunakan antikoagulan

heparin. Darah tersebut dimasukkan ke dalam tabung heparin

kemudian dibagi ke empat tabung khusus.

Tabung khusus tersebut terdiri atas :

1. Tabung grey ( tabung nil, sebagai control negative ).

2. Tabung red ( tabung berisi antigen berupa ESAT 6 & CFP 10

Mycobacterium tuberculosis ).

3. Tabung purple ( tabung mitogen sebagai control positif ).

4. Tabung yellow ( tabung antigen CD4 & CD8 ).


36

• Tata cara pemeriksaan :

1. Sampel darah vena ditampung pada tabung antikoagulan heprin.

2. Kemudian, masing – masing tabung khusus diisi darah heparin

sebanyak 1 ml / sampai batas tanda hitam pada tabung khusus

tersebut.

3. Lakukan pengocokan keempat tabung tersebut sebanyak 10 kali

secara bersamaan agar antigen yang terdapat dalam tabung

terlarut sempurna dengan sampel ( pengocokan dengan cara

keempat jari terbuka dan jari jempol memfiksir keempat tabung

tersebut / hindari pengocokan tabung dengan menggenggam

tangan tertutup ).

4. Segera inkubasi sampel tersebut dalam incubator 37 ± 1ᵒ C

selama 16 – 24 jam.

5. Centrifuge sampel yang sudah diinkubasi untuk mendapatkan

plasmanya.

6. Plasma yang didapat diperiksa dengan metode ELISA agar

terukur gamma interferon yang terkandung dalam sampel.

7. Keluarlah hasil secara kuantitatif dan kualitatif berdasar nilai cut

off insert kit reagen tes.


37

- Interpretasi Hasil Pemeriksaan

- Negatif : Kemungkinan tidak terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis aktif atau laten.

- Indeterminate : Kemungkinan infeksi Mycobacterium

tuberculosis belum dapat disingkirkan, disarankan pemeriksaan

diulang.

- Positif : Kemungkinan infeksi Mycobacterium tuberculosis

terjadi pada pasien, disarankan melakukan pemeriksaan kultur

TB.

B. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PEMERIKSAAN METODE

IGRA TB.

a. KEUNTUNGAN PEMERIKSAAN METODE IGRA TB.

Keuntungan dari tes IGRA adalah :

- Hasil dapat tersedia dalam waktu 24 jam.

- Tidak meningkatkan respon terhadap pemeriksaan berikutnya,

sebelum vaksinasi BCG ( Bacille Calmette-Guerin ).

- Tidak menyebabkan hasil tes IGRA positif palsu.

- Keakuratan hasil tes 99 %

- Dapat digunakan sebagai metode rujukan bila pasien tidak dapat

berdahak ( menggunakan sampel darah pasien ).


38

b. KELEMAHAN PEMERIKSAAN METODE IGRA TB.

Kerugian dan keterbatasan tes IGRA adalah :

- Sampel darah harus diproses dalam waktu 8 - 30 jam setelah

pengumpulan sementara sel-sel darah putih yang masih layak,

kesalahan dalam mengumpulkan atau mengambil spesimen

darah atau dalam menjalankan dan menginterpretasikan hasil

tes dapat menurunkan keakuratan tes IGRA.

- Pemeriksaan tes IGRA mahal ( 900.000 – 1.000.000 ).

2.3.4 Metode Kultur Bakteri Mycobacterium tuberculosis ( Metode

Bakteriologi )

Kultur bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu

metode bakteriologi yang menjadi metode rujukan atau dapat dikatakan

sebagai gold standart metode. Pemeriksaan bakteriologik ini untuk menemukan

kuman tuberkulosis yang mempunyai arti sangat penting dalam menegakkan

diagnosis penyakit Tuberkulosis Paru.

Pada identifikasi Mycobacterium tuberculosis, pemeriksaan dengan

media biakan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis.

Pemeriksaan biakan dapat mendeteksi 10 – 1000 Mycobacterium / ml. Media

biakan terdiri dari media padat dan media cair. Media Lowenstein -

Jensen adalah media padat yang menggunakan media basa telur. Media

ini pertama kali dibuat oleh Lowenstein yang selanjutnya dikembangkan oleh

Jensen sekitar tahun 1930-an, bahkan saat ini media ini terus
39

dikembangkan oleh peneliti lain misalnya Ogawa, Kudoh, Gruft, Wayne dan

Doubek dan lain-lain. Media Lowenstein - Jensen digunakan untuk isolasi

dan pembiakan Mycobacteria species. Pemeriksaan identifikasi dengan

menggunakan media Lowenstein - Jensen ini memberikan sensitivitas

dan spesifisitas yang tinggi dan dipakai sebagai alat diagnostik pada program

penanggulangan Penyakit Tuberkulosis.

Pemeriksaan kultur sangat dibutuhkan untuk memastikan diagnosis

pada kasus hasil apusan dahak negatif. Metode tradisional yang biasa

digunakan yaitu menggunakan medium padat seperti Lowenstein - Jensen dan

Ogawa. Namun terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri

di medium padat pada umumnya lebih lambat dan kurang sensitif dibandingkan

medium cair sehingga dikembangkanlah sistem medium cair seperti BACTEC

dan MGITT.

A. PROSEDUR PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI

→ Bahan / Spesimen untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal

dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan

lambung, kurasan bronkoalveolar ( bronchoalveolar lavage / BAL ),

urin, faeces dan jaringan biopsi ( termasuk biopsi jarum halus / BJH ).

→ Cara Kerja Kultur

A. Metode Konvensional.

1. Kumpulkan sputum penderita ( sputum pagi ) lakukan homogenasi

dan dekontaminasi dengan Natrium Hidroksida 4%, aduk selama 2


40

menit. Tindakan ini dilakukan untuk membunuh kuman lain selain

Mycobacterium.

2. Tambahkan NaCl fisiologis untuk pengenceran dan aduk hingga rata,

biarkan 30 menit.

3. Dengan menggunakan pipet, ambil ± 2 cc suspensi dan masukkan ke

dalam media Lowenstein – Jensen Agar.

4. Inkubasi pada suhu 35º C - 37° C dan hindarkan terkena cahaya

matahari.

5. Setelah di inkubasi 5 – 7 hari, media yang telah ditanami mulai di

baca dan catat hari pertama pertumbuhan koloni semenjak

penanaman.

6. Jika setelah 8 minggu tidak terlihat pertumbuhan maka kultur di

anggap negatif dan boleh di buang.

7. Namun jika pemeriksaan Kultur ada pertumbuhan (Positif),

dilakukan pemeriksaan Preparat Ziehl-Neelsen. Jika Preparat Ziehl-

Neelsen Positif batang merah kurus ( M.tuberculosis atau M.

atypic ), Subkultur TBC lalu Tes Biokimia. Tes Biokimia untuk

sampel TBC terdiri dari (1) Merah Netral (Netral Red); (2) Niasin;

(3) Cord formation; dan (4) Katalase; (5)Reduksi nitrat.


41

UJI BIOKIMIA

Uji ini dilakukan untuk diagnosis pasti adanya spesies Mycobacterium

tuberculosis dalam sampel.

• Uji Niasin

Dasar : Kemampuan bakteri memproduksi asam nikotin ( niasin ).

Cara :

1. Biakan pada media Lowenstein – Jensen ditambah PZ atau aquadest

sampai menutupi koloni, biarkan selama 5 – 10 menit.

2. Ambil 1 – 2 tetes taruh pada lempeng porselin putih.

3. Tambahkan anilin 4 % dalam etanol 95 % dan sianogen bromida 10 %

sebanyak 2 tetes. ( Uji dilakukan dalam ruangan gas karena bahaya

gas CnBr yang bersifat toksik )


42

4. Sisa CnBr harus dirusak dengan NaOH 4 % atau NH3 10 %.

Hasil : Positif akan ditandai warna kuning.

• Uji Cord Formation.

Dasar : Kemampuan membentuk formasi pita.

Cara : Suspensi bakteri dengan PZ lalu di inkubasi selama 7 hari.

Hasil : Positif tampak deretan kuman berbentuk pita berjajar.

• Uji Katalase.

Dasar : Kemampuan bakteri memproduksi katalase.

Cara : Biakan bakteri ditambah ( tween 80 10 % + H2O2 30 % dengan

volume sama banyak ) sejumlah 0,5 ml, lalu dibiarkan pada suhu

kamar.

Hasil : Positif terjadi gelembung gas dalam 2 menit.

• Uji Merah Netral.

Dasar : Strain virulen mampu mengikat merah netral dalam media alkali.

Cara :

1. Koloni dimasukan ke dalam methanol 5 ml.

2. Inkubasi 370 C selama 1 jam.

3. Sentrifuge dan supernatan dibuang, ulangi sebanyak 2 kali.

4. Endapan dibuat suspensi dengan larutan NaCl 5 %, Na Barbiturat 1

%.

5. Tambahkan merah netral alkali 0,005 % sebanyak 0,2 ml.

6. Inkubasi suhu kamar selama 1 jam.

Hasil : Positif akan tampak warna merah pada suspensi kuman tersebut.
43

• Uji Reduksi Nitrat.

Dasar : Kemampuan kuman memproduksi enzim nitrat reduktase yang

dapat merubah nitrat menjadi nitrit.

Cara : Suspensi kuman ditambahkan larutan sulfanilamide.

Hasil : Positif terjadi perubahan warna ungu kemerahan yang kuat.

→ Pengamatan dan Pembacaan (Pasca Analitik)

Pada umumnya tanda pertumbuhan yang khas dari

Mycobacterium tuberculosis akan tampak dalam waktu 3-4 minggu.

Koloninya berwarna kuning muda, permukaan kering dan rapuh,

dengan sudut yang tidak rata. Pertumbuhan ini disebut eugenic.

Penegasan / kepastian tentang Mycobacterium tuberculosis harus

dilakukan dengan tes identifikasi dengan media PNB ( Para Nitro

Benzoic ).

Identifikasi mycobacterium dimulai dengan menilai waktu

pertumbuhan, warna pigmen, morfologi koloni dan hasil

pewarnaaan BTA. Langkah awal untuk identifikasi pada media

padat adalah: Seleksi Koloni: Keberadaan satu atau lebih jenis koloni

diamati. Penampilan kasar, halus cembung, halus menyebar, halus

dengan tepi berkeriput, kasar transparan, kasar keruh dan

sebagainya dideskripsikan; Pigmen paska inkubasi di tempat

gelap (kuning, orange, kuning muda, kuning-orange) diamati.

Jika tak berpigmen, sebut sebagai ”buff”; Jika terdapat lebih

dari satu jenis koloni, dilakukan subkultur untuk tiap jenis koloni
44

dan diamati hal - hal tersebut diatas. Pewarnaan BTA dengan

pewarnaan Ziehl - Neelsen. Meyakinkan tidak ada pencemaran.

Kecepatan pertumbuhan. Rapid grower akan tumbuh dalam

7 hari atau kurang, sedangkan slow grower akan tumbuh setelah

7 hari (tidak selalu jelas batasnya); Pencahayaan Mikobakterium

yang termasuk photokromogen akan menghasilkan pigmen jika

dipaparkan cahaya. Namun pigmen hanya optimal jika koloni

kuman terpisah. Jika pertumbuhannya sangat padat, pigmen tak

akan muncul; Dilakukan uji biokimia tertentu pada koloni murni.

Morfologi koloni Mycobacterium tuberculosis pada media

Loewenstein - Jensen adalah sebagai berikut: kasar, kering,

rapuh, tengah bertumpuk dengan tepi berjejas tipis; kadang-

kadang tipis dan menyebar. Hari tumbuh 12 – 28 hari dan

tidak berpigmen baik pada tempat yang terang maupun gelap

(buff).

- Kultur diamati pada hari ke-7 untuk golongan yang tumbuhnya

cepat dan pada minggu ke-4 untuk golongan yang tumbuh

lambat.

- Koloni yang tampak pada media diperiksa dengan dibuat

preparat dan diwarnai dengan Ziehl - Neelsen untuk

memastikan BTA.

- Jika sudah minggu ke-4 tidak terlihat adanya koloni dilanjutkan

inkubasi selama 8 minggu sebelum hasilnya dinyatakan negatif.


45

→ Pencatatan dan Pelaporan Hasil (Interprestasi)

Pelaporan dilakukan bukan hanya jumlah koloni yang tumbuh,

tetapi juga bentuk tumbuhnya. Menurut (Aditama & Luthni ,2002)

pelaporan hasil biakan menurut WHO, Technic Guide 67 adalah :

(-) : tidak ada pertumbuhan.

(1+) : 1 – 200 koloni.

(2+) : ½ dari media tertutup oleh 200 – 500 koloni.

(3+) : ¾ dari media tertutup oleh hampir seluruh koloni, 500 –

2000 koloni.

(4+) : media tertutup seluruhnya oleh koloni, lebih dari 2000

koloni.

B. Metode Otomatis ( Media Cair )

Menggunakan MGIT ( Mycobacterium Growth Indicator Tube )

merupakan media cair Middlebrook 7H9 yang dimodifikasi. Prinsip

kerja metode ini adalah pada dasar botol media terdapat indicator yang

akan berflouresensi jika kadar oksigen dalam botol menurun sebagai

akibat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Tingkat flouresensi

dapat diukur secara manual ataupun secara otomatis. Pada cara manual,

flouresensi dapat diamati sejak hari kedua dan isolate Mycobacterium

tuberculosis dinyatakan resisten jika flouresensi terjadi bersamaan

sampai dua hari, kemudian dibandingkan dengan kontrolnya. Cara

manual ini dapat pula diterapkan untuk uji kepekaan langsung dari

sampelnya. Cara MGIT ini telah diakui oleh Federal Drug


46

Administration ( FDA ) Amerika dan setara dengan uji kepekaan cara

konvensional maupun BACTEC radiometric.

→ Langkah Kerja :

1. Sampel di dekontaminasi dan di konsentratkan.

2. Masukkan sampel ke dalam tabung MGIT 0,5 ml.

3. Inkubasi tabung tersebut pada suhu 370 C dalam incubator khusus.

4. Baca setiap hari dengan lampu UV 365 nm.

→ Pengamatan & Pembacaan :


47

- Ambil tabung dari incubator dan letakkan pada lampu UV yang

bersebelahan dengan control positif dan negative.

- Tandai tabung MGIT yang berfloresensi terang, jemudian

dibandingkan dengan control positif dan negative. Kontrol

positif harus berfloresensi sangat terang ( warna oranye terang

sekali ). Kontrol negative sangat sedikit atau tanpa flouresensi

sama sekali. Jika lebih mirip dengan control negative, maka

tabung tersebut adalah negative. Pertumbuhan juga bisa diamati

dengan adanya kekeruhan yang tidak homogen, butiran atau

lempengan, kecil dalam medium kultur.

→ Interpretasi Hasil : Positif bila tampak flouresense oranye terang

sekali ( menunjukan adanya kuman Mycobacterium tuberculosis

sebanyak 104 – 107 CFU /ml ).

Setelah ditemukan pertumbuhan bakteri Mycobacterium

tuberculosis, kemudian dilakukan tes kepekaan antibiotic /

sensitivitas antibiotic terhadap bakteri tersebut. Tujuannya adalah

untuk mengetahui tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotic serta

mengetahui antibiotic yang paling poten dalam membunuh bakteri

penyebab infeksi tersebut.

→ Langkah Kerja Tes Sensitivitas Antibiotik :


48

1. Bakteri yang diinokulasikan sebelumnya, diambil dengan ose.

2. Digoreskan pada media padat ( Media Agar Muller – Hinton )

dengan arah zig – zag.

3. Ambil disk antibiotic OAT dengan pinset steril, kemudian

diletakkan / ditempelkan di atas lempeng agar Muller – Hinton

yang telah digoresi bakteri.

4. Inokulasi / eramkan lempeng agar tersebut dalam incubator ( 35 o

– 37 o C) selama 1 malam ( 18 – 24 jam ).

5. Setelah satu malam, baca adanya zona hambatan ( ukur dalam

mm ).

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE KULTUR TB.


49

a. KELEBIHAN METODE KULTUR TB :

- Lebih sensitive dibandingkan mikroskopis

- Dapat mengidentifikasi spesies.

- Dapat menentukan kepekaan antibiotic yang cocok.

b. KEKURANGAN METODE KULTUR TB :

- Memerlukan waktu yang cukup lama ( 12 minggu / 3 bulan ).


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Tuberkulosis (TB) Paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang organ Paru -

paru. Negara Indonesia telah menduduki peringkat kedua penderita tuberculosis

terbanyak, karena penduduknya yang padat sehingga tingkat penularan melalui

airbone / droplet penderita Tuberkulosis aktif mudah terhirup oleh penduduk lain

yang berdektan dengan penderita tersebut. Oleh karena hal tersebut, sebagai

tenaga ATLM turut berperan serta dalam meminimalisir penyakit Tuberculosis.

Dengan adanya berbagai jenis metode pemeriksaan laboratorium, maka

kita sebagai ATLM harus tepat dan cepat memilih metode pemeriksaan yang

sangat berarti dalam mendiagnosis penyakit Tuberculosis Paru.

Diagnosis tuberculosis secara laboratorium dapat ditegakkan dengan

metode mikroskopis ( BTA SP / Sewaktu; Pagi ), metode GENE EXPERT / TCM

yang terbaru saat ini, metode IGRA, metode Bakteriologi ( Kultur bakteri

Mycobacterium tuberculosis ). Dari keempat metode tersebut memiliki kelebihan

dan kekurangan secara tekhnik, keakuratan, serta biaya pemeriksaan. Berdasarkan

kelebihan dan kekurangan dari keempat metode tersebut, maka metode GENE

EXPERT / TCM yang menjadi pilihan para klinisi dan ATLM, karena metode ini

memiliki sensitivitas yang tinggi, cepat, serta berdaya guna dalam mendiagnosis

penyakit Tuberkulosis Paru sehingga penderita tersebut segera mendapat

50
51

pengobatan dari klinisi dan mampu memutuskan mata rantai penularan penyakit

Tuberkulosis Paru serta visi “ Indonesia Bebas TB “ dapat tercapai.

3.2. Saran.

Demi meminimalisir Penderita tuberculosis maka sebaiknya memilih

metode GENE EXPERT / TCM, karena metode ini mengurangi pajanan bakteri

Mycobacterium tuberculosis / aman bagi para ATLM dan waktu pemeriksaan

lebih cepat sehingga efisiensi waktu pemeriksaan dapat terpenuhi, mengingat

jumlah penderita Tuberkulosis Paru yang semakin banyak.

Namun, selama ini metode yang sering digunakan sebagai diagnose dini

adalah metode mikroskopis BTA SP ( Sewaktu; Pagi ) karna metode ini,

terjangkau harganya, mudah dilaksanakan secara tekhnik dan sering digunakan di

laboratorium daerah terpencil serta laboratorium pada umumnya yang memiliki

keterbatasan sarana prasarana. Akan tetapi, bila ditemukan kasus yang

menunjukan adanya anamnesis secara klinis kearah penyakit Tuberkulosis Paru

sedangkan hasil BTA SP ( Sewaktu; Pagi ) menunjukan hasil negative maka perlu

adanya crosscheck dengan metode lain.

Jadi metode TCM / GENE EXPERT sangat disarankan untuk dipilih agar

membantu menegakkan diagnose penyakit Tuberkulosis Paru dengan segera

sehingga pemutusan mata rantai penularan penyakit Tuberkulosis Paru dapat

terlaksana, karena semakin cepat mendapatkan hasil laboratorium yang berkaitan

dengan penyakit tersebut maka semakin cepat pengobatan yang diberikan serta

sesegera mungkin perawatan terhadap penderita dilakukan sehingga kesembuhan


52

pasien didapatkan dan motto “ TOSS TB “ ( Temukan Obati Sampai Sembuh

Tuberkulosis ) dapat terwujud.


DAFTAR PUSTAKA

Ardila, Nafa.” GeneXpert MTB/RIF (Pengoperasian Alat, Prosedur, dan

Interpretasi Hasil) untuk Mendiagnosa TBC”.

https://www.infolabmed.com/2017/03/genexpert-mtbrif-pengoperasian-

alat.html. ( diakses tanggal 14 April 2019).

Brooks, Geo F., Butel, Janet S. dan Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi

Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Cepheid GeneXpert GXMTB/RIF. (2010). GeneXpert GXMTB/RIF. Hal : 25-27.

Jakarta : RS Pengayoman Cipinang.

Handayani, Heni. “ Peranan Laboratorium Dalam Diagnosis Penyakit TB

“.http://yankes.kemkes.go.id. ( diakses tanggal 7 Maret 2019 ).

Ismail, dr. Efriadi. “Kompilasi Praktis Pulmonologi dan Kedokteran respirasi “.

www.academia.edu/17126328/infeksi_vita. ( diakses tanggal 16 september

2019 ).

Puji, Aprinda. “ Ini Gejala TBC Yang Perlu Diwaspadai “. Hellosehat.com/gejala-

tbc/http. ( diakses tanggal 24 Februari 2019 ).

Ramadhan, Muhammad. “ Mikrobiologi Uji Kepekaan Antibiotik dan tes widal

Bms 3 “.https://www.scribd.com/doc/294912043/Mikrobiologi-Uji-

Kepekaan-Antibiotik-Dan-Tes-Widal-Bms-3 “. ( diakses tanggal 23

September 2019 ).
Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th

ed.). McGraw Hill : Database of Mycobacterium tuberculosis genome

sequences and related information.

Samiadi, Lika aprilia. “ Apa itu TBC ? “. Hellosehat.com/penyakit/tbc-

tuberculosis/http. ( diakses tanggal 24 Februari 2019 ).

Suprayudi, Mei. 2008. Buku Praktikum Bakteriologi IV. Surabaya : Analis Medis

FK UNAIR.

Wihardji, dr. Tanessa Audrey. “ Peran IGRA dalam Mendiagnosa Tuberkulosis

Laten “. https://www.alomedika.com/peran-igra-dalam-mendiagnosa-

tuberkulosis-laten. ( diakses tanggal 19 April 2019 ).

________. “ Tinjauan Pustaka Morfologi Mycobacterium tuberculosis

“.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus-gdl-elvatrihan-6218-

3-babii.pdf. ( diakses tanggal 5 Mei 2019 ).


EMPAT JENIS METODE PEMERIKSAAN LABORATORIUM

SEBAGAI PENEGAK DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU

Makalah Ini Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Akreditasi

Untuk Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil

dari Golongan III/a Ke Golongan III/b

DISUSUN OLEH :

DESI AMBARWATI, A. Md

NIP. 19871202 201001 2 003

DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

RSUD DR. M. SOEWANDHIE

TAHUN 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah disahkan pada tanggal 25 September 2019

Mengesahkan

Atasan Langsung Penulis

dr. Eko Apriyanto Desi Ambarwati, A. Md


Pembina Penata Muda
NIP.19790411 200501 1 017 NIP. 19871202 201001 2 003

Surabaya, 25 September 2019

Tim Akreditasi Tanda Tangan

1. drg. Migit Supriati, M. Kes 1. …………………

2. Sri Astutik, S. Si, MM. 2…………………..

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena

berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Empat

Jenis Metode Pemeriksaan Laboratorium Sebagai Penegak Diagnosis

Tuberkulosis Paru”. Makalah ini diajukan guna memenuhi persyaratan kenaikan

pangkat jenjang kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dari golongan III/a ke

golongan III/b.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada :

1. Yth. Direktur RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya yang telah

memberikan kesempatan dalam menyusun makalah ini.

2. Yth. Staf Bagian Akreditasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang telah

memberikan bimbingan dalam pembuatan akreditasi dan makalah.

3. Yth. Staf Bagian Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas sumber

pustaka dalam penyusunan makalah ini.

4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan

makalah ini.

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharap

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat

untuk pembangunan ilmu kita semua.

PENULIS

Desi Ambarwati, A. Md

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1..................................................................................Latar Belakang

........................................................................................................1

1.2.............................................................................Rumusan Masalah

........................................................................................................4

1.3..............................................................................................Tujuan

........................................................................................................4

1.3.1 Tujuan Umum...................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................ 4

1.4.............................................................................................Manfaat

....................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Tuberkulosis Paru......................................................... 6

2.1.1. Definisi Penyakit Tuberkulosis Paru.................................... 6

2.1.2. Etiologi Penyakit Tuberkulosis Paru.................................... 9

2.1.3. Gejala & Cara Penularan Tuberkulosis Paru........................ 9

2.2. Mycobacterium tuberculosis....................................................... 16

iv
2.2.1. Definisi Mycobacterium tuberculosis.................................. 16

2.2.2. Morfologi Mycobacterium tuberculosis............................... 18

2.2.3. Sifat Fisiologi Mycobacterium tuberculosis......................... 20

2.2.4. Toksin Mycobacterium tuberculosis..................................... 23

2.3. Metode Pemeriksaan Laboratorium............................................ 24

2.3.1. Metode Mikroskopis Sputum BTA...................................... 24

2.3.2. Metode Gene Expert ( TCM ).............................................. 28

2.3.3. Metode IGRA TB................................................................. 32

2.3.4. Metode Kultur Mycobacterium tuberculosis........................ 37

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................ 49

3.2. Saran........................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai