BAB I
PENDAHULUAN
Diseluruh dunia tahun 1990 WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru
TB dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara. Dalam periode 1984 – 1991 tercatat
peningkatan jumlah kasus TB diseluruh dunia, kecuali Amerika dan Eropa. Di tahun
1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB dan 2,5 juta kematian akibat TB diseluruh
dunia.⁴
negara yaitu India, Cina, Bangladesh, Pakistan, Indonesia dan Filipina. Indonesia
menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus terbesar di dunia setelah India dan
Cina. ³
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen
Kesehatan RI, tahun 1972 TB menempati urutan ke-3 penyebab kematian menurut
SKRT tahun 1980 TB menempati urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992, TB
menempati urutan nomor 2 sesudah penyakit sistem sirkulasi. Pembuatan diagnosis
tuberkulosis paru kadang-kadang sulit, sebab penyakit tuberkulosis paru yang sudah
berat dan progresif, sering tidak menimbulkan gejala yang dapat dilihat/dikenal;
antara gejala dengan luasnya penyakit maupun lamanya sakit, sering tidak
mempunyai korelasi yang baik. Hal ini disebabkan oleh karena penyakit tuberkulosis
paru merupakan penyakit paru yang besar (great imitator), yang mempunyai
diagnosis banding hampir pada semua penyakit dada dan banyak penyakit lain yang
mempunyai gejala umum berupa kelelahan dan panas. ⁵
BAB II
ISI
2.1. DEFINISI
2.2. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta
setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat
di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi
mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. ⁸
2.3 ETIOLOGI
2.4 PATOGENESIS
1. Tuberculosis Primer
atau jaringan paru. Partikel ini dapat masuk ke jaringan alveolar bila ukuran partikel
< 5 mikrometer.
Pada stadium permulaan setelah pembentukan focus primer akan terjadi beberapa
kemungkinan :
- Penyebaran Bronkogen
- Penyebaran Limfogen
- Penyebaran Hematogen
Penyebaran ini dapat berhenti jika jumlah kuman yang masuk sedikit dan telah
terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap basil tuberculosis. Jika basil
tuberculosis masuk ke saluran pernafasan cukup banyak makan akan terjadi
tuberculosis milier.
Kelanjutan dari sarang tersebut, akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis local), pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional).
2.5 KLASIFIKASI
a. Kasus baru: penderita yang belum pernah mendapat pengobatan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (30 dosis harian)
9
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
d. Kasus lalai berobat: penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan,
dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya
penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
e. Kasus gagal: penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobtan) ATAU penderita
dengan hasil BTA negatif, gambaran radiologi positif menjadi BTA positif pada akhir
bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologi ulang hasilnya perburukan
f. Kasus kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologi
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang adekuat
akan lebih mendukung
10
Tuberkulosis Ekstraparu
2. Jenis Kelamin
Jumlah penderita pria yang lebih banyak karena diduga aktivitasnya yang
lebih tinggi dibandingkan perempuan.
3. Status Gizi
Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya
tahan tubuh dan respom imumologis terhadap penyakit.
4. Malnutrisi.
12
5. Diabetes
Bukti biologis mendukung teori diabetes itu secara langsung merusak respon
imun bawaan dan adaptif, sehingga mempercepat proliferasi TB. ¹¹
6. Proksimitas
Kontak dekat kasus TB yang menular termasuk kontak dan perawatan rumah
tangga pemberi / pekerja perawatan kesehatan. beresiko tinggi menjadi
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan perkembangannya tuberkulosis
aktif primer.
3. Ventilasi
Fungsi ventilasi adalah untuk mejaga agar aliran udara didalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan sehingga merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/bakteri penyebab
penyakit, misalnya kuman TB.
4. Kebiasaan Merokok
1. Gejala respiratorik
Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
Demam
Malaise
Keringat malam
Anoreksia dan berat badan menurun⁸
2.8 DIAGNOSA
2.8.1 Anamnesis
Dari Anamnesis yang dilakukan pada pasien diduga TB paru, akan didapati
keluhan seperti batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, dan
batuk darah. Dan juga akan ditemukan keluhan lainnya seperti demam, malaise,
keringat malam serta penurunan berat badan. Dalam meng-anamnesis riwayat
penyakit terdahulu, tanyakan apakah pasien ada kontak dengan penderita TB paru?
Selain itu juga tanyakan riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit
keluarga/keturunan, serta faktor yang memberatkan penyakit yang diderita pasien.
b. Palpasi
Umumnya dilakukan untuk mengetahui denyut apeks, posisi trakea,
kelenjar getah bening aksila, jumlah gerakan dinding dada, fremitus vocal.
Pada pasien TB paru ditemukan hantaran getaran (thrill) yang lebih 4 cm ke
dalam paru.
Pada TB paru dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot interkostal.
Suhu badan demam (subfebris)
c. Perkusi
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah apeks. Bila ada
infiltrat yang luas maka akan dijumpai perkusi yang redup.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar perkusi akan akan memberikan suara
hipersonor atau timpani
Bila TB mengenai pleura akan menyebabkan efusi pleura, perkusi akan
memberikan suara pekak.
d. Auskultasi
Bila infiltrat luas pada auskultasi akan terdengar suara nafas bronkial
Bila infiltrat diliputi oleh penebalan pleura maka suara nafas menjadi
vesikuler melemah
Tetapi akan didapat juga suara tambahan seperti ronki basah, kasar dan
nyaring
Bila terdapat kavitas yang cukup besar pada auskultasi akan memberikan
suara amforik
16
Bila TB mengenai pleura akan menyebabkan efusi pleura pada saat auskultasi
akan memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama
sekali.¹²
b. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Pada saat TB paru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergesaran ke kanan. Jumlah limfosit masih dibawah
normal. Laju endap darah mulai meningkat.
Sputum
Pemeriksaan penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberculosis sudah dapat dipastikan disamping itu juga dapat memberikan evaluasi
terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Kriteria sputum BTA (+) adalah bila
sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada sediaan (5.000). Bila dua
atau lebih dari tiga spesimen tersebut terdapat BTA (+) maka dinyatakan sebagai
penderita TB paru; bila hanya satu spesimen yaitu BTA (+), maka perlu dilakukan
pemeriksaan ulang dahak S-P-S, bila hasil masih tetap sama maka dilakukan
18
pemeriksaan radiologi. Bila ketiga dahak hasilnya BTA (-) diberikan antibiotik
spektrum luas selama 1-2 minggu dan ulangi pemeriksaan dahak S-P-S dan
pemeriksaan radiologi.
Tes Tuberculin
Menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M.
tuberculosae, M.bovis, vaksinasi BCG, dan Mycobacteria patogen lainnya. Untuk
memberikan reaksi gambaran imun terhadap adanya antigen tuberculosis. ¹²
petugas di Fasyankes.
• Cara pemeriksaan
Dapat dilakukan secara mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen atau
biakan. Biakan adalah cara yang terbaik karena dapat untuk memastikan
kuman tersebut kuman hidup, dan dapat dilakukan uji kepekaan dan
identifikasi kuman bila perlu. Pemeriksaan mikroskopik dapat dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen atau Tan Thiam Hok (gabungan Kinyoun Gabbett),
dan biakan dengan cara sederhana.
2.9 TATALAKSANA
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Empat OAT dalam 1 tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pirazinamid 400 mg, dan etambutol 275 mg, dan
Tiga obat dalam 1 tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan
pirazinamid 400 mg
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian: makrolid, amoksilin + asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
Dosis OAT
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila
mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasilitas
yang mampu menanganinya.
Panduan OAT
Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi:
1. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas
Panduan obat yang dianjurkan: 2 RHZE / 4 RH
Atau 2 RHZE / 6 HE
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh
paru). Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan
disesuaikan dengan hasil uji resistensi
2. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal
Panduan obat yang dianjurkan: 2 RHZE / 4 RH
Atau 6 RHE
II - Kambuh -RHZES / 1RHZE / sesuai Bila
hasil uji resistensi atau streptomisin
-Gagal
2RHZES / 1RHZE / 5 alergi, dapat
pengobatan
RHE diganti
kanamisin
-3-6 kanamisin,
ofloksasin, etionamid,
sikloserin / 15-18
ofloksasin, etionamid,
sikloserin atau 2RHZES /
1RHZE / 5RHE
II - TB paru putus Sesuai lama pengobatan
berobat sebelumnya, lama berhenti
minum obat dan keadaan
klinis, bakteriologi dan
radiologi saat ini (lihat
uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE /
26
5R3H3E3
III -TB paru BTA 2 RHZE / 4 RH atau
neg. lesi
6 RHE atau
minimal
*2RHZE /4 R3H3
IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji
resistensi (minimal OAT
yang sensitif) + obat lini 2
(pengobatan minimal 18
bulan)
IV - MDR TB Sesuai uji resistensi +
OAT lini 2 atau H
seumur hidup
Tabel 2. Ringkasan paduan obat
Terapi Pembedahan
Indikasi operasi:
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi dahak tetap
positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif
2. Indikasi Relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kaviti yang menetap
29
1. Bronkoskopi
2. Punksi pleura
3. Pemawangan WSD (water sealed drainage)
Kriteria Sembuh
1. BTA mikroskopik negatif 2 kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
2. Pada foto thoraks, gambaran radiologik serial tetap sama / perbaikan
3. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif
Evaluasi Pengobatan
Evaluasi Klinik
Kriteria sembuh
1. BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensifdan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
2. Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/ perbaikan
3. Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negative
Pengobatan TB MDR
Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang
distandarisasi untuk penderita MDR-TB. Pemberian pengobatan pada
dasarnya tailor made, bergantung dari hasil uji resstensi dengan menggunakan
minimal 2 – 3 OAT yang masih sensitif dan obat tambahan lain yang dapat
digunakan yaitu golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin),
33
2.11 KOMPLIKASI
Tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dini antara lain dapat timbul pleuritis, efusi pleura,
empisema, laringitis, usus Poncet’s arthropathy. Sedangkan komplikasi lanjut dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, dan sindrom gagal napas (sering terjadi pada TB milier
dan kavitas TB).¹⁰
2.12 PROGNOSIS
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi
2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Pada kasus-kasus tertentu, terkadang terjadi Multy Drugs Resistence. Untuk
menangani kasus ini dapat maka dapat digunakan OAT lini ke-2. Saat ini paduan
yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2 –3 OAT lini 1 ditambah
dengan obat lini 2, yaitu Ciprofloksasin dengan dosis 1000 – 1500 mg atau ofloksasin
600 – 800 mg (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali sehari). Pengobatan
terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan waktu yang lama
yaitu minimal 12 bulan, bahkan bisa sampai 24 bulan.