Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA SYSTEM PERNAPASAN DENGAN PENYAKIT TB PARU

disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah II

Di susun oleh:

NAMA: NUR HIKMAH UMATI


NIM: 14420202154

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……..…………..) (…………….…)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Definisi

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan

bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di

Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2010). Penyakit tuberculosis

biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang

dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan

penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (Wiwid, 2013).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru

Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan

nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2009 ).

B. Klasifikasi

WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yaitu:

1. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan bentuk

TB berat.

2. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif.

3. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak luas dan kasus TB

ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori I

4. Kategori IV ditujukan kepada : TB kronik.

C. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang dengan

ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae

complex adalah :
1. M. Tuberculosae

2. Varian Asian

3. Varian African I

4. Varian African II

5. M. bovis.

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman

lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga

lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering

maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi

karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali

menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular

yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian

disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).

D. Patofisiologi

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru, yaitu :

1. Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi

droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas

selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan

kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai

berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada

saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5

mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan

trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini

ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan

berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau

sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar

sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran

gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati regional kemudian

bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila

masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian paru menjadi TB milier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis

lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang

primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini

memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :

a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.

b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,

keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan ± 10 % diantaranya dapat

terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.

c. Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya. Secara

bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman dapat juga dapat

tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara limfogen ke organ tubuh

lain- lainya. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Semua kejadian di atas tergolong

dalam perjalanan tuberculosis primer.


2. Tuberculosis pasca primer (sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun kemudian

sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.

Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit

maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini

yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya

adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.

Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu

sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-

langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai

jaringan ikat.

TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua

tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat menjadi :

a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.

Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran. Sarang dini yang

meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian

tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju

dibatukan keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-

lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga

menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis

protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang
berlebihan sitokin dengan TNF nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic

dissesminaate TB yang terjadi pada immunodifisiensi dan usia lanjut.

Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak kavitas dapat

1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke

dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke paru

sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang

ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi

TB endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke pleura .

2) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur dan

menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik

kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi

mycetoma .

3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan

membungkus diri menjadi kecil. kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang terbungkus,

menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.


E. Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat

diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,

nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,

demam meriang lebih dari satu bulan

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien

ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang

sering dijumpai

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-41°C.

Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.

Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.

2. Batuk/Batuk Darah

Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang

keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada

setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-

bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh

darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat

juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3. Sesak Napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan

ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian

paru-paru.
4. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien

menarik/melepaskan napasnya.

5. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa

anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang,

nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin

berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

F. Komplikasi

komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan tuberculosis paru, yaitu :

1. Pleuritis tuberkulosa

Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat juga

dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau

columna vertebralis.

2. Efusi pleura

Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru, yang

disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung

bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.

3. Empiema
Penumpukann cairan terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di

sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis

tuberculosis).

4. Laryngitis

Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.

5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)

Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan akan

berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebar

melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium

tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran

pencernaan.

6. Keruskan parennkim paru berat

Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika

tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.

7. Sindrom gagal napas (ARDS)

Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas atau

ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

G. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang

Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

1. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)


Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau segmen

apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus

menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial). Pada awal penyakit saat lesi

masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti

awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka

bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. lama-lama dinding

menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis.

Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Pada

atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian

atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.

Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar

merata pada seluruh lapang paru.

Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan pleura

(pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen

di pinggir paru/pleura (pnemothorax)

Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada

tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non

sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.

2. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit

rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini lebih superior
dibandingkan dengan radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan

dapat dibuat transversal.

3. Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )

Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses dekat apek

paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan dapat dibuat transversal, segital dan koronal.

4. Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya

tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah

leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah

normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali

normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun kearah normal lagi.

5. Sputum (BTA)

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA

pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.

6. Tes tuberculin/ tes mantoux

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis

terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini dengan menyuntikan 0,1

cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat

diberikan dulu 1 atau 2 T.U (first strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan

hasil negative, berarti tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U.
Sudah cukup berarti. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau

pernah terserang Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.

7. Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :

a. Indurasi 0-5 mm (diameternya ) mantoux negative = golongan non sensitivity.

b. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody

normal masih menonjol.

c. Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran antibody

selular paling menonjol.

H. Penatalaksanaan

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah

kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap

OAT.

2. Prinsip Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan

dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .

Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat

dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =

Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1) Tahap awal (intensif)


a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu

yang lebih lama

b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan.

3. Jenis, sifat dan dosis OAT

4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia


a. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di

Indonesia:

o   Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

o   Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

 Kategori Anak: 2HRZ/4HR

b. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat

kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan

dalam bentuk OAT kombipak.

 Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.

Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu

paket untuk satu pasien.

 Paket Kombipak.

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,

Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi

pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan

pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai

selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

 KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:


1.    Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping.

2.      Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3.      Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

I. Prognosis

Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis (OAT)

yang di konsumsi selama ± 6 bulan secara rutin.

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita TB patu yang lain.
2. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat
ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif.
4. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
5. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain

6. Pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
g. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak
ada gangguan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir
klien tentang penyakitnya.
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
7. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a. Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b. Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
  inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas
yang tertinggal, suara napas melemah.
  Palpasi   : Fremitus suara meningkat.
  Perkusi      : Suara ketok redup.
  Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang
nyaring.
c. Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d. Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
e. Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
f. Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari –
hari yang kurang meyenangkan.

g. Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h. Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Pola napas tidak efektif

3. Nyeri akut

4. Gangguan pertukaran gas

5. Resiko defisit nutrisi

6. Defisit pengetahuan

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa
Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah diberi tindakan Latihan Batuk efektif
napas tidak keperawatan selama …x24 Observasi
efektif jam diharapkan tidak ada 1. Identifikasi kemampuan batuk
obstruksi jalan napas 2. Monitor adanya sputum
Kriteria hasil : 3. Monitor adanya tanda dan gejala
1. Produksi sputum infeksi saluran napas
menurun Terapeutik
2. Mengi menurun 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Wheezing menurun 2. Pasang perlak dan bengkok di
4. Dyspnea menurun pangkuan klien
5. Ortopnea menurun 3. Buang sekret pada pot sputum
6. Sulit berbicara menurun
7. Sianosis menurun Edukasi
8. Gelisah menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
9. Frekuensi napas membaik batuk efektif
10.Pola napas membaik 2. Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
tahan selama 3 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
3. Anjurkan mengulangi Tarik napas
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik napas
yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik,
bila perlu
2 Pola napas Setelah diberi tindakan Terapi oksigen
tidak efektif keperawatan selama …x24 Observasi
jam diharapkan pola napas 1. Monitor kecepatan aliran
membaik dengan kriteria
oksigen
hasil :
2. Monitor posisi alat terapi
Setelah dilakukan tindakan
oksigen
keperawatan selama … x 24
3. Monitor aliran oksigen secara
jam diharapkan pola napas
membaik dengan kriteia
perodik dan pastikan fraksi

hasil: yang diberikan cukup


1. Ventilasi semenit Terapeutik
meningkat 4. Pertahankan kepatenan jalan
2. Kapasitas vital napas
meningkat 5. Berikan oksigen
3. Diameter thoraks tambahan , jika perlu
anterior-posteilor
6. Gunakan perangkat
meingkat
oksigen yang sesuai dengan
4. Tekanan ekspirasi
tingkat mobilitas pasien
meningkat
Edukasi
5. Tekanan inspirasi
meningkat 7. Ajarkan pasien dan keluarga
6. Dyspnea menurun cara
7. Penggunaan otot bantu menggunakan oksigen di
napas menurun rumah
8. Pemanjangan fase
kolaborasi
ekspirasi menurun
8. Kolaborasi penentuan dosis
9. Ortopnea menurun
oksigen
10. Pernapasan pursed-tip
11. Pernapasan cuping
hidung menurun
12. Frekuensi napas
membaik
13. Kedalaman napas
membaik
14. Ekskursi dada membaik

3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


keperawatan selama …x 24 Observasi
jam diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun, dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
1. Kemampuan 2. Identikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas 3. Identikasi factor yang
meningkat memperberat dan memperingan
2. Keluhan nyeri menurun nyeri.
3. Meringis menurun 4. Identifikasi pengetahuan dan
4. Gelisah menurun keyakinan tentang nyeri.
5. Kesulitan tidur menurun Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri (terapi
music, tehnik imajinasi
terbimbing, terapi bermain)
2. Konrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, kebisingan, pencahayaan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, perode, dan
permicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Ajarkan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurasi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
4 Gangguan Setelah diberi tindakan  Pemantauan Respirasi
pertukaran gas keperawatan selama …x24 Observasi
jam diharapkan oksigenasi 1. Monitor frekuensi, irama,
pada membran alveolus kedalaman dan upaya napas
kapiler dalam batas normal 2. Monitor pola napas
Kriteria hasil : 3. Monitor kemampuan batuk efektif
1. Tingkat kesadaran baik 4. Monitor adanya produksi sputum
2. Tidak ada dipsnea 5. Monitor adanya subatan jalan
3. Tidak ada takikardi napas
4. Tidak ada sianosis
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
5 Risiko defisit Setelah dilakukan intervensi Manejemen Gangguan Makan
nutrisi keperawatan selama ….x24 Obeservasi
jam diharapkan status 1. Monitor asupan dan keluarnya
nutrisi terpenuhi makanan dan cair serta kebutuhan
Kriteria hasil: kalori
1. Porsi makanan yang Terapeutik
dihabiskan meningkat 1. Timbang berat badan secra rutin
2. Berat badan atau IMT 2. Diskusikan perilaku makan dan
meningkat jumlah aktivitas fisik (termasuk
3. Frekuensi makan olahraga) yang sesuai
meningkat 3. Lakukan kontak perilaku (mis:
4. Nafsu makan meningkat target berat badan dan tanggung
5. Persaan cepat kenyang jawab perilaku)
meningkat 4. Damping ke kamar mandi untuk
pengamatan perilaku
memuntahkan kembali makanan
5. Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan target dan
perubahan perilaku
6. Berikan konsekuensi jika tidak
memcapai target sesuai kontrak
7. Rencanakan program pengobatan
untuk perawatan dirumah (mis:
medis, konseling)
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi
pemicu pengeluaranan makanan
(mis: pengeluaran yang disengaja,
mntah, aktivitas berlebihan)
2. Ajarkan pengaturan diet yang
tepat
3. Ajarkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
6. Defisit Setelah diberi tindakan Observasi
pengetahuan keperawatan selama ….x24 1. Identifikasi kesiapan dan
jam diharapkan tidak ada kemampuan menerima informasi
defisit pengetahuan 2. identifikasi faktor-faktor yang
Kriteria hasil : dapat meningkatkan dan menurunkan
1. Perilaku sesuai anjuran motivasi
2. Mampu menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang 1.Sediakan materi dan media
suatu topik pendidikan kesehatan
3. Perilaku sesuai dengan 2.Jadwalkan pendidikan kesehatan
pengetahuan sesuai kesepakatan
3.Berikan kesempata untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2009. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Johnson, M., et all. 2011. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
Tambayong, J. 2015. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN SISTEM SYSTEM
RESPIRASI DENGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS (TB PARU)
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah II

Di susun oleh:
NAMA: NUR HIKMAH UMATI
NIM: 14420202154

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……..…………..) (…………….…)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 11
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FKM UMI

NAMA MAHASISWA YANG MENGKAJI: NUR HIKMAH UMATI NIM : 14420202154


No. RM : 392915
Tanggal
: 03/06/2021
pengkajian
Tempat : BAJI ATI

I. DATA UMUM

1. Identitas Klien
Nama : Tn. K Umur : 23 tahun
Tempat tanggal Lahir : Makassar, 10-10-1998 Jenis Kelamin :L
Status perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana Suku : Makassar
Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : 1 tahun
: Jln. Panesoreng Desa
Alamat No. Tlp. :-
Salohe Kec. Sinjai Timur
Tanggal masuk RS : 31/05/2021 Ruangan : Baji Ati
Golongan darah : AB Sumber info : Pasien
2. Penanggung Jawab/ pengantar
Nama : Ny. B Umur : 47 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan
: Istri
klien
: Jln. Panesoreng Desa
Alamat
Salohe Kec. Sinjai Timur

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan Utama : Nyeri dada


: sesak, batuk berdahak, demam, lemas, keringat dingin, sesak
2. Alasan masuk RS
napas, sakit kepala
3. Riwayat Penyakit
Provocative/Palliative : nyeri dirasakan di bagian dada
Quality : tertusuk-tusuk
Rigion : bagian dada
Severity : skala sedang (6)
Timming : nyeri dada hilang timbul
4. Data Medik
a. Dikirim oleh 1 : UGD : Dokter Praktekz

b. Diagnosa Medik
 Saat masuk : Tuberculosis (Tb paru)
 Saat pengkajian :
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang perna dialami
Saat kecil/kanak-kanak : Tidak ada
Penyebab : Tidak ada
 Pasien mengatakan sering masuk rumah sakit saat
masih sekolah SMP karena Types
 Pasien mengatakan awal kuliah dirawat dirumah sakit
Riwayat perawatan
karena hepatitis tahun 2016
 Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit
karena Covid-19 tahun 2020
Riwayat operasi : tidak perna dioperasi
Riwayat pengobatan : Tidak ada
2
Riwayat alergi : Alergi udang/seafood
.
3
Riwayat imunisasi : imunisasi lengkap
.
4
Lain-lain : ………………………………….
.
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

? ?
G1

G2 51
? ? ? ?

49
47

G3
15
23 19

Keterangan:

 Genogram 1 : ayah dari ayah klien sudah meninggal penyebabnya tidak diketahui. Ibu dari ayah
sudah meninggal penyebabnya karena tumor paru. Dan orang tua dari ibu klien masih hidup.
 Genogram 2 : ayah dari klien adalah anak k eke 2 dari 2 bersaudara, dan ayah klien pernah
nerobat 6 bulan karena penyakit Tb. Dan ibu klien adalah anak pertama dari 6 bersaudara
dan saudara ke 6 dari ibu klien sudah meninggal pada tahun 2019 karena penyait TB MDR
 Genogram 3 : Klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan sekarang di rawat di RSUD
LABUANG BAJI ruangan Baji Ati
Simbol genogram :
: Laki-laki : Cerai diadopsi : kembar non identik
: perempuan : Berpisah : Kembar identic : abortus
: Meninggal dunia : Tidak kawin, : Lahir mati
: Klien hidup bersama
V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola koping : Klien mengatasi masalahnya dengan berdiskusi dengan keluarganya
Harapan klien : Klien berharap cepat sembuh dan dapat kembali beraktifitas seperti
2.
terhadap penyakitnya biasanya
: klien mengatakan selain klien terkena penyakit TB klien juga terkena
penyakit HIV AIDS namun klien takut apabila penyakit HIV ini diketahui
3. Faktor stressor
oleh keluarga dan masyarakat yang ada disekitar. Klien selalu memikirkan
penyakitnya ini.
: klien dan keluarga berusaha mematuhi perawat dan dokter terhadap
4. Konsep diri
perawatan dan pengobatannya
: Klien dan keluarga mengertahui tentang penyakitnya ini. Namun
Pengetahuan klien ttg
5. untuk penyakit HIV AIDS keluarga tidak mengetahui dan hanya
penyakitnya
diketahui oleh klien itu sendiri.
6. Adaptasi : Klien beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya
Hubungan dengan : Klien mengatakan mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
7.
anggota keluarga anggota keluarganya
Hubungan dengan : Klien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan
8.
masyarakat masyarakat dilingkungannya.
Perhatian thd org lain : Klien merespon dengan baik orang yang sedang berada disekitarnya
9.
& lawan bicara
: klien sering berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat dan
10. Aktifitas sosial
mempuanyai kegiatan social di pemerintahan.
Bahasa yang sering : Klien berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Makassar
11.
digunakan
12. Keadaan lingkungan : Keadaan lingkungan sekitar klien nampak bersih dan nyaman
13. Kegiatan keagamaan / : klien tidak perna meninggalkan sholat ketika dirawat di ruangan
pola ibadah Baji ati
Keyakinan tentang : Klien dan keluarganya percaya bahwa segala penyakit datangnya
14.
kesehatan dari Allah swt dan semua ada obatnya.
VI. KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Makan Frekuensi : 3 x 1/hari
Sebelum masuk RS Porsi makan : 1 piring makan (tidak dihabiskan)
Nafsu makan : berkurang
Selama masuk RS Frekuensi: 3x1/hari
Porsi makan : pasien makan bubur (porsi tidak perna dihabiskan
Nafsu makan : menurun
2. Minum Frekuensi : 8 Gelas/hari
Sebelum masuk RS Porsi Minum : Kurang lebih 2 liter per hari (dihabisi)
Nafsu minum : Baik
Selama masuk RS Frekuensi : 1500ml/hari
Porsi Minum : Kurang lebih 1500ml/hari (dihabisi)
Nafsu minum : Kurang
3. Tidur
Sebelum masuk RS 8 jam/hari
Selama masuk RS : klien mengatakan bahwa tergganggu tidurnya karena pada saat memejamkan
mata selalu terbayang-bayang sesuatu yang mengganggu
4. Eliminasi
Fekal/BAB
Sebelum masuk RS : BAB 1-2x/hari dengan konsistensi lunak
Selama masuk RS : 2x/hari konsentrasi lunak
5. Eliminasi
Urine/BAK
Sebelum masuk RS : 5-6x/hari
Selama masuk RS : 5x/hari
6. Aktifitas &
: klien mengatakan klien seorang yang bekerja disalah satu store yang ada
latihan di Makassar (GAUDI) dan sehari-hari klien juga mmempuanyai kegiatan
Sebelum masuk RS social pemerintahan.
Selama masuk RS : Klien mengatakan selama sakit klien belum masuk kerja dan mengurangi
kegiatan sosialnya
7. Personal hygiene
Sebelum masuk RS Frekuensi : Mandi 2x/hari
Selama masuk RS Frekuensi : 1x sehari tanpa dibantu oleh keluarga.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Hari kamis, 03/06/2021 15:00


1. Keadaan umum
: pasien selama dirawat di baji ati mengalami penurunan berat badan
 Kehilangan BB
2kg.
 Kelemahan : Klien tampak lemah

 Perubahan mood

 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 64x/m
 Vital sign Tingkat
 Pernapasan : 18x/menit,
 Suhu : 36,5oC

 Kesadaran ciri-ciri tubuh  Compos mentis (kesadaran penuh)

2. Head to toe
 Kulit klien berwarna sawo matang
 tidak terdapat adanya lesi,
 Kulit/integument
 tidak terdapat adanya edema,
 ada bekas luka di bagian abdomen
 Rambut berwarna hitam
 Tidak ada ketombe
 Tidak ada lesi di kepala,
 Kepala & rambut  Kepala klien berbentuk bulat,
 Tidak tampak adanya benjolan,
 Tidak ada fraktur
 Tidak teraba adanya benjolan di kepala,
 Kuku bersih
 Kuku
 Capilary refill time kurang dari 2 detik
 Mata klien simetris kiri dan kanan,
 kelopak mata tidak ada dropping dan ptosis.
 Konjungtiva tampak anemis.
 Sklera mata tampak putih.
 Mata/penglihatan
 Pupil bereaksi dengan normal ketika terkena cahaya.
 Gerakan bola mata normal.
 Tidak ada peningkatan tekanan pada bola mata
 Penglihatan jelas
 Hidung simetris kiri dan kanan
 Hidung/penghiduan
 Hidung tampak bersih
 Telinga/pendengaran  Telinga klien tampak simetris kiri dan kanan,
 Tidak ada luka,
 Daun telinga bersih
 Tidak ada cairan,
 Tidak ada serumen pada telinga,
 Klien dapat mendengar dengan baik,
 Tidak ada luka daerah telinga,
 Tidak terdapat adanya nyeri tekan
 Bibir klien tampak pucat dan kering,
 Tidak ada luka,
 Mulut dan gigi
 Tidak ada lubang pada gigi klien
 Mulut tampak kering
 Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid,
 Leher  tidak ada distensi vena jugularis,
 tidak teraba adanya pembengkakan kelenjar tiroid
 Bentuk dada : Normal chest.
 Ekspansi dada : Simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi.
 Dada
 Frekuensi napas normal 18x/menit.
 Klien mengatakan nyeri pada dada
 Bentuk abdomen simetris
 Abdomen  Tidak ada pembengkakan
 Tidak ada bekas luka
 Perineum & genitalia  Tidak ada kelainan
 Tangan klien dapat bergerak normal
 Extremitas atas & bawah
 Kaki klien dapat bergerak normal
3. Pengakajian data focus
Sistem Respiratory
Inspeksi : bentuk dada normal, dada tampak bersih, tidak tampak adanya lesi, dada mengembang
saat inspirasi dan mengecil saat ekspirasi, pola napas pasien teratur, frekuensi napas pasien
18x/menit/ekspirasi
Palpasi : terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa
Perkusi: resonan diseluruh lapang paru dan petak pada jantung
Auskultasi: tidak terdengar bunyi napas tambahan

4. Pemeriksaan Diagnostik
Nama : Tn. K No. RM : 392915
Umur : 23 tahun Dx Medis : TB MDR + B20
Ruang Rawat : Baji Ati

Hasil pemeriksaan Labortorium : (04/06/2021)

Hasil Nilai Rujukan Nilai Rujukan


WBC 7,55 [10^3/uL] (4.11 – 11.30)
RBC 5,21 [10^6/uL] (4.50-5.90)
HGB 14.7 [g/dl] (14.0-17.5)
HCT 44.6 [%] (41.5-50.4)
MCV 85.6 [fL] (80.0-96.1)
MCH 28.2 [pg] (27.5-33.2)
MCHC 33.0 - [g/dl] (33.4-35.5)
PLT 306 [10^3/uL] (172-450)
WSD 40.8 [fL] (37.0-54.0)
WCH 12.8 [%] (11.6-14.6)
PDW 9,8 [fL] (9.0-17.0)
MPV 9,9 [fL] (9.0-13.0)
P-LCR 22.3 [%] (13.0-43.0)
PCT 0.30 [%] (0.17-0.35)
EUT 5.28 [10^3/uL] 69.9 [%] (1.80-7.70) (37.0-72.0)
YMPH 1.30 [10^3/uL] 17.2 - [%] (1.00-4.80) (20.0-50.0)
WONO 0.62 [10^3/uL] 8.2 [%] (0.00-0.80) (0.0-14.0)
EO 0.30 [10^3/uL] 4.0 [%] (0.00-0.60) (0.0-6.0)
BASO 0.05 [10^3/uL] 0.7 [%] (0.0 – 0.20) (0.0-1.0)
G 0.01 [%] 0.1 [%] (0.00-7.00) (0.0-72.0)
RET [%] [10^6/uL] (0.00-99.99) (0.0000-0.9999)
RF [%] (0.0-100.0)
FR [%] (0.0-100.0)
ET-HE [%] (0.0-100.0)
PF [pg] (0.0-100.0)
C-BF [%] (0.0-99.9)
C-BF [10^3/uL] (0.0-99.9)
IN [10^6/uL] [%]
MN [10^3/uL] [%]
C-BF [10^3/uL]
Hasil Pemeriksaan Labortorium : 01-06-2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan


Imunologi
Anti HIV (Rapid) Reaktif (3 Reaktif) Non Reaktif

HASIL ANALISA GAS DARAH : 01-06-2021

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


KIMIA DARAH
ANALISA GAS DARAH
PH 7,433 7,35-7,45
SO2 99 95-98 %
PO2 103 80,0-100,0 mmHg
etO2 - 15,8-22,3 ml/dl
PCO2 58,5 35,0-45,0 mmHg
etCO2 40 23-27 mmol/l
HCO3 37,1 22-25 mmol/l
BE 12 -2 s/d +2 mmol/l
LAC 0,90 0,5-1,6 mmol/l
KESAN/ SARAN ALKALOSIS METABOLIC TERKONTAMINASI
SEMPURNA

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: 02-06-2021


Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan

Mikrobiologi
BTA (2+) Pos / (2+) Pos Negatif
HASIL PEMERIKSAAN : Thorax PA (22/05/2021)
1) Bercak berwarna disertai cavitas pada lapangan atas paru kanan
2) Tidak tampak pemadatan KGB hilar
3) Trachea tampak di midline
4) Cor dan aorta dalam batas normal
5) Kedua sinus dan diafragma baik
6) Tulang-tulang intak

Kesan: Pneumonia dextra susp. ec. TB


5. Penatalaksanaan Medis/Terapi (uraikan sesuai dengan anjuran medis)
Jenis Terapi Dosis Indikasi

Ondansetron 1 amp/8 jam/ IV Digunakan untuk mual, tetapi juga


untuk mencegah muntah, yang
berkembang sehubungan dengan kinerja
prosedur radio atau kemoterapi untuk
patologi kanker.

Codein 10 mg 3x1 obat turunan fenantrena dan termasuk


dalam golongan narkotika kelas III.
Obat ini sudah umum digunakan
sebagai obat batuk kering dan pereda
nyeri. Codeine pertama kali ditemukan
oleh Pierre Jean Robiquet pada tahun
1832. Dan kini telah masuk dalam
daftar obat esensial organisasi kesehatan
dunia (WHO)

N.acetylsistein 3x1 Digunakan untuk mengencerkan dahak


pada beberapa kondisi, seperti asma,
cystic fibrosis, atau PPOK. Selain itu,
obat ini juga digunakan untuk
mengobati keracunan paracetamol.
Acetylcysteine memiliki beberapa
sediaan, yaitu tablet, kapsul, sirup,
suntik, atau larutan inhalasi.

Cotrimoxazole 960mg 2x2 bekerja dengan cara membunuh bakteri


penyebab infeksi. Obat ini juga dapat
digunakan untuk menangani dan
mencegah terjadinya pneumocystis
carinii pneumonia (PCP), terutama pada
pasien dengan daya tubuh lemah, seperti
penderita HIV/AIDS..

Star OAT MDR digunakan untuk mengatasi kekurangan


vitamin B12.

Curcuma 3x1 digunakan untuk merangsang nafsu


makan bagi orang yang memiliki
gangguan selera makan.

Ranitidine 1 amp/ 12 jam/ IV digunakan untuk mengatasi gangguan


yang disebabkan produksi asam
lambung berlebih (hiperasiditas
lambung).
PROSES KEPERAWATAN

I. ANALISA DATA
Nama : Tn. K No. RM : 392915
Umur : 23 tahun Dx Medis : TB MDR + B20
Ruang Rawat : Baji Ati

Tanggal /
Data Fokus Etiologi Problem
Jam
03/06/2021 DS: Microbacterium Tuberculosis Nyeri akut
15:00  Klien mengatakan Droplet
nyeri pada dada,
Menetap di udara
P: nyeri dirasakan
dibagian dada Terhirup
Q: tertusuk-tusuk Iritasi pada pleura
R: Dada
Peradangan pada pleura
S: Skala nyeri sedang
(6) Merangsan keluarnya mediatior
kimia (Serotanin, histamine,
T: 8 menit prostaglandin, bradikanin)
DO: Merengsang ujung syaraf bebas
 Klien tampak
meringis Impuls

Ditransfer ke medulla spinalis


melalui radik dorsalis

Thalamus
s
Kortek serebri

Persepsi nyeri

Nyeri akut
03/06/2021 DS: Iritasi pada pleura Pola napas tidak
16:00 Klien mengatakan efektif
Cairan pada pleura meningkat
ketika batuk akan
terasa nyeri di Menekan paru-paru

daerah dada dan Ekspansi paru menurun


apabila nyeri itu Sesak napas
datang klien
Pola napas tidak efektif
membutuhkan O2
DO:
Klien tampak gelisah
03/06/2021 DO: Persepsi nyeri Risiko deficit
17:00  Klien mengatakan nutrisi
Merangsang aktivitas simpatis
nafsu makanannya
Efek pada GI
menurun.
Pergerakan makanan menjadi
 Porsi makan tidak lambat
habis.
Makanan tertahan dilambung
DO:
Reflex tegang di lambung
Selama dirumah
sakit berat badan Risiko deficit nutrisi

klien menurun 2kg

II. DIGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
1.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. K No. RM : 392915
Umur : 23 tahun Dx Medis : TB MDR + B20
Ruang Rawat : Baji Ati

Diagnose Keperawatan Standar luaran Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


berhubungan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan nyeri menurun,
dengan agen cedera 5. Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil:
fisik 6. Kemampuan menuntaskan karakteristik, durasi,
aktivitas meningkat frekuensi, kualitas,
7. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
8. Meringis menurun 6. Identikasi skala nyeri
9. Gelisah menurun 7. Identikasi factor yang
10.Kesulitan tidur menurun memperberat dan
memperingan nyeri.
8. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri.

Terapeutik
3. Berikan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri (terapi
music, tehnik imajinasi
terbimbing, terapi bermain)
4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan, kebisingan,
pencahayaan)
Edukasi
5. Jelaskan penyebab, perode,
dan permicu nyeri
6. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
7. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
8. Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurasi rasa nyeri.

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
berhubungan dengan
diharapkan pola napas membaik 9. Monitor kecepatan aliran
hambatan upaya napas
dengan kriteia hasil: oksigen
15. Ventilasi semenit meningkat 10. Monitor posisi alat terapi
16. Kapasitas vital meningkat oksigen
17. Diameter thoraks anterior- 11. Monitor aliran oksigen
posteilor meingkat secara perodik dan pastikan
18. Tekanan ekspirasi meningkat fraksi yang diberikan cukup
19. Tekanan inspirasi meningkat Terapeutik
20. Dyspnea menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan
21. Penggunaan otot bantu napas napas
menurun 2. Berikan oksigen
22. Pemanjangan fase ekspirasi tambahan , jika perlu
menurun 3. Gunakan perangkat
23. Ortopnea menurun oksigen yang sesuai dengan
24. Pernapasan pursed-tip tingkat mobilitas pasien
25. Pernapasan cuping hidung
menurun
26. Frekuensi napas membaik Edukasi
27. Kedalaman napas membaik Ajarkan pasien dan keluarga
28. Ekskursi dada membaik cara
menggunakan oksigen di
rumah
kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manejemen Gangguan Makan
keperawatan selama 3x24 jam Obeservasi
berhubungan dengan
diharapkan status nutrisi terpenuhi 2. Monitor asupan dan
ketidakmampuan
Kriteria hasil: keluarnya makanan dan cair
mencerna makanan
6. Porsi makanan yang dihabiskan serta kebutuhan kalori
meningkat Terapeutik
7. Berat badan atau IMT meningkat 8. Timbang berat badan secra
8. Frekuensi makan meningkat rutin
9. Nafsu makan meningkat 9. Diskusikan perilaku makan
10. Persaan cepat kenyang dan jumlah aktivitas fisik
meningkat (termasuk olahraga) yang
sesuai
10. Lakukan kontak perilaku
(mis: target berat badan dan
tanggung jawab perilaku)
11. Damping ke kamar mandi
untuk pengamatan perilaku
memuntahkan kembali
makanan
12. Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan target
dan perubahan perilaku
13. Berikan konsekuensi jika
tidak memcapai target sesuai
kontrak
14. Rencanakan program
pengobatan untuk perawatan
dirumah (mis: medis,
konseling)
Edukasi
4. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu
pengeluaranan makanan
(mis: pengeluaran yang
disengaja, mntah, aktivitas
berlebihan)
5. Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
6. Ajarkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
IV. IMPLEMENTASI I DAN EVALUASI
No
Diagnos Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
a
1 Kamis S : Pasien mengatakan nyeri dada
Nyeri akut
03/06/2021 1. Mengidentifikasi lokasi O : Pasien tampak meringis

16:00 A : Masalah belum teratasi


karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
P : Lanjutkan intervensi
intensitas nyeri.
1. Mengidentifikasi lokasi
Hasil :
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
P : nyeri dada
intensitas nyeri.
Q : Hilang timbul
2. Mengidentifikasi skala nyeri
R : dada
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat
S : Skala sedang (6)
dan memperingan nyeri
T : 8 menit ketika nyeri itu datang
16:10 4. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
2. Mengidentifikasi skala nyeri
mengurangi rasa nyeri
Hasil : Nyeri skala 6
16:15 5. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika
3. Mengidentifikasi faktor yang
perlu
memperberat dan memperingan nyeri
Hasil : pada saat nyeri itu datang
16:20 4. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : pasien belum mampu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam
5. Pemberian analgetik
16:25 Hasil : telah diberikan
Ondansetron 1 amp/8 jam/ IV
Codein 10 mg 3x1
N.acetylsistein 3x1
Cotrimoxazole 960mg 2x2
OAT MDR
Curcuma 3x1
Ranitidine 1 amp/ 12 jam/ IV
2. Kamis Pola napastidak efektif S:
03/06/2021 1. Memonitor kecepatan aliran oksigen  Pasien mengatakan sesak
16:30 Hasil : pasien telah diberikan oksigen 4
liter dan merasa nyaman O:
16:35
2. Memonitor posisi alat terapi oksigen  Pasien tampak gelisah
Hasil : pasien merasa nyaman dengan
16:40 A : masalah belum teratasi
posisi alat terapi yang diberikan
3. Memonitor kemampuan melepaskan P : lanjutkan intervensi

oksigen saat makan 1. Memonitor kecepatan aliran oksigen

Hasil : pasien mampu melepas oksigen 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen

16:45 saat makan 3. Memonitor kemampuan melepaskan

4. Memonitor tanda-tanda Hipoventilasi oksigen saat makan

Hasil : tidak ada tanda-tanda hipoventilasi 4. Memonitor tanda-tanda hipoventilasi


16:50
5. Tetap berikan oksigen saat pasien 5. Tetap berikan oksigen saat pasien

ditransportasi ditransportasi
Hasil : pasien merasa nyaman dengan
oksigen transportasi

3. Kamis Risiko deficit nutrisi S : Klien mengatakan hanya makan bubur


03/06/2021 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dengan porsi yang tidak di habiskan

17:00 dan cairan serta kebutuhan kalori O : Hasil timbang BB : 40,5 kg


Hasil : Klien makan bubur dengan porsi A : Masalah belum teratasi
yang tidak di habiskan P : lanjutkan intervensi
2. Menimbang berat badan 1) Monitor asupan dan keluarnya makanan
Hasil : 40,5 kg dan cairan serta kebutuhan kalori
3. Memberikan motivasi kepada klien 2) Menimbang berat badan
agar mau menambah porsi makan 3) Memberikan motivasi kepada klien agar
Hasil : Klien bersedia makan lebih mau menambah porsi makan
banyak namun nafsu makan yang 4) Mengajarkan pengaturan diet yang tepat
menurun 5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target
4. Mengajarkan pengaturan diet yang berat badan
tepat
Hasil : Klien memahami apa yang telah
di ajarkan
5. Mengajarkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah perilaku
makan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan
Hasil : 40,5 kg
7. Kolaborasi pemberian vitamin
penambah nafsu makan
Hasil : Pemberian Curcuma tab 3x1/hari
IMPLEMENTASI II DAN EVALUASI

No
Diagnos Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
a
1 Jum’at Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
04/06/2021 1. Mengidentifikasi lokasi O : Pasien tidak meringis

14:30 karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,inten A : Nyeri teratasi sebagian


sitas nyeri. P : Pertahankan intervensi
Hasil : 1. Mengidentifikasi lokasi
P : nyeri dada karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
Q : Hilang timbul intensitas nyeri.
R : dada 2. Mengidentifikasi skala nyeri
S : Skala (2) 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat
T : 3 menit ketika nyeri itu datang dan memperingan nyeri
14:35 2. Mengidentifikasi skala nyeri 4. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
Hasil : Nyeri berkurang. Skala 2 mengurangi rasa nyeri

14:40 3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat 5. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika


dan memperingan nyeri perlu
Hasil : 4 menit ketika nyeri itu datang
4. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
14:45
mengurangi rasa nyeri
Hasil : pasien sudah mampu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam
14:50 5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Hasil : istirahat dan tidur pasien cukup baik
14:55 6. Pemberian analgetik
Hasil : telah diberikan
Ondansetron 1 amp/8 jam/ IV
Codein 10 mg 3x1
N.acetylsistein 3x1
Cotrimoxazole 960mg 2x2
OAT MDR
Curcuma 3x1
Ranitidine 1 amp/ 12 jam/ IV
2. Jum’at S:
Pola napas tidak efektif
04/06/2021 1. Memonitor kecepatan aliran oksigen  Pasien mengatakan sesaknya sudah mulai
berkurang
15:00 Hasil : pasien telah diberikan oksigen 4
15:05 liter dan merasa nyaman  Pasien mengatakan nyeri dada berkurang

15:10 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen O:


Hasil : pasien merasa nyaman
 Pasien tampak gelisah
3. Memonitor tanda-tanda
15:15
A : masalah teratasi sebagian
Hipoventilasi
15:20 P : lanjutkan intervensi
Hasil : tidak ada tanda-tanda hipoventilasi 1. Memonitor kecepatan aliran oksigen
4. Tetap berikan oksigen saat pasien 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen
15:25 3. Memonitor tanda-tanda hipoventilasi
ditransportasi
4. Tetap berikan oksigen saat pasien
Hasil : pasien merasa nyaman dengan ditransportasi
oksigen transportasi
3. Jum’at Risiko deficit nutrisi S : - klien mengatakan hanya makan bubur
05/06/2021 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan selama dirawat namun masih belum bisa

16:30 dan cairan serta kebutuhan kalori menghabiskan makanan


Hasil : klien mengatakan hanya makan  Klien mengatakan perasaan cepat
bubur selama dirawat namun masih kenyang menurun
belum bisa menghabiskan makanan O : Hasil timbang BB : 39 kg
2. Menimbang berat badan A : Masalah teratasi sebagian
16:35
Hasil : 39 kg P : Lanjutkan intervensi
3. Memberikan motivasi kepada klien agar 1) Monitor asupan dan keluarnya makanan
16:40 mau menambah porsi makan dan cairan serta kebutuhan kalori
Hasil : Klien bersedia makan lebih 2) Menimbang berat badan
banyak namun bertahap 3) Memberikan motivasi kepada klien agar
16:45 4. Mengingatkan kembali pengaturan diet mau menambah porsi makan
yang tepat 4) Mengajarkan pengaturan diet yang tepat
Hasil : klien mematuhi aturan diet yang 5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
diajarkan target berat badan
5. Kolaborasi pemberian vitamin penambah
16:50
nafsu makan
Hasil : Pemberian Curcuma tab 3x1/hari
IMPLEMENTASI III DAN EVALUASI

No
Diagnos Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
a
2. Sabtu S:
Pola napas tidak efektif
05/06/2021 1. Memonitor kecepatan aliran oksigen  Pasien mengatakan sesaknya sudah mulai
10:15 Hasil : pasien telah diberikan oksigen 4 berkurang
liter dan merasa nyaman
O : pasien tampak nyaman
10:20 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen
Hasil : pasien merasa nyaman A : masalah teratasi
3. Memonitor tanda-tanda
10:25 P : Pertahankan intervensi
Hipoventilasi
Hasil : tidak ada tanda-tanda
hipoventilasi
10:30 4. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Hasil : pasien merasa nyaman dengan
oksigen transportasi
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai