Di susun oleh:
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……..…………..) (…………….…)
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di
Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2010). Penyakit tuberculosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang
dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan
B. Klasifikasi
1. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan bentuk
TB berat.
2. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif.
3. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak luas dan kasus TB
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae
complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular
yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian
D. Patofisiologi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru, yaitu :
1. Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai
berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini
ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau
sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar
sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati regional kemudian
bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan ± 10 % diantaranya dapat
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman dapat juga dapat
tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara limfogen ke organ tubuh
lain- lainya. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Semua kejadian di atas tergolong
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.
Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-
langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua
tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat menjadi :
b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran. Sarang dini yang
meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian
tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju
dibatukan keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-
lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga
menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis
protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang
berlebihan sitokin dengan TNF nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic
Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak kavitas dapat
1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke
dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke paru
sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang
ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi
2) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur dan
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik
kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi
mycetoma .
3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil. kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang terbungkus,
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien
ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang
sering dijumpai
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-41°C.
Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin
F. Komplikasi
komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan tuberculosis paru, yaitu :
1. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat juga
dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau
columna vertebralis.
2. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru, yang
disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung
bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.
3. Empiema
Penumpukann cairan terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di
tuberculosis).
4. Laryngitis
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan akan
berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebar
melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium
tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran
pencernaan.
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika
tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas atau
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial). Pada awal penyakit saat lesi
awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. lama-lama dinding
menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis.
Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Pada
atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian
Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan pleura
(pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen
Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit
rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini lebih superior
dibandingkan dengan radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses dekat apek
paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan dapat dibuat transversal, segital dan koronal.
4. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya
tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah
leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah
normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun kearah normal lagi.
5. Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis
terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini dengan menyuntikan 0,1
cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat
diberikan dulu 1 atau 2 T.U (first strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan
hasil negative, berarti tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U.
Sudah cukup berarti. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau
b. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody
c. Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran antibody
H. Penatalaksanaan
1. Tujuan Pengobatan
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.
2. Prinsip Pengobatan
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
Indonesia:
b. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
I. Prognosis
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis (OAT)
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita TB patu yang lain.
2. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat
ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif.
4. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
5. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain
g. Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h. Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
B. Diagnosa Keperawatan
3. Nyeri akut
6. Defisit pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah diberi tindakan Latihan Batuk efektif
napas tidak keperawatan selama …x24 Observasi
efektif jam diharapkan tidak ada 1. Identifikasi kemampuan batuk
obstruksi jalan napas 2. Monitor adanya sputum
Kriteria hasil : 3. Monitor adanya tanda dan gejala
1. Produksi sputum infeksi saluran napas
menurun Terapeutik
2. Mengi menurun 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Wheezing menurun 2. Pasang perlak dan bengkok di
4. Dyspnea menurun pangkuan klien
5. Ortopnea menurun 3. Buang sekret pada pot sputum
6. Sulit berbicara menurun
7. Sianosis menurun Edukasi
8. Gelisah menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
9. Frekuensi napas membaik batuk efektif
10.Pola napas membaik 2. Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
tahan selama 3 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
3. Anjurkan mengulangi Tarik napas
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik napas
yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik,
bila perlu
2 Pola napas Setelah diberi tindakan Terapi oksigen
tidak efektif keperawatan selama …x24 Observasi
jam diharapkan pola napas 1. Monitor kecepatan aliran
membaik dengan kriteria
oksigen
hasil :
2. Monitor posisi alat terapi
Setelah dilakukan tindakan
oksigen
keperawatan selama … x 24
3. Monitor aliran oksigen secara
jam diharapkan pola napas
membaik dengan kriteia
perodik dan pastikan fraksi
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2009. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Johnson, M., et all. 2011. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
Tambayong, J. 2015. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN SISTEM SYSTEM
RESPIRASI DENGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS (TB PARU)
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Di susun oleh:
NAMA: NUR HIKMAH UMATI
NIM: 14420202154
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……..…………..) (…………….…)
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Tn. K Umur : 23 tahun
Tempat tanggal Lahir : Makassar, 10-10-1998 Jenis Kelamin :L
Status perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana Suku : Makassar
Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : 1 tahun
: Jln. Panesoreng Desa
Alamat No. Tlp. :-
Salohe Kec. Sinjai Timur
Tanggal masuk RS : 31/05/2021 Ruangan : Baji Ati
Golongan darah : AB Sumber info : Pasien
2. Penanggung Jawab/ pengantar
Nama : Ny. B Umur : 47 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan
: Istri
klien
: Jln. Panesoreng Desa
Alamat
Salohe Kec. Sinjai Timur
b. Diagnosa Medik
Saat masuk : Tuberculosis (Tb paru)
Saat pengkajian :
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang perna dialami
Saat kecil/kanak-kanak : Tidak ada
Penyebab : Tidak ada
Pasien mengatakan sering masuk rumah sakit saat
masih sekolah SMP karena Types
Pasien mengatakan awal kuliah dirawat dirumah sakit
Riwayat perawatan
karena hepatitis tahun 2016
Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit
karena Covid-19 tahun 2020
Riwayat operasi : tidak perna dioperasi
Riwayat pengobatan : Tidak ada
2
Riwayat alergi : Alergi udang/seafood
.
3
Riwayat imunisasi : imunisasi lengkap
.
4
Lain-lain : ………………………………….
.
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
? ?
G1
G2 51
? ? ? ?
49
47
G3
15
23 19
Keterangan:
Genogram 1 : ayah dari ayah klien sudah meninggal penyebabnya tidak diketahui. Ibu dari ayah
sudah meninggal penyebabnya karena tumor paru. Dan orang tua dari ibu klien masih hidup.
Genogram 2 : ayah dari klien adalah anak k eke 2 dari 2 bersaudara, dan ayah klien pernah
nerobat 6 bulan karena penyakit Tb. Dan ibu klien adalah anak pertama dari 6 bersaudara
dan saudara ke 6 dari ibu klien sudah meninggal pada tahun 2019 karena penyait TB MDR
Genogram 3 : Klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan sekarang di rawat di RSUD
LABUANG BAJI ruangan Baji Ati
Simbol genogram :
: Laki-laki : Cerai diadopsi : kembar non identik
: perempuan : Berpisah : Kembar identic : abortus
: Meninggal dunia : Tidak kawin, : Lahir mati
: Klien hidup bersama
V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola koping : Klien mengatasi masalahnya dengan berdiskusi dengan keluarganya
Harapan klien : Klien berharap cepat sembuh dan dapat kembali beraktifitas seperti
2.
terhadap penyakitnya biasanya
: klien mengatakan selain klien terkena penyakit TB klien juga terkena
penyakit HIV AIDS namun klien takut apabila penyakit HIV ini diketahui
3. Faktor stressor
oleh keluarga dan masyarakat yang ada disekitar. Klien selalu memikirkan
penyakitnya ini.
: klien dan keluarga berusaha mematuhi perawat dan dokter terhadap
4. Konsep diri
perawatan dan pengobatannya
: Klien dan keluarga mengertahui tentang penyakitnya ini. Namun
Pengetahuan klien ttg
5. untuk penyakit HIV AIDS keluarga tidak mengetahui dan hanya
penyakitnya
diketahui oleh klien itu sendiri.
6. Adaptasi : Klien beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya
Hubungan dengan : Klien mengatakan mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
7.
anggota keluarga anggota keluarganya
Hubungan dengan : Klien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan
8.
masyarakat masyarakat dilingkungannya.
Perhatian thd org lain : Klien merespon dengan baik orang yang sedang berada disekitarnya
9.
& lawan bicara
: klien sering berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat dan
10. Aktifitas sosial
mempuanyai kegiatan social di pemerintahan.
Bahasa yang sering : Klien berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Makassar
11.
digunakan
12. Keadaan lingkungan : Keadaan lingkungan sekitar klien nampak bersih dan nyaman
13. Kegiatan keagamaan / : klien tidak perna meninggalkan sholat ketika dirawat di ruangan
pola ibadah Baji ati
Keyakinan tentang : Klien dan keluarganya percaya bahwa segala penyakit datangnya
14.
kesehatan dari Allah swt dan semua ada obatnya.
VI. KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Makan Frekuensi : 3 x 1/hari
Sebelum masuk RS Porsi makan : 1 piring makan (tidak dihabiskan)
Nafsu makan : berkurang
Selama masuk RS Frekuensi: 3x1/hari
Porsi makan : pasien makan bubur (porsi tidak perna dihabiskan
Nafsu makan : menurun
2. Minum Frekuensi : 8 Gelas/hari
Sebelum masuk RS Porsi Minum : Kurang lebih 2 liter per hari (dihabisi)
Nafsu minum : Baik
Selama masuk RS Frekuensi : 1500ml/hari
Porsi Minum : Kurang lebih 1500ml/hari (dihabisi)
Nafsu minum : Kurang
3. Tidur
Sebelum masuk RS 8 jam/hari
Selama masuk RS : klien mengatakan bahwa tergganggu tidurnya karena pada saat memejamkan
mata selalu terbayang-bayang sesuatu yang mengganggu
4. Eliminasi
Fekal/BAB
Sebelum masuk RS : BAB 1-2x/hari dengan konsistensi lunak
Selama masuk RS : 2x/hari konsentrasi lunak
5. Eliminasi
Urine/BAK
Sebelum masuk RS : 5-6x/hari
Selama masuk RS : 5x/hari
6. Aktifitas &
: klien mengatakan klien seorang yang bekerja disalah satu store yang ada
latihan di Makassar (GAUDI) dan sehari-hari klien juga mmempuanyai kegiatan
Sebelum masuk RS social pemerintahan.
Selama masuk RS : Klien mengatakan selama sakit klien belum masuk kerja dan mengurangi
kegiatan sosialnya
7. Personal hygiene
Sebelum masuk RS Frekuensi : Mandi 2x/hari
Selama masuk RS Frekuensi : 1x sehari tanpa dibantu oleh keluarga.
Perubahan mood
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 64x/m
Vital sign Tingkat
Pernapasan : 18x/menit,
Suhu : 36,5oC
2. Head to toe
Kulit klien berwarna sawo matang
tidak terdapat adanya lesi,
Kulit/integument
tidak terdapat adanya edema,
ada bekas luka di bagian abdomen
Rambut berwarna hitam
Tidak ada ketombe
Tidak ada lesi di kepala,
Kepala & rambut Kepala klien berbentuk bulat,
Tidak tampak adanya benjolan,
Tidak ada fraktur
Tidak teraba adanya benjolan di kepala,
Kuku bersih
Kuku
Capilary refill time kurang dari 2 detik
Mata klien simetris kiri dan kanan,
kelopak mata tidak ada dropping dan ptosis.
Konjungtiva tampak anemis.
Sklera mata tampak putih.
Mata/penglihatan
Pupil bereaksi dengan normal ketika terkena cahaya.
Gerakan bola mata normal.
Tidak ada peningkatan tekanan pada bola mata
Penglihatan jelas
Hidung simetris kiri dan kanan
Hidung/penghiduan
Hidung tampak bersih
Telinga/pendengaran Telinga klien tampak simetris kiri dan kanan,
Tidak ada luka,
Daun telinga bersih
Tidak ada cairan,
Tidak ada serumen pada telinga,
Klien dapat mendengar dengan baik,
Tidak ada luka daerah telinga,
Tidak terdapat adanya nyeri tekan
Bibir klien tampak pucat dan kering,
Tidak ada luka,
Mulut dan gigi
Tidak ada lubang pada gigi klien
Mulut tampak kering
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid,
Leher tidak ada distensi vena jugularis,
tidak teraba adanya pembengkakan kelenjar tiroid
Bentuk dada : Normal chest.
Ekspansi dada : Simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi.
Dada
Frekuensi napas normal 18x/menit.
Klien mengatakan nyeri pada dada
Bentuk abdomen simetris
Abdomen Tidak ada pembengkakan
Tidak ada bekas luka
Perineum & genitalia Tidak ada kelainan
Tangan klien dapat bergerak normal
Extremitas atas & bawah
Kaki klien dapat bergerak normal
3. Pengakajian data focus
Sistem Respiratory
Inspeksi : bentuk dada normal, dada tampak bersih, tidak tampak adanya lesi, dada mengembang
saat inspirasi dan mengecil saat ekspirasi, pola napas pasien teratur, frekuensi napas pasien
18x/menit/ekspirasi
Palpasi : terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa
Perkusi: resonan diseluruh lapang paru dan petak pada jantung
Auskultasi: tidak terdengar bunyi napas tambahan
4. Pemeriksaan Diagnostik
Nama : Tn. K No. RM : 392915
Umur : 23 tahun Dx Medis : TB MDR + B20
Ruang Rawat : Baji Ati
Mikrobiologi
BTA (2+) Pos / (2+) Pos Negatif
HASIL PEMERIKSAAN : Thorax PA (22/05/2021)
1) Bercak berwarna disertai cavitas pada lapangan atas paru kanan
2) Tidak tampak pemadatan KGB hilar
3) Trachea tampak di midline
4) Cor dan aorta dalam batas normal
5) Kedua sinus dan diafragma baik
6) Tulang-tulang intak
I. ANALISA DATA
Nama : Tn. K No. RM : 392915
Umur : 23 tahun Dx Medis : TB MDR + B20
Ruang Rawat : Baji Ati
Tanggal /
Data Fokus Etiologi Problem
Jam
03/06/2021 DS: Microbacterium Tuberculosis Nyeri akut
15:00 Klien mengatakan Droplet
nyeri pada dada,
Menetap di udara
P: nyeri dirasakan
dibagian dada Terhirup
Q: tertusuk-tusuk Iritasi pada pleura
R: Dada
Peradangan pada pleura
S: Skala nyeri sedang
(6) Merangsan keluarnya mediatior
kimia (Serotanin, histamine,
T: 8 menit prostaglandin, bradikanin)
DO: Merengsang ujung syaraf bebas
Klien tampak
meringis Impuls
Thalamus
s
Kortek serebri
Persepsi nyeri
Nyeri akut
03/06/2021 DS: Iritasi pada pleura Pola napas tidak
16:00 Klien mengatakan efektif
Cairan pada pleura meningkat
ketika batuk akan
terasa nyeri di Menekan paru-paru
Terapeutik
3. Berikan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri (terapi
music, tehnik imajinasi
terbimbing, terapi bermain)
4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan, kebisingan,
pencahayaan)
Edukasi
5. Jelaskan penyebab, perode,
dan permicu nyeri
6. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
7. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
8. Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurasi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
berhubungan dengan
diharapkan pola napas membaik 9. Monitor kecepatan aliran
hambatan upaya napas
dengan kriteia hasil: oksigen
15. Ventilasi semenit meningkat 10. Monitor posisi alat terapi
16. Kapasitas vital meningkat oksigen
17. Diameter thoraks anterior- 11. Monitor aliran oksigen
posteilor meingkat secara perodik dan pastikan
18. Tekanan ekspirasi meningkat fraksi yang diberikan cukup
19. Tekanan inspirasi meningkat Terapeutik
20. Dyspnea menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan
21. Penggunaan otot bantu napas napas
menurun 2. Berikan oksigen
22. Pemanjangan fase ekspirasi tambahan , jika perlu
menurun 3. Gunakan perangkat
23. Ortopnea menurun oksigen yang sesuai dengan
24. Pernapasan pursed-tip tingkat mobilitas pasien
25. Pernapasan cuping hidung
menurun
26. Frekuensi napas membaik Edukasi
27. Kedalaman napas membaik Ajarkan pasien dan keluarga
28. Ekskursi dada membaik cara
menggunakan oksigen di
rumah
kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manejemen Gangguan Makan
keperawatan selama 3x24 jam Obeservasi
berhubungan dengan
diharapkan status nutrisi terpenuhi 2. Monitor asupan dan
ketidakmampuan
Kriteria hasil: keluarnya makanan dan cair
mencerna makanan
6. Porsi makanan yang dihabiskan serta kebutuhan kalori
meningkat Terapeutik
7. Berat badan atau IMT meningkat 8. Timbang berat badan secra
8. Frekuensi makan meningkat rutin
9. Nafsu makan meningkat 9. Diskusikan perilaku makan
10. Persaan cepat kenyang dan jumlah aktivitas fisik
meningkat (termasuk olahraga) yang
sesuai
10. Lakukan kontak perilaku
(mis: target berat badan dan
tanggung jawab perilaku)
11. Damping ke kamar mandi
untuk pengamatan perilaku
memuntahkan kembali
makanan
12. Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan target
dan perubahan perilaku
13. Berikan konsekuensi jika
tidak memcapai target sesuai
kontrak
14. Rencanakan program
pengobatan untuk perawatan
dirumah (mis: medis,
konseling)
Edukasi
4. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu
pengeluaranan makanan
(mis: pengeluaran yang
disengaja, mntah, aktivitas
berlebihan)
5. Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
6. Ajarkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
IV. IMPLEMENTASI I DAN EVALUASI
No
Diagnos Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
a
1 Kamis S : Pasien mengatakan nyeri dada
Nyeri akut
03/06/2021 1. Mengidentifikasi lokasi O : Pasien tampak meringis
Hasil : pasien mampu melepas oksigen 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen
ditransportasi ditransportasi
Hasil : pasien merasa nyaman dengan
oksigen transportasi
No
Diagnos Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
a
1 Jum’at Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
04/06/2021 1. Mengidentifikasi lokasi O : Pasien tidak meringis
No
Diagnos Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
a
2. Sabtu S:
Pola napas tidak efektif
05/06/2021 1. Memonitor kecepatan aliran oksigen Pasien mengatakan sesaknya sudah mulai
10:15 Hasil : pasien telah diberikan oksigen 4 berkurang
liter dan merasa nyaman
O : pasien tampak nyaman
10:20 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen
Hasil : pasien merasa nyaman A : masalah teratasi
3. Memonitor tanda-tanda
10:25 P : Pertahankan intervensi
Hipoventilasi
Hasil : tidak ada tanda-tanda
hipoventilasi
10:30 4. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Hasil : pasien merasa nyaman dengan
oksigen transportasi
DAFTAR PUSTAKA