TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2.1.2. Etiologi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Kuman penyebab penyakit ini
berukuran 0,3-0,6 mikron berbentuk bacilli lurus atau fi lamen. Organ
bakteri ini tersusun atas protein, lipid dan polisakarida, sedangkan
penyusun organ terbesar adalah lipid yang menyebabkan bakteri tahan
terhadap asam. Adanya cord faktor merupakan mikosida yang yang
berhubungan dengan virulensi. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini ini
adalah 37oC, bakteri ini sangat mampu bertahan dalam kondisi asam
dengan pH optimum 6,5-6,8. Mycobcaterium tuberculosis dikenal
dengan bakteri tahan asam yang masuk dalam kategori gram positif.
Bakteri ini cenderung sulit untuk diwarnai, akan tetapi ia akan dengan
mudah mengikat zat warna Ziehl Niehlsen yang tidak larut dalam
alcohol.2
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dari satu orang ke orang lainnya
dengan media udara. Ketika seorang penderita TB Paru batuk, maka
percik renik dari dahak orang tersebut akan terbawa oleh udara, sehingga
berpotensi terhirup oleh orang lain. Seseorang yang menghirup udara
yang terkontaminasi bakteri penyebab TB akan dengan mudah tertular
penyakit tersebut. Daya penularan bakteri ini sangat ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari dalam paru-paru. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Mycobacterium tuberculosis mampu bertahan di udara bebas,
terutama di udara dengan kelembaban yang tinggi. 2
Bakteri Mycobacterium tuberkulosis masuk melalui saluran
pernafasan atas kemudian turun ke paru-paru. Setelah adanya infeksi
5
Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan
Asia Tenggara 45%, dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya dan
25% nya terjadi di kawasan Afrika seperti pada Gambar 3 berikut ini 3 :
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
15
Diagnosis TB Paru :
a. Anamesa
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala
16
tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. 15
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka
setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap
sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan
dewasa, serta skoring pada pasien anak.
b. Pemeriksaan Fisik
Kelainan pemeriksaan fisik pada penderita tuberkulosis terletak pada
paru.Kelainan yang didapat tergantung daripada luas kelainan struktur
paru. Gejala dini yang dijumpai pada awal perkembangan penyakit
umumnya tidak ditemukan kelainan. Kelainan paru biasanya terletak di
daerah lobus bagian superior terutama daerah apeks yang mengandung
banyak oksigen dan lobus posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus
inferior (S6). Hal lain yang dapat ditemukan pada saat pemeriksaan fisik
ialah suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum. 15
Pada kasus pleuritis tuberkulosis, kelainan yang didapatkan pada saat
pemeriksaan fisik tergantung dari banyak cairan di rongga pleura. Pada
saat dilakukan perkusi akan didapati pekak. Lalu, pada saat auskultasi akan
terdengar suara napas yang melemah sampai tidak terdengar di daerah
yang terdapat cairan.
Pada kasus limfadenitis tuberkulosis, akan dijumpai pembesaran
kelenjar getah bening yang umumnya di daerah leher ataupun di daerah
ketiak. Pembesaran kelenjar getah bening ini dinamakan cold abscess.
17
d. Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan BACTEC
c. Pemeriksaan serologi
dengan berbagai metode: Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Teknik ini dapat mendeteksi respons humoral yaitu proses antigen antibodi
yang terjadi.
e. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi khususnya foto toraks merupakan pemeriksaan yang
penting untuk menegakkan diagnosis TB. Dengan penggunaan yang tepat, foto
toraks dapat mendeteksi TB paru dini atau early preclinical stage untuk
mencegah bentuk penyakit kronis dan pembentukan sekuel. Gambaran
radiologi yang dicurigai sebagai lesi dari TB aktif, ialah:
dijumpai.
a) Fibrotik
b) Kalsifikasi
f. Uji Tuberkulin
Pemeriksaan inimasih banyak dipakai untuk emebantu menegakan
diagnosis TB terutama pada anak-anak (balita). Ada beberapa cara
melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih
sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½
bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke
dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam atau setelah 3
hari setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan
(indurasi) yang terjadi:
Terapi Farmakologi
Jenis obat yang dipakai sekarang 5 :
1. Obat Primer (OAT lini 1)
21
Yang selalu diberikan pada setiap pasien TB Paru baru atau yang
kambuh yaitu INH, Rimfapisin, Pirasinamid, Etambutol, dan
Streptomisin.
2. Obat Sekunder ( OAT lini 2)
Yang diberikan bila sudah terjadi resistensi terhadap OAT lini 1 yaitu :
PAS, kanamisin, tiasetazon, etionamid, protionamid, sikloserin,
viomisin, kapreomisin, amikasin, ofloksasin, siprofloksasin,
norfloksasin, levofloksasin, klofazimin.
Dosis Obat :
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
2. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Diberikan pada TB paru pengobatan ulang (TB kambuh, gagal
pngobatan, putus berobat/default. Pada kategori 2, tahap awal
pengobatan selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan RHZE ditambah
suntikan streptomisin, dan 1 bulan HRZE. Pengobatan tahap awal
diberikan setiap hari. Tahap lanjutan diberikan HRE selama 5 bulan, 3
kali seminggu. Jadi lama pengobatan 8 bulan.
3. OAT sisipan : HRZE
Apabila pemeriksaan dahak masih positif (belum konversi) pada akhir
pengobatan tahap awal kategori 1 maupun kategori 2, maka diberikan
pengobatan sisipan selama 1 bulan dengan HRZE.
Non Farmakologi
Konseling dan Edukasi
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
penyakit tuberkulosis.
2. Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratutr
3. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan. 16