2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami penyakit TB. Faktor risiko terinfeksi TB dapat dibagi menjadi faktor
penularan, faktor lingkungan dan faktor personal. Umumnya Orang dengan
kondisi imun buruk lebih rentan mengalami penyakit TB aktif dibanding orang
dengan kondisi sistem imun yang normal. 50-60% orang dengan HIV-positif yang
terinfeksi TB akan mengalami penyakit TB yang aktif. Hal ini juga dapat terjadi
pada kondisi medis lain di mana sistem imun mengalami penekanan seperti pada
kasus silikosis, diabetes melitus, dan penggunaan kortikosteroid atau obat-obat
imunosupresan lain dalam jangka panjang. Selain itu faktor risiko lainnya adalah
sebagai berikut
a. Perokok
b. Konsumsi alkohol tinggi
c. Anak usia <5 tahun dan lansia
d. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif
yang infeksius.
e. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberculosis
(contoh: lembaga pemasyarakatan, fasilitas perawatan
jangka panjang)
f. Petugas kesehatan
2.5 Patogenesis
a. Pasien TB kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT
sebelumnya atau riwayat mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan (< dari 28
dosis bila memakai obat program).
b. Pasien TB kasus riwayat yang sudah pernah mendapat pengobatan OAT
lebih dari 28 dosis dan dibagi kembali berdasarkan hasil pengobatannya
menjadi:
i. Kasus kambuh : pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan
saat ini ditegakkan diagnosis TB episode kembali (karena reaktivasi
atau episode baru yang disebabkan reinfeksi).
ii. Kasus pengobatan setelah gagal : pasien yang sebelumnya pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
iii. Kasus setelah loss to follow up (putus berobat) : pasien yang pernah
menelan OAT 1 bulan atau lebih dan tidak meneruskannya selama lebih
dari 2 bulan berturut-turut dan dinyatakan putus berobat sebagai hasil
pengobatan.
iv. Kasus lain-lain : pasien sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan hasil
akhir pengobatannya tidak diketahui atau tidak didokumentasikan.
c. Pasein TB kasus dengan riwayat pengobatan tidak diketahui : pasien yang
tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya sehingga tidak dapat
dimasukkan dalam salah satu kategori di atas.
b. Poliresisten: resistensi terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
d. Extensive drug resistant (TB XDR) : TB-MDR yang juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan salah satu dari OAT lini
kedua jenis suntikan (kanamisin, kapreomisin, dan amikasin).
e. Rifampicin resistant (TB RR) : terbukti resistan terhadap Rifampisin baik
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional), dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi.
Pengobatan tahap awal (fase intensif) diberikan setiap hari dengan tujuan
secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh. Untuk seluruh
pasien baru, pengobatan diberikan selama 2 bulan. Tingkat penularan pasien
tersebut sudah menurun setelah 2 minggu pertama jika pengobatan diberikan
secara efektif dan kuman TB sensitif terhadap OAT. Pengobatan tahap lanjutan
diberikan selama 4 bulan dengan untuk membunuh sisa kuman terutama yang
presisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Pengobatan dengan OAT dapat diberikan menggunakan metode obat kombipak
(obat lepasan) atau dengan obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yaitu seluruh jenis
obat diberikan dalam tablet kombinasi dengan jumlah sesuai dosis dengan tujuan
kepatuhan yang lebih baik karena jumlah obat yang diminum hanya 1 macam dan
lebih sedikit dan mencegah penggunaan obat tunggal sehingga risiko resistensi
obat juga menurun.
OAT lini pertama terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid
(Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (S). OAT ini dalam pemberiannya dibagi
menjadi dua kategori. Kategori pertama diberikan bagi pasien baru TB Paru
dengan BTA positif, pasien baru TB paru dengan BTA negatif namun foto toraks
positif, dan pasien baru TB ekstra paru. Pengobatannya selama 6 bulan dengan
komposisi 2HRZE/4(HR)3. Pemberian obat dengan metode kombipak dihitung
berdasarkan jumlah dosis masing-masing OAT (Tabel 2.2). Obat KDT kategori 1
diberikan dengan kombinasi tablet 4KDT selama 56 hari yang diminum setiap
hari pada tahap intensif dan tablet 2KDT selama 16 minggu yang diberikan 3 kali
seminggu selama tahap lanjutan. Jumlah tablet yang diminum bergantung pada
kelompok berat badannya (Tabel 2.2).
dosis rekomendasi
3 kali per minggu
harian
OAT
dosis Dosis dosis Dosis
maksimum maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Pada pasien TB paru yang berat atau dengan kondisi sistemik yang buruk
(pasien TB paru dengan gambaran radiologis infiltrat ekstensif, pasien TB paru
dengan klinis sesak nafas, penurunan berat badan yang signifikan, atau pasien
dengan status gizi yang buruk) selain OAT, diberikan terapi kortikosteroid. Jenis
kortikosteroid yang diberikan yaitu prednisone 30-60 mg per hari dengan
tappering off perlahan setelah 4 minggu.
Akhir tahap intensif (akhir bulan ke-2 pada kategori 1 atau akhir bulan ke-
3 pada kategori 2).
- Pada akhir kategori 1 ulang BTA di akhir bulan ke-3. Bila tetap positif,
pasien ditetapkan sebagai terduga TB resisten obat (RO). Pengobatan
tetap dilanjutkan.
- Pada pengobatan kategori 2, bila tetap positif di akhir bulan ke-3,
pasien ditetapkan sebagai terduga TB RO dan pengobatan tetap
dilanjutkan.
Akhir bulan ke-5, bila tetap positif dinyatakan gagal pengobatan baik pada
kategori 1 dan kategori. Pemberian OAT langsung dihentikan.
Akhir pengobatan (akhir bulan ke-6 pada kategori 1 atau akhir bulan ke-8
pada kategori 2), jika positif, dinyatakan gagal pengobatan.
Pada pasien yang telah putus berobat, kelanjutan pengobatan harus melihat
lamanya berhenti minum obat dan status pemeriksaan BTA
Tabel 4.5 Keputusan lanjutan pengobatan pada pasien TB yang berobat tidak
teratur