Anda di halaman 1dari 5

1.

Pilihlah satu jenis new emerging disease atau re-emerging disease (antar mahasiswa tidak
boleh sama).
Re emerging disease penyakit TBC
2. Jelaskan patogenesis penyakit tersebut secara lengkap
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan paru yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang terinfeksi kuman TB tidak selalu menjadi
sakit. Beberapa minggu (2 – 12 minggu) setelah terinfeksi kuman akan menimbulkan respons
imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Menurut Brunner dan Sudart
(2002), TB juga dapat ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan
nodus limfe.
Kuman TB yang terhirup akan masuk kedalam alveoli paru-paru dan mengembangkan lesi
kecil yang dinamakan sebagai fokus primer (fokus Ghon). Selanjutnya infeksi menyebar melalui
saluran limfe menuju kelenjar limfe regional. Penyebaran ini mengakibatkan inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang akan membentuk kompleks primer.
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuk kompleks primer
secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Pada saat terbentuknya kompleks primer, maka TB
primer dinyatakan telah terjadi. Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap
TB terbentuk, yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein,
yaitu uji tuberkulin positif.5 Namun, pada 95% kasus, kompleks primer dapat sembuh secara
spontan dalam 1 – 2 bulan melalui pembentukan jaringan fibrotik atau perkapuran.
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru akan mengalami resolusi
secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi. 5,12 Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru.
Kompleks primer dapat mengalami komplikasi akibat fokus di paru yaitu akan terjadi
pneumonitis yang mengalir ke bronkus dengan meninggalkan suatu kaverna. Setelah itu akan
terjadi hiperinflasi didalam lobus medialis akibat pembesaran kelenjar di hilus dan pratakea
(sindrom Brock), dapat pula menimbulkan TB endobronkial akibat erosi dinding bronkus. Lesi dari
pneumonitis dan hiperinflasi dikatakan sebagai lesi segmental atau konsolidasi kolap.
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat pula terjadi
penyebaran pada limfogen dan hematogen. Saat penyebaran limfogen, kuman menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara
limfohematogen. Selain itu, dapat terjadi penyebaran hematogen secara langsung, yaitu kuman
masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga menyebabkan TB
disebut sebagai penyakit sistemik.
Kuman TB dapat mencapai berbagai organ di seluruh tubuh dalam bentuk penyebaran
hematogenik tersamar (occult hematogenic spread) yang kemudian akan bersarang di organ yang
mempunyai vaskularisasi baik, yaitu paling sering di apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe
superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan
lain-lain. TB luar paru dapat terjadi sekitar 25 – 35% dari kasus TB Paru anak.
Bentuk penyebaran hematogen lain yaitu penyebaran hematogenik generalisata akut
(acute generalized hematogenic spread). Pada penyebaran ini, kuman TB masuk dan beredar di
dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis
penyakit TB secara akut untuk menyebabkan lesi diseminata

3. Buatlah penjelasan dengan teori simpul dari penyakit yang anda analisis, sertakan
penjelasan pada simpul mana anda melakukan manajemen penyakit.
a. Simpul 1 : sumber penyakit
Sumber penyakit adalah titik yang mempunyai dan menggandakan agen penyakit
serta mengeluarkan agen penyakit. Agen penyakit merupakan kompenen lingkungan
yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui media perantara ( yang juga
kompenen lingkungan).
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari family Mycobacteriaceae
yang termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Diluar tubuh manusia kuman ini hidup pada
lingkungan yang lembab dan tidak tahan terhadap sinar matahari
Mycobacterium tuberculosis memiliki 80% volume air sebagai pertumbuhan dan
kelangsungan hidup bakteri ini, kelembaban udara yang meningkat menjadi media yang
baik untuk pertumbuhan tuberkulosis. Rentan suhu yang disukai oleh Mycobacterium
tuberculosi yaitu 24 - 40°C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37°C.
b. Simpul 2 : media transmisi penyakit
Kompenen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit pada hakikatnya
hanya ada lima kompenen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media transmisi
penyakit yaitu : udara ambient, air baik dikonsumsi maupun keperluan lainnya,
tanah/pangan, binatang/serangga penular penyakit/vektor, manusia melalui kontak
langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau didalamnya tidak
mengandung agen penyakit.
Media transmisi penyakit pada tuberkulosis paru salahsatunya adalah udara yang
disebabkan karena kondisi tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Apabila terdapat anggota keluarga yang positif terkena tuberkulosis paru kemungkinan
penyebarannya ke anggota lain lebih cepat, bila keadaan lingkungan mendukung
pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (Ahmadi, 2011)
c. Simpul 3 : perilaku pemajanan
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan kompenen
lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit). Tuberkulosis
dapat menular melalui batuk dan dahak. Oleh karena itu, berusahalah sekeras mungkin
agar mencegah meludah sembarangan dan menutup mulut ketika batuk (Cofton dkk,
2011).
Cara perilaku pemajanan terhadap penyakit tuberkulosis paru yaitu dengan
percikan dahak pasien tuberkulosis paru deangan BTA positif memberikan resiko tinggi
dan lamanaya berada uadara kemudian cara penanggulangannya dengan menjaga
kebersihan diri seperti mencuci tangan manggunakan sabun setelah beraktivitas,
melakukan etika batuk, tidak sembarangan menbuang dahak, menggunakan ,masker
ketika menderita batuk (Irianto, 2012).
d. Simpul 4 : kejadian penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk
dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Manifestasi
dampak akibat hubungan anatara penduduk dengan lingkungan menghasilkan penyakit
pada penduduk. Terdapat 3 gradasi penderita penyakit yakni akut, subklinik, dan
penderita penyakit kategori samar atau suble.
Segmen pertama adalah gambaran jumlah penderita akut dengan gejala jelas
khas spesifik. Umumnya kategori manifestasi klinis dirawat di rumah sakit atau dirumah
dengan mobilitas dan produktivitas rendah. Tipe kedua adalah tipe subklinis, dengan
gejala tidak khas, namun dengan pemeriksaan tambahan dapat dikenal bahwa kelompok
ini menderita gangguan penyakit. Kelompok ketiga adalah kelompok suble atau smar,
dengan gejala tidak khas,baik secara laboratoris maupun klinis
e. Simpul 5 : variable supra system
Kejadian penyakit tersebut dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul ke 5, yakni
variabel iklim, topografi, temporal dan suprasystem. Iklim berperan penting dalam proses
kejadian penyakit. Iklim termasuk variabel kompenen simpul 5 (Achmadi, 2011).

4. Jelaskan bagaimana langkah anda menyusun manajemen terpadu dari penyakit yang anda
analisis
TBC dapat diatas atau diobati dengan terapi pencegahan menggunakan pil

tunggal berupa antibiotik isoniazid (INH). Selain itu, ada juga dua regimen

pengobatan yang dapat diberikan yaitu regimen pengobatan 4 bulan dan regimen

pengobatan 6 bulan. Regimen pengobatan 4 bulan terdiri dari rifapentin harian dosis

tinggi dengan moksifloksasin, isoniazid, dan pirazinamid.

Sedangkan, regimen pengobatan 6 bulan terdiri dari rifapentin, isoniazid,

pirazinamid, dan etambutol. Setiap pengobatan memiliki efek samping, dosis, dan

segmen tersendiri. Maka dari itu, ada baiknya untuk berkonsultasi dan

memeriksakannya ke dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat.

5. Berikan penjelasan bagaimana gambaran epidemiologi penyakit yang anda analisis dari
aspek lokal maupun global.
Menurut data epidemiologi, tuberkulosis paru atau TBC paru terjadi secara global
di seluruh belahan dunia. Akan tetapi, epidemiologi tuberkulosis lebih umum berkaitan
dengan negara berkembang karena faktor sosioekonomi yang kurang baik
Global

Pada tahun 2020, sekitar 10 juta orang diestimasikan terinfeksi TB di seluruh


dunia, dengan 5,6 juta kasus laki-laki dan 3,3 juta kasus perempuan. Pada tahun yang
sama, jumlah kasus baru TB paling banyak terjadi di Asia Tenggara dengan 43% kasus
baru, lalu Afrika sebanyak 25%, dan Pasifik Barat sebanyak 18%.

Sebanyak 86% kasus baru TB terjadi di 30 negara dengan beban TB yang tinggi.
Delapan negara yang menyumbangkan dua pertiga dari keseluruhan kasus TB baru
adalah India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.
Di negara industrial, kasus TB lebih umum terjadi pada individu yang datang dari area
endemik tuberkulosis, tenaga kesehatan, dan individu dengan HIV.

Lokal
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada dalam daftar WHO untuk negara yang
memiliki beban insidensi TB tinggi. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia, insidensi
tuberkulosis di Indonesia mencapai 316 per 100.000 penduduk di tahun 2018. Namun, ada
penurunan jumlah kasus TB dari 568.987 di tahun 2019 menjadi 351.936 di tahun 2020.

Jumlah kasus tertinggi dilaporkan ada di provinsi dengan jumlah penduduk besar, yakni
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada tahun 2020, jumlah kasus TB di tiga
provinsi tersebut mencapai 46% dari total seluruh kasus TB di Indonesia.

Menurut data nasional maupun data setiap provinsi, jumlah kasus laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Bahkan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara kasus pria
hampir mencapai dua kali lipat kasus wanita. Kasus TB terbanyak ditemukan pada
kelompok usia 45–54 tahun (17,3%), lalu diikuti kelompok usia 25–34 tahun (16,8%) dan
kelompok usia 15–24 tahun (16,7%).[5,6]

Anda mungkin juga menyukai