Anda di halaman 1dari 24

BAB I

TB MILIER

A. PENDAHULUAN

Tuberkulosis milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan

terbentuknya granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit

dengan ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji ‘milet’ (sejenis

gandum), berdiameter 1-2 mm. TB milier lebih sering terjadi pada bayi dan

anak kecil, terutama usia dibawah 2 tahun, karena imunitas seluler spesifik,

fungsi makrofag dan mekanisme local pertahanan parunya belum berkembang

sempurna sehingga kuman TB mudah berkembang biak dan menyebar

keseluruh tubuh. Akan tetapi, TB milier dapat juga terjadi pada anak besar dan

remaja akibat pengobatan paru primer sebelumnya yang tidak adekuat, atau

pada usia dewasa akibat reaktivitas kuman yang dormant (1).

Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB yang berat dan

merupakan 3-7% dari seluruh kasus TB dengan angka kematian yang

tinggi.Tuberkulosis milier merupakan jenis tuberkulosis yang bervariasi mulai

dari infeksi kronis, progresif lambat, hingga penyakit fulminan akut, yang

disebabkan penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi

ke dalam aliran darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel

mirip benih padi.TB milier merupakan penyakit limfo-hematogen sistemik

akibat penyebaran kuman M. tuberkulosis dari kompleks primer yang biasanya

terjadi dalam waktu 2-6 bulan pertama setelah infeksi awal (1).

Diagnosis TB milier ditegakkan berdasarkan temuan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan radiologis. Pada anamnesis didapatkan : gejala-gejala

kelelahan, berat badan menurun, batuk-batuk, demam dan keringat di malam


hari kemudian pada pemeriksaan fisik di dapatkan pembengkakan kelenjar

limpha, hepatomegali, spelnomegali,pancreatitis, diarrhea. Pada gambaran

radiologi Terdapat bercak infiltrate di kedua lapang paru , hilus menebal,

terdapat kompleks Ranke, terdapat lesi primer Ghon dan terdapat

limfadenitis regional. Mengacu pada ketentuan WHO, pengobatan TBC

milier pada prinsipnya sama dengan pengobatan TBC pada umumnya,

yaitu perpaduan dari beberapa jenis antituberkulosa baik yang

bakteriostatik maupun bakterisid. TB milier bersama dengan TB dengan

meningitis, TB pleuritis eksudatif, TB perikarditis konstriktif,

direkomendasikan untuk mendapat pengobatan OAT kategori 1 ditambah

dengan kortikosteroid (1).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menular pada manusia dan hewan

yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan

pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa (perkejuan) pada jaringan-

jaringan (1,2).

Tuberkulosis Miliaris adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari

infeksi kronis, progresif lambat hingga penyakit fulminan akut ini

disebabkan oleh penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa

terinfeksi ke dalam alirandarah dan mengenai banyak organ dengan

tuberkel-tuberkel mirip benih padi(3).

B. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis berlanjut sebagai penyebab kematian yang penting. Pada

tahun 1991, di Amerika Serikat dilaporkan 26.283 kasus tuberkulosis, dengan

angka kasus 10,4 per 100.000 pertahun. Angka kasus telah menurun hingga

setingkat 5-6 persen pertahun, namun sejak tahun 1985 arahnya berbalik, yaitu

angka kasus menarik sampai 15,8% selama 5 tahun. Diperkirakan bahwa 10

juta orang amerikamempunyai hasil tes tuberculin yang positif, tetapi

kurang dari 1% anak-anak amerika yang menunjukkan reaksi terhadap

tuberculin. Penyakit tuberkulosis di Amerika utara cenderung menjadi

penyakit pada orang tua, penduduk kota yang miskin, dari golong kecil dan

penderita AIDS. Pada segala umur, rata-rata kasus di antara orang-orang


kulit hitam cenderung dua kali lebih besar dari pada orang kulit putih.

Orang-orang hispanik, Haiti dan imigran Asia Tenggara mempunyai rata-

rata kasus yang sama tingginya dengan individu dari negara asal mereka

dan pada individu-individu ini frekuensi penyakit yang terjadi di antara

individu mudanya menujukkan kejadian penyakit ini pada anak-anak muda

di negara mereka. Pada banyak tempat didunia, penyebaran penyakit

tuberkulosis menurun, namun pada banyak negara miskin tidaklah

demikian. Pada beberapa Negara, perkiraan angka kasus baru adalah

sampai setinggi 400 per 100.000 pertahun (1,3).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Pedoman Nasional TB

2011 diketahui bahwa TB milier ini merupakan salah satu bentuk TB

berat dan dan memiliki angka kejadian sekitar 3-7% dari seluruh kasus

TB dengan angka kematian yang tinggi (dapat mencapai 25% pada

bayi).Tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil

terutama usia kurang dari 2 tahun. Hal ini dikarenakan imunitas seluler

spesifik, fungsi makrofag dan mekanisme lokal pertahanan parunya

belum dapat berkembang sempurna, sehingga basil TB mudah

berkembang biak dan menyebar keseluruh tubuh. Akan tetapi, TB

milier juga dapat terjadi pada anak besar dan remaja akibat pengobatan

penyakit paru primer sebelumnya yang tidak adekuat atau pada usia

dewasa akibat reaktivasi kuman yang dorman.(2)


C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan

terletak dalam rongga dada atau toraks.Setiap paru memiliki apeks (bagian

atas paru) dan dasar.Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf

dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus dan membentuk

akar paru.Paru kanan lebih besar dibandingkan paru kiri dan dibagi

menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri dibagi menjadi dua

lobus (1,2,3).

Gambar 1 : Anatomi Paru-paru (Dikutip dari kepustakaan 1).

Suatu lapisan tipis kontinu yang mengandung kolagen dan jaringan

elastis, dikenal sebagai pleura, melapisis rongga dada (pleura parietalis)

dan menyelubungi setiap paru (pleura viseralis).Diafragma merupakan otot

berbentuk kubah yang membentuk dasar rongga toraks dan memisahkan

rongga tersebut dari rongga abdomen (3).

Suplai darah paru bersifat unik dalam beberapa hal.Pertama, paru

mempunyai dua sumber suplai darah dari arteria bronkialis dan arteria
pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari

sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan paru (3,4).

Proses fisiologi pernafasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara

ke dalam jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan melalui udaraekspirasi,

dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu

masuknya campuran gas-gas kedalam dan keluar paru. Stadium kedua,

transportasi, yang harus ditinjau dari beberapa aspek :

(1) difus gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi

eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan; (2) distribusi darah

dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara

dalam alveolus-alveolus; dan (3) reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2

dengan darah (4,5).

D. ETIOLOGI

Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um. Species lain yang

dapat memberikan infeksi pada manusia adalah M.bovis, M.kansasi,

M.intercellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid).Lipid

inilah yang membuat kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap trauma

kimia dan fisik (6).

Sebagian besar mycobacterium tidak patogen pada manusia, dan

banyak yang mudah diisolasi dari sumber lingkungan.Kuman ini dapat hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun

dalam lemari es).Hal ini terjadi karena kuman dalam sifat dormant. Dari sifat

dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif

lagi (6,7).

E. PATOFISIOLOGI

Sebagian besarkuman Mycobacterium tuberkulosis masuk ke jaringan paru

melalui airborninfektion yang terhirup. Masuknya kuman akan merangsang

mekanisme imun nonspesifik, makrofag alveolus akan memfagositosis kuman

TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB, dengan

demikianmasuknya kuman tidak selalu menimbulkan penyakit, terjadinya

infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya kuman TB serta daya

tahan tubuh yang terkena (4,8,9).

Jika virulensi kuman tinggi dan jumlah kuman banyak atau daya tahan

tubuh menurun maka makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB

dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag tersebut. Kuman TB yang

terus berkembangbiak akan menyebabkan makrofag lisis, dan kuman TB

akan membentuk koloni ditempat tersebut yang disebut Fokus Primer

Ghon. Dari fokus primer tersebut kuman TB dapat menyebar melalui

saluran limfe menuju ke kelenjar limfe regional yang akan menyebabkan

terjadinya inflamasi di saluran limfe (Limfangitis) dan kelenjar limfe

tersebut (limfadenitis). Kompleks primer merupakan gabungan antara

fokus primer Limfangitis dan Limfadenitis regional.Masa inkubasi yaitu

sampai terbentuknya kompleks primer biasanya berlangsung dalam waktu


4-8 minggu. Apabila virulensi kuman rendah atau jumlah kuman sedikit

atau daya tahan tubuh yang baik kompleks primer akan mengalami resolusi

secara sempurna membentuk fibrosis dan kalsifikasi setelah mengalami

nekrosis perkijauan dan enkapsulasi. Begitu juga kelenjar limfe regional

akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi resolusi biasanya tidak

sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup

dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini (dormant). Selain

mengalami resolusi kompleks primer dapat juga mengalami resolusi,

kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi dan dapat menyebar

(8,9)
.

Penyebaran dapat terjadi secara bronkogen, limfogen dan hematogen.Pada

penyebaran limfogen kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk

kompleks primer, sedangkan pada penyebaran hematogen kuman TB masuk

ke dalam sirkulasi darah danmenyebar ke seluruh tubuh.Adanya penyebaran

hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik

(9)
.

Penyebaran hematogen kuman TB dapat berupa : Occult hematogenic

spread (penyebaran hematogenik tersamar). Acute generalized

hematogenic spread (penyebaran hematogenik generalisata akut).

Protracted hematogenik spread (penyebaran hematogenik berulang-ulang).

Tuberkulosis milier merupakan hasil dari penyebaran hematogenik

generalisata akut dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang

dihasilkan dari proses ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama.

Istilah milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butir
padi-padian/jewawut (millet seed).Secara patologi anatomi lesi ini berupa

nodul kuning berukuran 1-3 mm yang tersebar merata (difus) pada paru.

TB milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil, terutama usia di

bawah 2 tahun, karena imunitas seluler spesifik, fungsi makrofag, dan

mekanisme lokal pertahanan paru-nya belum berkembang sempurna

sehingga kuman TB mudah berkembang biak dan menyebar ke seluruh

tubuh. Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu kuman M.

tuberkulosis (jumlah dan virulensi), status imunologis penderita

(nonspesifik dan spesifik) dan faktor lingkungan (kurangnya paparan sinar

matahari, perumahan yang padat, polusi udara, merokok, penggunaan

alkohol, obat bius serta sosio ekonomi). Beberapa kondisi yang

menurunkan system imun juga dapat menyebabkan timbulnya TB milier

(8,9,10)
.

F. DIAGNOSIS

1.GAMBARAN KLINIS

Tuberkulosis milier merupakan suatu komplikasi dari satu fokus

infeksi tuberkulosa yang disebarkan secara hematogen yangbersifat

sistemik. Sehingga keluhan penderita tuberkulosis primer hampir sama dengan

penderita tuberkulosis pada umumnya yaitu berupa batuk-batuk, demam, nafsu

makan menurun, berat badan menurun, keringat malam hari dan pada keadaan

larut dapat juga dijumpai batuk yang produktif dan kadang disertai darah.

Demam merupakan suatu tanda klasik pada tuberkulosis milier, dimana bentuk

demamnya tidak khas. Penderita TB milier biasanya mendapatkan gejala-


gejala seperti, lemah (90%), penurunan berat badan (80%) sakit kepala (10%)

dimana keluhan ini dapat terjadi secara progresif selama beberapa hari atau

beberapa minggu dan bahkan dapat terjadi (walaupun jarang) selama beberapa

bulan. Penelitian lain mendapatkan anoreksia (15,6%), nyeri perut (6%) dan

nyeri dada (12%)11.

2. PEMERIKSAAN UMUM

a. Anamnesis

Pada pasien dengan Tb milier mengalami gejala-gejala kelelahan ,

berat badan menurun, batuk-batuk, demam, keringat di malam hari . gejala

klinis yang disebutkan tidak spesifik sehingga diperlukannya pemeriksaan

fisis (11).

b. Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai hal yang istimewa pada

penderita TB milier kecuali tahap lanjut dijumpai keterlibatan organ seperti

pembesaran limfa dan hati.Pada pemeriksaan mata dapat dijumpai

choroidal tuberkel yang merupakan pemeriksaan patognomonis untuk TB

milier. Pada pemeriksaan secara fisik dijumpai demam (80%), keringat

malam (50%), batuk (60%), pembengkakan kelenjar limpha (40%),

hepatomegali (40%), splenomegali (15%), pancreatitis (<5%), diarrhea

(6%) dan disfungsi multi organ (11,12).

3.PEMERIKSAAN RADIOLOGI

a. X-Ray

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus


yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.Akibat

penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sekecil 1-2 mm, atau

sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah

paru.Pada foto, toraks tuberkulosis miliaris ini dapat menyerupai

gambaran ‘badai kabut’ (snow storm appearance).Penyebaran seperti

ini juga dapat terjadi ke ginjal, tulang, sendi, selaput otak (menings),

dan sebagainya (13).

Gambar 2 : pasien dengan TB

milier.

• Terdapat bercak infiltrate

dikedua lapang paru

• Hilus menebal

• Terdapat kompleks Ranke

• Terdapat Lesi primer Ghon

• Terdapat limfadenitis regional

(Dikutip dari kepustakaan 14)

Gambar 3 : Pasien pria berumur

47 tahun . pada foto thorax posisi

PA menunjukkan miliar merata

yang berukuran nodular.

( Dikutip dari kepustakaan 14)


b. CT SCAN

Pemeriksaan dengan CT scan dengan resolusi yang tinggi dimana dengan


ketebalan 1 mm lebih baik dibandingkan dengan foto thoraks, bila dicurigai
meningitis TB dapat dilakukan Head CT scan demikianjuga dengan CT
scan abdomen untuk melihat keterlibatan limfa para aorta,
hepatosplenomegali atau abses tuberkel (13,14).

Gambar 4 : TB miliar pada pasien berumur 70 tahun. Tinggi resolusi


gambar CT (1,0 mm ketebalan bagian) di tingkat lobar bronkus atas
menunjukkan nodul kecil berukuran seragam secara acak di seluruh kedua
paru-paru. Perhatikan nodul subpleural dan subfissural (panah).

Gambar 5 : pria 47 tahun mengalami gangguan pernafasan akut. Tinggi


resolusi gambar CT (1,0 mm ketebalan bagian) di tingkat ventrikel
menunjukkan acak nodul kecil dan luas bilateral ground-glass opacity.
Perhatikan thickenings interlobular, septum interstisial (panah) dan
intralobular di kedua paru.
4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah

Pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah

leukosit yang sedikit meninggi. Jumlah limfosit masih dibawah

normal.LED mulai meningkat bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit

kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi.Laju endap darah mulai

turun kearah normal lagi.Belakangan ini terdapat pemeriksaan serologis

yang banyak juga dipakai yakni Peroksidase Anti-Peroksida.(PAP-

TB).Prinsip dasar uji PAP-TB adalah menentukan adanya antibody IgG

yang spesifik terhadap antigen M.Tuberkulosa (14).

Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya

kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.Disamping itu

pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan

yang sudah diberikan.Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-

kurangnya ditemukan tiga batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan

kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 mL sputum. Pemeriksaan dengan

mikroskop fluoresens dengan sinar ultraviolet walaupun sensitivitasnya

sangat tinggi jarang dilakukan karena pewarnaan yang dipakai (auramin-

rho-damin) dicurigai bersifat karsinogenik (14,15).

Tes Tuberkulin

Tes Tuberkulin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau

pernah mengalami infeksi M.tuberculosis, M. bovis, vaksinasi BCG dan

mikrobakterium pathogen lainnya.Dasar tes tuberculin iniadalah reaksi alergi


tipe lambat. Pada penularan dengan kuman patogen baik yang virulen

ataupun tidak (Mycobakterium tuberculosae atau BCG) tubuh manusia

akan mengalami reaksi imunologi dengan dibentuknya antibody selular

pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan antibody humoral

yang dalam perannya akan menekankan antibody selular (14,15).

H. DIAGNOSA BANDING

- Simple broncopneumonia

Gambar 5 : foto thorax pada

pasien broncopneum

(Dikutip dari kepustakaan

16)

- Bronkiektaksis

Gambar 7 : gambaran
radiologi bronkiektasis.
(Dikutip dari kepustakaan
17)
- Bronchitis

Gambar 8 :
gambaran radiologi
Bronchitis

(Dikutip dari kepustakaan


18)

- Emfisema

Gambar 9 :
gambaran radiologi
emfisema

(Dikuti dari kepustakaan 19)

H. PENATALAKSANAAN

A. Aspek Medikamentosa

Obat TB utama (first line, lini utama) saat ini adalah rifampisin

(R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan Streptomisin

(S). Rifampisin dan isoniazid merupakan obat pilihan utama dan

ditambah dengan pirazinamid,etambutol, dan streptomisin. Obat

lain (second line, lini kedua) adalah paraaminosalicylicacid (PAS),

cycloserin terizidone, ethionamide, prothionamide,ofloxacin,


levofloxacin, mixiflokxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin,

kanamycin,amikacin, dan capreomycin, yang digunakan jika terjadi

MDR.(20)

a. OAT Lini Pertama

1) Isoniazid

Isoniazid (isokotinik hidrazil) adalah obat

antituberkulosis (OAT) yang sangat efektif saat ini,

bersifat bakterisid dan sangat efektif terhadap kuman

dalam keadaan metabolik aktif (kuman yang sedang

berkembang), bakteriostatik terhadap kuman yang diam.

Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman, dapat

berdifusi ke dalam seluruh jaringan dan cairan tubuh

termasuk CSS, cairan pleura, cairan asites, jaringan

kaseosa, dan memiliki angka reaksi simpang (adverse

reaction) yang sangat rendah.(20)

2) Rifampisin

Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan

ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan dan dapat

membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh

oleh isoniazid. Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui

sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam

sebelum makan), dan kadar serum puncak tercapai dalam 2

jam.(20)
Efek samping rifampisin lebih sering terjadi dari

isoniazid.Efek yang kurang menyenangkan bagi pasien

adalah perubahan warna urin, ludah, sputum dan air mata,

menjadi warna oranye kemerahan. Selain itu, efek samping

rifampisin adalah gangguan gastrointestinal (mual dan

muntah) dan hepatotoksisitas (ikterus/hepatitis) yang

biasanya ditandai dengan peningkatan kadar transaminase

serum yang asimtomatik.(20)

3) Pirazinamid

Pirazinamid adalah derivat nikotinamid,

berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh termasuk

CSS, bakterisid hanya pada intrasel suasana asam, dan

diabsorbsi baik pada saluran cerna.Pirazinamid diberikan

pada fase intensif karena pirazinamid sangat baik

diberikan pada saat suasana asam., yang timbul akibat

jumlah kuman yang masih sangat banyak. Kira-kira 10 %

orang dewasa yang diberikan pirazinamid mengalami efek

samping berupa atralgia, artritis, atau gout akibat

hiperurisemia.Efek samping lainnya adalah

hepatotoksisitas, anoreksia, dan iritasi saluran cerna.(20)


4) Etambutol

Obat ini memiliki aktivitas bakteriostatik, tetapi

dapat bersifat bakterisid jika diberikan dengan dosis tinggi

dengan terapi intermiten. Selain itu, berdasarkan

pengalaman, obat ini dapat mencegah timbulnya resistensi

terhadap obat-obat lain. Etambutol tersedia dalam bentuk

tablet 250 mg dan 500 mg. etambutol ditoleransi dengan

baik oleh dewasa dan anak-anak pada pemberian oral

dengan dosis satu atau dua kali sehari , tetapi tidak

berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan

meningitis.(20)

5) Streptomisin

Streptomisin bersifat bakterisid dan bakteriostatik

terhadap kuman ekstraseluler pada keadaan basal atau

netral, sehingga tidak efektif untuk membunuh kuman

intraseluler. Saat ini streptomisin jarang digunakan dalam

pengobatan TB tetapi penggunaannya penting penting

pada pengobatan fase intensif meningitis TB dan MDR-

TB (20)

Streptomisin sangat baik melewati selaput otak

yang meradang, tetapi tidak dapat melewati selaput otak

yang tidak meradang.streptomisin berdifusi baik pada


jaringan dan cairan pleura dan di eksresikan melalui ginjal.

Penggunaan utamanya saat ini adalah jika terdapat

kecurigaan resistensi awal terhadap isoniazid atau jika

anak menderita TB berat. Toksisitas utama streptomisin

terjadi pada nervus kranialis VIII yang mengganggu

keseimbangan dan pendengaran dengan gejala berupa

telinga berdegung (tinismus) dan pusing.Toksisitas ginjal

jarang terjadi.(20)

B. Aspek Non Medikamentosa

A. Pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment

Shortcourse)

Keteraturan pasien untuk menelan obat dikatakan baik

apabila pasien menelan obat sesuai dengan dosis yang

ditentukan dalam panduan pengobatan. Keteraturan dalam

menelan obat ini menjamin keberhasilan pengobatan serta

mencegah relaps dan terjadinya resistensi. Salah satu upaya

untuk meningkatkan keteraturan adalah dengan melakukan

pengawasan langsung terhadap pengobatan (directly

observedtreatment). Directly observed treatment shortcours

(DOTS) adalah strategi yang telah direkomendasikan oleh

WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TB.(20)


Sesuai rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri

atas lima komponen yaitu sebagai berikut (20)

1) Komitmen politis dari para pengambil keputusan,

temasuk dukungan dana.

2) Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara

mikroskopis.

3) Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas minum

obat (PMO).

4) Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek

dengan mutu terjamin.

5) Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk

memudahkan pemantauan dan evaluasi program

penanggulangan TB .

B. Aspek edukasi dan sosial ekonomi

Pengobatan TB tidak lepas dari masalah sosial ekonomi.

Karena pengobatan TB memerlukan kesinambungan

pengobatan dalam jangka waktuyang cukup lama, maka biaya

yang diperlukan cukup besar. Selain itu, diperlukan juga

penanganan gizi yang baik, meliputi kecukupan asupan

makanan, vitamin dan mikronutrien. Tanpa penanganan gizi

yang baik, pengobatan dengan medikamentosa saja tidak akan


tercapai hasil yang optimal. Edukasi ditujukan kepada pasien

dan keluarganya agar mengetahui mengenai TB .(20)

I. KOMPLIKASI

Tuberkulosis milier dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang

dapat memperburuk keadaan pasien. Komplikasi pada TB milier

terbagi atas 3 bagian, yakni paru, hematogen dan limfogen. Pada paru

dapat menyebabkan ARDS, pneumothorax, abses paru. Hematogen

dapat menyebabkan meningitis TB ,tuberculoma dan TB enteritis.

Sedangkan penyebaran secara limfogen ialah lymphodenitis TB .(21)

Pasien yang mengalami tuberkulosis milier dapat mengakibatkan

terjadinya pneumothorax. Insidensi pneumothorax jarang, sekitar 1,3%-

1,5% pada tuberkulosis milier. Gejala-gejala klinis yang dapat terlihat

pada pasien tuberculosis milier yaitu terdapat tanda kesulitan bernafas,

batuk kering dan perubahan fungsi dan struktur anatomi jantung.

Gejala-gejala ini, juga terlihat pada pasien TB milier dengan

pneumothorax, akan tetapi jika dengan pneumothorax akan terlihat

peningkatan dispneu dan nafas pendek pada pasien. Sehingga, dalam

pemeriksaan fisik sukar untuk dibedakan antara TB milier saja atau TB

milier dengan pneumothorax.(21)

J. PENCEGAHAN

- Terhadap infeksi tuberkulosis

1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius


Case finding: X- foto toraks yang dikerjakan secara masal

dan uji tuberculin secara mantoux.

Isolasi penderita dan mengobati penderita.

Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.

- Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh

mikobakterium bovis akan mencegah tuberculosis bovin pada

manusia

- Meningkatkan daya tahan tubuh

- Pencegahan dengan mengobati penderita yang sakit dengan obat

anti tuberculosis (11,12).

K. PROGNOSIS

Prognosis penderita penyakit tuberkolosis milier adalah baik bila

diagnosa dini dapat diketahui dan dilakukan pengobatan yang

tepat.Komplikasi yang sering adalah menigitis tuberkolosis terutama

pada dewasa muda. Angka mortalitas yang diakibatkan oleh TB milier

bila tidak diobati 100% dan bila diobati dengan tepat akan berkurang

menjadi 10% hal ini dapat di dapati di Amerika Serikat , di negara lain

angka kematian bervariasi berkisar 10%-28%.(21)


DAFTAR PUSTAKA

1. J. Steven .TB MILLIER , Update: 2010 june 12; Available from


www.scribd.com/doc/77109157/tb-MILLIER,
2. Rahajoe NN, Setiawati L. Tatalaksana TB . In Buku Ajar
Resoirologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,
2012: p. 214-27
3. Robbins SL, Kumar V, et al Editors. Parudansalurannafasatas. Dalam:
BukuAjarPatologi. Vol 2. Edisi 7. Jakarta: PenerbotBukuKedokteran EGC;
2007. Hal : 546-550
4. Price Sylvia A Wilson Lorraine M. Gangguansistempernafasan. Dalam:
Patofisiologikonsepklinis proses-prosespenyakit. vol. 2. Edisi 6. Jakarta:
PenerbitbukukedokteranEGC; 2005. Hal : 736-741 , 852.
5. Guyton and Hall. Pernafasandalam: Buku Ajar FisiologiKedokteran. Edisi
11. Jakarta: Penerbitbukukedokteran EGC;2007. Hal : 495
6. Jewetz, Melnick, Adelberg. Miycobacteriumtuberculosis .dalam
:MikrobiologiKedokteran.PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta. 2007.
Hal 325
7. Gunawansulistiagan, Nafrialdiriantosetiabudy, Elisabeth.
TuberkulostatikdanLeprostatik. dalam: FarmakologidanterapiEdisi 5.
Jakarta: Penerbitgayabaru; 2007. Hal : 626-628
8. SGeorg .Tuberculosis . Update 2009 20 may ; Available from
www.emedicinehealth.com/tuberculosis/.
9. Wastonjhon..Diagnostic of Tuberculosis Update : 2012 january 01;
available from :www.tbalert.org/resources/paper_pub.
10. Harrison’s. Principle of Internal Medicine volume 1. Editor: Fauci,
Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo.
Penerbit: The McGraw-Hill companies. America. 2008. Hal; 225-228.
11. Alsagaf H, Mukty A. Tuberkulosisparu. Dasar-DasarIlmuPenyakitParu. Airlangga
University Press. Surabaya. 2009.Hal 97.
12. Sudoyo A.W, Amin.Z.dkk.Tuberkulosis.Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid
III edisikelima. BalaiPenerbitFKUI.Jakarta.2009. Hal 2230-2239
13. Rasad S. Tuberkulosis .RadiologiDiagnostikedisikedua .editor: Ekayuda,I .
BalaiPenerbit FKUI: Jakarta. 2010. Hal; 131-136
14. Klaus-Dieter,Lessnau,MD,FCCP. Miliary Tuberculosis. Update 2011 29 mar
available from : http://emedicine.medscape.com
15. Ann. N . Leung. MD .Pulmonary Tuberculosis. Update : 2010 feb 14. Available from
http://radiology.rsna.org/content.com
16. George Daniel. Broncopneumonia update : 2011 july 06; Available from
http://atlas.mudr.org/Case-images-Bronchopneumonia
17. Dannie mc .X Rayradiograpy. Update 2008 sept 09. Available from :
http://www.allposters.ie/-sp/Bronkiektaksis-Chest-X-Ray -posters_i4257631_.htm
18. Dannie mc .X Rayradiograpy. Update 2008 sept 09. Available from :
http://www.allposters.ie/-sp/Bronchitis-Chest-X-Ray-Adult-posters_i4257633_.htm
19. Dannie mc .X Rayradiograpy. Update 2008 sept 09. Available from : X Ray
radiograpyhttp://www.allposters.ie/-sp/Emfisema-Chest-X-Ray-Adult-
posters_i4257639_.htm
20. Surendra KS, Alladi M, Abhishek S. Challenges in the diagnosis &treatment
of miliary tuberculosis. Indian Journal MedicalRespirology. 2012 May;: p.
703-30
21. Dheda K, Schwander SK, Zhu B, Van Vyl-Smit RN, Zhang Y. The
immunology of tuberculosis. Respirology. 2010; 15: p. 433-5

24

Anda mungkin juga menyukai