TINJAUAN PUSTAKA
<100 100-125
Darah kapiler <90 90-99
2
Konsensus San Antonio
Penegakan neuropati diabetika selain berdasarkan WHO, dapat pula
ditegakkan berdasarkan konsensus San Antonio. Pada konsensus tersebut telah
direkomendasikan bahwa paling sedikit 1 dari 5 kriteria dibawah ini dapat dipakai
untuk menegakkan diagnosis neuropati diabetika, yakni: (1)Symptom scoring;
(2)Physical examination scoring; (3) Quantitative Sensory Testing (QST); (4)
cardiovascular Autonomic Function Testing (cAFT); (5) Electro-diagnostic
studies (EDS). 2,9
Pemeriksaan symptom scoring dan physical examination scoring yang
telah terbukti memiliki sensitifitas dan spesifitas tinggi untuk mendiagnosis
neuropati atau polineuropati diabetika adalah skor Diabetic Neuropathy Symptom
(DNS) dan skor Diabetic Neuropathy Examination (DNE) . 9
4
Pemeriksaan Eletrodiagnostik
Elektromiografi (EMG) adalah pemeriksaan elektrodiagnosis untuk
memeriksa saraf perifer dan otot. Pemeriksaan EMG adalah obyektif, tak
tergantung input penderita dan tak ada bias. EMG dapat member informasi yang
dapat dipercaya, kuantitatif dari fungsi saraf. EMG dapat mengetahui denervasi
parsial pada otot kaki sebagai tanda dini ND. EMG ini dapat menunjukkan
kelaianan dini pada ND yang asimptomatik. 4
Kecepatan hantar saraf (KHS) mengukur serat saraf sensorik bermyelin
besar dan serat saraf motorik, jadi tidak dapat mengetahui kelainan pada neuropati
selektif serat bermielin kecil.4
Pemeriksaan KHS sensorik mengakses integritas sel-sel ganglion radiks dorsalis
dan akson perifernya. KHS sensorik berkurang pada demielinisasi serabut saraf
sensorik. 4,8
KHS motorik biasanya lambat dibagian distal lambat, terutama bagian
distal. Respon motorik mungkin amplitudonya normal atau berkurang bila
penyakitnya bertambah parah. Penyelidikan kecepatan hantar saraf sensorik
biasanya lebih jelas daripada perubahan KHS motorik. EMG jarang menimbulkan
aktivitas spontan abnormal dan amplitude motor unit bertambah, keduanya ini
4,8
menunjukkan hilangnya akson dengan dengan reinervasi kompensatoris. Bila
kerusakan saraf kecil memberi keluhan nyeri neuropatik , kecepatan hantar
sarafnya normal,dan diagnosis memerlukan biopsi saraf. 2,4,8 Hasil-hasil EMG saja
tidak pernah patognomonik untuk suatu penyakit, walau ia dapat membantu atau
menyangkal suatu diagnosis klinis. Oleh karena itu pemeriksaan klinis dan
neurologik serta amamnesis penting sekali untuk membantu diagnosis pasti suatu
penyakit. 8
Banyak metode yang lazim diperkenalkan untuk menentukan derajat nyeri , salah
satunya adalah Visual Analoque Scale (VAS). Skala ini hanya mengukur
intensitas nyeri seseorang. Visual Anoloque scale yang merupakan garis lurus
5
dengan ujung sebelah kiri diberi tanda 0 = untuk tidak nyeri dan ujung sebelah
kanan diberi tanda dengan angka 10 untuk nyeri terberat yang terbayangkan. 29
0 10
Teori Metabolik
Jalur Polyol
Teori jalur polyol berperan dalam beberapa perubahan dengan
metabolisme ini. Pada status yang normoglikemik, kebanyakan glukosa
intraseluler di fosforilasi ke glukosa -6- phosphate oleh hexokinase, hanya
sebagian kecil dari glukosa masuk jalur polyol . Pada kondisi-kondisi
hiperglikemia , hexokinase yang disaturasi, maka akan terjadi influks glukosa ke
dalam jalur polyol. Aldose reduktase yang secara normal mempunyai fungsi
mengurangi aldehid beracun di dalam sel ke dalam alkohol non aktif , tetapi
ketika konsentrasi glukosa di dalam sel menjadi terlalu tinggi, aldose reduktase
juga mengurangi glukosa ke dalam jalur sorbitol , yang mana kemudian dioksidasi
menjadi fruktosa.19,30,31,32 Dalam proses mengurangi glukosa intraseluler tinggi ke
sorbitol , aldose reduktase mengkonsumsi co-faktor NADPH (nicotinamide
adenine dinucleotide phosphat hydrolase). NADPH adalah co-faktor yang penting
untuk memperbaharui intracelluler critical anti oxidant, dan pegurangan
glutathione. Dengan mengurangi jumlah glutathione, jalur polyol meningkatkan
kepekaan stres oksidatif intraseluler. Stres oksidatif berperan utama di dalam
patogenesis neuropati diabetika perifer.11,19,33,34 Ada bukti peningkatan oksigen
radikal bebas dan peningkatan beberapa penanda stres oksidatif seperti
malondialdehide dan lipid hydroksiperoksida pada penderita neuropati diabetika.
19
Indikator kuat untuk membuktikan bagaimana peran stres oksidatif dalam
neuropati diabetika, dibuktikan oleh beberapa penelitian mengenai penggunaan
antioksidan baik pada binatang percobaan maupun pada pasien.11
7
Gambar 1. Jalur Polyol 34
Teori Autoimun
Neuropati Outoimun adalah mekanisme hasil pengembangan dari
neuropati diabetik telah menarik minat untuk dipelajari . Neuropati autoimun
dapat muncul dari dari perubahan imunologik sel endothelial kapiler. Teori ini
juga mulai dapat dianggap benar atas dasar sukses yang telah dilaporkan
menggunakan immunoglobulin kedalam pembuluh darah (IVIg) untuk
19
pengobatan ND.
Laboratorium:
Kadar gula darah atau tes toleransi glukosa, HbA1c.
Laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding atau penapisan dini kasus
subklinis.
Dalam Textbook of Diabetic Neuropathy, Dyck merekomendasikan
diagnosis NND apabila terdapat minimum satu atau 2 abnormalitas (dari keluhan,
gejala klinis, abnormalitas pada pemeriksaan hantaran saraf (NCV) atau
pemeriksaan sensori kuantitatif (quantitative sensory tests).
Tatalaksana:
Pengendalian optimal kadar gula darah: sebaiknya mendekati normoglikemia,
harus dijaga kadar HbA1c dipertahankan dibawah 6- 7% .
Terapi simtomatik.
Farmakologik:
Anti konvulsan antara lain : pregabalin, gabapentin, karbamasepin,
okskarbasepin.
NSAID: untuk nyeri muskuloskeletal dan neuroartropati.
Analgesik: tramadol, kombinasi tramadol dan asetaminofen.
Antidepresan antara lain: amitriptilin, imipramin, duloksetin.
Antiaritmia: meksiletin.
Obat topikal antara lain: kapsaisin.
Tabel 1. Manajemen Farmakologis NND
Non-farmakologik
Perawatan harian kaki secara teliti.
Sepatu: jangan sempit, diperiksa adanya tonjolan di dalam sepatu.
Infeksi lokal di terapi dan berat badan diturunkan.
Nyeri kaki: rendam kaki dalam air panas-dingin bergantian selama 10 menit (cek
suhu air panas) .(Callaghan et a.l, 2012).
Terapi alternatif seperti: akupunktur, infrared, laser terapi, TENS,
frequencymodulated electromagnetic neural stimulation (FREMS) therapy, high
frequency external muscle stimulation, electrical spinal cord stimulator
inplantasimasih belum konklusif
Invasif non-bedah
Blok saraf lokal.
Bedah
Atas indikasi seperti amputasi pada gangren.
Prognosis
Nyeri neuropati diabetik sulit diobati dan penderita sangat jarang
mendapatkan pengurangan rasa nyeri secara komplit. Hal ini membuat frustasi
penderita maupun dokter yang merawat. Pencegahan merupakan hal terpenting
untukdilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Aslam, A., Singh, J., Rajbhandari, S. Review article: Pathogenesis of painful Diabetic
Neuropathy.2014. Hindawi publishing corporation. Pain research and treatment
1-8.
Bennet, M.I., Attal, N., Backonja, M.M., Baron, R., Bouhassira, J., et al. 2007.Using
Screening Tools to identify neuropathic pain. Journal Pain127:199-203.
Bouhassira, D., Attal, N., Alchaar, H., et al.2005.Comparison of pain syndromes
associated with nervous or somatic lesion and development of a new neuropathic
pain diagnostic questionare (DN4). Journal Pain. 114:29-36
Callaghan, B.C., Cheng, H.T., Stables, C.L., Smith, A.L., Feldman, E.L. 2012.Diabetic
neuropathy: clinical manifestations and current treatments. Lancet Neurology11:
521–534.
Cambell, J.N., Meyer, R.A. Mechanisms of Neuropathic Pain. Neuron, 2006 Oktober
5; 52 (1); 77-92.
Daousi, C., Benbow, S.J., Woodward, A., MacFarlane, I.A.2006. The natural history
of chronic painfull peripheral neuropathy in a community diabetes population.
Diabetic Medicine 23(9): 1821-4.
Dyck, P.J. Severity and staging of diabetic polyneuropathy.2003. In Textbook of
Diabetic Neuropathy. Gries FA, Cameron NE, Low PA, Ziegler D, Eds. Stuttgart,
Germany, Thieme Medical Publishers p. 170– 175.
Dyck, P.J. 2009. Diabetic Neuropathies: The Nerve Damage of Diabetes. National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK)1-12
Kamei, J., Mizoguchi, H., Narita, M., Tseng, L.F.2001. Therapeutic potential of PKC
inhibitors in painful diabetic neuropathy. Expert Opin Investig Drugs I 10:1653–
64.
Moalem, G., Tracey, D.J.2006. Immune and Inflammatory Mechanism in Neuropathic
Pain. Brain Research Rev. 51: 240-264.
Pokdi Nyeri. Konsensus Nasional Nyeri Neuropatik. Perhimpinan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. 2011.
Purwata, T.E.2010. Kadar TNF-α, Ekspresi iNOS, dan TNF-α Yang Tinggi Sebagai
Faktor Risiko Nyeri Neuropati Diabetik. Disertasi. Universitas Udayana
Denpasar.
Tesfaye, S.2011. Recent advances in the management of diabetic distal symmetrical
polyneuropathy. Journal of Diabetes Investigation2(1):33- 42.
Usunoff, K.G., Popratiloff, A., Schmitt, O., Wree, A.2008.Functional Neuroanatomy
of Pain. Department of Anatomy and Histology Medical University – Sofia.
Springer Germany, Ed 2: 49-66.
Widyadharma, I.P.E., Yudiyanta.2008.Reliability Of The Leeds Assessment Of
Neuropathic Symptoms And Signs (LANSS) Scale In Type II Diabetic Patients.
Neurodiabetes CPD. Yogyakarta
22