Oleh:
Pembimbing:
dr. H. M. Hasnawi Haddani, Sp. S(K)
Judul Referat
Polineuropati Diabetes Melitus
Oleh:
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Neurologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 15 April 2019 s.d
20 Mei 2019.
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan berkat-Nya Telaah Ilmiah yang berjudul “Polineuropati Diabetes Melitus”
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Telaah Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Neurologi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. H. M. Hasnawi
Haddani, Sp. S(K) atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan telaah ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Definisi .............................................................................................................5
2.2 Epidemiologi .....................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis ............................................................................................5
2.4 Kriteria Diagnosis ............................................................................................6
2.5 Patofisiologi .....................................................................................................8
2.6 Tatalaksana .....................................................................................................11
2.7 Prognosis ........................................................................................................14
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Neuropati diabetika adalah adanya gejala dan / atau tanda dari disfungsi
saraf perifer dari penderita diabetes melitus tanpa adanya penyebab lain selain
diabetes melitus setelah dilakukan eksklusi penyebab lain. Polineuropati diabetika
menggambarkan keterlibatan banyak saraf tepi dan distribusinya umumnya
bilateral simetris meliputi gangguan sensorik, motorik maupun otonom.
2.2 Epidemiologi
Data epidemiologi menyatakan bahwa kira-kira 30%-40% pasien dewasa
dengan DM tipe 2 menderita Distal Peripheral Neuropathy. Berkaitan dengan
berbagai faktor resiko yang mencakup derajat hiperglikemia, indeks lipid, indeks
tekanan darah, durasi menderita diabetes dan tingkat keparahan. Studi
epidemiologik menunjukkan bahwa kadar glukosa darah yang tidak terkontrol
beresiko lebih besar untuk terjadi neuropati. Setiap kenaikan kadar HbA1c 2%
beresiko komplikasi neuropati sebesar 1,6 kali lipat dalam waktu 4 tahun.
Pada suatu penelitian besar, neuropati simptomatis ditemukan pada 28,5%
dari 6.500 pasien DM. Pada studi Rochester, walaupun neuropati simptomatis
ditemukan hanya 13% pasien DM, ternyata lebih besar dari segalanya ditemukan
neuropati dengan pemeriksaan klinis. Studi lain melaporkan kelainan kecepatan
hantar saraf sudah didapati pada 15,2% pasien DM baru, sementara tanda klinis
neuropati hanya dijumpai pada 2,3%.
2.5 Patofisiologi
Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang patofisiologi
terjadinya neuropati diabetika, namun semuanya sampai sekarang belum diketahui
sepenuhnya. Faktor-faktor etiolog neuropati diabetika diduga adalah vaskular,
berkenaan dengan metabolisme, neutrofik dan imunologik. Studi terbaru
menunjukkan adanya kecenderungan suatu multifaktorial patogenesis yang terjadi
pada neuropati diabetika. Adapu beberapa teori yang diterima adalah:
2.6 Tatalaksana
2.6.1 Penatalaksanaan Farmakologik
1. Terapi kausatif
Neuropati perifer disebabkan oleh banyak penyebab.Kausa yang
paling bisa ditatalaksanai meliputi diabetes melitus, hipotiroidisme, dan
defisiensi vitamin neurotropik. Adapula obat yang merangsang
proteosintesis untuk regenerasi sel Schwann diantaranya metilkobalamin
(derivat B12) dengan dosis 1500 mg/hari selama 6-10 minggu, gangliosid
(intrinsik membran sel neuron) dengan dosis 2 x 200 mg intramuskuler
selama 8 minggu.
2. Simptomatis : analgetik, antiepileptik misalnya gabapentin (neurontin),
topiramate (topamax), carbamazepine (tegretol), pregabalin (lyrica)] dan
antidepresan (misalnya amitriptilin). Obat-obat narkotika dapat digunakan
dalam mengobati nyeri neuropatik kronik pada pasien tertentu.
3. Vitamin neurotropik : B1, B6, B12, asam folat
2.6.2 Penatalaksanaan Non-farmakologik
1. Terapi suportif seperti menurunkan berat badan, diet dan pemilihan sepatu
yang sesuai ukuran, nyaman, dan tidak menyebabkan penekanan juga
dapat membantu.
2. Fisioterapi, mobilisasi, masase otot dan gerakan sendi.
Sasaran pengobatan neuropati perifer adalah mengontrol penyakit yang
mendasarinya dan menghilangkan gejala (simptomatis).Yang pertama dilakukan
adalah menghentikan penggunaan obat-obatan atau bahan yang menjadi pencetus,
memperbaiki gizi (pada defisiensi vitamin neurotropik), dan mengobati penyakit
yang mendasarinya (seperti pemberian kortikosteroid pada immune-
mediatedneuropathy).Neuropati inflamasi akut membutuhkan penanganan yang
lebih cepat dan agresif dengan pemberian immunoglobulin dan plasmapheresis.
2.7 Prognosis
Tipe diabetes melitus yang diberikan akan mempengaruhi diagnosis
neuropati diabetik. Pada NIDDM prognosis tentu lebih baik daripada tipe IDDM.
Lama dan beratnya diabetes melitus serta lama dan beratnya diabetes melitus serta
lama dan beratnya keluhan neuropati yang dialami, dan apakah sudah mengenai
saraf otonom, semuanya akan menentukan prognosis neuropati diabetik
BAB III
KESIMPULAN