Anda di halaman 1dari 20

REFERAT ILMU BEDAH

KISTA BAKER

Disusun Oleh :

Biendha Ulfatullaily

17710231

Pembimbing :

dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp. B

SMF BEDAH
RSUD IBNU SINA GRESIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kista Baker

Jenis : Referat

Penyusun : Biendha Ulfatullaily

NPM : 17710231

Pembimbing : dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp.B

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Senin, 02 Juli 2018

Pembimbing

dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp.B

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat di SMF
BEDAH RSUD Ibnu Sina Gresik – FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang berjudul
“KISTA BAKER” dengan tepat pada waktunya. Referat ini diajukan untuk memenuhi tugas
dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik di SMF BEDAH RSUD Ibnu Sina Gresik.
Bersamaan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
Sebesar besarnya dengan hati yg tulus kepada:
1. dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp. B sebagai pembimbing referat ini.

2. Para teman sejawat dokter muda yang telah memberikan masukan serta membantu
dalam penyelesaian referat ini, dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan
satu per satu yang telah membantu terwujudnya referat ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan segala masukan serta kritik yang membangun demi
sempurnanya tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga referat ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang terkait.

Gresik, Mei 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................................... iii

Daftar Gambar................................................................................................................... iv

BAB I - PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

BAB II - TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3

2.1 Definisi ........................................................................................................ 3

2.2 Klasifikasi ................................................................................................... 4

2.3 Manifestasi Klinis ....................................................................................... 4

2.4 Patofisiologi ................................................................................................ 5

2.5 Diagnosis ..................................................................................................... 6

2.6 Pemeriksaan Penunjang Radiologi .............................................................. 6

2.7 Diagnosis Banding ...................................................................................... 10

2.8 Penatalaksanaan .......................................................................................... 10

2.9 Prognosis dan Komplikasi ........................................................................... 12

4
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kista Baker ...................................................................................................... 3

Gambar 2. Ultrasonografi (USG) Kista Baker .................................................................. 8

Gambar 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Kista Baker .......................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kista baker merupakan lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi lutut. Kista

ini memberikan gambaran sebagai massa yang terdapat di posteromedial lutut. Kista

baker biasanya terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak-anak. Kista ini

jarang bermanifestasi sendirian dan sering ditemukan berkaitan dengan kondisi inflamasi,

seperti osteoarthritis, meniscus tears, dan rheumatoid arthritis.1

Prevalensi kista baker secara signifikan lebih tinggi pada usia diatas 50 tahun,

tanpa kecenderungan untuk ras atau jenis kelamin. Insiden kista Baker bervariasi

tergantung pada kondisi yang berhubungan. Meskipun insidensi dan prevalensi Baker’s

cysts bervariasi, kista ini umumnya terjadi sekunder akibat patologi intra artikular lainnya

5
pada pada pasien dewasa.terjadinya kista baker di Italia sebanyak 4,7% - 37% pada sendi

lutut tanpa gejala pada orang dewasa, kemudian diidentifikasi sebanyak 42% dari pasien

dengan osteoarthritis dan 48% pasien dengan rheumatoid arthritis pada pemeriksaan

ultrasonografi. Pada anak, prevalensi popliteal cysts mencapai 6,3%.2

Manifestasi klinis dari kista baker bervariasi pada pasien dewasa dapat berupa

nyeri lutut posterior, pembengkakan dengan adanya massa lokal, dan terasa tegang di

daerah poplitea. Gejala dan temuan fisik lainnya sering berkaitan dengan penyakit lain

yang terkait dengan kista. Pembesaran progresif dari kista baker dapat menyebabkan

pseudotromboflebitis akibat kebocoran atau ruptur dari kista dan deep vein trombosis

akibat kompresi langsung pada arteri dan vena popliteal.3

Modalitas yang berperan dalam pencitraan kista baker adalah ultrasonografi

(USG) dan magnetic resonance imaging (MRI). MRI dapat memvisualisasikan dan

mengenali massa di daerah lutut termasuk kista baker tetapi pemeriksaan ini relatif mahal

dan tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas ini. USG adalah alat pencitraan non-

invasif, mudah tersedia, akurat, dan hemat biaya untuk mendiagnosis kista baker. USG

memungkinkan penilaianjenis massa solid atau kistik, ukuran dan volume kista,

hubungannya dengan otot, tendon, pembuluh darah yang berdekatan dan adanya

komplikasi. Selain itu USG berperan juga dalam memandu aspirasi kista.4

Berdasarkan fenomena tersebut, sebagai tenaga kesehatan yang melayani

masyarakat harus mengetahui tentang kista baker, kemudian dengan melakukan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat menegakkan diagnosis

kista baker dengan tepat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pada tahun 1840, Adam pertama kali mendeskripsikan tentang kista popliteal.

Dr William Baker pada tahun 1877 mendiskripsikan pembengkakkan di fossa poplitea

dan menyimpulkan bahwa temuan ini akibat sekunder dari keluarnya cairan dari sendi

lutut. Kista baker merupakan lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi lutut dan

memberikan gambaran sebagai massa yang terdapat di posteromedial lutut. Kista baker

merupakan distensi abnormal berisi cairan dari bursa gastrocnemius-semimembranosus,

7
meluas ke posterior diantara tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus

semimembranosus yang mempunyai saluran penghubung dengan sendi lutut. 5,6,7

A B C

Gambar
a 1. Kista baker
A. Gambaran skematis potongan koronal lutut posterior adanya hubungan anatomi kista
baker dengan medial head of the gastrocnemius muscle dan otot semimembranosus dan
tendon pada bidang koronal.
B. Fotografi regio poplitea kista baker adanya pembengkakan jaringan lunak pada aspek
inferomedial lutut posterior.
C.Tampilan bedah gross dari kista baker hubungan medial head of the gastrocnemius
muscle
(sumber kepustakaan diambil dari nomer 5)

2.2 Klasifikasi

Kista baker dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu primer atau idiopatik

dan sekunder. Kista baker primer jika distensi bursa semimembranosus dengan sendi

lutut tidak terkait dengan penyakit sendi lain dan tidak terdapat hubungan antara bursa

semimembranosus-gastrocnemius dan rongga sendi lutut. Kista baker sekunder jika

terkait dengan penyakit sendi lain dan terdapat hubungan yang terbuka antara bursa

semimembranosus-gastrocnemius dan rongga sendi lutut. Sebagian besar kista baker

adalah kista sekunder dan terkait dengan penyakit degeneratif sendi lutut. Kista primer

jarang terjadi dan terutama terjadi pada anak-anak.7

8
2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari kista baker bervariasi. Pada anak-anak, kista ini paling

sering merupakan temuan insidental pada pemeriksaan fisik karena tidak bergejala.

Tetapi dapat juga menimbulkan rasa tidak nyaman, gerakan terbatas dan teraba massa di

regio poplitea. Presentasi klinis pada pasien dewasa dapat berupa nyeri samar-samar lutut

posterior, pembengkakan atau massa lokal, dan terasa tegang di daerah poplitea. Gejala

dan temuan fisik lainnya sering berkaitan dengan kelainan yang terkait dengan kista,

seperti meniskus tear atau arthritis. Pembesaran progresif dari kista baker dapat

menyebabkan gangguan pada fleksi dan ekstensi penuh lutut, pseudotromboflebitis akibat

kebocoran atau ruptur dari kista dan deep vein trombosis karena adanya kompresi

langsung pada arteri dan vena poplitea. 5

2.4 Patofisiologi

Patogenesis timbulnya kista baker pada orang dewasa berkaitan dengan adanya

saluran hubungan antara sendi lutut dan bursa gastrocnemiosemimembranosus. Bursa

gastrocnemio-semimembranosus terletak diantara tendon gastrocnemius dan muskulus

semimembranosus dan merupakan gambaran anatomi normal. Bursa ini berhubungan

dengan kapsula sendi lutut melalui celah melintang pada kapsula posterior setinggi

kondilus medial femoralis, di mana tendon gastrocnemius menyatu dengan kapsula sendi.

Celah berbentuk horizontal berukuran 4 sampai 24 mm. Hubungan antara bursa dan

kapsula sendi hampir tidak terdapat pada anak-anak, dan terdapatnya celah ini meningkat

sejalan dengan peningkatan usia. Integritas kapsula sendi menurun sesuai dengan usia,

9
dan menurut teorinya celah tersebut merupakan akibat dari rupturnya kapsula sendi

karena proses degenerasi. Rauschning mengamati bahwa, ketika tidak ditemukan celah,

terlihat kapsula sendi menipis di daerah yang sama dengan celah dan kista baker adalah

herniasi dari sinovium. Adanya hubungan antara bursa gastrocnemio-semimembranosus

dan kapsula sendi, memungkinkan terjadinya gerakan cairan sinovial diantara dua

ruangan (telah diperlihatkan pada arthrography). Mekanisme seperti katub

memungkinkan cairan hanya mengalir searah yaitu dari sendi ke dalam bursa. 8

Kista baker biasanya bukan merupakan kelainan tersendiri, kista ini umumnya

terkait dengan kelainan intra-artikular. Kelainan intraartikuler menyebakan adanya effusi

sendi yang meningkatkan tekanan dalam ruang sendi. Effusi sendi dan fibrin dipompa

dari sendi lutut ke kista, fibrin berfungsi sebagai katup satu arah yang memblokir

kembalinya efusi ke dalam sendi lutut. Efusi yang terjebak dengan viskositas normal di

dalam kista diserap melalui membran semipermeabel, meninggalkan konsentrat fibrin.

Hal ini menjelaskan sulitnya aspirasi isi kista yang kental dan lengket tersebut. 6,7

Baker’s cyst pada anak-anak bisa idiopatik, berkaitan dengan juvenile rheumatoid

arthritis atau hemophilia. Baker’s cyst pada juvenile rheumatoid arthritis berkaitan

dengan effusi sendi lutut. Masih terjadi kontroversi tentang apakah Baker’s cyst pada

anak-anak berhubungan dengan kapsula sendi. Beberapa peneliti meyakini bahwa kista

terjadi karena iritasi bursal primer daripada perluasan abnormalitas sendi. 2,3

2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan melalui

pemeriksaan radiologik. Dari anamesis bisa didapatkan benjolan yang tidak

bergejala namun kadang ditemukan nyeri serta. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

10
benjolan lunak yang tidak nyeri tekan, melalui transiluminasi diketahui bahwa isi

benjolan bukan merupakan massa padat tapi merupakan cairan, ditemukan adanya

gangguan pergerakan dan parestesia (kelemahan).2,3,4

2.6 Pemeriksaan penunjang Radiologi

A. Ultrasonografi (USG)

USG adalah alat pencitraan non-invasif, mudah tersedia, akurat, dan hemat

biaya untuk mendiagnosis patologi jaringan lunak di regio lutut temasuk kista baker.

USG memungkinkan penilaian jenis lesi, ukuran kista, hubungannya dengan otot yang

berdekatan, tendon, pembuluh darah dan adanya septasi intrakistik. Kelemahan USG

adalah kurang sensitif terhadap lesi intra-artikular sehingga diperlukan pencitraan lebih

lanjut untuk mengkonfirmasi adanya keusakan internal yang terkait.3,4,6

Evaluasi sistem muskuloskeletal dengan ultrasonografi memerlukan ketepatan

pemilihan tranducer. Tranducer frekuensi tinggi mempunyai resolusi tinggi tetapi

penetrasinya kurang dalam. Sehingga struktur yang letaknya lebih dalam memerlukan

tranducer frekuensi redah. Pemeriksaan fosa poplitia menggunakan tranducer linier

frekuensi 7-15MHz. Pemeriksaan USG untuk mendeteksi kista baker dilakukan dengan

memposisikan pasien prone, lutut diekstensikan dan kedua kaki menggantung di tepi

meja pemeriksaan. Pemeriksaan dimulai dengan menempatkan transducer pada aspek

poplitea lutut pada transversal view dan dilanjutkan pada longitudinal view. 7,8

Pada transversal view, kista baker tampak sebagai lesi kistik anechoic,

hypoechoic atau hiperechoic batas tegas dengan peningkatan akustik posterior, yang

menunjukkan pembesaran bursa semimembranosus-gastrocnemius. Biasanya berbentuk

crescent-shaped. Pada sebagian besar kasus terdiri dari tiga komponen yaitu body, base

11
dan neck. Body merupakan ujung membulat yang lebih besar dan superfisial. Base (yang

lebih kecil dan komponen lebih dalam), terletak di tendon semimembranosus, medial

head gastrocnemius dan kapsula sendi posterior. Neck yang menghubungkan body dan

base terletak diantara di tendon semimembranosus dan medial head gastrocnemius. 7,8

Pada longitudinal view, kista baker umumnya memiliki gambaran bulat di ujung

proksimal dan distal. Ujung yang tajam atau irregular biasanya menunjukkan adanya

ruptur kista baker, sedangkan cairan anechoic atau hypoechoic di luar batas kista

merupakan bocornya cairan dari kista baker yang ruptur. 3,4,7

Gambar 2. USG Kista Baker.

A, pemindaian kista baker pada transversal axis view.

B. Pada longitudinal axis view, kista baker tampak sebagai lesi kistik anechoic

atau hypoechoic batas tegas berbentuk bulan sabit dengan peningkatan akustik

posterior (panah). Sebuah neck berisi cairan (panah terbuka) sangat penting untuk

diagnosis kista Baker.

12
C. Pemindaian kista baker pada longitudinal axis view.

D. Kista baker pada long axis view memiliki gambaran bulat di ujung proksimal

dan distal-nya (panah). Panah melengkung menunjukkan semimembranosus;

(sumber kepustakaan diambil dari nomer 7)

B. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dianggap sebagai Gold standart dalam visualisasi dan karakterisasi massa

lutut. MRI dapat mengkonfirmasi, sifat unilocular dan kistik dari kista poplitea jinak;

mengevaluasi hubungannya dengan struktur anatomi di sendi dan jaringan sekitarnya;

dan menggambarkan patologi intra-artikular yang terkait. Selain itu, MRI bersifat non-

invasif dan tidak melibatkan paparan radiasi. Pada MRI, kista baker tampak sebagai

massa dengan intensitas sinyal rendah pada T1-weighted image, intensitas sinyal

menengah pada proton densiti, dan intensitas sinyal tinggi pada proton density–weighted

fat saturation. Kelebihan dari MRI adalah kemampuan gambar aksial untuk

memvisualisasikan neck dari hubungan kista dengan sendi yang berisi cairan. kista baker

dapat dilihat dari edema dengan intensitas sinyal tinggi di jaringan lunak yang

berdekatan.3

13
Gambar 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Axial proton density weighted MR image with fat saturation memperlihatkan kista baker
(kepala panah) dengan cairan (panah hitam) diantara tendon semimembranosus (panah
lengkung putih) dan medial head gastrocnemius tendon(panah terbuka) Komponen
subgastrocnemius (asterisk) dari kista baker. M = muskulus gastrocnemius medial.
(sumber kepustakaan diambil dari nomer 7)
2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk kista baker membutuhkan pengetahuan anatomi.

Perhatikan bahwa beberapa dari mereka lebih mungkin untuk terletak di posterior

popliteal. Tingkat kecurigaan tumor ganas harus lebih kuat ketika kista tidak di lokasi

yang khas antara medial gastrocnemius dan tendon semimembranosus atau adanya

disproporsi antara ukuran lesi dan gejala. Perbandingan antara massa padat dan kistik

dilakukan dengan transiluminasi, dalam pemeriksaan penunjang dilihat apakah ada tanda

kalsifikasi atau area erosi tulang yang dapat menimbulkan keganasan.6,7

Maka diagnosis banding dari kista baker adalah:

• Lipoma

• Fibrosarkoma

• Sinovial Sarkoma

• Nodul rheumatoid arthritis

2.8 Penatalaksanaan

14
Ada banyak pilihan terapi untuk kista baker, yang ditentukan oleh penyebab yang

mendasari dan kondisi terkait. Kadang-kadang tanpa pengobatan atau tindakan suportif

sederhana menghasilkan resolusi spontan kista atau pengurangan gejala yang terkait. Jika

tidak, teknik invasif minimal dan bedah merupakan alternatif terapi. 7

1. Nonsurgical treatment

Mengambil cairan dengan jarum suntik ( aspirasi ) dapat mengurangi ukuran

kista. Aspirasi dipandu USG dengan injeksi kortikosteroid adalah prosedur dengan

risiko relatif rendah dan cukup berhasil untuk pengobatan osteoarthritis lutut dengan

kista baker. Pada penelitian Acebes et al, pasien dengan osteoarthritis lutut dengan

kista baker yang memperlihatkan gejala disuntik intra-artikuler dengan kortikosteroid,

kortison dapat disuntikkan ke daerah yang terkena untuk mengurangi peradangan

setelah aspirasi kista. Pada follow-up 4 minggu kemudian, peneliti mengamati

penurunan yang signifikan dalam nyeri lutut dan pembengkakan serta penurunan

yang signifikan dalam ukuran kista.2,3

Metode yang lain untuk terapi adalah sclerotherapy. Tetapi metode ini kurang

efektif jika kista merupakan kista kompleks yaitu dengan temuan abnormal lainnya

seperti terlihat tanda-tanda kista kambuh pada pasien pada 6 bulan follow-up. Kista

kompleks mungkin sulit untuk aspirasi dan penyuntikkannya karena adanya septasi

dan debris intrakistik dan ini bisa mengganggu hasil prosedur. Metode yang lain

untuk terapi adalah sclerotherapy. Metode ini cara mengiritasi/membuat sklerosis

dengan memberikan agen sklerosing seperti etanol, fenol, tetrasiklin, kelompok

Streptococcus pyogenes dan lainnya. Dari satu penelitian disebutkan bahwa ukuran

kista menurun secara signifikan pada MRI setelah lebih dari 7 bulan setelah injeksi

15
serial agen sclerosing (12,5% dekstrosa dan natrium morrhuate). Meskipun terdapat

tindakan konservatif dan minimal invasif untuk mengobati beberapa kondisi yang

berhubungan dengan kista baker, tidak semua dapat membaik tanpa intervensi invasif.

Secara historis, eksisi terbuka menimbulkan kekambuhan sangat tinggi. 3,4

2. Surgical Treatment

Eksisi terbuka juga dikaitkan dengan morbiditas dan adanya komplikasi akibat

diperlukannya sayatan berbentuk Z atau S di daerah poplitea. Saat ini, prosedur

arthroscopic yaitu hubungan katup antara sendi dan kista diperbaiki sehingga pada

aliran cairannya pada saluran hubungan antara sendi dan kista menjadi dua arah dan

bursa gastrocnemio-semimembranosus menjadi normal, metode ini yang paling

sering digunakan untuk mengobati kondisi yang berhubungan dengan kista baker.

Hasilnya cukup baik dengan mengecilnya ukuran kista. 3,7

2.9 Prognosis dan Komplikasi

A. Prognosis

Kista baker tidak menyebabkan kerusakan jangka panjang. Jarang ditemukan

disabilitas jangka panjang dan mayoritas kasus membaik setelah penanganan.5

B. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran

ganglion. Komplikasi yang paling sering dari kista baker yaitu pecahnya kista pada

otot proksimal gastronecmius yang menyebabkan keluhan seperti

16
Pseudothrombophlebitis syndrome akibat kebocoran atau ruptur dari kista dan deep

vein trombosis akibat kompresi langsung pada arteri dan vena poplitea.6

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kista baker merupakan lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi lutut.

Dengan gejala klinis utama yaitu nyeri pada lutut disertai pembengkakan adanya massa

local. Kista ini jarang bermanifestasi sendirian dan sering ditemukan berkaitan dengan

kondisi inflamasi, seperti osteoarthritis, meniscus tears, dan rheumatoid arthritis.

Prevalensi kista baker secara signifikan lebih tinggi pada usia diatas 50 tahun, tanpa

kecenderungan untuk ras atau jenis kelamin umumnya terjadi sekunder akibat patologi

intra artikular lainnya pada pada pasien dewasa.terjadinya kista baker di Italia sebanyak

4,7% - 37% pada sendi lutut tanpa gejala pada orang dewasa, kemudian diidentifikasi

sebanyak 42% dari pasien dengan osteoarthritis dan 48% pasien dengan rheumatoid

arthritis dan 6,3% ditemukan pada anak-anak.

17
USG adalah alat pencitraan non invasive untuk memungkinkan penilaian jenis dan

ukuran kista, hubungannya dengan otot, tendon, pembuluh darah yang berdekatan dan

adanya komplikasi. Selain itu USG berperan sebagai guiding dalam memandu aspirasi

kista. MRI dianggap sebagai Gold standart dalam visualisasi dan karakterisasi massa

lutut. MRI dapat mengkonfirmasi, sifat unilocular dan kistik dari kista poplitea jinak;

mengevaluasi hubungannya dengan struktur anatomi di sendi dan jaringan sekitarnya;

dan menggambarkan patologi intra-artikular yang terkait. Selain itu, MRI bersifat non-

invasif dan tidak melibatkan paparan radiasi.

Tingkat kecurigaan tumor ganas harus lebih kuat ketika melakukan diagnosa

banding, kista tidak di lokasi yang khas antara medial gastrocnemius dan tendon

semimembranosus atau adanya disproporsi antara ukuran lesi dan gejala. Perbandingan

antara massa padat dan kistik dilakukan dengan transiluminasi, dalam pemeriksaan

penunjang dilihat apakah ada tanda kalsifikasi atau area erosi tulang yang dapat

menimbulkan keganasan. Maka diagnosis banding dari kista baker adalah Lipoma,

Fibrosarkoma, Sinovial Sarkoma, Nodul rheumatoid arthritis.

Pemilihan terapi nonsurgical dengan cara mengambil cairan dengan jarum suntik

( aspirasi ) dapat mengurangi ukuran kista dengan injeksi kortikosteroid adalah prosedur

dengan risiko relatif rendah dan cukup berhasil untuk pengobatan osteoarthritis lutut

dengan kista baker. Tetapi, apabila hendak melakukan Surgical Treatment prosedur

arthroscopic menjadi pemilihan yang tepat yaitu hubungan katup antara sendi dan kista

diperbaiki sehingga pada aliran cairannya pada saluran hubungan antara sendi dan kista

menjadi dua arah dan bursa gastrocnemio-semimembranosus menjadi normal, metode ini

18
yang paling sering digunakan untuk mengobati kondisi yang berhubungan dengan kista

baker. Hasilnya cukup baik dengan mengecilnya ukuran kista.

Komplikasi yang paling sering dari kista baker yaitu pecahnya kista pada otot

proksimal gastronecmius yang menyebabkan keluhan seperti Pseudothrombophlebitis

syndrome akibat kebocoran atau ruptur dari kista dan deep vein trombosis akibat

kompresi langsung pada arteri dan vena poplitea.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ward EE, Jacobson JA, Fessell DP, Hayes CW, Holsbeeck MV.Sonographic Detection of

Baker’s Cysts: Comparison with MR Imaging.Am J Roentgenol. 2001;176:373-80

2. Alessi S, Depaoli R, Canepari M, Bartolucci F, Zacchino M, Draghi F.Baker’s cyst in

pediatric patients: Ultrasonographic characteristics. Journal of Ultrasound. 2012; 15:76e-81

3. Tsang JPK, Yuen MK. Sonography of Baker’s Cyst (Popliteal Cyst): the Typical and

Atypical Features. Hong Kong J Radiol. 2011;14:200-6

4. Neubauer H, Morbach H, Schwarz T, Wirth C, Girschick H, Beer M. Clinical Study

Popliteal Cysts in Paediatric Patients: Clinical Characteristics and Imaging Features on

Ultrasound and MRI. Arthritis. 2011

5. Ward EE, Jacobson JA, Fessell DP, Hayes CW, Holsbeeck MV. Sonographic Detection of

Baker’s Cysts: Comparison with MR Imaging Am J Roentgenol. 2001;176:373-80

19
6. Tsang JPK, Yuen MK. Sonography of Baker’s Cyst (Popliteal Cyst): the Typical and

Atypical Features. Hong Kong J Radiol. 2011;14:200-6

7. Herman AM, Marzo JM. Popliteal Cysts: A Current Review. Orthopedics.2014; 37(8):

e678-84

8. Neubauer H, Morbach H, Schwarz T, Wirth C, Girschick H, Beer M. Clinical Study

Popliteal Cysts in Paediatric Patients: Clinical Characteristics and Imaging Features on

Ultrasound and MRI. Arthritis. 2011

https://www.slideshare.net/homeworkping3/238068289-caseradiologiorchitis

https://tuxdoc.com/download/kista-bakerdocx_pdf

https://kupdf.net/download/laporan-kasus-kista-baker-3-susan_5aa7ee84e2b6f56b728f5a8e_pdf

http://slideplayer.info/slide/11878833/

http://www.scielo.br/pdf/rbort/v46n6/en_a02v46n6.pdf

http://avicenna91.blogspot.com/2012/08/kista-ganglion.html

20

Anda mungkin juga menyukai