Anda di halaman 1dari 20

1.

REFERAT ILMU BEDAH


KISTA DUCTUS TIROGLOSUS

Disusun Oleh :

IQBAL RAZIF

17710199

Pembimbing :

dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp. B

SMF ILMU BEDAH


RSUD IBNU SINA GRESIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2018

LEMBAR PENGESAHAN
1
Judul : Kista Duktus Tiroglosus

Jenis : Referat

Penyusunan : Iqbal Razif

NPM : 17710199

Pembimbing : dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp.B

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Senin, 02 Juli 2018

Pembimbing

dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp.B

KATA PENGANTAR

2
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat di SMF
ILMU BEDAH RSUD Ibnu Sina Gresik – FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang
berjudul “KISTA DUCTUS TIROGLOSUS” dengan tepat pada waktunya. Referat ini
diajukan untuk memenuhi tugas dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik di SMF ILMU
BEDAH RSUD Ibnu Sina Gresik.
Bersamaan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih Sebesar
besarnya dengan hati yg tulus kepada:
1. dr. Dono Marsetio Wibisono, Sp. B sebagai pembimbing referat ini.

2. Para teman sejawat dokter muda yang telah memberikan masukan serta
membantu dalam penyelesaian referat ini, dan semua pihak yang tidak mampu
penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terwujudnya referat ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala masukan serta kritik yang
membangun demi sempurnanya tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga referat ini
bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.

Gresik, Mei 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................. i

3
Lembar Pengesahan .......................................................................................................... ii

Kata Pengantar .................................................................................................................. iii

Daftar Isi ........................................................................................................................... iv

BAB I - PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

BAB II - TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3

A. Pengertian Kista Ductus Tiroglosus ............................................................ 3

B. Epidemiologi Kista Ductus Tiroglosus ......................................................... 3

C. Patofisiologi Kista Ductus Tiroglosus .......................................................... 4

D. Gejala Klinis Kista Ductus Tiroglosus ......................................................... 6

E. Diagnosa Kista Ductus Tiroglosus ................................................................ 8

F. Diagnosa Banding Kista Duktus Tiroglosus ................................................ 10

G. Penatalaksanaan Kista Ductus Tiroglosus .................................................... 11

H. Komplikasi Kista Ductus Tiroglosus ............................................................ 14

I. Prognosa Kista Ductus Tiroglosus ................................................................. 14

BAB III - KESIMPULAN .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

4
Kista duktus tiroglosus adalah suatu massa yang sering ditemukan pada

daerah midline leher. Kista ini terbentuk akibat dari kegagalan involusi dari duktus

tiroglosus.1 Pada proses perkembangannya, kelenjar tiroid turun ke tempatnya yang

seharusnya melalui suatu duktus bernama tiroglossus. Normalnya, duktus ini akan

berinvolusi.1,2

Patensi dari duktus ini menimbulkan potensi besar terbentuknya kista duktus

tiroglossus. Munculnya kista di leher pada penyakit ini baru terbentuk bertahun-tahun

setelahnya (biasanya usia kurang dari 30 tahun). kemunculannya diasosiasikan dengan

infeksi saluran pernapasan atas.1 Massa yang muncul dapat berlokasi mulai dari batas

bawah tulang hyoid sampai setinggi tiroid. Kista yang muncul tidak menimbulkan

gejala apapun selain pembesarannya namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan

gangguan tiroid. Kista ini juga dapat terinfeksi dan menimbulkan abses dan reaksi

radang.1

Walaupun istilah tiroid berasal dari bahasa Yunani, yang berarti perisai,

namun gambaran umumnya ini berupa bentuk kupu-kupu atau biasa disebut butterfly.

Gandula tiroid, ada hubungannya dengan sisi anterior dan lateral dari laring dan

trakea. Bagian anteriornya berbentuk konveks dan posteriornya berbentuk konkaf,

dimana keduanya terdiri dari dua lobus yang yang menyatu membentuk istmus.

Istmus ini menyilang trakea anterior dibawah kartilago krikoid. Lobus lateral akan

meluas sepanjang sisi laring dengan proyeksi berbentuk kerucut mencapai

pertengahan dari kartilago tiroid. Bagian atas glandula, kita kenal sebagai kutub atas

glandula. Dan bagian dari lobus lateral kita sebut sebagai kutub bawah. Glandula ini

berwarna coklat kemerahan yang menandakan sebagai daerah pembuluh darah.1, 3

5
Kista duktus tiroglosus merupakan kasus terbanyak dari massa non neoplastik

di leher, merupakan 40% dari tumor primer di leher. Ada penulis yang menyatakan

hampir 70% dari seluruh kista di leher adalah kista duktus tiroglosus.3

Kasus ini lebih sering terjadi pada anak-anak, walaupun dapat ditemukan di

semua usia. Predileksi umur terbanyak antara umur 0-20 tahun yaitu 52%, umur

sampai 5 tahun terdapat 38%. Sistrunk (1920) melaporkan 31 kasus dari 86.000

pasien anak. Tidak terdapat perbedaan risiko terjadinya kista berdasarkan jenis

kelamin dan umur yang bisa didapat dari lahir sampai 70 tahun, rata-rata pada usia 5,5

tahun.1,2

BAB II

6
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kista Duktus Tiroglosus

Kista duktus tiroglosus adalah suatu kantung berisi cairan yang terdapat saat

lahir pada garis tengah leher. Suatu kista tiroglosus adalah malformasi kongenital

(suatu defek lahir). Hal ini terjadi akibat penutupan yang tidak komplit dari suatu

segmen duktus tiroglossus, suatu struktur seperti tabung yang normalnya menutup

saat perkembangan embrio. Juga disebut kista duktus tiroglossus atau kista tirolingual.

Kista duktus tiroglosus adalah sebuah kantong berisi cairan yang terletak pada garis

median leher. Kista ini paling sering muncul bersama pembengkakan lunak dibawah

dagu yang bergerak selama proses menelan. Adakalanya kista akan muncul

bersamaan dengan infeksi pada tenggorok.2

B. Epidemiologi Kista Duktus Tiroglosus

Beberapa penulis menyatakan bahwa kasus ini merupakan kasus terbanyak

dari massa non neoplastik di leher, merupakan 40% dari tumor primer di leher. Ada

penulis yang menyatakan hampir 70% dari seluruh kista di leher adalah kista duktus

tiroglossus. Kasus ini lebih sering terjadi pada anak-anak, walaupun dapat ditemukan

di semua usia. Predileksi umur terbanyak antara umur 0-20 tahun yaitu 52%, umur

sampai 5 tahun terdapat 38%. Tidak terdapat perbedaan resiko terjadinya kista

berdasarkan jenis kelamin dan umur yang bisa didapat dari lahir sampai usia 70 tahun,

rata-rata pada usia 5,5 tahun. Tri D dkk melaporkan 8 kasus kista duktus tiroglossus

dari 1983-1985 di RS Kariadi Semarang.3,4,5

Penulis lain mengatakan predileksi usia kurang dari 10 tahun sebesar 31,5%,

pada dekade ke dua 20,4%, dekade ke tiga 13,5% dan usia lebih dari 30 tahun sebesar

7
34,6%. Waddell mendapatkan 28 kasus kista duktus tiroglosus secara histologik dari

61 pasien yang diduga menderita kista tersebut.4

C. Patofisiologi Kista Duktus Tiroglosus

Terdapat dua teori yang menjelaskan terjadinya kista duktus tiroglossus :

1. infeksi tenggorok berulang akan merangsang sisa epitel traktus, sehingga

mengalami degenerasi kistik.

2. sumbatan duktus tiroglossus akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sekret

sehingga membentuk kista.

Teori lain mengatakan mengingat duktus tiroglossus terletak di antara

beberapa kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi peradangan, maka epitel duktus

juga ikut meradang, sehingga terbentuklah kista.6,7

Kista duktus tiroglossus umumnya muncul pada dekade kedua dengan

penampakan massa pada garis midline. Kista duktus tiroglossus adalah kista yang

paling banyak terjadi pada sisa-sisa embriologi leher dan kepala. Lokasinya pada

dasar mulut adalah hasil bentukan dari embriologi tiroid normal. Tiroid menjadi

bentuk premordial yang tersusun dari struktur epitel toraks, kemudian duktus

tiroglossus akan terjadi pada kira-kira minggu ketiga dari masa gestasi. Elongasi

duktus berasal dari foramen sekum yang berlokasi di belakang barisan bentuk V dari

papilla sirkumvallata pada dasar lidah. Duktus akan berpenetrasi sepanjang proses

mesoderm dan turun sebagai divertikulum yang melewati dasar lidah dan otot

milohioid menuju ke dasar mulut. Perpanjangan secara posterior dan superior terjadi

pada regio tulang hioid sebelum penurunan berakhir dan duktus glandula tiroid

akhirnya berlokasi pada dasar leher. Setelah minggu ke 7 masa gestasi, glandula tiroid

akan melewati panjang normal dari duktus dan menempati posisi akhir. Migrasi dari

8
glandula tiroid dapat berhenti di mana saja sepanjang rangkaian duktus tiroglossus.

Bila duktus gagal bermigrasi dari glandula tiroid secara komplit maka

perkembangannya akan menjadi tiroid lingual di dasar mulut. Bila posisi glandula

tiroid dalam posisi normal pada leher bawah maka bagian-bagian jaringan tiroid

masih dapat ditemukan sepanjang rangkaiannya. 2

Infeksi tenggorok berulang akan merangsang sisa epitel traktus, sehingga

mengalami degenerasi kistik. Sumbatan duktus tiroglosus akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan sekret sehingga membentuk kista. Teori lain mengatakan

mengingat duktus tiroglosus terletak di antara beberapa kelenjar limfe di leher, jika

sering terjadi peradangan, maka epitel duktus juga ikut meradang, sehingga

terbentuklah kista.4

Oleh karena duktus terdiri dari epitel sekretoris maka suatu kista dapat

terbentuk dari bagian mana saja dari duktus tiroglossus yang gagal berinvolusi.6

Gambaran perkembangan Kista Duktus Tiroglosus :.

1. Hilangnya istmus tiroid, lobus lateral akan menjadi lobus piramidal.

9
2. Lobus pyramidal berasal dari bergabungnya lobus kiri dari istmus.

3. Pyramidal lobus berasal dari istmus pada glandula.

4. Tiroid aksesoris bisa didapatkan pada daerah trakea, kartilago tiroid, musculus

tiroidea, musculus geniohioid, tulang hyoid, berada dibawah dan diatas dari tulang

hyoid.

5. Glandula tiroid aksesoris didapatkan pada muskulus krikotiroid. Lobus pyramidal

terdorong kebagian kiri interior istmus

6. Duktus tiroglosus persisten pada orang dewasa berada pada foramen sekum dari

lidah

D. Gejala Klinis Kista Duktus Tiroglosus

Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher,

dapat di atas atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak menimbulkan

rasa tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas

tegas, bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan

bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm,

kadang-kadang lebih besar. Bila terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri. Pasien

mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya berwarna merah. Kista bergerak ke

atas jika lidah dijulurkan atau saat menelan. Kista ini dapat terinfeksi dan dapat

mengalami ruptur spontan.6

Kista duktus tiroglossus muncul dalam enam varietas yang berbeda. Tipe

infrahioid terhitung 65% dari kista duktus tiroglossus dan merupakan tipe yang paling

banyak ditemukan pada posisi paramedian, sedangkan tipe suprahioid hanya sekitar

20% dan ditemukan pada posisi midline. Kista juxtahioid 15% dari kista duktus

tiroglossus. Lokasi intralingual terjadi pada kira-kira 2% dari kista duktus tiroglossus,

10
dan variasi suprasternal terjadi kira-kira 10% dari keseluruhan kasus. Intralaringeal

kista duktus tiroglossus adalah hal yang langka. Variasi ini terakhir ditemukan pada

orang tua 42 tahun dan sebaiknya dapat dibedakan dari lesi intralaringeal.7

Kebanyakan kasus kista duktus tiroglosus tidak diperhatikan dan tidak

didiagnosa sampai umur dewasa. Duktus yang paten ini bisa menetap selama

beberapa tahun atau lebih sehingga terjadi sesuatu stimulus yang bisa mengakibatan

pembesaran kista.2,4,5

Kista duktus atau sinus ini bisa mengakibatan penghasilan sekresi oral yang

berlebihan dimana kondisi ini bisa menyebabkan kista menjadi terinfeksi. Bila

terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri dan menjadi lebih besar. Pasien mengeluh kulit

di atasnya berwarna merah, disfagia, disfonia, draining sinus, sesak terutamanya

apabila kista bertambah besar. Kista duktus tiroglosus yang terinfeksi bisa presentasi

seperti infeksi saluran nafas atas (ISPA). Obstruksi jalan pernafasan bisa terjadi

terutamanya pada kista intralingual yang berdekatan dengan jalan pernafasan.1,3

E. Diagnosis Kista Duktus Tiroglosus

11
Diagnosis dari kista duktus tiroglossus dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesa didapatkan Pasien dengan nodul subkutan atau nodul dermal

biasanya asimtomatik dan datang dengan pembesaran leher. Bila kista terinfeksi

secara sekunder, inflamasi atau ruptur maka dapat menjadi simtomatis yang

menyebabkan nyeri.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Kista duktus tiroglossus biasanya berupa

pembengkakan yang bulat, tegang dan permukaannya halus dekat garis tengah. Kista

ini jarang bersifat translusen. Tes diagnostik spesifik adalah kista ini bergerak ke atas

pada leher saat penjuluran lidah karena hubungannya dengan tulang hioid melalui

traktus tiroglossus, yang biasanya berdegenerasi menjadi suatu pita fibrosa. Kista

dilapisi oleh epitel skuamus, kolumner atau kuboid dan kadang-kadang terdapat

pulau-pulau kecil jaringan tiroid. Kista ini mengandung cairan jernih atau mukoid,

kadang kala bekuan darah dan rentan terhadap sepsis serta pembentukan fistula. Kista

duktus tiroglossus yang terinfeksi bermanifestasi sebagai suatu massa yang tidak

lunak disertai disfagia, disfoni, drainase sinus, demam, atau pembesaran leher.

Obstruksi jalan napas sangat mungkin terjadi terutama pada kista intralingual

12
Pada pemeriksaan penunjang foto polos di temukan kista duktus tiroglossus

secara nonspesifik. Lokasi massa biasanya anterior dari faring, hipofaring dan

hubungannya dengan tulang hioid biasanya dapat dilihat melalui foto lateral.

Pada USG didapatkan dapat membedakan antara komponen kistik dan

komponen solid. Teknik ini dapat mengkonfirmasi gambaran klinik dari kista duktus

tiroglossus dan menyingkirkan kemungkinan suatu massa tiroid yang padat.

Gambaran yang dapat ditemukan berupa sebuah struktur kistik yang mengandung

cairan, dengan multipel ekhoik didalamnya.

Pada ct scan didapatkan kista duktus tiroglossus tampak sebagai jaringan yang

halus, bulat, lesi pada midline. Densitas dari lesi ini dapat bervariasi, tetapi biasanya

densitasnya kurang dari jaringan otot sekitar. Gambaran densitas nodul seperti lukisan

di dalam kista duktus tiroglossus dapat merujuk pada satu kemungkinan adanya

karsinoma.

13
F. Diagnosa Banding Kista Duktus Tiroglosus

Diagnosis banding benjolan di leher membutuhkan pengetahuan anatomi.

Perhatikan bahwa beberapa dari mereka lebih mungkin untuk terletak lateral di leher

(tidak dalam alur penurunan garis tengah tiroid).2,3 Diagnosis ditegakkan

berdasarkan gambaran klinik yang harus dipikirkan pada setiap benjolan di garis

tengah leher. Untuk fistula, diagnosis dapat ditegakkan menggunakan suntikan cairan

radioopak ke dalam saluran yang dicurigai dan dilakukan foto Rontgen. 1, 2

Diagnosis Banding :

1) Lingual tiroid

2) Kista brankial

3) Kista dermoid

4) Lipoma

14
G. Penatalaksanaan Kista Duktus Tiroglosus

1. Medikamentosa

Terapi jika terjadi terjadi infeksi pada kista, dengan memberikan antibiotik dan

kompres hangat. Kadang juga dapat dilakukan aspirasi pus ataupun insisi serta

drainase. Tindakan operasi baru bisa dilakukan jika keadaan atau reaksi inflamasi

sudah berkurang.8

2. Non medikamentosa

Dengan metode sistrunk penderita ditangani sebagai berikut :

a. Penderita teranestesi umum dengan tube endotrakea terpasang, posisi

terlentang, kepala dan leher hiperekstensi.

b. Dibuat irisan melintang antara tulang hyoid dan kartilago tiroid sepanjang 4

cm. bila ada fistula, irisan berbentuk elips mengelilingi lubang fistula.

c. Irisan diperdalam melewati jaringan lemak dan fasia yang lebih dalam

digenggam dengan klem, dibuat irisan memanjang di garis media. Otot

sternohioid ditarik ke lateral untuk melihat kista dibawahnya.

d. Kista dipisahkan dari jaringan sekitarnya, sampai tulang hyoid, korpus hyoid

dipotong 1 cm.

e. Pemisahan diteruskan mengikuti jalannya duktus ke foramen sekum. Duktus

beserta otot berpenampang setengah sentimeter diangkat. Foramen sekum

dijahit, otot lidah yang longgar dijahit, dipasang drain dan irisan kulit ditutup

kembali.

15
3. Tindakan post operasi

Sebuah drain Painrose atau drain isap ditempatkan di luka insisi dan leher

dibungkus dengan perban tekan pada akhir operasi. Pada hari pertama post

operasi, drain dikeluarkan dan pasien biasanya dipulangkan beberapa hari

kemudian setelah ditoleransikan dengan diet oral.

4. Perawatan lanjutan

Konsultasi pasien biasanya dilakukan 2-3 minggu setelah oiperasi untuk

meyakinkan bahwa penyembuhan luka berlangsung dengan baik dan tidak ada

masalah yang dihadapi.

5. Teknik Operasi

Teknik operasi sebagai berikut, penderita tidur terintubasi dengan anestesi

umum, leher hiperekstensi, dilakukan desinfeksi lapangan operasi dengan povidon

iodin 10% kemudian dipersempit dengan kain steril. Dibuat gambar rencana irisan

dengan metilen biru di atas kista dilanjutkan insisi tranversal di daerah infrahioid

tepat diatas kista sepanjang 5 cm, irisan diperdalam lapis demi lapis melalui otot

platysma dan fasia servikalis sampai mencapai permukaan kista. Kista dibebaskan

dari jaringan di sekitarnya, namun karena terdapat bagian permukaan yang tipis

menyebabkan isi kista keluar sebagian. Membebaskan otot sternohioid ke arah

lateral, tampak duktus di bawah tulang hioid, otot-otot yang melekat di superior

dan inferior korpus tulang hioid dibebaskan, dilakukan pemotongan dan

melepaskan bagian tengah tulang hioid, duktus kemudian disusuri ke arah dasar

lidah sejauh mungkin, dilakukan pemotongan dan diikat di ditutup dengan

tabazaknat. Dilakukan evaluasi perdarahan di sekeliling bekas tempat kista

kemudian dipasang drain vakum. Luka operasi kemudian dijahit lapis demi lapis.

Pada kulit dijahit secara subkutikuler.

16
Gambar 6. Insisi tranversal di atas kista

Gambar 7 : Membebaskan kista dari struktur sekitarnya

Gambar 8 : Memotong bagian tengah tulang hyoid

17
Gambar 9 : Massa kista dan potongan tulang hioid

H. Komplikasi Kista Duktus Tiroglosus

Komplikasi paling umum adalah infeksi, yang menyebabkan suatu abses yang

nyeri, merah dan berfluktuasi. Setelah menderita infeksi, epitel mungkin saja menjadi

rusak, dan terjadi peningkatan pada jaringan konektif fibrosa tebal yang mengelilingi

kantung. Komplikasi akibat operasi dari kista duktus tiroglossus meliputi infeksi,

hematoma dan rekuren. Resiko rekuren pada kista duktus tiroglossus meningkat

dihubungkan dengan kegagalan mengikuti prinsip-prinsip operasi yang digambarkan

oleh Sistrunk. Angka rekurensi juga meningkat jika terjadi ruptur selama

pengangkatan. Riwayat infeksi sebelumnya, teknik insisi sebelumnya dan prosedur

drainase, dan hubungan antara kista dengan kulit, adalah semua faktor-faktor yang

berhubungan dengan peningkatan angka ruptur selama pengangkatan.8

I. Prognosa Kista Duktus Tiroglosus

Jika metode Sistrunk dilakukan sesuai prosedur dan selama perjalanan

penyakit tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi maka kemungkinan untuk

terjadinya rekurensi pada kista duktus tiroglossus adalah sekitar 50%. Sedangkan

kemungkinan untuk timbulnya keganasan pada kista duktus tiroglossus adalah sangat

jarang, hanya berkisar antara 1-2% dari keseluruhan kasus yang ada.8

18
BAB III

KESIMPULAN

Kista duktus tiroglosus adalah salah satu masa kogenital tersering yang

ditemukan pada midline leher. Kista ini merupakan 70% dari kasus kista yang ada di

leher. Kista ini biasanya terletak di garis median leher, dapat ditemukan di mana saja

antara pangkal lidah dan batas atas kelenjar tiroid. Terdapat dua teori yang dapat

menyebabkan terjadinya kista duktus tiroglosus yaitu infeksi tenggorok berulang akan

merangsang sisa epitel traktus sehingga mengalami degenerasi kistik dan sumbatan

duktus tiroglosus akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sekret sehingga

membentuk kista. Teori lain mengatakan mengingat duktus tiroglosus terletak di

antara beberapa kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi peradangan, maka epitel

duktus juga ikut meradang, sehingga terbentuklah kista. Bila terinfeksi, benjolan akan

terasa nyeri. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya berwarna merah

dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas terutama jika kistanya sangat besar.

Diagnosis biasanya dapat dibuat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan leher

secara menyeluruh. Jika kelenjar tidak dapat diraba, USG, tiroid scan atau CT scan

dapat membantu. Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus bervariasi, dari drainase,

aspirasi perkutan, eksisi sederhana, reseksi dan injeksi dengan bahan sklerotik, eksisi

dengan mengambil korpus hioid dan kista beserta duktus-duktusnya sampai kepada

teknik Sistrunk. Komplikasi setelah operasi termasuk infeksi, hematoma, dan

kambuh. Tingkat kekambuhan terkait dengan eksisi sederhana kista tiroglosus adalah

sekitar 50%. Tingkat kekambuhan dengan prosedur Sistrunk resmi sekitar 5%.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jilid
1. Alih Bahasa: Staf Pengajar Bag. THT FKUI. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 2006;
295-6, 381-2.
2. Cohen JI. Massa Jinak Leher. Dalam Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6, Alih
Bahasa: Wijaya C. Jakarta : EGC, 2008; 415-21.

3. Sobol M. Benign Tumors. Dalam : Comprehensive Management of Head and Neck


Tumors. Vol. 2. Thawley S, Panje WR. Philadelphia : WB Saunders Co, 2005; 1362-
69.

4. Montgomery WW. Surgery of the Upper Respiratory System. 2nd ed. Vol. II.
Philadelphia: Lea & Febiger, 2005; 88.

5. Colman BH. Disease of Nose, Throat and Ear and Head and Neck, A Handbook for
Students and Practitioners. 14th ed. Singapore: ELBS, 2006; 183.

6. Ahuja AT. Thyroglossal Duct Cysts : Sonographic Appearances in Adults. Published.


April 7, 1998. Available at www.ajnr.com.

7. Marquette University School of Dentist. Thyroglossal Tract Cyst (Thyroglossal Duct


Cyst). Available at www.musd.com.

8. Scott. Neck Swelling. In : An Aid to Clinical Surgery. 3rd Edition. Ed by : Dudley


HAF, Waxman BP et al. Churchill Livingstone: Edinburgh; 1984 : 99-106.

20

Anda mungkin juga menyukai