TUBERKULOSIS
Penyusun :
Tiara Larasati Widyaswara 030.13.190
Via Anggraeni 030.13.199
Pembimbing :
dr. Dina Lukitowati, Sp.Rad
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kemudahan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi dengan judul “Tuberkulosis”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Dina Lukitowati, Sp.Rad selaku pembimbing atas pengarahannya selama penulis
belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi.
Semoga referat ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan para
pembaca. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan
masih perlu banyak perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran diharapkan dari
pembaca.
Jakarta, 2019
Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Tiara Larasati Widyaswara 030.13.190
Via Anggraeni 030.13.199
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3
2.1 ANATOMI...................................................................................................3
2.1.1 Bagian- bagian Pulmo...........................................................................3
2.1.2 Facies Pulmo..........................................................................................3
2.1.3 Margo pulmo.........................................................................................4
2.1.4 Lobus dan fissure..................................................................................4
2.1.5 Lingula...................................................................................................4
2.1.4 Hilus Pulmo dan Radix Pulmo/ Pediculus pulmo..............................5
2.1.6 Segmentasi pulmo.................................................................................6
2.1.7 Vaskularisasi Pulmo.............................................................................8
2.1.8 Innervasi Pulmo....................................................................................8
2.2 DEFINISI......................................................................................................9
2.3 EPIDEMIOLOGI........................................................................................9
2.4 ETIOLOGI.................................................................................................10
2.5 PATOFISIOLOGI.....................................................................................10
2.6 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS PARU...............................................15
2.7 DIAGNOSA................................................................................................16
2.8 PEMERIKSAAN FISIK...........................................................................16
2.9 PEMERIKSAAN RADIOLOGI TUBERKULOSIS PARU.................17
2.10 GAMBARAN RADIOLOGI TB............................................................18
iii
2.10.1 Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto
roentgen........................................................................................................24
2.11 PEMERIKSAAN LABORATORIUM...................................................29
2.12 DIAGNOSIS BANDING TB PARU SECARA RADIOLOGI.............29
2.13 KOMPLIKASI.........................................................................................30
2.14 PENGOBATAN TUBERKULOSIS.......................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sebuah penelitian di San Fransisco menyatakan bahwa 17% penderita TB
memiliki hasil sputum BTA (-). Oleh karena itu, apabila diagnosis TB paru
ditegakkan semata-mata berdasarkan pemeriksaan BTA (+), akan banyak
penderita TB paru yang tidak terdiagnosis. Tanpa penanganan yang baik, kasus
akan menjadi fatal dalam 5 tahun.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Pulmo atau biasa disebut sebagai paru-paru merupakan organ yang terletak di
cavum thoraks. Pulmo memiliki selaput pembungkus pulmo yg disebut dengan
pleura. Dimana di dalam pulmo terdapat saluran nafas yg disebut dengan
bronchus . 4
• Apeks pulmo
Apeks atau puncak dari pulmo terletak di superior yg merupakan bagian
pulmo yang tumpul dan menjulang hingga collum costae I. Apeks pulmo difiksasi
oleh adanya fascia Sibson, collum costae I, proc. Transverses Vertebrae thoracal I,
cupula pleura dan mm. scalene.
• Bassis pulmo
Merupakan dasar dr pulmo yg berbentuk konkaf dan merupakan tempat
menempelnya diafragma.
• Facies costalis
Dataran pulmo yg menghadap ke costa berbentuk konveks dan dilapisi
oleh pleura parietalis pars costalis.
• Facies medialis
Bagian pulmo yg menghadap ke mediastinum dan dilapisi oleh pleura
parietalis pars mediastinalis. Facies ini terdiri atas 2 pars, yakni pars vertebralis
(menghadap vertebrae) dan pars mediastinalis (menghadap mediastinum). Pada
pars mediastinalis terdapat hilus pulmonis yg merupakan tempat keluar masuknya
radix pulmo/ pediculus pulmonis.
3
2.1.3 Margo pulmo
• Margo anterior
Tepi pulmo yang terjepit antara corpus sterni dengan pericardium. Pada
margo anterior pulmo sinistra terdapat adanya cekungan akibat adanya jantung yg
disebut dengan incisura cardiac pulmonis.
• Margo inferior
Merupakan tepi pulmo yg memisahkan basis pulmo dg facies costalis
pulmo.
• Pulmo dextra
Terdapat 3 lobus (lobus superior, medius dan inferior) yg dipisahkan oleh
adanya 2 fissure (fissure horizontalis dan obliqua)
• Pulmo sinistra
Terdapat 2 lobus (lobus superior dan inferior) yg dipisahkan oleh adanya 1
fissure (fissure obliqua)
2.1.5 Lingula
Lingual merupakan bagian dari lobus superior pulmo sinistra yang terletak
di anteroinferior yang merupakan rudimentas/ pendesakan dari jantung pada
pulmo sinistra.
4
2.1.4 Hilus Pulmo dan Radix Pulmo/ Pediculus pulmo
Tiap lobus tersusun oleh lobules dan tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-
belahan yang lebih kecil bernama segmen.
5
Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu 5 buah segment pada lobus
superior dan 5 buah segment pada inferior. Sedangkan Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen yakni 5 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah segment
pada lobus medialis dan 3 buah segmen pada lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf,
dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus
ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus.
Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 –
0,3 mm.
6
Tabel 1. Perbedaan lobus kanan dan kiri
Untuk bronchi, jaringan ikat paru dan pleura visceralis divaskularisasi oleh
Aa. Bronchiales. Utk Aa. Bronchiales sinistra cabang dr aorta thoracalis,
sedangkan Aa. Bronchiales dextra cabang dari a.intercostales atau Aa.
Bronchiales sinistra.
Aliran darah vena melalui Vv. Bronchiales yg terdiri atas vv. Bronchiales
superficial dan profunda. Vv. Bronchiales Superficial mendapatkan aliran darah dr
bronchi extrapulmonar, pleura visceralis, limponodi sekitar hilus pulmo. Vv.
Bronchiales dextra bermuara ke v. azygos, sedangkan Vv. Bronchiales sinistra nya
bermuara ke v. hemiazygos accessoria atau v. intercostales supreme.
Sedangkan utk alveoli mendapatkan vaskularisasi dari ujung terminal dari
a. pulmonales.
Pulmo diinnervasi oleh plexus pulmonalis pada radix pulmo dextra dan sinistra.
7
Dimana plexus ini terdiri atas saraf simpatis oleh truncus sympaticus -> ganglia
sympatis 1-5 dan parasimpatis oleh cabang-cabang dari n. vagus.
2.2 DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 1,5,6.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia,
dan sebagian besar negara-negara di duni. 4 Laporan TB dunia oleh WHO
yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB
terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru
sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai
penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam
kelompok penyakit infeksi. 3 Baik di Indonesia maupun di dunia, TB masih
tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Walaupun sudah lebih
8
dari seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh ilmuwan Jerman, Robert Koch,
2.4 ETIOLOGI
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium bovis, sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium avium.
Mycobacterium merupakan kuman batang tahan asam, yang dapat hidup selama
berminggu-minggu dalam keadaan kering, tapi mati dengan suhu 60°C dalam
cairan suspensi selama 15-20 menit. Mycobacterium memiliki ukuran panjang 1-
4/um dan tebal 0,3-0,6/um. 1 Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam
lemak ( Lipid ). Lipid inilah yang membuat kuman Jebih tahan terhadap asam
sehinnga disebut bakteri tahan asam (BTA) . Kuman dapat tahan hidup pada
keadaan kering maupun dingin, karena kuman berada dalam keadaan dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi aktif kembali.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyukai jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga
bagian apikal paru- paru merupakan tempat predileksi tuberkulosis.
2.5 PATOFISIOLOGI
Penyakit TB dapat berkembang pada seseorang melalui dua cara. Yang
pertama dapat terjadi pada seseorang yang telah beberapa tahun terinfeksi TB dan
telah sembuh sempurna. Ketika kesehatannya menurun karena penyakit lain
seperti AIDS atau diabetes, atau karena penyalahgunaan alkohol maupun
9
kurangnya kepedulian terhadap kesehatan karena menjadi tuna wisma, infeksi TB
dapat menjadi penyakit TB. Pada cara ini, seseorang dapat menjadi sakit beberapa
bulan atau bahkan beberapa tahun setelah mereka menghirup kuman TB. 2 Cara
yang lain terjadi jauh lebih cepat. Terkadang ketika seseorang pertama kali
menghirup kuman TB, tubuhnya tidak mampu melindungi diri terhadap penyakit
ini. Kuman tersebut kemudian berkembang menjadi penyakit TB aktif dalam
beberapa minggu. Seseorang dengan TB aktif akan menjadi sangat infeksius dan
dapat menyebarkan TB ke orang lain. 2
10
103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. 1
11
menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial
atau membentuk fistula. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada
bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang
sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi . 1,2
12
dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan
membatasi pertumbuhannya. 1,2
13
terjadi secara berulang. 1,2
14
besar kasus, lesi biasanya sembuh sendiri dan bermanifestasi sebagai
nodul kalsifikasi (fokus gohn).
- Tuberculosis Post Primer Biasanya disebut juga sebagai tuberculosis
sekunder. Tuberculosis ini terjadi sebagai proses reaktivasi infeksi
laten dan biasanya terjadi pada segmen atas paru dimana tekanan
oxigen lebih tinggi dibandingkan bagian paru lainnya yang sangat
menunjang pertumbuhan bakteri. Pada tahap ini, perkembangan lesi
biasanya sangat bervariasi mulai dari bercak inflitrat hingga
terbentuknya kavitas bahkan diikuti dengan infeksi sekunder yang
menyebabkan pneumonia, selain itu pada tahap ini, pasien sangat
mudah untuk menularkan bakteri ke lingkungannya.
2.7 DIAGNOSA
- Demam
- Batuk / batuk darah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Malaise
15
berupa ronki basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infitrat ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah. Dalam penampilan
klinis, TB sering asimtomatis dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya
kelainan radiologis dada.
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa
utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan
tanpa menunjukkan gejala.
16
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto
roentgen adalah suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila
perlu disertai proyeksi-proyeksi tambahan seperti foto lateral, foto khusus
puncak AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khusus lainnya.
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)Pada posisi PA, pengambilaii foto
dilakukan pada saat pasien dalam posisi berdiri, tahan nafas pada akhir
inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu
ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi LateralPada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan
disilangkan di belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat
pasien tahan napas dan akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top LordotikProyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah apeks kedua
paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa
dan bila terdapat kesulitan dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks.
Pengambilan foto dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinar
menyudut 35-45 derajat arah caudocranial, agar gambaran apeks paru
tidak berhimpitan dengan klavikula.
2.10 GAMBARAN RADIOLOGI TB
a. Tuberkulosis Primer
17
tidak ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan
pada foto toraks.
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih
sering terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen
anterior lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah
adalah limfadenopati, parenchymal disease, miliary disease, dan efusi pleura. .
Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi yang mungkin
timbul adalah Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke pleura
melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis
bronkus karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis maupun
atelektasis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer
tersembunyi dibelakangnya.
18
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA
dan lateral
19
Gambaran radiologis infeksi TB pada paru.
Pada gambar kiri terdapat gambaran kavitas serta bercak berawan pada
lapangan paru kanan atas, sedangkan gambaran CT scan menunjukkan
penyebaran bahan infeksius dari kavitas ke sistem tracheobronchial
20
TB paru primer
Pada gambar diatas, gambar kiri menunjukkan gambaran limfadenopati
hilar pada lapangan paru kanan sedangkan gambar kanan adalah gambaran CT
scan yang menunjukkan limfadenopati hilar kanan
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau
timbul reinfeksi pada seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita
tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas
21
merupakan ciri dari tuberculosis sekunder. 7
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru
yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
22
Klasifikasi tuberkulosis sekunder
2.10.1 Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen,
antara lain :
23
Cara pembagian yang lazim di Amerika Serikat adalah :
24
3. Sarang-sarang seperti garis ( fibrotik ) atau bintik - bintik kapur
( kalsifikasi, yang biasanya menunjukkan proses telah tenang
( fibrocalcification)
Tuberkuloma
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -
anak berusia 7 bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh
lapangan keduaparu. Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas .
25
Kemungkinan - kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberculosis. 8
a. Penyembuhan :
26
akan menyerupai kantung celana (broekzak fenomen). Sarang-sarang
kapur kecil yang mengelompok di apeks paru dinamakan Sarang - sarang
Simon ( Simon's foci). Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai
sembuh ( proses tenang ) bila setelah jangka waktu selama sekurang-
kurangnya 3 bulan bentuknya sama. Sifat bayangan tidak boleh berupa
bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan garis-garis atau bintik-bintik
kapur. Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik - laboratorium,
termasuk sputum.
b.
Perburukan ( perluasan ) penyakit
1. Pleuritis
2. Penyebaran miliar
Pada foto toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut’
(Snow storm apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal,
Tulang, Sendi, Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
27
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius )
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering tipis
berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan,
yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat
tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up) dinamakan lubang sisa
(residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang sudah tenang.
28
karena TB, pada pneumonia bukan TB umumnya tidak disertai
pembesaran KGB dan pada evaluasi foto cepat terjadi resolusi TB
dewasa : pneumonia non TB, karsinoma (bronchioloalveolar cell ca),
sarkoidosis, non tuberculous mycobacteria (NTM)
2. TB post primer
- NTM
- Silikosis
- Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
- Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor paru
- kavitas multiple bisa dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan
jamur.
2.13 KOMPLIKASI
- Komplikasi dini: pleuritis , efusi pleura, empiema, laryngitis
- Komplikasi lanjut; TB usus, Obstruksi jalan nafas , Fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gaal nafas dewasa,
meningitis TB
Lesi paling sering terdapat di daerah metafisis yang pada foto roentgen terlihat
sebagai lesi destruktif berbentuk bulat atau lonjong. Pada permulaan, batas-
batasnya tidak tegas tetaapi pada proses yang sudah kronis batasnya menjadi
tegas. Kadang-kadang dengan sklerosis pada tepinya. Lesi cepat menyebrangi
epifisis dan selanjutkan mengenai sendi. Proses dapat bermula pada epifisis tulang
panjang.
29
Tuberkulosis pada tulang belakang
30
31
Meningitis Tuberkulosa
7
meningeal, biasanya paling menonjol pada sisterna basal .
32
Tuberkulosis Parenkim
Lesi ini dapat soliter, beberapa, atau miliaria dan dapat dilihat di mana saja dalam
parenkim otak, meskipun paling sering terjadi di dalam lobus frontal dan
7
parietal .
33
Tuberkulosis Abdominal
Perut adalah fokus paling sering pada penyakit tuberkulosis luar paru. CT adalah
andalan untuk menyelidiki TBC perut , namun pengetahuan modalitas imaging
lainnya, seperti pemeriksaan barium enema, juga penting untuk menghindari salah
7
diagnose dalam kasus di mana TB awalnya tidak dicurigai.
34
2.14 PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan. Strategi penanganan TB berdasarkan World Health
35
Organization (WHO) tahun 1990 dan International Union Against Tuberkulosa
and Lung Diseases (IUATLD) yang dikenal sebagai strategi Directly observed
Treatment Short-course (DOTS) secara ekonomis paling efektif (cost-efective),
strategi ini juga berlaku di Indonesia. Pengobatan TB paru menurut strategi DOTS
diberikan selama 6-8 bulan dengan menggunakan paduan beberapa obat atau
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan jumlah yang tepat dan teratur, supaya
semua kuman dapat dibunuh. Obat-obat yang dipergunakan sebagai obat anti
tuberkulosis (OAT) yaitu, Obat yang dipakai:
- INHo Rifampisin
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
Efek samping OAT yang dapat timbul antara lain tidak ada nafsu makan, mual,
sakit perut, nyeri sendi, kesemutan sampai rasa terbakar di kaki, gatal dan
kemerahan kulit, ikterus, tuli hingga gangguan fungsi hati (hepatotoksik) dari
yang ringan sampai berat berupa nekrosis jaringan hati. Obat anti tuberkulosis
yang sering hepatotoksik adalah INH, Rifampisin dan Pirazinamid. Hepatotoksitas
mengakibatkan peningkatan kadar transaminase darah (SGPT/SGOT) sampai
pada hepatitis fulminan, akibat pemakaian INH dan/ Rifampisin.
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat
- Beberapa obat berikut ini masih tersedia di Indonesia antara lain:
36
Kapreomisin, Sikloserin, PAS (dulu tersedia), Derivat rifampisin dan
INH, Thiomides.
Panduan Pengobatan :
II. Kambuh :
RHZES/ IRHZE sesuai hasil uji resistensi atau 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 RHE
- Gagal pengobatan: 3-6 kanamisin, oflosaksin, etionamid, sikloserin/ 15-
18 ofloksasin, etionamid, sikloserin, atau 2 RHZES/1 RHZE/ 5 RHE
V. TB paru kronik RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang
sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)
VI. MDR TB Sesuai uji reistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup.
37
DAFTAR PUSTAKA
38