Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH


PADA PASIEN TB PARU DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

DISUSUN OLEH :

Nadia
NIM.2019.C.11a.1052

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
izinNyalah penulis masih diberikan kesempatan untuk menyusun laporan
pendahuluan dengan judul “Harga Diri Rendah” Dalam penyusunan laporan ini
penulis mengumpulkan dari berbagai sumber terutama dari internet yang
memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa
laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan walaupun kita menginginkan
kesempurnaan Dalam hal pembangunan dan penyempurnaan laporan ini penulis
mengharapkan kritik, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporam ini saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga bermanfaat.

Palangka Raya, Juni 2021

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Nadia
NIM : 2019.C.11a.1052
Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada


Pasien TB paru Dengan Gangguan Harga Diri Rendah Di
Rsud Dr. Doris Slyvanus Palangkaraya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Praklink Keperawatan 1 (PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Nia Pristina, S.Kep., Ners

Mengetahui:

Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

ii
DAFTAR ISI

BAB I

1.1.1 Definisi......................................................................................................

1.1.2 Anatomi Fisiologi......................................................................................

1.1.3 Etiologi......................................................................................................

1.1.4 Klasifikasi..................................................................................................

1.1.5 Patofisiologi (WOC)..................................................................................

1.1.6 Manifestasi Klinis......................................................................................

1.1.7 Komplikasi.................................................................................................

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................

1.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................

1.2 Konsep Kebutuhan Manusia Harga Diri Rendah..............................................

1.2.1 Pengertian................................................................................................

1.2.2 Etiologi....................................................................................................

1.2.3 Klasifikasi................................................................................................

1.2.4 Patofisiologi.............................................................................................

1.2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................

1.2.6 Komplikasi...............................................................................................

1.2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................

1.2.8 Penatalaksanaan Medis............................................................................

1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.....................................................................

1.3.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................

1.3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................

1.3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................

1.3.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................

1.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................

iii
BAB II

BAB III

iv
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Penyakit TB Paru

1.1.1 Definisi
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi
kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi
kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC
kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah
basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan
BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm
dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi
lingkungan (Ginanjar, 2010).
1.1.2 Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Saluran pengantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan bronkiolus. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara tersebut disaring,
dilembabkan dan dihangatkan oleh mukosa respirasi, udara mengalir dari faring menuju ke laring,
laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita
suara.
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon oleh karena itu
dinamakan Pohon trakeabronkial. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris, bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya
bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang
lebih tajam.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
segmentalis, percabangan sampai kesil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis. Setelah bronkus
terminalis terdapat asinus yang terdiri dari bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantng
udara atau alveolus, duktus alveoli seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis
merupakan struktur akhir paru. Alveolus hanya mempunyai satu lapis sel saja yang diameternya lebih
5
kecil dibandingkan diameter sel darah merah, dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus
(Price dan Wilson,2006).
Anatomi pernafasan dapat dilihat pada gambar 2.1, seperti dibawah ini.

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu bilik
udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding
sangkar toraks dan dasarnya yaitu diafragma. Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus,
licin, yang meluas membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian, mediastinum
terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua
lapisan pleura. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri dari lobus bawah dan atas,
sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi
menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan pleura. Terdapat
beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada
paru kanan dan dua pada paru kiri. Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental terdiri dari 10
pada paru kanan dan 8 pada paru kiri, bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi subsegmental,
bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus segmental
membentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak mempunyai kartilago pada dindingnya,
bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “rambut” pendek
yang disebut silia.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan yaitu bronkiolus terminalis , kemudian bronkus
terminalis menjadi bronkus respiratori , dari bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam
duktus alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli. Paru terbentuk dari 300 juta alveoli, yang
tersusun dalamkluster antara 15 – 20 alveoli, begitu banyaknya alveoli sehingga jika mereka bersatu
untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi yaitu seukuran lapangan tenis

6
(Smeltzer dan Bare,2002). Penjelasan tentang anatomi paru-paru yang telah dipaparkan diatas akan
lebih jelas pada gambar 2.2 .

2. Fisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke
dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga
proses . Proses yang pertama yaitu ventilasi, adalah masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar
paru-paru. Proses kedua, transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antar
alveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal. Proses ketiga
yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
1.1.3 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis kuman batang dengan
ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um, sebagian besar kuman terdiri atas lemak (lipid),
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam
sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin, hal ini karena kuman bersifat dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali dan
menjadikan tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat lain adalah aerob, yaitu kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi oksigennya (Sudoyo, 2007). Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi
melalui udara. Individu terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 µ) dan kecil ( 1- 5 µ ). Droplet yang besar menetap,
sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Mereka yang
kontak dekat dengan seseorang TB aktif, mempunyai resiko untuk tertular tuberkulosis, hal ini juga
tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di udara (Smeltzer dan Bare, 2002) .
1.1.4 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi
penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru
7
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya
(+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang),
sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang
belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan Tuberculosis
dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

8
1.1.5 Patofosiologi (WOC)

Pola nafas
tidak efektif

9
10
Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana
pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini dapat juga
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area
lain dari paru-paru (Soemantri, 2009). Pada saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, terjadilah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada paru,
dan ini disebut kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks
primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi peradangan pada paru, mengakibatkan terjadinya
penurunan jaringan efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan menurunnya suplai oksigen
(Yulianti & dkk, 2014).
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh
limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang

11
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yangbiasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh
(Soemantri, 2014).
1.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik tetapi
progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas.
Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum).
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat di waktu di malam hari
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi dari TB paru adalah :
a. Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) a).
Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
f. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
g. Pembesaran kelenjar servikalis yang superfisial
h. Pleuritis tuberculosa i). Efusi pleura
i. Tuberkulosa milier
j. Meningitis tuberkulosa
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :

12
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu:
dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil
dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif
maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali
positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi : 1) indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux
negative atau hasil negative 2) indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan 3)
indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif 4) indurasi lebih dari 16 mm hasil
mantoux positif kuat 5) reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan
antigen tuberculin.
e. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium dari
lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan
Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi
paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi
parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis
kronis)
1.1.9 Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan TBC Paru

13
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari dengan tujuan
mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan
mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per hari atau
secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi),
mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33
kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu makan
meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi
sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan
ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir
bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.
Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi
pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan sebagai
dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.
b. Perawatan bagi penderita tuberkulosis
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik
c. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi
lisol
3) Makan makanan bergizi
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2010)
7)

14
1.2 Konsep Kebutuhan Manusia Harga Diri Rendah Situasional
1.2.1 Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri (Yosep, 2009). Harga diri smerupakan bagian dari konsep diri, konsep diri terdiri dari gambaran
diri, indentitas diri, peran diri, ideal diri, dan harga diri. Konsep diri seseorang terletak pada apa yang
ia pikirkan tentang orang lain yang memikirkan tentang dirinya (Stuart, 2016). Konsep diri
didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan
individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart, 2016). Harga diri
seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika
kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rantang tinggi sampai rendah. Individu yang
memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif
untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan secara negatif (Yosep, 2009). Harga diri seseorang dapat mengalami penurunan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif inilah yang disebut dengan harga diri rendah
(low selfesteem). Individu dengan harga dirih rendah memandang diri mereka sendiri sebagai
seseorang yang tidak kompeten, tidak dicintai, tidak aman, dan tidak layak (Townsend, 2009). Harga
diri rendah kronis juga 9 merupakan evaluasi diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan
dalam waktu yang lama (NANDA, 2016).
Definisi harga diri rendah yaitu merupakan evaluasi atau perasaan negatif terhadap dir sendiri
atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini.
1.2.1.1 Penyebab
1. perubahan pada citra tubuh
2. perubahan peran sosial
3. ketidakadekuatan pemahaman
4. perilaku tidak konsisten dengan nilai
5. kegagalan hidup berulang
6. Riwayat Kehilangan
7. Riwayat penolakan
8. Transisi perkembangan

15
1.2.1.2 Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Menilai diri sendiri negatif (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)
2. Merasa malu/ bersalah
3. Melebih-lebihkan penilaian negative
4. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Objektif :
1. Berbicara pelan dan lirih
2. Menolak berinteraksi dengan orang lain
3. Berjalan menunduk
4. Postur tubuh menunduk
1.2.1.3 Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Sulit Berkonsentrasi
Objektif :
1. Kontak Mata kurang
2. Lesu dsn tida k bergairah
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat keputusan
1.2.1.4 Kondisi Klinis
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Kondisi baru terdiagnosis (mis. Diabetes melitus)
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat
7. Demensia
8. Pengalaman tidak menyenangkan
1.2.2 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Dalam tinjauan
life spon history klien, penyebab terjadianya harga diri rendah adalah pada masa kecil yang
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan diterima. Menjelang dewasa awal sering
gagal disekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung

16
mengucilkan dan menuntut lebih kemampuannya (Yosep, 2009). Modal stress adaptasi Stuart dari
keperawatan jiwa memandang perilaku manusia dalam perspektif yang holistic terdiri atas biologis,
psikologis, sosial budaya dan aspek-aspek tersebut saling beriteraksi dalam keperawatan (Stuart,
2016). Ada kaitannya antara kegagalan dengan kurangnya kemampuan (penyebab internal) dapat
menyebabkan penurunan harapan dan motivasi seseorang. Keadaan ketika seseorang yang sebelumnya
memiliki harga diri positif kemudian mengalami perasaan negatif tentang diri meraka dalam
menanggapi suatu peristiwa (kehilangan, perubahan) inilah yang disebut dengan harga diri rendah
situasional (Carpenito-Moyet, 2009). Keterangan dari gambar modal stress dan adaptasi Stuart
didapatkan bahwa faktor predisposisi adalah faktor resiko yang menjadi sumber terjadinya stress dan
dapat dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologi, dan sosialkultural, pada faktor presipitasi
memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stress atau tekanan hidup, waktu merupakan
dimensi yang juga mempengaruhi terjadinya stress, sedangkan penilaian terhadap stressor meliputi
penentuan arti dan pemahaman terhadap pengaruh situasi yang penuh dengan stress bagi individu,
penilaian ini meliputi kognitif, afektif, fisiologi, perilaku, dan sosial. Pada sumber koping meliputi
kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi, dan keyakinan positif. Mekanisme koping adalah
suatu usaha langsung 10 menghadapi stress, mekanisme koping dapat bersifat konstruktif dan
deskruktif serta kita dapat melihat rentang respon seseorang termasuk yang adaptif maupun maladiptif.
Menurut (Haswita & Sulistyowati, 2017) Faktor-faktor yang memepengaruhi gangguan harga
diri, seperti:
a. Perkembangan individu
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan
anak merasa tidak dicintai dan mengakibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal mencintai
orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian
dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena tidak terlalu
percaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap perilakunya. Sikap
orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
b. Ideal diri tidak realistis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan
berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak dapat dicapai, seperti cita-cita yang lebih tinggi dan
tidak realistis yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan
akhirnya percaya diri akan hilang.
c. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu da keluarga merasa rendah diri.
d. Sistem keluarga yang tidak berfungsi

17
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak dapat membangun harga diri anak
dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga
diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat.
Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalam dan di lingkungannya.
e. Pengalam yang traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi, dan seksual
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana
alam, kecelakaan atau perampokkan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon
dan strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon
yang bisa terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi denial pada trauma.
1.2.3 Klasifikasi
Harga diri rendah biasanya hilang kepercayaan diri, perasaan tidak berharga,tidak berarti yang
berlangsung berkepanjangan.
1.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi dari harga diri rendah tergantung dari keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

1.2.5 Manifestasi Klinis


Karakteristik perilaku yag ditunjukkan kepada pasien harga diri rendah menurut Stuart dan
Sundeen (1998:230) meliputi mengkritik diri sendiri/orang lain, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan kepada orang lain atau diri sendiri, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau mudah marah berlebih,
perasaan negative terhadap dirinya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang
pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal,
destruktif terhadap diri sendiri, pengurungan diri, menarik diri sendiri secara sosial, penyalahgunaan
zat, menarik diri dari realita, dan khawatir.
1.2.6 Komplikasi
Individu mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah pertama kali akan merasa cemas
dan takut. Individu akan takut ditolak, takut gagal, dan takut dipermalukan. Akhirnya cenderung untuk
menarik diri, akan mengisolasi diri, yang pada akhirnya individu akan mengalami gangguan realita.
Komplikasi yang berbahaya individu mempunyai keinginan untuk meciderai dirinya.
1.2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Tes psikologi : tes kepribadian
b. EEG : gangguan jiwa yang disebabkan oleh neurologis
c. Pemeriksaan sinar X : mengetahui kelainan anatomi

18
d. Pemeriksaan Lab. kromosom : genetik
1.2.8 Penatalaksanaan Medis
1. Psikofarmaka
2. Elektro convulsive therapy
3. Psikoterapy
4. Therapy okupasi
5. Therapy modalitas
6. Terapi keluarga
7. Terapi lingkungan
8. Terapi perilaku
9. Terapi kognitif
10. Terapi aktivitas kelompok
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.3.1 Pengkajian Keperawatan
1.3.1.1 Identitas klien
Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medik, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
tanggal pengkajian.
1.3.1.2 Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk berdarah,
sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam. Batuk terjadi karena adanya
iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum)
timbul dalam jangka waktu lama yaitu selama tiga minggu atau lebih.
1.3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu
makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengobatan.
1.3.1.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA, efusi pleura, serta
tuberkulosis paru yang kembali aktif.
1.3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga

19
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas (SDKI 18)
1.3.3 Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Jalan Napas (SIKI 187)
a. Monitor pola napas (frekuensi ,kedalaman, usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhikering)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin lift (jaw thrust) jika curiga
trauma servikal
e. Posisikan semi fowler atau fowler
f. Berikan minum hangat
g. Lakukan fisioterapi dada
h. Lakukan penghisapan lender kurang dari15 detik
i. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
j. Keluarkan sumbatan benda padat denganforsep Mcgill
k. Berikan oksigen
l. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari jika tidak kontraindikasi
m. Ajarkan teknik batuk efektif
n. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Latihan Batuk Efektif
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi salurannapas
d. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)
e. Atur posisi semi fowler atau fowler
f. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
g. Buang secret pada tempat sputum
h. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
i. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2detik kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)selama 8 detik
j. Anjurkan mengulangi tarik napas dalamhingga 3 kali
k. Anjurkan batuk dengan kuat langsungsetelah tarik napas dalam yang ke-3

20
l. Kolaborasi pemberian mukolitik atauekspektoran, jika perlu
3. Terapi oksigen
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (misoksimetri, analisa gas darah)
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigensaat makan
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor tanda dan gejala toksikasioksigen dan atelectasis
h. Monitor tingkat kecemasan akibat terapioksigen
i. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
j. Bersihkan secret pada mulut, hidung dantrakea, jika perlu
k. Pertahankan kepatenan jalan napas
l. Siapkan danatur peralatan pemberian oksigen
m. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
n. Tetap berikan oksigen saat pasienditransportasi
o. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
p. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
q. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
r. Kolaborasi penggunaan oksigen saataktivitas dan atau tidur
1.3.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Ada 3 tahap implementasi :
1. Fase orentasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya bertemu dengan
perawat untuk melakukan validasi data diri.
2. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat mampu
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat diharapakan mempunyai
pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan masalah kesehatanya.
3. Fase terminasi

21
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat meninggalkan pesan yang dapat
diterima oleh klien dengan tujuan, ketika dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran
perawat yang diberikan, maka dikatakan berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-klien
apabila ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan
yang sudah direncanakan.
1.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah diberikan dengan menggunakan SOAP
(subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan).

BAB III

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Nadia

Nim : 2019.C.11a.1052

Ruang Praktek :

Tanggal Praktek :

Tanggal & Jam Pengkajian :

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

22
Nama : Tn. P

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan :

Alamat : Jl.Bukit Raya 4

Tgl MRS :

Diagnosa Medis : TB Paru

B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN

1. Keluhan Utama :

Tn P mengatakan sesak nafas dan sulit tidur

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tn P sering mengeluh sesak nafas, sulit tidur dan bercerita malu

dengan keluarga dan lingkungannya dengan penyakit yang sedang

diderita nya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien sesak ada

retraksi dinding dada, pasien sering termenung , ada suara nafas

tambahan ronki dextra, hasil pemeriksaan TD 130/90 mmHg, Nadi :

78x/menit, RR : 36x/menit, S: 37,4oC

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ( Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi )

Tn P mengatakan sesak nafas dan sulit tidur.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

a. tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit menular,

23
keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit menurun seperti DM, dan Hipertensi.

GENOGRAM KELUARGA

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

1. Status Mental :

a. Tingkat Kesadaran : Composmentis

b. Ekspresi Wajah : Meringis Kesakitan

c. Bentuk badan :

d. Cara berbaring/bergerak :

e. Bicara :

f. Suasana Hati :

g. Penampilan : bersih, rapi

h. Fungsi kognitif : :

 Orientasi Waktu : …………………………………………………………………..

 Orientasi Orang : …………………………………………………………………..

 Orientasi Tempat : …………………………………………………………………..

24
i. Halusinasi : Dengan / Akustik Lihat / Visua

Lainnya...........................

j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial

Flight oh ideas
Lainnya ............................

k Insight : Baik Mengingkari

Menyalahkan Orang lain

l. Mekanisme Pertahanan Diri Adaftip Mal Adaftip

m. Keluhan Lainnya :

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

2. Tanda-tanda Vital :
0
a. Suhu/T :37,4 C Axilla Rektal Oral

b. Nadi/HR : 78 x/Menit

c. Pernapasan/RR : 78 x/Menit

d. Tekanan Darah/BP :130/90 mmHg

3. PERNAPASAN (BREATHING)

Bentuk Dada : simetris

Kebiasaan merokok : ………………. Batang/hari

Batuk, sejak 1 bulan terakhir

Batuk darah, sejak ……………

Sputum, warna ……………….

Sianosis

Nyeri dada

Dyspnoe Orthopnoe Lainnya ……………………..

Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat

Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut

25
Kusmaul Cheyne-stokes Biot

Lainnya ………………………………………

Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur

Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler

Bronchial Trakeal

Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering

Ronchi basah (rales) Lainnya, terdapat ronchi

Keluhan lainnya : .......……………………………………................................

Masalah Keperawatan :gangguan pola nafas tidak efektif

4. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )

Nyeri dada Kram kaki Pucat

Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis

Sakit Kepala Palpitasi Pingsan

Capillary refill > 2 detik < 2 detik

Oedema : Wajah Ekstrimitas atas

Anasarka Ekstrimitas bawah

Asites, lingkar perut ………………….Cm

Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat

Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat

Suara Jantung Normal, …………………….

Ada kelainan ………………………………………...................

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………..............

..........................................................................................................

Masalah : .........................................................................................................

.........................................................................................................

5. PERSYARAFAN (BRAIN)

Nilai GCS : E (4) : …………………………………….


26
V (5) : …………………………………….

M (6) : …………………………………….

Total Nilai GCS (15) : .....................................................................

Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium

Soporus Coma Sulit dinilai

Pupil : Isokor Anisokor

Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif

Kiri Posistif Negatif

Nyeri, lokasi …………………………….

Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan

Bingung Disarthria Kejang Tremor

Pelo

Uji Syaraf Kranial :

Nervus Kranial I: (olfaktorius)Penghidu

Nervus Kranial II : (Optikus) penglihatan

Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas, elevasi alis, mata
kontraksi pupil, reaksi bersamaan

Nervus Kranial IV: (Trokhlearis)Pergerakan mata ke bawah, keluar

Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan gigi)

Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pergerakan mata lateral

Nervus Kranial VII: (Facialis) Ekspresi Wajah

Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pendengaran dan keseimbangan

Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Menelan, Pengecapan

Nervus Kranial X : (Vagus) Menelan Berbicara

27
Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pergerakan bahu, rotasi kepala

Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pergerakan Lidah

Uji Koordinasi :

Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari Positif Negatif

Jari Ke Hidung Positif Negatif

Ekstremitas Bawah : Tumit Ke Jempol Kaki Positif


Negatif

Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif

Refleks :

Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala............... Trisep :

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Brakioradialis

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Patella

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Akhiles

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Refleks Babinski

Kanan +/- Kiri +/-

Refleks Lainnya : ........................................................................................................

Uji Sensasi : ........................................................................................................

Keluhan Lain :

…………………………………………………………………….…………………………………

………………………………….…………………………………………………………………....

Masalah Keperawatan :

…………………………………..........................................................................................................

6. ELIMINASI URI (BLADDER) :

Produksi Urin : cc x/hr

Warna :

Bau :

Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen

Oliguri Nyeri Retensi

28
Poliuri Panas Hematuri

Dysuri Nocturi

Kateter Cystostomi

Keluhan Lainnya :
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………..................................................

..............................................................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

…………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………......

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :

Mulut dan Faring

Bibir : ………………………………………………………………………………..

Gigi : ………………………………………………………………………………..

Gusi : ………………………………………………………………………………..

Lidah : ………………………………………………………………………..

Mukosa : ………………………………………………………………………………..

Tonsil : ………………………………………………………………………………..

Rectum :

Haemoroid :

BAB : ………… x/hr Warna :…………. Konsistensi : …………………

Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung

Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement

Bising usus : ………………………….

Nyeri tekan, lokasi : …………………….........

Benjolan, lokasi : ……………………….....

Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………
29
………………………………………………………………………………………………………

Masalah Keperawatan :

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

9. TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )

Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas

Parese/lemah, lokasi …………………………………………

Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….

Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….

Nyeri, lokasi ………………………………………….

Bengkak, lokasi ………………………………………

Kekakuan,Lokasi .........................................................

Flasiditas .....................................................................

Spastisitas, Lokasi .......................................................

Ukuran Otot Simetris

Atropi

Hipertropi

Kontraktur

Malposisi

Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas………… . Ekstrimitas


Bawah…………………

Deformitas tulang, lokasi ……………………………….

Peradangan, lokasi ………………………………………

Perlukaan, lokasi ………………………………………..

Patah tulang, lokasi ……………………………………..

Tulang Belakang Normal Skoliosis

Kifosis Lordosis

30
10. KULIT – RAMBUT - KUKU

Riwayat Alergi Obat ………………………………………………………..

Makanan ……………………………………………………

Kosametik ………………………………………………….

Lainnya ……………………………………………………..

Suhu Kulit Hangat Panas Dingin

Warna kulit Normal Sianosis/biru Ikterik/kuning

Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi

Turgor Baik Cukup Kurang

Tekstur Halus Kasar

Lesi : Macula, lokasi …………………………


Pustula, lokasi …………………………

Nodula, lokasi …………………………

Vesikula, lokasi …………………………

Papula, lokasi …………………………

Ulcus, lokasi …………………………….

Jaringan Parut, lokasi ……………………………………………………….....................

Tekstur rambut : ………………………………………………………..

Distribusi rambut : ……………………………………………………..

Bentuk kuku Simetris Irreguler

Clubbing Finger Lainnya ……………….

Masalah Keperawatan :

…………………………………………….…………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………….

11. SISTEM PENGINDRAAN

a. Mata/Penglihatan

31
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda Buta/gelap

Gerakan bola mata Bergerak normal Diam Bergerakspontan/nistagmus

Visus : Mata Kanan (VOD) : …………………………….

Mata Kiri (VOS) : …………………………….

Sclera : Normal/putih Kuning/ikterus


Merah/hifema

Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic

Kornea Bening Keruh

Alat Bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya ………….

Nyeri : ….……………………………………………………………………...

Keluhan Lain : …………………………………………………………………………

Masalah : ………………………………………………………………………….

b. Telinga/Pendengaran :

Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung Tuli

c. Hidung/Penciuman :

Bentuk : Simetris Asimetris

Lesi

Patensi

Obstruksi

Nyeri tekan sinus

Transluminasi

Cavum Nasal Warna ………………….. Integritas ………………..

Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan

Sekresi, warna …………………

Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri

Masalah Keperawatan :

…………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………..

32
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE

Massa Ya Tidak

Jaringan Parut Ya Tidak

Kelenjar limfe Teraba Tidak teraba

Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba

Mobilitas leher Bebas Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI

a. Reproduksi Pria

Kemerahan, Lokasi : …………………………........

Gatal-gatal, lokasi : …………………………........

Gland Penis : ……………………………….

Maetus Uretra : …………………………….....

Discharge , warna : ………………………….........

Srotum : ……………………………….

Hernia : ……………………………….

Kelainan : ……………………………………………………………………..

..........................................................................................................

Keluhan lain : ……………………………………………………………………..

..........................................................................................................

b. Reproduksi Wanita

Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………

Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………

Perdarahan : …………………….....………………

Flour Albus : ……………….......…………………..

Clitoris : ……………………………………….

Labia : ……………………………………….
33
Uretra : ………………………………………..

Kebersihan : Baik Cukup Kurang

Kehamilan : ………….............………. minggu

Taksiran Partus : ……………………...……

Lainnya : ......................................................................................................

Payudara :

Simetris Asimetris

Sear Lesi

Pembengkakan Nyeri tekan

Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis

Warna areola …………………………………………..

ASI Lancar Sedikit Tidak keluar

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………….............

Masalah keperawatan :

………………………………........................................................................................................

……………………………………………………………………………………………………

D. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

Tn P tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya, Tn. P jarang menceritakan keluhan yang
muncul kepada keluarganya karena ia malu dengan keluarga dan lingkungannya dan tidak
pernah dirawat di rumah sakit.

2. Nutrisi dan Metabolisme

TB : Cm

BB Sekarang : Kg

BB Sebelum sakit : Kg

Diet :

Biasa Cair Saring Lunak

34
Diet Khusus :

Rendah Garam Rendah Kalori TKTP

Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya ………………

Mual Muntah ……….. kali/hari

Kesukaran menelan Ya Tidak

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………....................

Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………........................................
…………………………………

3. Pola istirahat dan tidur :

Sebelum sakit Tn. P mengatakan teratur setiap hari dan setelah sakit Tn. P menjadi sulit
untuk tidur

Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………...............................
…………………………………….

4. Kognitif :

………………………………………………………………………………….………………..
…………………………………………………………………………………………………….
.........................................................................................................................................................
.........................................

Masalah Keperawatan :

………………………………………………………………………………………………………

5. Konsep Diri :

Gambaran Diri : …………………………………………………………………………………..

Ideal Diri : …………………………………………………………………………………..

Identitas Diri : …………………………………………………………………………………..


35
Harga Diri : mengalami harga diri rendah malu akibat penyakit yang diderita

Peran : …………………………………………………………………………………..

Masalah Keperawatan :

……………………………………………………………………………………………………….

6. Aktivitas Sehari-hari :

………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................

Masalah Keperawatan

…………………………………………………………………………………………………….

7. Koping-Toleransi terhadap Stress

………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................

Masalah Keperawatan:

……………………………………………………………………………….……………………

7. Nilai-Pola Keyakinan

………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................

Masalah Keperawatan:

……………………………………………………………………………….……………………

E. SOSIAL – SPIRITUAL.

36
1. Kemampuan berkomunikasi :

………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................

2. Bahasa sehari-hari :

………………………………………………………….................................................................
.........................................................................................................................................................

3. Hubungan dengan Keluarga :


.........................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................

…………………………………….................................................................................................

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :


………………………………………………………………………………………………..

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

5. Orang berarti/terdekat :

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :

………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………….

37
7. Kegiatan beribadah :

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

Pemeriksaan Tanggal 27-06-2021

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 BTA : P/S/S (-/+/+) (-/-/-)

Pemeriksaan Tanggal 27-06-2021

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 Hemoglobin 10Mg/dl 12-14mg/dl
2 Leukosit 14.000mm3 5.000-10.000mm3

Hasil Pemeriksaan Tidak Normal

38
G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Obat/Terapi Medis Dosis Indikasi Kontraindikasi


IVFD Dextrose 5% 20 ggt/I

Ranitidine inj.25mg/ml 2x1 (amp)

Injeksi ceftriaxone 1x1gr

OAT kategori 1 paket (obat TB 1x 1 pagi hari, sebelum


Merah) (Rifampicin 150mg, makan, saat perut
Isoniazid 75mg, Pyrazinamide kosong)
400mg, Ethambutole 275mg)

Mucohexyne syr 3x 5mg

Vitamin B6 2x 1tab

Palangka Raya…………………………………

Mahasiswa,

39
NALISIS DATA

NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

1 DS: 1. depresi pusat pernafasan Pola nafas tidak efektif


1) Tn P mengatakan sesak nafas
sejak 1 bulan yang lalu 2. hambatan upaya nafas (SDKI Hal.26 D.0005)
Do:
1) Tn P tampak sesekali batuk, 3. deformitas dinding dada
sesak nafas dan terdengar suara
nafas tambahanan ronki dextra. 4. deformitas tulang dada
2) TTV
- TD: 130/90 mmhg
- N: 78x/menit
- RR: 36x/menit
- S: 37,4o C

2 Ds : 1. hambatan lingkungan( mis. Gangguan pola tidur


Kelembapan lingkungan sekitar,
Tn P mengatakan sulit untuk tidur suhu lingkungan, pencahayaan,
Do: kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/
Tn P tampah kesakitan dan lemah pemeriksaan/ Tindakan)

2. kurang kontrol tidur

3. kurang privasi

4. restraint fisik

5. ketiadaan teman tidur

6.tidak familiar peralatan tidur

3 Ds : 1. perubahan citra tubuh Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah
Tn P mengatakan malu dengan 2. perubahan peran sosial situasional
keluarga dan lingkungannya dengan
peanyakit yang di derita nya 3.ketidakadekuatan pemahaman

4. perilaku tidak konsisten


dengan nilai

40
5. Riwayat penolakan

PRIORITAS MASALAH

1. gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pola nafas abnormal
2. gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan konsep diri

41
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn P

Ruang Rawat : …………………………………

Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
gangguan pola nafas SLKI SIKI
tidak efektif L.01004 I.01011
berhubungan dengan Pola Nafas Definisi mengidentifikasi dan
Definisi Inspirasi dan/atau mengelola selang endotrakeal dan
pola nafas abnormal
ekspirasi yang memberikan trakeostomi.
ventilasi adekuat. Tiindakan :
Kriteria Hasil : Observasi
1. ventilasi semenit meningkat 5 1. Monitor pola napas (frekuensi,
2. kapasitas vital meningkat 5 kedalaman, usaha napas)
3. Diameter thoraks anterior- 2. Monitor bunyi napas tambahan
posterior meningkat 5 (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
4.tekanan ekspirasi meningkat 5 kering)
5. tekanan inspirasi meningkat 5 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
6. dispnea meningkat 1 aroma)
7. Penggunaan otot bantu nafas Terapeutik
meningkat 1 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
8. pemanjangan fase ekspirasi dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
meningkat 1 thrust jika curiga trauma cervical)
9. ortopnea meningkat 1 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
10. pernafasan pursed-tip 3. Berikan minum hangat
meningkat 1 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
11. pernafasan cuping hidung 5. Lakukan penghisapan lendir kurang

42
meningkat 1 dari 15 detik
12. frekuensi nafas membaik 5 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
13. kedalaman nafas membaik 5 7. Penghisapan endotrakeal
14. ekskursi dada membaik 5 8. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsepMcGill
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1.Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Gangguan pola tidur SDKI D.0055 SIKI I.05174
hambatan Gangguan pola Tidur Dukungan Tidur
lingkungan Definisi : gangguan kualitas dan Definisi : memfasilitasi siklus tidur dan
kuantitas waktu tidur akibat faktor terjaga yang teratur.
Observasi
eksternal
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Setelah dilakukan intervensi selama 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
2 jam, maka pola tidur membaik, 3. Identifikasi makanan dan minuman
dengan yang
kriteria hasil : mengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
2.Keluhan sering terjaga menurun dikonsumsi
3. Keluhan pola tidur berubah Terapeutik
menurun 1. Modifikasi lingkungan
4. Keluhan istirahat tidak cukup Batasi waktu tidur siang
menurun 2. Fasilitasi menghilangkan stres
5. Kemampuan beraktivitas sebelum tidur
Meningkat 3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur untuk

43
meningkatkan
kenyamanan
5. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur.
3. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur
REM
4. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur
5. Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi lain

44
Gangguan konsep SDKI D.0087 SIKI I.13478
diri : Harga diri Harga Diri Rendah Situasional Dukungan Penampilan Peran
rendah Definisi : Evaluasi atau perasaan Definisi : Memfasilitasi pasien dan
negatif terhadap diri sendiri atau keluarga untuk memperbaiki hubungan
kemampuan klien sebagai respon dengan mengklarifikasi dan memenuhi
terhadap situasi saat ini. perilaku peran tertentu.
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan Tindakan :
keperawatan 3x24 jam terjadi Observasi
peningkatan terhadap perasaan 1. identifikasi berbagai peran dan
positif terhadap diri sendiri. periode transisi sesuai tingkat
perkembangan
Kriteria hasil :
2. Identifikasi peran yang ada dalam
1. penilaian diri positif meningkat keluarga
2. penerimaan penilaian positif 3. Identifikasi adanya peran yang tidak
terhadap diri sendiri meningkat terpenuhi
3. postur tubuh menampakan wajah Terapeutik
meningkat 1. Fasilitasi adaptasi peran keluarga
4. perasaan malu menurun terhadap perubahan peran yang tidak
diinginkan
5. persaan bersalah menurun
2. Fasilitasi bermain peran dalam
mengantisipasi reaksi orang lain
terhadap perilaku
3. Fasilitasi diskusi perubahan peran
anak terhadap bayi baru lahir Jika perlu
4. Fasilitasi diskusi tentang peran
orang tua Jika perlu
5. Fasilitasi diskusi tentang adaptasi
peran saat anak meninggalkan rumah
Jika perlu
6. Fasilitasi diskusi harapan dengan
keluarga dalam peran timbal balik

45
Edukasi
1. Diskusikan perilaku yang
dibutuhkan untuk mengembangkan
peran
2. Diskusikan perubahan Peran yang
diperlukan akibat penyakit atau
ketidakmampuan
3. Diskusikan perubahan peran dalam
menerima ketergantungan orang tua
4. Diskusikan strategi positif untuk
mengelola perubahan peran
5. Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien/orang tua untuk
memenuhi peran kolaborasi
6. Rujuk dalam kelompok untuk
mempelajari peran baru

46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tangga
Tanda Tangan Dan Nama
l Implementasi Evaluasi (SOAP)
Perawat
Jam
27-02-2020 Manajemen Jalan Nafas Manajemen jalan Nafas
1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, S:
usaha napas) - Pasien mengatakan nafas terasa sesak
2. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. - Pasien mengatakan susah bernapas
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering) - Pasien mengatakan pusing
3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma) - Pasien mengatakan penglihatan terasa kabur
4. mempertahankan kepatenan jalan napas dengan O:
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga - Pasien tampak sulit bernafas karena sesak
trauma cervical) - Pola nafas pasien cepat
5. memposisikan semi-Fowler atau Fowler A:
6. memberikan minum hangat - Pola nafas abnorman
7. melakukan fisioterapi dada, jika perlu P:
8. melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 Lanjutkan Intervensi
detik
9. melakukan hiperoksigenasi sebelum
10. melakukan penghisapan endotrakeal
11. mengeluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
12. memberikan oksigen, jika perlu
13. menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.

47
27-02-2020 14. menganjurkan Teknik batuk efektif
Dukungan Tidur S:
O 1. Klien mengatakan tidak bisa tidur, tidur hanya 4 jam dalam
1. Megidentifikasi pola aktivitas dan tidur sehari
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur 2. Klien mengatakan kurang istirahat
3. Mengidentifikasi makanan dan minuman yang 3. Klien mengatakan mata perih
mengganggu tidur O:
4. Mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi 1 .Klien tampak berbaring di tempat tidur
T 2. Klien tampak susah tidur
6. Memodifikasi lingkungan 3. TD : 130/90 mmHg
7. Membatasi waktu tidur siang Memfasilitasi RR : 78 X/menit
menghilangkan stres sebelum tidur S : 37,4oC
8. Menetapkan jadwal tidur rutin N : 78 x/menit
9. Melakukan prosedur untuk meningkatkan A:
kenyamanan Masalah belum teratasi
10. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan P:
Tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga Intervensi dilanjutkan
E 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
11. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
12. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
13. Menganjurkan menghindari makanan/
minuman yang mengganggu tidur.
14. Menganjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
15. Mengajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur
16. Mengajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya

48
27-06-2021
1. Mengidentifikasi kemampuan S : Senang
dan aspek positif yang dimiliki O:
pasien 1. Pasien mampu mengenali
2. menilai kemampuan yang dapat digunakan Mengidentifikasi kemampuan
3. Menetapkan/memilih kegiatan dan aspek positif yang dimiliki
sesuai kemampuan pasien
4. melatih kegiatan sesuai kemampuan A:
harga diri rendah (+)
P:
Latihan mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien
harga diri rendah 3x/hari

49
50
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian bab pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Format pengkajian meliputi aspek-aspek identitas, alasan masuk,
faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek
medik. Format pengkajian ini dibuat agar semua data relevan tentang semua
masalah pasien saat ini, lampau atau potensial didapatkan sehingga diperoleh suatu
data dasar yang lengkap.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada pasien yaitu
harga diri rendah.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan yang dapat dilakukan meliputi tujuan yang pertama


yaitu Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien berdasarkan pada teori
keperawatan jiwa, dimana terdapat tujuan umum yaitu dapat melakukan hubungan
sosial secara bertahap, dapat membina hubungan saling percaya, dapat menilai
kemampuan yang dapat kemampuan yang digunakan, dapat melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit, dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

42
4. Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan pasien, penulis melakukan strategi pelaksanaan 1


yaitu mendiskusikan kemampuan aspek positif yang dimiliki pasien, yang kedua
melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan Pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah pada pasien. setelah dilakukan
SP 1 dan SP 2 klien mampu untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimilki klien. Evaluasi dengan metode SOAP sebagai berikut: subjektif
Pasien mengatakan kemampuan yang saya miliki adalah merapikan tempat
tidur,menyapu dan cuci piring, saya mau untuk merapikan tempat tidur, objektif
Pasien tampak merapikan tempat tidur sesuai dengan yang diajarkan perawat,
analisa masalah adalah masalah teratasi SP 1 tercapai, Planning perawat : lanjutkan
SP 2, Pasien : untuk mempraktekkan kemampuan yang dimiliki lainnya pada Ny M
yaitu melakukan kegiatan menyapu, dan melakukan kegiatan mencuci piring.

43
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:CV Andi Offse.

Stuart. 2013. Buku Saku Keperawatan. Jakarta. EGC.

44

Anda mungkin juga menyukai