Oleh :
Di susun oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By.A Dengan Diagnosa
Medis Respiratory Distress Syndrome (RDS) Pada Keperawatan Neonatal”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik 3 Program
Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB 1 PEMBAHASAN......................................................................1
1.1 Konsep Dasar Penyakit.................................................................................1
1.2.1 Definisi........................................................................................................1
1.2.2 Anatomi Fisiologi.......................................................................................1
1.2.3 Etiologi........................................................................................................3
1.2.4 Klasifikasi...................................................................................................4
1.2.5 Patofisiologi................................................................................................5
1.2.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala).......................................................12
1.2.7 Komplikasi..................................................................................................13
1.2.8 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................14
1.2.9 Penatalaksanaan Medis...............................................................................15
2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan...............................................................18
2.3.1 Pengkajian...................................................................................................18
2.3.2 Diagnosa......................................................................................................22
2.3.3 Intervensi.....................................................................................................22
2.3.4 Implementasi...............................................................................................30
2.3.5 Evaluasi.......................................................................................................30
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................31
3.1 Pengkajian......................................................................................................31
3.2 Diagnosa.........................................................................................................32
3.3 Intervensi........................................................................................................42
3.4 Implementasi..................................................................................................47
3.5 Evaluasi..........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................51
i
BAB 1
PEMBAHASAN
1
yang mengarah ke pertukaran gas di permukaan paru-paru . Saluran pernapasan
terdiri dari saluran udara yang membawa udara dari dan ke permukaan tersebut .
Saluran pernapasan dapat dibagi menjadi bagian konduksi dan bagian
pernapasan . Bagian konduksi terdapat dari jalan masuk udara dihidung ke rongga
hidung ke bronkiolus terkecil dari paru-paru . Bagian pernapasan termasuk
saluran bronkiolus pernapasan dan kantung udara halus , atau alveoli ( al - VE ) ,
di mana terjadi pertukaran gas . Sistem pernapasan termasuk saluran pernapasan
dan jaringan terkait , organ , dan struktur pendukung . Saluran-saluran kecil ini
menyesuaikan kondisi udara dengan menyaring , pemanasan , dan melembabkan
itu , sehingga melindungi bagian konduksi yang peka dan melindungi pertukaran
sistem pernapasan bawah dari partikel-partikel , patogen , dan lingkungan ekstrem
.( Martini et al 2012)
nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Trakea, merupakan lanjutan dari
2
laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari
tulangtulang rawan yang terbentuk seperti C. Bronkus merupakan percabangan
trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk
bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur
mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya secara
berurutan adalah bronki,bronkiolus,bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik,
duktus alveolar, Nose Nasal Cavity Oral Cavity Larynx Trakhea Pharynx Right
Primary Bronchus Lungs 8 dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut
pernafasan extrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru disebut
intrapulmonary. Terakhir adalah Paru-paru yang berada dalam rongga torak,yang
terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan
mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-
paru berbentuk seperti spins dan berisi udara dengan pembagian udara Antara
Paru kanan, yang memiliki tiga lobus Dan paru kiri dua lobus (Setiadi, 2007).
1.2.3 Etiologi
Menurut (Marmi & Rahardjo, 2012) penyebab RDS (Respiratory Distress
Syndrome) pada neonatus yaitu terdiri dari:
2.1.2.1 Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas
janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan lain-lain.
2.1.2.2 Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
2.1.2.3 Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli,
prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.
2.1.2.4 Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-
lain.
3
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru. Sementara afiksia
neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat ketidak mampuan bayi
beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini disebabkan karena adanya
masalah-masalah kehamilan dan pada saat persalinan.
Menurut Suriadidan Yulianni(2010)etiologi dari RDS yaitu:
2.1.2.1 Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna.Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,sehingga pada bayi
premature dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
2.1.2.2 Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein),difagosit oleh
makrofag.
2.1.2.3 Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
2.1.2.4 Adanya kelainan di dalam dan diluar paru.Kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastinum
,penyakit membran hialin (PMH).
2.1.2.5 Bayi premature atau kurang bulan.
Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan.Produksi surfaktan ini
dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,semakin muda usia
kehamilan,maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
1.2.4 Klasifikasi
Dibagi menjadi dua stadium, yaitu :
2.1.3.1 Eksudatif
Ditandai dengan adanya perdarahan pada permukaan parenkim paru,
edema interstisial atau elveolar, penekanan pada bronkiolus terminalis, dan kerusakan pada sel alveolar tipe
2.1.3.2 Fibroproliferatif
Ditandai dengan adanya kerusakan pada sel alveolar tipe II, peningkatan
tekanan puncak inspirasi, penurunan compliance paru, hipoksemia, penurunan
4
fungsi kapasitas residual, fibrolisis interstisial, dan peningkatan ruang rugi
ventilasi(Somantri, 2009).
Pada foto thorak menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
Stadium 1
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara
Stadium 2
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran air broncogram udara terlihat le
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
Stadium 3
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque (white lung) d
bronchogram udara lebih luas.
Stadium 4
Seluruh thorak sangat opaque (white lung) sehingga jnatung tidak dapat terlihat. (Warman, Waskito, & Romadh
1.2.5 Patofisiologi
RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya
zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel
saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan
22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid
(75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan
permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara
fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan
terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan
asam laktat asam organic>asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam
alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan
membrane hialin.
5
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan
aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang
menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada
periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine
seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.Vulnus punctum terjadi akibat
penusukan benda tajam,sehingga menyebabkan contuiniutas jaringan
terputus.Pada umumya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi.Dalam hal ini adapeluang besar terjadinya infeksi
hebat.
6
WOC Respiratory Distress Syndrom
(RDS)
Kelahiran prematur
Peninggian tegangan di
MK: Ansietas Anatomi fisiologi belum Paru-paru belum permukaan alveolar
sempurna menghasilkan surfaktan
dalam jumlah cukup
Kolaps dan tidak
Keluarga merasa mampu menahan sisa
cemas,
keluarga merasa bersalah, Respiratory Distress Syndrom udara fungsional pada
keluarga merasa takut (RDS) akhir espirasi
MK ; pola nafas
tidak efektif 9
menit)
2) Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96
jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
3) Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
4) Grunting : suara merintih saat ekspirasi
5) Pernapasan cuping hidung
Tabel 1. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
12
3) Retraksi (Ketika bayi bernapas dengan cepat, kulit tertarik di antara tulang
rusuk atau di bawah tulang rusuk).
4) Bising saat bernapas atau mendengkur.
5) Bibir, bantalan kuku, dan kulit berwarna kebiruan karena kekurangan
oksigen, yang disebut dengan sianosis
Biasanya gejala RDS akan memburuk pada hari ketiga. Saat bayi membaik,
ia memerlukan lebih sedikit oksigen dan bantuan mekanis untuk bernapas. Gejala
RDS mungkin tampak seperti kondisi kesehatan lainnya.
1.2.7 Komplikasi
13
14
4) Glukosa Darah
Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat menyebabkan
atau memperberat takipnea.
5) Pulse Oximetry
Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
6) Radiografi Thoraks
Pada bayi dengan RDS menunjukkan reticular granular atau gambaran
ground-glass bilateral,difus,air bronchograms,dan ekspansi paru yang
jelek.Gambaran air bronchograms yang mencolok menunjukkan bronkiolus
yang terisi udara didepan alveoli yang kolap.Bayangan jantung bias normal
atau membesar.Kardiomegali mungkin dihasilkan oleh asfiksi
prenatal,diabetes maternal ,paten tductus arteriosus(PDA),kemungkinan
kelainan jantung bawaan.Temuan ini mungkin berubah dengan terapi
surfaktan dini dan ventilasi mekanik yang adekuat.
1.2.9 Penatalaksanaan Medis
Menurut Sudarti & Fauziah. (2013)tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi :
a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
b. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
c. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
d. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
e. Mencegah hipotermia.
f. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
1.2.9.1 Penatalaksanaan secara umum perawatan
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering
dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
15
c. Bila terjadi kejang potong kejang segera periksa kadar gula darah
d. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai
dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas.
Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:
a. Gangguan nafas ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada
waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the
Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi
• Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih
sesak dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup
Bayi jangan diberi minum
• Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah
suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:
- Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar
seposis
- Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal ulangi tahapan tersebut diatas.
• Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2
jam
16
17
• Fenobarbital
18
tidak ada anomaly, perhatikan jumlah pembuluh darah pada tali pusat.
b) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Nilai APGAR
Skor APGAR, Skor optimal harus antara 7 sampai 10.Pernafasan pada bayi
baru lahir normal biasanya 30 sampai 60 x/menit.Pola periodic dapat
terlihat.Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya.
Silindrik torak: kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
APGAR SCORE 0 1 2
19
20
6) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis.Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan
akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b) Refleks menggenggam (palmergraps). Bila telapak tangan dirangsang akan
memberi reaksi seperti menggenggam. Plantargraps, bila telapak kaki
dirangsang akan memberi reaksi.
c) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau
diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke
sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
e) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi
akan membuat gerakan menghisap.
8) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir.Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
9) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-
occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mentooccipitalis 35cm.
Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
Panjang badan normal 48-50 cm.
11) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
21
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup
dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Pola nafas tidak efektif b.d penurunaan energi/ kelelahan, keterbatasan
(D.009 hal.37)
22
1. Pola nafas tidak efektif b.d Pola Napas SLKI (L.01004 hal. 95) Manajemen jalan napas SIKI (I.01011 hal. 186)
penurunaan energi/ Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x7 jam 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
kelelahan, keterbatasan diharapkan pola napas efektif napas)
pengembangan otot (D.0005 dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
1. Dyspnea menurun skor 5 mengi, wheezing, ronkhi kering)
hal. 26) 2. Penggunaan otot bantu napas 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
menurun skor 5 Terapeutik
3. Ortopnea menurun skor 5 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
4. Pernapasan pursed-lip menurun ( jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
skor 5 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
5. Pernapasan cuping hidung 3. Berikan minum hangat
menurun skor 5 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Frekuensi napas membaik skor 5 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Kedalaman napas membaik skor 5 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
2
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2. Gangguan pertukaran gas Pola Napas SLKI (L.01004 hal. 95) Pemantauan Respirasi SIKI (I.010114 hal.247)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x7 jam 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
perubahan membran alveolar- diharapkan oksigenasi atau elimasi 2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
kapiler (D.0003 ha.22) karbodioksida pada membran hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes
eveolus kafiler dalam batas normal 3. Moniitor kemampuan batuk efektif
dengan kriteria hasil: 4. Monitor adanya sputum
1. Dyspnea menurun skor 5 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
2. Penggunaan otot bantu napas 6. Palpasi kesimestrisan paru
menurun skor 5 7. Akultasi bunyi nafas
3. Pernapasan cuping hidung 8. Monitor saturasi oksigen
menurun skor 5 9. Monitor nilai AGD
4. Bunyi nafas tambahan menuurn 10. Monitor hasil x-ray toraks
5 Terapeutik
5. Pengliatan kabur menurun 1 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
3. Gangguan perfusi jaringan Perfusi Perifer SLKI (L.02011 hal. Perawatan sirkulasi SIKI (I.02079 hal. 345)
perifer b.d penurunan aliran 84) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema,
keateri/vema (D.009 hal.37) keperawatan selama 1x7 jam pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-bracial index)
24
i h a r a p a n p e r 2. Id e n ti f i k a s i f a k to r r i si k o
de e n g a n k ri t e ri a d ia b e t e s , p e r o k o k , o r a n g
4. Resiko Cedera berhubungan
f e u s i perifer efektif g n g g ua n si r k u la s i ( m i s .
h a s il : tu a, h ip e rt en s i , d a n k a d a r
dengan Hipoksia jaringan 1. Denyut nadi perifer meningkat kolesterol tinggi)
(D.0136 hal.294) skor 5 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
2. Penyembuhan luka meningkat ekstermitas
skor 5 Terapeutik
3. Warna kulit pucat menurun skor 3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
5 area keterbatasan perfusi
4. Pengisian kapiler membaik skor 4. Hindari pengkuran tekanan darah pada ektremitas
5 dengan keterbatasan perfusi
5. Akral membaik skor 5 5. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada
Turgor kulit membaik skor area yang cedera
5 6. Lakukan pencegahan infeksi
7. Lakukan perawatan kaki dan kuku
8. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mngecek air mandi untuk menghindari kulit
2
5. Hiportermi b.d belum Termoregulasi SLKI (L.14134) Manajemen nutrisi SIKI (I.14507 hal. 183)
terbentuknya lapisan lemak Hal.129 Setelah di lakukan Observasi
perawatan selama 1x7 jam 1. Monitor suhu tubuh
pada kulit (D.0140 hal 302) diharapkan masalah hipotermi 2. Indetifikasi penyebab hiportermia (mis, terpapar suhu
klien teratasi, dengan kriteria: lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan
1. Akral dingin , menurun(1) hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan
2. Kebiruan, menurun (1) lemak subkutan)
3. Energik, meningkat(5) 3. Monitor tanda dan gejala akibat hiportermia
Suhu tubuh meningkat (5) (Hiportermia ringan : takipnea, disatria, mengigil,
hipertensi, diuresis, hiportemia sedang : aritma,
hipoteensi, apatis, koagulopati, refleks menurun,
hiportemia berat : oliguria, refleks menghilang, edema
paru, asam basa abnormal )
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis atur suhu
rungan, inkubator)
2. Ganti pakaian atau linen klien yang basah
3. Lakukan penghatan pasif (mis selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
4. Lakukan penghatan aktif eksternl (mis kompres air
hangat, botol hangat, selimut hangat, perawatan
metode kanguru)
5. Lakukan penghatan akif internal (mis infus cairan
hangat, oksigen nasi hangat, lavase peritonetal
dengan cairan hangat)
6. Edukasi
26
6. Hiportermi b.d belum Eliminasi urine SLKI (L.04034 Manajemen eliminasi urine SIKI (I.04152 hal. 175)
terbentuknya lapisan lemak hal. 24) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urin atau
pada kulit (D.0140 hal 302) keperawatan selama 1x7 jam inkontenensia urin
diharapkan eliminasi urin tidak 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
terganggu, dengan kriteria hasil: inkontenensia urin
1. Sensasi berkemih meningkat 3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
skor 5 aroma, volume, dan warna)
2. Distensi kandung kemih Terapeutik
menurun skor 5 1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
3. Berkemih tidak tuntas menurun 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
skor 5 3. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
Frekuensi BAK membaik skor 5 Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
3. Ajarkan mengambil specimen urin midstream
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu tepat
untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
7. Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan Observasi :
2
Ketidakmampuan menghisap keperawatan selama 3x7 jam 1. Identifikasi status nutrisi
dan penurunan mobilitas usus diharapkan status menyusui 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
membaik 3. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
(D. 0019 hal. 56). Kriteria hasil : SLKI (L.03029 Hal. 4. Monitor berat badan
119) 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
1. Perlekatan bayi pada payudara 6. Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan
ibu meningkat (5) dilakukan konseling menyusui
2. Tetesan/pancaran asi meningkat 7. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama
(5) proses menyusui
3. Suplai ASI adekuat meningkat Terapeutik
(5) 1. Timbang berat badan
4. Puting tidak lecet setelah 2 2. Ukur antropometrik komposisi tubuj (mis. Indeks
minggu melahirkan meningkat massa tubuh, pengukuran pinggang dan ukuran
(5) lipatan kulit)
5. Kepercayaan diri ibu meningkat 3. Gunakan teknik mendengarkan aktif
(5) 4. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
5. Dukung Ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam
Tambah yg lain ttg nutrisinya menyusui
6. Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga
kesehatan dan masyarakat.
Edukasi
1. Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai
kebutuhan ibu
2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
3. Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan
(latch on) dengan benar
4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
mengkompres dengan kapas yang telah diberikan
28
minyak kelapa
2
2.2.4 Implementasi Keperawatan
3
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Pendididikan : S MP Pendidikan : S MP
3
Ny. S mengatakan tidak ada keluhan saat hamil. Ny. S hanya
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh bidan. Ny. S tidak
mempunyai riwayat penyakit deabetes militus maupun hipertensi.
3.1.4 Riwayat penyakit keluarga
APGAR 1 5
0 1 2
SCORE Menit Menit
Denyut
tidak ada 60 60 1 1
jantung
tidak Tak
Tidak a da pernapasan 1 1
ada Teratur
baik tonus o tot 1 2
lemah Sedang
tidak Peka
Merintih menangis 0 1
ada rangsang
3
b) Lingkar kepala : 32 cm
c) Lingkar l engan a tas :- c m
d) Panjang b adan :45cm
e) Lingkar d ada : 2 9,5 c m
f) Lingkar p erut : - cm
g) Anus : po sitif
h) Adanya kelainan congenital : negatif
Status gizi: BB/usia= -2,3 (<-3 SD; kesan gizi buruk),PB/usia= -2,67 (-3 SD
- <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-3,46(<-3SD;kesan sangat kurus)
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Defisit
Nutrisi 3.1.9 Pola pengkajian
1. Pola pernapasan
3.Pola Eliminasi
3
5.Latar Belakang Sosial dan Budaya
3
lanugo pada dahi dan sekitar pipi, kulit
tipis,licin dan kulit teraba dingin.
Masalah Kerawatan : Hipotermia
Kepala : Rambut hitam,tipis,Tidak ada
3
jantung normal, tidak ada bunyi nafas
tambahan, ke dypsneu.
Masalah Keperawatan : Pola Napas tidak Efektif
Cardio : HR = 184 x/menit
Abdomen : Simetris, tidak ada lesi, terdapat bising
usus 5 x/mnt.
Umbilikus : Tali pusat basah, tidak terjadi
perdarahan, tidak terjadi infeksi,
terpasang infus umbilikalis D10%.
Genetalia : Labia mayora belum menutupi labia
minora, tidak ada kelainan letak
lubang uretra
Anus : Tidak ada lesi, tak ada iritasi perineal,
warna feces hitam lembek.
Ekstremitas : Akral dingin, Jumlah jari tangan 5/5,
Jumlah jari kaki 5/5, tak ada
kelumpuhan, gerak kurang aktif.
Reflek :
a) Reflek Moro ; ketika ada suara agak
keras di sekitar ruangan / tempat
inkubator maka pasien kurang merespon/
diam saja.
b) Reflek Sucking (Menghisab); Ketika di
test dengan spuit diberikan ASI, maka
pasien tidak dapat. menelan dengan
sempurna ASI yang diberikan dan selalu
ada ASI yang keluar dari mulutnya.
c) Reflek Grasping (Menggenggam) ;
ketika perawat meletakkan jari
telunjuknya ke tangan pasien, pasien
dapat menggenggam jari telunjuk
perawat, namun genggaman masih
3
lemah.
d) Reflek Tonic Neck (Menoleh); ketika
perawat membuat gerakan / suara di
sekitar pasien, pasien kurang merespon.
3
17Dengue N SI (-)/Negatif
3.1.5 Terapi
Tanggal 02-06-2021
Terapi Dosis bat Cara Indikasi
O pemberi
a
IV
Infus D n
10% 6,5 l/ j Infusan perifer untuk
m am memberikan kalori pada
kondisi tubuh yang kekurangan
kalori dan cairan
O2 NCPAP Di Hidung Bekerja dengan cara
30% PEEP
meniupkan tekanan udara
7
ringan untuk menjaga saluran
l/mnt
udara terbuka, sehingga jalan
napas tetap terbuka dan
masalah pernapasan pasien
sleep apnea saat tidur pun dapat
teratasi.
Injeksi Ceftazidime 90 mg/12 jam IV Obat antibiotik untuk
mengobati infeksi bakteri
Injeksi Aminophilin Dosis IV Aminophylline bekerja dengan
loading 0,5- cara membuka saluran
1 mg dan pernapasan di paru-paru,
dosis sehingga udara dapat mengalir
maintenance ke dalam paru tanpa hambatan.
4 mg/1 jam
3
ANALISIS DATA
3
- Pengisian kapiler >2
Kurangnya cadangan glikogen
detik
& lemak
- akral dingin
- warna kulit merah agak
Lemak subkutan tipis
kebiruan, licin/halus
tampak tipis,terdapat
Respon mengigil pada bayi
l an u g o .
- KK u li t te raba
Suhu tubuh dan udara berbeda
dingin
- Klien berada didalam
Kulit teraba dingin
incubator.
- BB bayi : 3200 gram.
Tidak dapat meningkatkan
- TTV
panas tubuh
TD : - mmHg
N : 184 x/menit
Hipotermia
S : 36,5 0C
RR : 60 x/menit
4
PRIORITAS MASALAH
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang ditandai dengan Bayi K
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Antropometri : Berat badan lahir: 2300 gram, Lingkar kepala: 32 cm,Lingk
badan : 45 cm,Anus: positif, Adanya kelainan congenital: negative, terpasang OGT, Status gizi: BB/usia= -2
buruk),PB/usia= 45 (-3 SD - <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-2,67(<- 2SD;kesan normal)
Hipotermia berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit ditandai dengan bayi tampak le
detik, akral dingin, warna kulit merah ekstremitas agak kebiruan, kulit terlihat licin/halus tampak tipis,terdap
berada didalam incubator, , S : 36,50C/Axilla.
4
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
42
2. Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Menentukan asupan nutrisi yang akan
Ketidakmampuan keperawatan selama 1x7 jam 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan diberikan sesuai dengan kebutuhan
diharapkan status menyusui jenis nutrient 2. Mengetahui keseimbangan nutrisi bayi.
mneghisap dan membaik 3. Identifikasi perlunya penggunaan 3. Nutrisi yang sedikit tapi sering untuk
penurunan mobilitas usus Kriteria hasil : SLKI (L.03029 selang nasogastric (OGT) lambung yang belum matur.
4
(5) pengukuran pinggang dan ukuran 7. Mengetahui perkembangan bayi
5. Kepercayaan diri ibu lipatan kulit) 8. Mengetahui perkembangan bayi
meningkat (5) 9. Jelaskan manfaat menyusui bagi dengan mengukur antropometri
6. Kemampuan ibu ibu dan bayi 9. Mengetahui manfaat asupan gizi
memposisikan bayi dengan 10. Ajarkan 4 (empat) posisi seimbang yang diperlukan untuk ibu
benar meningkat (5) menyusui dan perlekatan (latch menyusui. Status gizi merupakan salah
7. Lecet pada puting menurun on) dengan benar. satu faktor yang mempengaruhi dalam
Kelelahan maternal menurun 11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk praktik pemberian kolostrum pada
(5) menentukan jumlah kalori dan bayi. Jika status gizi ibu baik maka
8. Kecemasan maternal menurun jenis nutrient yang dibutuhkan kolostrum yang dikeluarkan akan
(5) banyak dan jika status gizi ibu kurang
9. Bayi tidak rewelmeningkat(5) maka status gizi yang dikeluarkan
lebih sedikit
10. Pemberian ASI secara teratur sangat
membantu dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi, serta akan
berperang dalam proses termoregulasi
bayi.
11. Kecukupan asuhan gizi pada ibu
menyusui sangat mempengaruhi
3. Hiportermi b.d belum Termoregulasi
Term SLKI (L.14134) Manajemen Hipotermia SIKI produksi ASI yang dibutuhkan bayi.
terbentuknya lapisan Hal.129 Setelah di lakukan (I.14507 hal. 183) 1. Mengetahui kondisi suhu tubuh dari
lemak pada kulit perawatan selama 1x7 jam 1. Monitor suhu tubuh pasien lebih lanjut
(D.0140 hal 302) diharapkan masalah hipotermi 2. Indetifikasi penyebab 2. Mengetahui lebih dini adanya gejala
klien teratasi, dengan kriteria: hiportermia (mis, terpapar hipotermi dan hipertermi sehingga
1. Akral dingin , menurun(1) suhu lingkungan rendah, lebih cepat teratasi
2. Kebiruan, menurun (1) pakaian tipis, kerusakan 3. Memberikan intervensi yang tepat
hipotalamus, penurunan laju 4. Menghidari komplikasi
5. Memberikan asuhan yang tepat sesuai
44
4
lavaseperitonetaldengan cairan hangat)
9.Anjurkan makan dan minum hangat
46