Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

ASPEK RADIOLOGI PADA NEWBORN LUNG DISEASE

Oleh:
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074

Dokter Pembimbing:
dr. Kemas H. M. Sani, Sp.Rad

DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI


RS UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Judul
ASPEK RADIOLOGI PADA NEWBORN LUNG DISEASE

Oleh
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Radiologi, Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
periode 2020.

Palembang, Oktober 2020


Pembimbing,

dr. Kemas H. M. Sani, Sp. Rad

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referrat yang berjudul Aspek
Radiologi pada Newborn Lung Disease sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita,
Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
di masa mendatang.
Dalam penyelesaian Referat ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. dr. Kemas H. M. Sani, Sp. Rad selaku pembimbing Referrat.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga
Referrat ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Referrat ................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru ........................................................ 3
2.2 Aspek radiologi pada newborn lung disease ......................................... 5
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bayi baru lahir adalah suatu fase kehidupan lanjutan dari janin yang
sebelumnya berasal dari intra uteri ke ekstra uteri, sehingga keberadaannya
dianggap unik (Kosim, 2008). Menurut Notoatmodjo (2007), Bayi
merupakan seseorang yang berumur 0-12 bulan. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 1 tentang perlindungan
anak, anak merupakan seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih di dalam kandungan. Jadi bayi juga dapat dikatakan anak
jika dilihat dari pengertian anak menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 1. Menurut Notoatmodjo (2007),
bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai
dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi, sehingga pada masa ini bayi
sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makanan oleh
ibunya. Pada masa bayi terjadi perubahan dan pertumbuhan fisik yang
sangat cepat dan merupakan bulan pertama kehidupan kritis. Bayi akan
mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, dan
mulai berfungsinya organ-organ tubuh (Potter & Perry, 2009).
Penyakit pernafasan pada neonatus adalah diagnosis yang paling
sering terjadi pada bayi baru lahir. Secara anatomis neonatus berisiko untuk
mengalami masalah pernafasan disebabkan oleh kemampuan dari thorax dan
kelemahan otot pernafasan, leher yang pendek dan saluran nafas yang
sempit, terutama pada bayi lahir dengan premature( Blackburn, 2008) Bayi
prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37 minggu, tanpa
memperhitungkan berat badan lahir (Bherman dan Shiono 1977,dalam
Bayuningsih,2011). Kegawatan yang terjadi pada bayi prematur pada masa
pertama kelahirannya adalah Respiratory Distress Syndrome. Kegawatan
nafas pada neonatus dapat menyebabkan terjadinya henti nafas bahkan
kematian, sehingga dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas
(Kosim,2014). Salah satu tujuan Millenium Development Goal (MDGs)

1
2015 di bidang kesehatan adalah menurunkan angka kematian anak. Dalam
20 tahun terakhir, angka kematian balita di dunia menurun cukup tajam dari
12 juta pada 1990 menjadi berkisar 7,6 juta pada 2010 (dari 88 per 1.000
kelahiran hidup menjadi 57 per 1.000 kelahiran hidup). Namun di pihak
lain, angka kematian bayi menurunsangat lambat. Di Indonesia, angka
kematian bayi sangat tinggi yaitu angka kematian bayi 32 per 1.000
kelahiran hidup. Setiap 1 jam terdapat 10 kematian bayi di Indonesia. Salah
satu penyebab kematian bayi terbanyak adalah prematuritas dan infeksi.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2009) lebih dari setengah
kematian bayi (56%) merupakan kematian neonatal (bayi baru lahir).
Penyebab kematian bayi utama adalah gangguan pernafasan (35,9%) dan
berat badanlahir rendah(32,4%). Penyakit gangguan pernafasan yang terjadi
pada bayi adalah Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), Penyakit
Membran Hialin, Sindrom Aspirasi Mekonium (Meconium Aspiration
Syndrome, MAS), Neonatal Pneumonia, dan RDS (Respiratory Distress
Syndrome).
Untuk itu penulis ingin membahas aspek radiologi pada newborn
lung disease.

1.2 Tujuan Referat


Adapun tujuan dari referat ini diharapkan dokter muda dapat memahami
dan menambah ilmu pengetahuan tentang aspek radiologi pada newborn lung
disease.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada referrat ini adalah:
Bagaimana aspek radiologi pada newborn lung disease?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru


Paru-paru merupakan organ sistem pernapasan (respirasi) dan
berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) yang elastic,
berbentuk kerucut, dan letaknya berada di dalam rongga dada atau thorax
dan di atas diafragma, diselubungi oleh membran pleura.Kedua paru-paru
saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar.2
Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul di
kranial dan basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di
kaudal. Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus sedangkan paru-paru kiri 2
lobus. Lobus pada paru-paru kanan adalah lobus superius, lobus medius, dan
lobus inferius. Lobus medius/lobus inferius dibatasi fissura horizontalis;
lobus inferius dan medius dipisahkan fissura oblique. Lobus pada paru-paru
kiri adalah lobus superius dan lobus inferius yg dipisahkan oleh fissura
oblique. 4 Organ paru-paru memiliki tube bronkial atau bronchi, yang
bercabangcabang dan ujungnya merupakan alveoli, yakni kantung-kantung
kecil yang dikelilingi kapiler yang berisi darah. Di sini oksigen dari udara
berdifusi ke dalam darah, dan kemudian dibawa oleh hemoglobin. Darah
terdeoksigenisasi dari jantung mencapai paru-paru melalui arteri paru-paru
dan, setelah dioksigenisasi, beredar kembali melalui vena paru-paru.2
Terdapat percabangan trakea yang disebut Bifurcatio Trakea (Carina)
setinggi thorakal IV-V yang akan menjadi bronkus principalis dextra dan
sinistra kemudia bersama dengan A. V. Pulmonalis, nodus limfatikus masuk
kedalam hilus pulmo dextra dan sinistra. Dari hilus bronkus pricipalis
melanjutkan diri menjadi bronkus lobaris kemudian bronkus segmentalis,
bronkus terminalis lalu bronkiolus respiratorius kemudian terdapat ductus
alveolusmenjadi alveolus dan kantung alveolar. Setiap alveolus dipisahkan
dari alveolus didekatnya oleh septa yang memiliki lubang kecil disebut
pores of khon.2

3
Gambar 2.1a Anatomi thoraks

Gambar 2.1b Anatomi pulmo

Fungsi utama paru-paru yaitu sebagai alat respirasi untuk pertukaran


gas oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2). Pertukaran ini terjadi pada
alveolus- 9 alveolus di paru melalui sistem kapiler. Pertukaran gas tersebut
untuk menyediakan kebutuhan oksigen bagi jaringan. Kebutuhan oksigen
dan karbon dioksida akan berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang.17 Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan
dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu:
1) Ventilasi paru Ventilasi adalah sirkulasi keluar masuknya udara atmosfer
dan alveoli. Proses ini berlangsung di sistem pernapasan.
2) Difusi Difusi adalah pertukaran dari oksigen dan karbon dioksida antara
alveoli dan darah. Proses ini terjadi di sistem pernapasan.

4
3) Transpor gas Transpor gas adalah pengangkutan oksigen dan
karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel. Proses ini
terjadi di sistem sirkulasi. 4) Pengaturan ventilasi Volume paru dan
kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru
dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada atau tidaknya
kelainan fungsi ventilasi paru.

2.2 Aspek Radiologi pada Newborn Lung Disease

2.2.1 Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)

A. Definisi

Suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau
cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah lahir dan hilang
dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari.

B. Faktor Resiko

 Bedah sesar sebelum ada kontraksi


 Makrosomia
 Partus lama
 Sedasi ibu berlebihan
 Skor Apgar rendah (1 menit: < 7)

C. Tanda Klinis TTN

 Neonatus biasanya hampir cukup bulan atau cukup bulan dan segera
setelah kelahiran mengalami takipnea (>80 pernapasan/menit) 10
 Neonatus mungkin juga merintih, napas cuping hidung, mengalami
retraksi dada dan mengalami sianosis
 Keadaan ini biasanya tidak berlangsung > 72 jam

5
D. Aspek Radiologi

Pada rontgen dada TTN ditemukan garis pada perihilar, kardiomegali


ringan, peningkatan volume paru, cairan pada fissura minor, dan umumnya
ditemukan cairan pada rongga pleural.

Gambar 2.2.1 Rontgen dada pada TTN

2.2.2 Penyakit Membran Hialin

A. Definisi

Penyakit membran hialin juga dikenal sebagai sindrom gawat napas


(respiratory distress syndrome / RDS). Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi
prematur.

B. Insidens

HMD terjadi pada sekitar 25% neonatus yang lahir pada usia kehamilan 32
minggu. Insidens meningkat dengan semakin prematurnya neonatus.

C. Gejala Klinis

Kesulitan bernapas yang terlihat mencakup:

 Takipnea yang meningkat (> 60/menit)


 Retraksi dada

6
 Sianosis pada udara kamar yang menetap atau progresif, lebih dari 24-48
jam pertama kehidupan Foto rontgen yang khas menunjukkan adanya pola
retikulogranular seragam dan bronkogram udara.
 Menurunnya udara yang masuk
 Grunting

D. Faktor Resiko

Risiko meningkat apabila ada: Prematuritas, Jenis kelamin laki-laki,


Neonatus dari ibu dengan diabetes. Risiko berkurang apabila ada: penyakit
membran hiali, Stres intrauterin kronis, Ketuban Pecah Dini dalam waktu lama,
Hipertensi ibu, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau kecil untuk masa
kehamilan (KMK), Kortikosteroid – Prenatal.

E. Aspek Radiologi

Pemeriksaan rontgen dada:

Adanya penampilan seperti ground glass appearance dan infiltrat halus


dengan bronkogram udara.

Gambar 2.2.2 Rontgen dada pada HMD

7
2.2.3 Sindrom Aspirasi Mekonium (Meconium Aspiration Syndrome, MAS)

A. Definisi

Gawat napas yang bersifat sekunder akibat aspirasi mekonium oleh fetus
dalam uterus atau oleh neonatus selama proses persalinan dan kelahiran.

B. Faktor Resiko

 Kehamilan lebih bulan


 Hipertensi maternal
 Pre-eklampsia
 Ibu penderita diabetes
 Denyut jantung janin abnormal
 Profil biofisis ≤ 6 Ibu penderita diabetes
 KMK
 Korioamnionitis

C. Gambaran Klinis

 Air ketuban bercampur mekonium sebelum kelahiran


 Pewarnaan kuning/hijau oleh mekonium pada neonatus setelah lahir.
 Gagal pernapasan yang mengarah pada peningkatan diameter
anteroposterior dada
 Persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN)

D. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan laboratorium meliputi Analisis gas darah, Kultur darah dan


pemeriksaan darah lengkap (CBC).

E. Aspek Radiologi

Pada Rontgen dada MAS ditemukan bercak infiltrat, garis kasar pada kedua
bidang paru, hiperinflasi anteroposterior, dan diafragma lebih datar.

8
Gambar 2.2.3 Rontgen dada pada MAS

2.2.4 Neonatal Pneumonia

A. Definisi

Neonatal pneumonia mengarah pada perubahan inflamasi pada sistem


pernapasan yang disebabkan oleh infeksi neonatal.

B. Faktor Resiko

 Ketuban pecah lebih dari 6 jam sebelum melahirkan


 Kerja yang lama dan rumit
 Bayi prematur
 Gangguan kekebalan

C. Manifestasi Klinis

Neutropenia dengan ketidakstabilan suhu.

Tanda dan gejalanya meliputi:

 Takipnea
 Resesi dada
 Apnea

9
 Gangguan pernapasan
 Batuk (tidak ada dalam dua pertiga kasus)

D. Klasifikasi

 Awal
Terjadi pada minggu pertama kehidupan dan sebagai pneumonia
intrauterine, sering disebabkan oleh streptokokus grup B atau bakteri gram
negatif.
 Onset terlambat
Terjadi dalam tiga minggu berikutnya, sering disebabkan oleh bakteri
gram positif.

E. Aspek Radiologi

Radiografi polos

Spektrum kelainan yang luas dan luas bervariasi dari dada normal,
kepadatan alveolar terlokalisasi atau difus, kekeruhan retikuler, dan fitur yang
mirip dengan sindrom gangguan pernapasan. Pola alveolar yang paling sering
dan khas adalah proses pengisian ruang udara bilateral yang padat dengan
banyak bronkogram udara. Komplikasi terapi pernapasan seperti emfisema
interstisial, pneumomediastinum, dan pneumotoraks juga dapat diidentifikasi.

Gambar 2.2.4 Rontgen dada pada Neonatal Pneumonia

10
2.2.5 Respiratory Distress Syndrome (RDS)

A. Definisi

Menurut Bernard et.al, bila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto
thorak, tekanan arteri pulmonal ≤ 18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik
adanya hipertensi atrium kiri, adanya kerusakan paru akut dengan PaO2 : FiO2
kurang atau sama dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai
PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 200, menyokong suatu RDS.

B. Faktor Resiko

Faktor risiko terjadinya Respiratory Distress Syndrome :

1. Bayi kurang bulan (BKB).


RDS didapatkan pada 10% bayi kurang bulan, paru bayi secara biokimiawi
masih imatur dengan kekurangan surfaktan yang melapisi alveoli. Fungsi
surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi
udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum
berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan
mengalami sesak napas. Gejala tersebut biasanya tampak segera setelah
bayi lahir dan akan bertambah berat.
2. Kegawatan neonatal seperti kehilangan darah dalam periode perinatal,
aspirasi mekonium, pneumotoraks akibat tindakan resusitasi,dan hipertensi
pulmonal dengan pirau kanan ke kiri yang membawa darah keluar dari
paru.
3. Bayi dari ibu diabetes mellitus. Pada bayi dari ibu dengan diabetes terjadi
keterlambatn pematangan paru sehingga terjadi distress respirasi.
4. Bayi lahir dengan operasi sesar. Bayi yang lahir dengan operasi
sesar,berapa pun usia gestasinya dapat mengakibatkan terlambatnya
absorpsi cairan paru (Transient Tachypnea of Newborn).
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini dapat
terjadi pneumonia bakterialis atau sepsis.
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium, mungkin mengalami
aspirasi mekonium.

11
7. Hal-hal yang menimbulkan stress pada fetus seperti ibu dengan hipertensi /
drug abuse, atau adanya infeksi kongenital kronik

C. Manifestasi Klinis

Tanda dari HMD biasanya muncul beberapa menit sesudah lahir, namun
biasanya baru diketahui beberapa jam kemudian di mana pernafasan menjadi
cepat dan dangkal (60x/menit). Bila didapatkan onset takipnea yang terlambat
harus dipikirkan penyakit lain. Beberapa pasien membutuhkan resusitasi saat
lahir akibat asfiksia intrapartum atau distres pernafasan awal yang berat
Biasanya ditemukan takipnea, grunting, retraksi intercostal dan subcostal, dan
pernafasan cuping hidung. Sianosis meningkat, yang biasanya tidak responsif
terhadap oksigen. Suara nafas dapat normal atau hilang dengan kualitas tubular
yang kasar, dan pada inspirasi dalam dapat terdengan ronkhi basah halus,
terutama pada basis paru posterior. Terjadi perburukan yang progresif dari
sianosis dan dyspnea.

D. Aspek Radiologi

Pemeriksaan radiologis yang paling sering dan diutamakan pada neonatus


adalah foto rontgen toraks. Foto X-Ray Toraks terutama berperan penting
dalam membantu menentukan diagnosis awal dan perkembangan penyakit
selanjutnya. Terkadang ditemukan kesulitan dalam menginterpretasi hasil
pemeriksaan radiologis pada neonatus. Hal ini terjadi karena banyaknya
kelainan yang tidak spesifik dan saling overlapping. Hal ini memudahkan
terjadinya kesalahan dalam diagnosis secara radiologis. Untuk itu perlu selalu
ditekankan melihat kembali kondisi klinis pasien. Jenis pemeriksaan radiologi
meliputi pemeriksaan konvensional sederhana sampai canggih. Pemeriksaan
tersebut antara lain foto thorax supine / lateral decubitus, USG, CT-scan dan
yang paling canggih adalah MRI. Akan tetapi Modalitas radiologi yang dipilih
harus tepat sesuai kasus.

Foto thoraks merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan. Pada


neonatus foto toraks dilakukan dengan mengambil proyeksi Anteroposterior
(AP) dengan posisi pasien supine atau lateral supine/horizontal beam.

12
Sedangkan posisi PA dan lateral tegak sulit dilakukan pada neonatus. Perlu
diingat bahwa selama pemeriksaan foto toraks pada 10 bayi baru lahir, bayi
harus selalu ditempatkan dalam inkubator untuk mencegah terjadinya
hipotermia. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses
pemeriksaan radiologis pada bayi baru lahir antara lain :

 Proteksi radiasi : perlindungan terhadap organ gonad dan luas lapangan


pemotretan.

 Pencegahan terhadap hipotermi : bayi tetap diletakkan dalam inkubator atau


dilakukan foto toraks menggunakan mobile X-ray di ruang neonatus, sehingga
bayi tidak perlu dipindahkan dari infant warmer.

 Oksigenasi untuk mencegah hipoksia.

 Immobilisasi agar posisi foto simetris dan hindarkan kepala bayi menengok.
Foto toraks pada neonatus secara normal akan memberikan gambaran sebagai
berikut :

 Bentuk toraks silindris.

 Costae lebih horizontal.

 Level diafragma kanan setinggi costae 7-9 posterior.

 Cardio-thoracic ratio (CTR) bisa sampai 65%.

 Ukuran thymus bervariasi, biasanya berbentuk segitiga, dan bila tidak ada
pembesaran tidak akan menimbulkan kompresi/pergeseran organ-organ
mediastinum.

 Artefak : bisa menimbulkan misinterpretasi. Contoh : lipatan kulit sering salah


diartikan sebagai pneumotoraks.

13
 Evaluasi tube line. Sedangkan gambaran pola radiologis yang sering muncul
pada bayi baru lahir dengan gangguan nafas adalah sebagai berikut :

 Normal

 Granuler

 Streaky atau wet lung

 Patchy infiltrate

 Focal

Hal penting yang harus ditemukan pada foto toraks RDS yaitu :

 Gambaran granuler homogen yang difus

 Ground glass appearance

 Air bronchogram abnormal

 hipoaerasi

Gambaran rontgen HMD dapat dibagi jadi 4 tingkat :

 Stage I : Gambaran reticulogranular

Gambar 2.2.5 RDS Stage I : Reticulogranuler pattern

14
 Stage II : Stage I disertai air bronchogram di luar bayangan jantung/meluas ke
perifer

Gambar 2.2.5 RDS Stage II : air bronchogram abnormal

 Stage III : Stage II disertai kesukaran menentukan batas jantung.

Gambar 2.2.5 RDS Stage III : Batas jantung sulit ditentukan

 Stage IV : Stage III disertai kesukaran menentukan batas diafragma dan thymus.
Gambaran white lung.

15
Gambar 2.2.5 RDS Stage IV : White Lung

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Penyakit-penyakit paru pada bayi baru lahir adalah Transient Tachypnea
of the Newborn (TTN), Hyalin Membrane Disease (HMD), Sindrom
Aspirasi Mekonium (Meconium Aspiration Syndrome, MAS), Neonatal
Pneumonia, dan RDS (Respiratory Distress Syndrome).
2. Gambaran Radiologi pada TTN ditemukan garis pada perihilar,
kardiomegali ringan, peningkatan volume paru, cairan pada fissura minor,
dan umumnya ditemukan cairan pada rongga pleural.
3. Gambaran radiologi pada HMD ditemukan adanya penampilan seperti
ground glass appearance dan infiltrat halus dengan bronkogram udara.
4. Gambaran radiologi pada MAS ditemukan bercak infiltrat, garis kasar
pada kedua bidang paru, hiperinflasi anteroposterior, dan diafragma lebih
datar.
5. Gambaran radiologi pada neonatal pneumonia yaitu pola alveolar yang
paling sering dan khas pengisian ruang udara bilateral yang padat dengan
banyak bronkogram udara.
6. Gambaran radiologi pada RDS ditemukan gambaran granuler homogen
yang difus, ground glass appearance, air bronchogram abnormal, dan
hipoaerasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Donnelly LF. Fundamentals of pediatric radiology. W B Saunders Co.


(2001) ISBN:0721690610. Read it at Google Books - Find it at Amazon
2. Weissleder R, Wittenberg J, Harisinghani MMGH et-al. Primer of
Diagnostic Imaging. Mosby. (2011) ISBN:0323065384. Read it at Google
Books - Find it at Amazon.
3. Cleveland RH. A radiologic update on medical diseases of the newborn
chest. Pediatr Radiol. 1996;25 (8): 631-7. Pubmed citation
4. Gooding CA, Gregory GA. Roentgenographic analysis of meconium
aspiration of the newborn. Radiology. 1971;100 (1): 131-
40. doi:10.1148/100.1.131 - Pubmed citation
5. Janet Reid, William Davros, Angelisa Paladin, Edward Lee, Caroline
Carrico. Pediatric Radiology. (2013) ISBN: 9780199985753
6. Blickman JG, Parker BR, Barnes PD. Pediatric radiology, the requisites.
Mosby Inc. (2009) ISBN:0323031250. Read it at Google Books - Find it
at Amazon
7. Agrons GA, Courtney SE, Stocker JT et-al. From the archives of the
AFIP: Lung disease in premature neonates: radiologic-pathologic
correlation. Radiographics. 25 (4): 1047-73. doi:10.1148/rg.254055019 -
Pubmed citation
8. Donnelly LF, Frush DP. Localized radiolucent chest lesions in neonates:
causes and differentiation. AJR Am J Roentgenol. 1999;172 (6): 1651-
8. AJR Am J Roentgenol (citation) - Pubmed citation
9. Swischuk LE, John SD. Immature lung problems: can our nomenclature
be more specific? AJR Am J Roentgenol. 1996;166 (4): 917-8. AJR Am J
Roentgenol (abstract) - Pubmed citation
10. Liszewski MC, Lee EY. Neonatal Lung Disorders: Pattern Recognition
Approach to Diagnosis. (2018) AJR. American journal of roentgenology.
210 (5): 964-975. doi:10.2214/AJR.17.19231 - Pubmed

18
11. Wert SE, Whitsett JA, Nogee LM. Genetic disorders of surfactant
dysfunction. (2009) Pediatric and developmental pathology : the official
journal of the Society for Pediatric Pathology and the Paediatric
Pathology Society. 12 (4): 253-74. doi:10.2350/09-01-0586.1 - Pubmed
12. Reuter S, Moser C, Baack M. Respiratory distress in the newborn. (2014)
Pediatrics in review. 35 (10): 417-28; quiz 429. doi:10.1542/pir.35-10-
417 - Pubmed
13. Cleveland RH. A radiologic update on medical diseases of the newborn
chest. Pediatr Radiol. 1996;25 (8): 631-7. Pubmed citation
14. Janet Reid, William Davros, Angelisa Paladin, Edward Lee, Caroline
Carrico. Pediatric Radiology. (2013) ISBN: 9780199985753
15. Liu J, Chen XX, Li XW, Chen SW, Wang Y, Fu W. Lung
Ultrasonography to Diagnose Transient Tachypnea of the Newborn.
(2016) Chest. 149 (5): 1269-75. doi:10.1016/j.chest.2015.12.024 -
Pubmed 6. Jacob Mandell. Core Radiology. (2013) ISBN:
9781107679689

19

Anda mungkin juga menyukai