Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

TUMOR PARU

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran USK/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:
HAYKAL ESTU BHISMORO
2207501010136

Pembimbing:
dr.Ferry Dwi Kurniawan,Sp.P(K),Ph.D,FAPSR

BAGIAN/ SMF PULMONOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Tumor Paru”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
sertasahabat beliau.
Adapun laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada dr. Ferry
Dwi Kurniawan,Sp.P(K),Ph.D, FAPSR yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para
sahabat dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkankritik dansaranyang membangundariberbagaipihak. Akhir kata
penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumbangan pemikiran
dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, Aamiin

Banda Aceh, 9 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS............................................................................................2


2.1 Identitas Pasien...........................................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................5
2.5 Diagnosis..................................................................................................................10
2.6 Diagnosis Banding....................................................................................................10
2.7 Tatalaksana...............................................................................................................10
2.8. Follow Up Harian.....................................................................................................12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................1


3.1 Definisi.....................................................................................................................20
3.2 Epidemiologi............................................................................................................20
3.3 Etiologi.....................................................................................................................21
3.4 Patogenesis...............................................................................................................21
3.5 Klasifikasi.................................................................................................................22
3.6 Tanda dan Gejala......................................................................................................23
3.7 Diagnosis..................................................................................................................24
3.8 Diagnosis banding....................................................................................................25
3.9 Tatalaksana...............................................................................................................25
3.10Komplikasi................................................................................................................26
3.11Prognosis..................................................................................................................26

BAB IV ANALISA KASUS..........................................................................................20

BAB V KESIMPULAN.................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Paru – paru merupakan salah satu organ pernapasan manusia yang


memiliki permukaan seperti balon, elastis, dapat mengembang dan mengempis
untuk melakukan pertukaran udara pada sistem pernapasan. Paru juga dilapisi
oleh selaput pembungkus, yaitu pleura parietal (yang menempel pada rongga
dada) dan pleura visceral (yang menempel pada organ parru – paru). Paru
berfungsi sebagai organ respirasi. Didalam Paru terjadi proses
pertukaran gas yang berasal dari atmosfer ke kapiler yang berada di
parenkim paru. Mekanisme respirasi meliputi 3 tahapan yaitu ventilasi,difusi,
dan perfusi. Ventilasi merupakan proses keluar masuknya udara melalui saluran
pernafasan ke alveolus melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan
proses difusi merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari alveolus ke dalam pembuluh
kapiler paru. Perfusi merupakan proses distribusi darah yang telah teroksigenasi
dari paru ke jaringan tubuh. Disisi lain untuk memenuhi fungsinya, paru
melakukan inspirasi dan ekspirasi yang terjadi secara periodik terus menerus.
Inspirasi merupakan proses aktif yang dilakukan untuk memasukkan udara dari
atmosfer yang memiliki tekanan lebih tinggi kedalam paru yang memiliki
tekanan lebih rendah dengan menggunakan otot pernafasan utama yaitu
diagfragma dan m.intercostalis externus. Sedangkan ekspirasi merupakan proses
pasif mengeluarkan udara yang kaya CO 2 kembali ke atmosfer dengan
memperkecil volume intrapulmoner sehingga tekanan menjadi lebih besar dari
tekanan atmosfer.(Guyton, dkk., 2020)
Proses ventilasi dapat terganggu akibat adanya gangguan baik pada proses
pengembangan paru (restriksi) maupun tersumbatnya jalan nafas (obstruksi).
Salah satu penyebab gangguan pengembangan paru tersebut adalah tumor paru.
Tumor paru merupakan tumbuhnya jaringan baru yang abnormal (neoplasma).
Neoplasma tersebut menyebabkan efek desak masa sehingga paru mengalami
keterbatasan untuk mengembang. Hal tersebut menyebabkan kapasitas vital paru
menurun. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC
(Small Cell Lung Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer) atau
1
Karsinoma Skuamosa, adeno-karsinoma, karsinoma sel besar. Pada umumnya
tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma, hamartoma dan
tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Oleh karena hasil sitologi
pada pasien dalam laporan kasus ini belum diketahui, maka penulis akan
membahas tentang tumor ganas yaitu karsinoma bronkogenik. Menurut data
Global Cancer Statistics 2020 kanker paru merupakan penyakit keganasan
paling mematikan di dunia dengan insiden terbanyak terjadi di Asia Tenggara. Di
Indonesia, kanker paru menduduki tempat tertinggi untuk insiden maupun
mortalitas kanker pada laki-laki.
Tingginya angka kejadian dan mortalitas tumor paru di Indonesia maka
penyakit ini layak untuk dibahas secara menyeluruh agar dokter muda dapat
mengenali dan memahami penyakit ini dengan baik.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Azwani M nur


Umur : 48 tahun
Alamat : Perum Tiongkok Blok D No.53,Neuhun,Aceh
Besar
Pekerjaan : Buruh Lepas
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin CM : 1-22-79-56
Tanggal Masuk : 03/10/2022

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri dada kiri dan demam


Keluhan Tambahan :-
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada kiri dan demam. Nyeri
dada dan demam telah dirasakan oleh pasien sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri dada
kiri menjalar ketangan. Selain itu pasien juga mengeluhkan BB
menurun,berkeringat dimalam hari,lemas dan nafsu makan turun, konstipasi. BAK
Lancar. Sesak disangkal Sebelumnya pasien merupakan rujukan dari puskesmas
dan dicurigai TB. Namun hasil tes TCM dinyatakan negatif. Kemudian Pasien
dirujuk ke poliklinik TB dari hasil foto Thoraks dan klinis tidak mendukung
adanya TB.
Riwayat Penyakit Dahulu : TB Paru (-), Asma (-), Diabetes (-), Hipertensi (-),
Penyakit Jantung (-), Gangguan imun (-)
Riwayat Penggunaan Obat : Paracetamol (+)
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama
Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien merokok sejak SMP hingga
berhenti 3 bulan yang lalu (kurang lebih 35 tahun). Pasien pernah bekerja di

2
pabrik furniture yang menggunakan bahan kimia aerosol. Pasien juga bekerja di
warung kopi.
2.3 Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 104/63 mmHg
Frekuensi Nadi : 90x/menit
Frekuensi Napas : 18x/menit
SpO2 : 98% room air
Suhu : 36,6oC
BB : 60 kg
TB : 169 cm
IMT : Normoweight

Status Generalisata
 Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), edema (-),
 Kepala/Wajah : Normochepali, simetris, edema
(-),ikterik(-),anemis (-), deformitas (-)
 Mata : Sklera ikterik (-/-), anemis (-/-), pupil isokhor

3
 Telinga : Dalam batas normal
 Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)
 Mulut : Sianosis (-), mukosa hiperemis (-), faring
hiperemis (-), pursed lips breathing (-)
 Leher : Pembesaran KGB (+), TVJ normal

Status Lokalis
 Toraks
Pemeriksaan Fisik Paru Thorax Dekstra Thorax Sinistra

Penggunaan otot bantu nafas (-), skar pada dinding


dada (-),Venektasi (-).
Inspeksi

Palpasi Atas Fremitus taktil : normal Fremitus taktil :


meningkat
Tengah Fremitus taktil : normal Fremitus taktil : normal
Bawah Fremitus taktil : normal Fremitus taktil : normal

Sonor redup
Perkusi

Vesikuler (+) Vesikuler meningkat (+)


Auskultasi Atas rhonki (-) rhonki (-)
wheezing (-) wheezing (-)

Vesikuler (+) Vesikuler mningkat (+)


Tengah rhonki (-) rhonki (-)
wheezing (-) wheezing(-)

Vesikuler (+) Vesikuler (+)


Bawah rhonki (-) rhonki (-)
wheezing (-) wheezing(-)

 Abdomen : Peristaltik normal

4
 Ekstremitas :
Superior Inferior
Penilaian
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pucat Negatif Negatif Negatif Negatif
Sianosis Negatif Negatif Negatif Negatif
Edema Negatif Negatif positif Positif
Tonus otot Normal Normal Normal Normal

2.4 Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah

JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUA


N
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN:
Hemoglobin 10,1 14,0-17,0 g/dL
Hematokrit 32 45-55 %
Eritrosit 3,8* 4,7-6,1 103/mm3
Leukosit 24,33* 4,5-10,5 103/mm3
Trombosit 374 150-450 103/mm3
MCV 83 80-100 fL
MCH 26 27-31 Pg
MCHC 32 32-36 %
RDW 16,0* 11,5-14,5 %
MPV 9,6 7,2-11,1 fL
PDW 10,3 fL
Hitung Jenis:
 Eosinofil 4 0-6 %
 Basofil 0 0-2 %
 Netrofil batang 0* 2-6 %
 Netrofil segmen 82* 50-70 %
 Limfosit 10* 20-40 %
 Monosit 4 2-8 %

5
Foto Toraks AP ( 08-09-2022)

Kesan : Massa di paru sinistra, massa mediastinum

6
CT-Scan (8/10/2022)

Kesan:Massa di paru sinistra lobus superior segmen apical anterior dan


posterior

Bronkoskopi (6-10-2022)

7
Kesan: Massa belum dapat disingkirkan
Dd/
1. Soliter nodul
2. Fibrosis paru
3. Endobronkial TB

2.5 Diagnosis :

- Tumor paru

2.6 Diagnosis Banding

- Tumor mediastinum

2.7 Tatalaksana

1. Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam


2. Inj. Omeprazole 40 mg/24jam

8
3. Drip tramadol 1 amp/8 jam
4. Duragesic patch /3 hari
5. Inj. Ketorolak 1 amp/8 jam
6. Curcuma 3x1
7. Paracetamol 4x2 tab
8. MST 2x1 tab

9
2.8 Follow Up Harian

Hari/Tanggal
Catatan Instruksi
Rawatan
Kamis S/ nyeri dada kiri menjalar ke Th/
6/10/2022 ekstremitas superior sinistra - inj ceftriakson 1gr/12 jam
- omeperazol 40 mg/24 jam
-duragesic patch/3 hari
-inj ketrolak 1 ampl/8 jam
O/ -paracetamol 4x2 tab
- Kesadaran : compos mentis -curcuma 3x1
- TD: 104/63 mmHg -drip tramadol 1 ampl/8 jam
- HR: 90x/menit -MST 2x1 tab
- RR: 18 x/menit
-SpO2 98% room air
T: 36,6C P/
- Evaluasi KU dan saturasi
A/ - Cek darah
- Tumor paru dd tumor mediastinum rutin/ur/cr/KGDS/SGOT/SGPT/el
- Cancer pain NRS 6-7 ektrolit/PT/APPT/
- CT Scan Thorax( menunggu hasil
dilakukan pada (4/10/2022)
- TTNA guide USG, USG
(dilakukan pada 5/10/2022)
menunggu hasil
- Bronkoskopi (dilakukan pada
6/10/2022)

Jumat Th/
(7/10/2022) S/ Nyeri dada kiri (perbaikan) - inj ceftriakson 1gr/12 jam
- omeperazol 40 mg/24 jam
O/ -duragesic patch/3 hari
- Kesadaran : compos mentis -inj ketrolak 1 ampl/8 jam
- TD: 133/84 mmHg -paracetamol 4x2 tab
- HR: 87x/menit -curcuma 3x1
- RR: 20x/menit -drip tramadol 1 ampl/8 jam
- Suhu : 36,8oC -MST 2x1 tab
- SPO2 : 97% Room Air

P/
- Evaluasi KU dan saturasi
A/ - Cek darah rutin,
- tumor paru dd tumor ur/cr,KGDS,SGOT,SGPT
mediastinum elektrolite, PT/APTT, HbsAg
- cancer pain NRS 6-7 - Menunggu hasil ct scan
- syndrom dispepsia - Menunggu hasil usg dan ttna
- malnutrisi
- Menunggu hasil bronkoskopi
10
Sabtu S/ Demam sejak tadi malam Th/
(8/10/2022) Nyeri dada perbaikan
-inj ceftriakson 1gr/12 jam
- omeperazol 40 mg/24 jam
O/ -duragesic patch/3 hari
- Kesadaran : compos mentis -inj ketrolak 1 ampl/8 jam
- TD: 92/57 mmHg -paracetamol 4x2 tab
- HR: 115 x/menit -curcuma 3x1
- RR: 22 x/menit -drip tramadol 1 ampl/8 jam
- Suhu : 37,9 oC -MST 2x1 tab
- SPO2 : 93% RA

A/
P/
- Tumor paru kiri
- cancer pain - Evaluasi KU dan TTV
-Syndrom dispepsia - CT scan thorakstelah keluar hasil
-malnutrisi berat positif ditemukan massa paru kiri
8,2x8,7x7,2cm
- Bronchocophy kelur hasil
menyatakan massa paru belum
dapat disingkirkan.

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Tumor (juga disebut neoplasma) adalah massa sel yang tumbuh secara
abnormal di tubuh. Hal ini disebabkan oleh sel yang membelah lebih dari batas
normal atau tidak mati ketika mereka seharusnya mati. Tumor ganas memiliki sel
yang tumbuh tak terkendali dan menyebar secara lokal dan/atau ke tempat yang
jauh. Tumor ganas bersifat kanker (menginvasi tempat lain). (Patel, 2020)
Keganasan paru-paru, termasuk tumor primer dan metastasis, adalah yang paling
sering didiagnosis dan penyebab utama kematian terkait kanker. (Milette et al.,
2019)

3.2 Epidemiologi

Di seluruh dunia, kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama insiden


dan kematian karena kanker, dengan 2,1 juta kasus kanker paru-paru baru dan 1,8
juta kematian diprediksi pada 2018, mewakili hampir 1 dari 5 (18,4%) kematian
akibat kanker. (Bray et al., 2018).Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah
Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2018 menunjukkan kasus kanker terbanyak
adalah adalah kanker payudara sebesar 19,18%, kanker serviks sebesar 10,69%,
dan kanker paru-paru sebesar 9,89%. (Pangribowo, S., 2019)
Berdasarkan penelitian di Shenzen, di antara semua kelompok usia, kanker
paru-paru kurang umum pada orang di bawah 30 tahun (4,8%) dan lebih umum
dari 40 hingga 70 tahun (83,7%). Selama 2008 hingga 2018, usia rata-rata saat
diagnosis total kasus kanker paru-paru di Shenzhen adalah 62,9 tahun (Lei et al.,
2020).

12
3.3 Etiologi

Merokok adalah penyebab utama dari kanker paru-paru, yaitu sebanyak


85% kasus. Faktor risiko tambahan untuk kanker paru-paru termasuk perokok
pasif, asbes, radon, dan faktor lingkungan lainnya. (Basumallik and Agarwal,
2022) Pembahasan terkait faktor risiko penyebab dan diduga menyebabkan
kanker paru-paru terdapat pada tabel berikut.
Faktor Risiko Besarnya Hubungan
20 kali lipat meningkatkan risiko
Rokok tembakau
dibandingkan yang tidak merokok
25% sampai 28% meningkatkan
Secondhand smoke risiko dibandingkan yang tidak
merokok
Electronic cigarettes Saat ini belum diketahui
1.9 sampai 4.6 kali lipat
Penggunaan tembakau lain
meningkatkan risiko
Ganja Saat ini belum diketahui
14% sampai 29% meningkatkan
Radon
risiko
12% sampai 24% meningkatkan
Asbestos
risiko
Riwayat PPOK, emfisema, atau bronkitis 2- sampai 3 kali lipat
kronis meningkatkan risiko
28% sampai 44% meningkatkan
Riwayat asthma
risiko
30% sampai 57% meningkatkan
Riwayat pneumonia
risiko
1.2 sampai 2.4 kali lipat
Riwayat Chlamydia pneumonia
meningkatkan risiko
48% sampai 76% meningkatkan
Riwayat tuberculosis
risiko
HIV 2 kali lipat meningkatkan risiko

3.4 Patogenesis

Patofisiologi kanker paru-paru sangat kompleks dan tidak sepenuhnya


dipahami. Dihipotesiskan bahwa paparan berulang terhadap karsinogen, seperti
asap rokok menyebabkan displasia epitel paru. Jika paparan berlanjut, itu
menyebabkan mutasi genetik dan mempengaruhi sintesis protein. Ini, pada
gilirannya, mengganggu siklus sel dan meningkatkan karsinogenesis. Mutasi
11
genetik paling umum yang bertanggung jawab untuk perkembangan kanker paru-
paru adalah MYC, BCL2, dan p53 untuk kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan
EGFR, KRAS, dan p16 untuk kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). (De
Sousa & Carvalho, 2018)

12
3.5 Klasifikasi

Tumor kanker paru-paru dibagi menjadi dua kategori histologis yang luas:
NSCLC dan SCLC. NSCLC mewakili lebih dari 80% hingga 85% kanker paru-
paru dimana sekitar 40% adalah adenokarsinoma, 25% hingga 30% adalah
karsinoma sel skuamosa, dan 10% hingga 15% adalah karsinoma sel besar.
(Schabath and Cote, 2019) Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) menyumbang 13-
15% dari semua kasus kanker paru-paru baru di AS. Tumor jenis ini memiliki
kecenderungan untuk menyebar lebih awal sehingga 80-85% pasien didiagnosis
dengan penyakit ekstensif (ES-SCLC). (Saltos, Shafique and Chiappori, 2020)

3.6 Manifestasi Klinis

Suatu penelitian menunjukkan bahwa gejala dan tanda fisik kanker paru
yang paling umum adalah batuk kronis (65,0%), dahak dengan darah (33,0%),
nyeri dada (17,9%), sesak napas (17,0%), limfadenektasis leher dan
supraklavikula. 9,8%), penurunan berat badan (8,3%), nyeri metastasis (5,9%),
kelelahan (4,8%), demam (4,3%), dan dispnea (4,2%). Studi awal melaporkan
bahwa 60% -70% pasien yang akhirnya didiagnosis dengan kanker paru
menunjukkan satu atau lebih gejala lokal (batuk, dispnea, atau nyeri dada), dan
41% memiliki gejala umum (demam, penurunan berat badan, atau kelelahan).
(Xing et al., 2019)
Lakukan rontgen dada (akan dilakukan dalam waktu 2 minggu) untuk
menilai kanker paru-paru pada orang berusia 40 tahun ke atas jika mereka
13
memiliki 2 atau lebih dari gejala berikut, atau jika mereka pernah merokok dan
memiliki 1 atau lebih dari gejala berikut:
 Batuk
 Kelelahan
 Sesak napas
 Sakit dada
 Penurunan berat badan
 Kehilangan nafsu makan (Bradley, Kennedy and Neal, 2018)

3.7 Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding dari kanker paru antara lain tumor


mediastinum, metastasis tumor di paru, dan tuberculoma. (Thai et al., 2021)

3.8 Diagnosis

Kanker paru-paru biasanya terdeteksi oleh kelainan di radiografi dada atau


adanya gejala sistemik atau lokal seperti batuk, sulit bernapas, mengi, darah dalam
dahak, penurunan berat badan, dan keras menelan. Diagnosis kanker paru-paru
terkait dengan jenis paru-paru kanker (SCLC, NSCLC), posisi tumor primer,
ukuran tumor, metastasis, dan derajat klinis individu. (Mottaghitalab et al., 2019)
Untuk mendiagnosis dan mengetahui stadium kanker paru-paru, tes
pencitraan (seperti CT scan) dan tinjauan jaringan/patologis diperlukan. Ada
beberapa pendekatan untuk mengevaluasi jaringan, seperti bronkoskopi dengan
biopsi atau aspirasi jarum halus (FNA), mediastinoskopi, dan thoracentesis.
(Nooreldeen & Bach, 2021)

3.9 Tatalaksana

Pengobatan NSCLC adalah tahap tertentu. Pasien dengan stadium I atau II


harus dirawat dengan reseksi bedah lengkap bila tidak ada kontraindikasi. Pasien

14
non-bedah harus dipertimbangkan untuk dilakukan konvensional atau stereotactic
radioterapi. Prosedur seperti cryoablation, microwave, dan ablasi frekuensi radio
telah ditemukan dan menjadi pilihan pengobatan yang berguna dalam pengaturan
terapi penyelamatan setelah operasi, radioterapi, atau kemoterapi atau untuk
paliatif pada stadium lanjut NSCLC. (Duma, Santana-Davila and Molina, 2019)
Pendekatan awal untuk pengobatan SCLC bervariasi secara substansial
berdasarkan tahap. Dalam SCLC non-metastatik, tujuan pengobatan termasuk
mencapai kontrol yang tahan lama terhadap penyakit toraks dan mengurangi
risiko penyebaran metastasis. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun sebesar 25-
30% dapat dicapai dengan perawatan modalitas gabungan. Pilihan pengobatan
lokal untuk mengendalikan penyakit toraks termasuk pembedahan dan radioterapi.
Kemoterapi dapat menambah kemanjuran radiasi lokal dan berpotensi mengobati
penyakit mikrometastatik. (Collins et al., 2007)

3.10 Prognosis

Apabila ditemukan pada stadium awal, sekitar 40-50 persen pasien bisa
bertahan hidup sampai 5 tahun. Namun untuk penderita yang telah memasuki
stadium lanjut, perkiraannya hanya 1-5 persen dapat bertahan hidup, sedangkan
kankernya sudah tidak dapat dioperasi. (Rejeki, M. and Pratiwi, E.N., 2020)

15
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat dada sebelah kiri
menjalar ke bagian ekstremitas superior. Nyeri bersifat seperti ditusuk jarum
menjalar hingga ke belikat. Pasien juga mengeluhkan adanya demam yang hilang
timbul. Demam dirasakan hanya pada pagi hingga sore hari saja sedangkan pada
malam hari pasien tidak mengalami demam. Nyeri dan demam telah dirasakan
pasien sejak 3 bulan lalu dan memberat pada 2 hari terkahir. Selain itu pasien
sebelumnya mengeluhkan berkeringat malam,nafsu makan turun,lemas. Riwayat
kebiasaan sosial pasien telah merokok sejak SMP hingga berhenti kira kira 3
bulan yang lalu (telah merokok selama 35 tahun). Selain itu pasien juga pernah
bekerja di pabrik furniture dan mengakui sering terpapar zat kimia aerosol.
Sebelum COVID19 pasien juga bekerja di warung kopi dan sering terpapar asap
rokok. Tidak ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
Anamnesa pasien dilakukan dengan mengidentifikasi keluhan. Keluhan
pasien mirip seperti gejala TB namun setelah ditanyakan pasien sempat dilakukan
TCM di puskesmas dan dinyatakan MTB negatif. Pasien lalu dirujuk ke poli TB
dan juga dinyatakan negatif MTB. Selanjutnya masalah nyeri dada kiri yang
memberat dan menjalar ke suprascapula juga mirip dengan angina pectoris.
Namun setelah dilakukan pemeriksaan pasien tidak memiliki riwayat hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi dalam batas normal namun
pada palpasi teraba trakea mengalami deviasi sedikit kekanan kira kira 5-10 ˚ hal
tersebut dicurigai sebagai adanya efek desak massa pada rongga thoraks. Pada
palpasi juga teraba pembesaran kelenjar getah bening yang dicurigai sebagai
adanya proses inflamasi yang sedang berlangsung. Pada pemeriksaan perkusi
didapatkan suara redup pada bagian suprascapula hal ini menguatkan kecurigaan
terhadap adanya massa padat didalam rongga thoraks. Pada auskultasi dada kanan
dan kiri pasien terdengar suara vesikuler. Kemudian untuk menyingkirkan
kecurigaan angina pectoris pasien dilakukan EKG namun hasil EKG tidak
menunjukkan kelainan pada jantung.Kemudian untuk mengetahui kecurigaan
terhadap masalah pada rongga thoraks maka dilakukan foto thoraks dan

16
ditemukan adanya konsolidasi inhomogen berbatas tegas pada lobus superior
sinistra kira kira setinggi ics 3 hingga ics 6 linea parasternal. Hal tersebut lalu
dikonfirmasi menggunakan USG dan ditemukan adanya konsolidasi pada
hemithoraks kiri. Selanjutnya dilakukan CT-Scan dengan hasil terdapat adanya
masa paru kiri segmen apical lobus superior sinistra. Sehingga menguatkan
diagnosa sementara yaitu tumor paru dengan diagnosa banding tumor
mediastinum. Selanjutnya dilakukan bronkoskopi untuk menilai adanya massa
disepanjang traktur respiratorius atau tidak dan mengambil massa tersebut untuk
dilakukan pemeriksaan sitologi. Saat ini hasil pemeriksaan sitologi belum dapat
diketahui. Namun hasil bronkoskopi menunjukkan massa paru belum dapat
disingkirkan dan disarankan untuk dilakukan biopsi. Untuk mengetahui jenis
tumor maka pasien selanjutnya dilakukan biopsi dengan metode Trans Thoracal
Needle Aspiration (TTNA) namun hasil pemeriksaan menyatakan negative for
malignancy. Belakangan pasien mengalami pembesaran kelenjar getah bening.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat dicurgai sebagai hasil metastasis dari
tumor paru. Sehingga pasien dilakukan Fine Needle Aspiration Biopsy pada leher
pasien (FNAB Coli). Untuk sementara hasil fnab belum dapat diketahui dan
pasien dilanjutkan dengan rawat jalan sembari menunggu hasil. Selanjutnya
Selama proses penegakkan diagnosa pasien diberikan sejumlah pengobatan yang
utamanya digunakan untuk mengatasi gejala klinis yang dirasakkan pasien. Pasien
diberikan Omeperazole 40mg/24 jam untuk mengatasi syndrom dispepsia yang
dikeluhkan berupa rasa nyeri ulu hati. Omeperazol merupakan golongan proton
pump inhibitor yang juga dapat melindungi dinding lambung dari toksisitas
pengobatan lainnya. Syndrom dyspepsia yang dirasakkan pasien diakibatkan
karena nafsu makan menurun akibatnya sekresi asam lambung meningkat. Untuk
mengatasi nafsu makan yang kurang selama perawatan maka diberikan curcuma
3x1. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri hebat yang menjalar ke ekstremitas
superior sinistra dan suprascapula sinistra sehingga diberikan obat yang berfungsi
sebagai anti nyeri diantaranya MST,tramadol dan duragesic serta ketorolac. Obat
tersebut dapat menyebabkan beban hati dan ginjal meningkat sehingga sebelum
dilakukan pengobatan tersebut maka dilakukan analisa fungsi hati dan ginjal
(SGOT/SGPT dan Ur/Cr). Untuk mengatasi demam yang hilang timbul pasien

17
juga diberikan paracetamol 4x2 tab. Untuk mengatasi peningkatan kadar leukosit
dalam darah maka diberikan antibiotik golongan cephalosporin yaitu ceftriaxon
1gr/12 jam.

18
BAB V
KESIMPULAN

1. Tumor (neoplasma) merupakan jaringan yang tumbuh secara tidak terkendali hal
ini disebabkan oleh adanya mutasi gen yang dipicu oleh zat karsinogenik.
2. Asap rokok merupakan zat karsinogenik. Paparan asap rokok dalam jumlah yang
banyak dan waktu yang lama akan menyebabkan inflamasi kronis saluran nafas
yang akan memicu mutasi gen.
3. Tumor paru merupakan penyebab utama kematian karena kanker. Karena itu,
harus diidentifikasi dan ditangani secara cepat dan tepat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, dkk. 2020. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Jakarta: EGC; Hal
598.

Alsagaff, dkk. 2015. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press. Hal: 162-179.

Alexander, M., Kim, S. Y. and Cheng, H. (2020) ‘Update 2020: Management of


Non-Small Cell Lung Cancer’, Lung, 198(6), pp. 897–907. doi: 10.1007/s00408-
020-00407-5.
Collins, L. G., Haines, C., Perkel, R., & Enck, R. E. (2007). Lung cancer:
Diagnosis and management. American Family Physician, 75(1), 56–63.

De Sousa, V. M. L., & Carvalho, L. (2018). Heterogeneity in Lung Cancer.


Pathobiology, 85(1–2), 96–107. https://doi.org/10.1159/000487440

Nooreldeen, R., & Bach, H. (2021). Current and future development in lung
cancer diagnosis. International Journal of Molecular Sciences, 22(16).
https://doi.org/10.3390/ijms22168661

Basumallik, N. and Agarwal, M., (2022). Small Cell Lung Cancer. [online]


Ncbi.nlm.nih.gov. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482458/ [Accessed 17 July 2022].

Bradley, S. H., Kennedy, M. P. T. and Neal, R. D. (2019) ‘Recognising Lung


Cancer in Primary Care’, Advances in Therapy, 36(1), pp. 19–30. doi:
10.1007/s12325-018-0843-5.

Bray, F. et al. (2018) ‘Global cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of


incidence and mortality worldwide for 36 cancers in 185 countries’, CA: A Cancer
Journal for Clinicians, 68(6), pp. 394–424. doi: 10.3322/caac.21492.

Duma, N., Santana-Davila, R. and Molina, J. R. (2019) ‘Non–Small Cell Lung


Cancer: Epidemiology, Screening, Diagnosis, and Treatment’, Mayo Clinic
Proceedings, 94(8), pp. 1623–1640. doi: 10.1016/j.mayocp.2019.01.013.

Lei, L. et al. (2021) ‘Spatial and temporal analysis of lung cancer in Shenzhen,
2008–2018’, International Journal of Environmental Research and Public Health,
18(1), pp. 1–13. doi: 10.3390/ijerph18010026.

Milette, S. et al. (2019) ‘The innate immune architecture of lung tumors and its
implication in disease progression’, Journal of Pathology, 247(5), pp. 589–605.
doi: 10.1002/path.5241.

Mottaghitalab, F. et al. (2019) ‘New insights into designing hybrid nanoparticles


for lung cancer: Diagnosis and treatment’, Journal of Controlled Release,
295(January), pp. 250–267. doi: 10.1016/j.jconrel.2019.01.009.

Pangribowo, S. (2019) ‘Beban Kanker di Indonesia’, Pusat Data Dan Informasi


Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, pp. 1–16.

Patel, A. (2020) ‘Benign vs Malignant Tumors’, JAMA Oncology, 6(9), p. 1488.


doi: 10.1001/jamaoncol.2020.2592.

Rejeki, M. and Pratiwi, E. N. (2020) ‘Diagnosis dan Prognosis Kanker Paru,


Probabilitas Metastasis dan Upaya Prevensinya’, Proceeding of The URECOL,
1(1), pp. 73–78.

Rudin, C. M. et al. (2021) ‘Small-cell lung cancer’, Nature Reviews Disease


Primers, 7(1). doi: 10.1038/s41572-020-00235-0.

Saltos, A., Shafique, M. and Chiappori, A. (2020) ‘Update on the Biology,


Management, and Treatment of Small Cell Lung Cancer (SCLC)’, Frontiers in
Oncology, 10(July), pp. 1–13. doi: 10.3389/fonc.2020.01074.

Sánchez-Ortega, M., Carrera, A. and Garrido, A., (2021). ‘Role of NRF2 in Lung
Cancer’. Cells, 10(8), p.1879.

Schabath, M. and Cote, M., (2019). ‘Cancer Progress and Priorities: Lung
Cancer’. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, 28(10), pp.1563-
1579.

Siddiqui, F., Vaqar, S. and Siddiqui, A., (2022). Lung Cancer. [online]


Ncbi.nlm.nih.gov. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482357/#_NBK482357_pubdet_
[Accessed 16 July 2022].

Thai, A. A. et al. (2021) ‘Lung cancer’, The Lancet, 398(10299), pp. 535–554.
doi: 10.1016/S0140-6736(21)00312-3.

Xing, P. Y. et al. (2019) ‘What are the clinical symptoms and physical signs for
non-small cell lung cancer before diagnosis is made? A nation-wide multicenter
10-year retrospective study in China’, Cancer Medicine, 8(8), pp. 4055–4069. doi:
10.1002/cam4.2256.

Anda mungkin juga menyukai