Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

PNEUMOTHORAKS

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen

Oleh:
Siratul Wahyuni, S. Ked
2106111052

Preseptor :
dr. Cut Diana Laili, Sp. P

BAGIAN/SMF ILMU PULMONOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
BIREUEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Pneumuthoraks ” sebagai salah
satu tugas dalam menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu
Pulmonologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireun
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih banyak
kepada dr. Cut Diana Laili, Sp. P sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di
bagian/KSM Ilmu Pulmonologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah
Bireuen.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak.

Bireuen, Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS..................................................................................3
2.1 Identitas Pasien..........................................................................................3
2.2 Anamnesis.................................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik......................................................................................5
2.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................6
2.5 Resume....................................................................................................10
2.6 Diagnosis.................................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................10
2.8 Prognosis.................................................................................................11
2.9 Follow up Pasien.....................................................................................11
BAB 3 ANALISA KASUS..................................................................................13
BAB 4 KESIMPULAN.......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Pneumotoraks merupakan keadaan dimana udara bebas terdapat dalam


rongga pleura. Udara bebas yang terdapat dalam rongga ini dapat menimbulkan
penekanan terhadap organ paru sehingga pengembangan organ paru menjadi
tidak maksimal. Pneumotoraks merupakan kasus gawat darurat napas yang
dapat mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan segera.(1).Pneumotoraks
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pneumotoraks spontan dan pneumotoraks
traumatik. Pneumotoraks spontan dapat bersifat primer dan sekunder yaitu ada
penyakit yang menyertai, sedangkan pada pneumotoraks primer tidak.
Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non
iatrogenik. Iatrogenik berkaitan dengan tindakan atau manuver diagnostik (2).
Johnston & Dovnarsky memperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar
antara 2,4 – 17,8 per 100.000 per tahun. Beberapa karakteristik pada
pneumotoraks antara lain laki-laki lebih sering daripada wanita (4:1), paling
sering pada usia 20-30 tahun. Angka kejadian Inggris laki-laki 24 per 100.000
penduduk dan perempuan 9,8 per 100.000 penduduk per tahun. Kasus
pneumotoraks lebih sering terjadi pada laki- laki dibandingkan perempuan.
Penelitian Khan dkk pada tahun 2009 di Pakistan kasus pneumotoraks laki-laki
63,58% dan perempuan 36,42%, sesuai penelitian didapatkan kasus
pneumotoraks laki-laki 64,10% dan perempuan 35,90% dengan rerata umur
49,13 tahun. Jumlah penumothorax di Indonesia berkisar antara 2,4-17,8 per
100.000 per tahun (3).
Angka kejadian pneumotoraks berhubungan dengan beberapa faktor
risiko seperti habitus pasien, polusi udara, perubahan tekanan atmosfer,
kebiasaan merokok, peningkatan luas tubuh yang cepat (ketidakseimbangan
penambahan berat dengan tinggi tubuh), dan juga faktor genetik (4). Terdapat
hubungan antara insiden pneumotoraks spontan dengan jenis kelamin, umur,
dan penyakit penyerta. Pneumotoraks juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari
penyakit pernapasan lain (2).

1
2

Dampak fisik yang dialami penderita pneumotoraks bervariasi sesuai


tingkat keperahan sistem pernapasan, ditandai dengan dispnea, sianosis,
takipnea berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada berasal dari paru-paru akibat
adanya udara pada rongga pleura (4). Selain dampak fisik, terdapat dampak
secara fisiologis yang dialami oleh penderita pneumothorax ialah kesulitan
bernapas karena paru paru mengalami kebocoran, penurunan curah jantung
akibat adanya penyumbatan, pergesar tulang mediatinum menekan jatung, paru
paru sehat serta kemampuan alveoli menurun sehingga terjadinya kolaps paru
(5).
3

BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. M
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mon Jambe , Bireun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Aceh
MRS Tanggal : 24 Maret 2023
Rekam Medik : 32 .49 .72
Ruang : Pineung (Ruang Paru)
2.2 Anamnesis
1. Keluhan utama : Batuk Berdahak
2. Keluhan tambahan : Batuk berdarah 3 hari yang lalu , nyeri dada, nafsu
makan berkurang, penurunan berat badan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS dr. Fauziah dengan keluhan batuk berdahak
berwana putih dengan konsistensi kental tanpa disertai darah. Batuk
berdahak sudah mulai dirasakan sejak ±3 bulan belakangan ini dan pasien
merasakan batuk semakin memberat sejak ±1 bulan terakhir . Awalnya
batuk kering lalu lama-kelamaan mulai berdahak. Pasien juga
mengeluhkan adanya demam naik turun yang dirasakan sejak ±1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan ia sering berkeringat
malam walaupun cuaca dingin dan tanpa beraktivitas. Pasien juga
mengeluhkan badannya sering terasa lemas dan nafsu makan berkurang
hal ini berdampak pada berat badannya yang menurun dengan berat badan
awal yaitu 40Kg menjadi 35 Kg sejak mengalami keluhan dalam jangka
4

waktu ±2 bulan ini. Keluhan lain seperti sesak, nyeri dada, mual muntah
disangkal oleh pasien. BAK dan BAB dalam batas normal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Pasien mengatakan adanya riwayat DM tipe 2,batuk darah 3 hari yang
lalu
b. Riwayat hipertensi disangkal
c. Riwayat alergi disangkal
d. Penggunaan OAT sebelumnya tidak ada

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien,riwayat hipertensi (-),dan alergi obat disangkal oleh pasien.

6. Riwayat Penggunaan Obat


Pasien konsumsi obat batuk dan yang dibeli dari apotek tanpa resep
dokter. Pasien juga mengosumsi obat pengontrol kadar gula darah yang
dibeli dari manteri namun tidak rutin, OAT (-).

7. Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, dan tinggal bersama suami
dan anaknya.

8. Riwayat Ekonomi Sosial


Pasien termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke bawah dimana ia
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pengobatan selama di RS ditanggung
oleh BPJS. Menurut keterangan pasien rumahnya terbuat dari papan
dengan lantai semen, terdapat 2 ruang kamar tidur dengan masing-masing
1 jendela yang tidak dapat dibuka. Pasien mengatakan pada siang hari
pintu rumahnya selalu terbuka sehingga sirkulasi udara rumahnya baik.
5

2.3 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : Composmentis / E4M6V5
Tekanan darah : 98/56 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/menit, reguler
Frekuensi nafas : 25 x/menit
Suhu tubuh (aksila) : 36,6 C̊
SpO2 : 98 %
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 15,98 kg/m2

Status Generalis
1 Kulit
Warna Sawo matang
Turgor Cepat kembali, suhu raba hangat
Ikterus (-)
Oedema (-)
Anemia (+)
Pigmen Tidak terdapat hipopigmentasi ataupun hiperpigmentasi
2 Kepala
Rambut Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
distribusi merata
Wajah Simetris, deformitas (-)
Mata Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-
/-), palpebra normal, gerakan bola mata normal, pupil bulat,
isokor (+/+), diameter 2mm/2mm, RCL/RCTL
(+/+)
Telinga Bentuk normal (eutrofilia), discharge (-/-), secret (-/-),
darah (-/-)
Hidung Sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum nasi (-/-)
Mulut Lidah normoglosia, tidak kotor, tidak tremor, mukosa mulut
tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, arcus faring
simetris, uvula ditengah
3 Leher
Inspeksi Simetris, kelenjar tiroid tidak membesar, trakea ditengah
Palpasi Distensi vena jugularis (-)
6

4 Thorax
Paru
Inspeksi Bentuk dada normal, gerak dada simetris kanan dan kiri
saat statis dan dinamis, pergerakan dada sama, tidak ada
retraksi
Palpasi Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-), massa (-), taktil
fremitus kanan = kiri, ekspansi dada simetris
Perkusi Hipersonor kedua lapang paru
Auskultasi Vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V2 jari medial
linea midklavikula sinistra
Perkusi Batas atas jantung di ICS II, kanan di ICS V LPSD, kiri di
ICS V dua jari medial dari LMCS, batas pinggang di ICS III
LPSS
Auskultasi BJ I/II normal, bising jantung (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Simetris, distensi (-)
Palpasi Defans muscular (-), nyeri tekan (+)
Hepar Tidak teraba
Lien Tidak teraba
Ballotement (-)
Perkusi Timpani seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
Auskultasi Peristaltik usus normal
6 Genetalia Tidak dilakukan pemeriksaan
7 Ekstremitas Akral hangat,edema tungkai (-/-), sianosis (-/-),
kelemahan anggota gerak (-/-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 Pemeriksaan laboratorium
Nomor lab : 2303002751
Tanggal Pemeriksaan : 24 Maret 2023
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Eritrosit 3,53 Juta/uL 4,2-5,4
Leukosit 10,53 Ribu/uL 4-10,3
Hemoglobin 8,9 g/dl 12-16
Trombosit 237 Ribu/uL 150-450
Hematokrit 28,7 % 37-47
7

MCV 81,3 fL 82-95


MCH 25,1 Pg 27-31,0
MCHC 30,9 g/dl 32-36
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Basophil 0 % 0-1,7
Eosinophil 1 % 1-2
Nitrofil Segmen 76 % 40-70
Limfosit 15 % 20-40
Monosit 8 % 0-6
KIMIA DARAH
FUNGSI GINJAL
Ureum 33 mg/dl <50
Kreatinin 0.6 mg/dl 0,6-1,1
GLUKOSA DARAH
Glukosa Sewaktu 453 mg/dl <180
ELEKTROLIT
Kalium (K) 3,50 mmol/L 3,48-5,50
Natrium (Na) 130,0 mmol/L 135,37-145
Klorida (Cl) 90,0 mmol/L 96-106

Nomor lab : 2303002874


Tanggal Pemeriksaan : 25 Maret 2023
HEMATOLOGI
Laju Endap Darah 120 mm/jam P : 0-20
KIMIA KLINIK
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Puasa 225 mg/dl 70-115
Glukosa 2 Jam PP 250 mg/dl <140
FUNGSI GINJAL
Asam Urat 4,6 mg/dl 2,4-5,7
HEMATOLOGI
Eritrosit 3,30 Juta/dl 4.20-5.40
Hemoglobin 8,2 g/dl 11-16,5
Leukosit 7,31 Ribu/ul 4-10,3
Trombosit 274 Ribu/ul 150-450
Hematokrit 27,0 % 37-51
Mcv 81.6 fl 82-95
LEMAK
Kolestrol 138 mg/dl <200
Trigliserida 107 mg/dl <150
8

HDL Kolestrol 19,6 mg/dl 30-75


LDL Kolestrol 97,0 mg/dl <100

2.4.2 Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan pada tanggal 24/03/2023


2.4.3 Foto thorax PA (24/03/2023)

Identitas : Jelas
Marker : Jelas
9

Posisi : AP
Penilaian
a. Airway
- Tak tampak deviasi trakea
- Tampak infiltrat spesifik pada kedua lapang paru, tampak fibrosis
pada kedua lapang paru, tampak konsolidasi pada apex pulmo sinistra.
b. Bone
- Tulang costae, clavicula dan scapula intak
- Tidak ada fraktur dan dislokasi
c. Cardiac : Besar dan ukuran jantung kesan normal, CTR <0,5
d. Diaphragm : Permukaan diafragma kanan dan kiri licin
e. Edge : Sinus costophrenicus kanan dan kiri lancip
Kesan : TB paru

2.4.4 Foto Thoraks AP Lateral (26/03/2023)

Identitas : Jelas
Marker : Jelas
10

Posisi : AP
Penilaian
a. Airway
- Tak tampak deviasi trakea
- Tampak infiltrat spesifik pada kedua lapang paru, tampak fibrosis
pada kedua lapang paru, tampak konsolidasi pada apex pulmo sinistra.
b. Bone
- Tulang costae, clavicula dan scapula intak
- Tidak ada fraktur dan dislokasi
c. Cardiac : Besar dan ukuran jantung kesan normal, CTR <0,5
d. Diaphragm : Permukaan diafragma kanan dan kiri licin
e. Edge : Sinus costophrenicus kanan dan kiri lancip
Kesan : TB paru

2.5 Resume
Pasien datang ke IGD RS dr. Fauziah dengan keluhan batuk berdahak
berwana hijau dengan konsistensi kental tanpa disertai darah sejak ±3 bulan yang
lalu dan memberat 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan demam naik turun,
keringat malam, lemas, nafsu makan menurun disertai penurunan berat badan.
Riwayat DM (+) sejak 5 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya belum pernah
mengosumsi obat paket TB. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 92 x/m regular, frekuensi
pernapasan 20x/menit, suhu 36,6°C. Suara paru vesikuler (+/+) dan didapatkan
suara tambahan rhonki (+/+). Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap
didapatkan HB 8,9 g/dl, KGDS 250 mg/dl, LED 120 mm/jam, Albumin 2,8 gr/dl.
Pada pemeriksaan foto thoraks tampak infiltrat pada kedua lapang paru, tampak
konsolidasi pada apex pulmo sinistra dan perihilar pulmo dextra. Pada
pemeriksaan TCM didapatkan M.tuberculosis detected medium.

2.6 Diagnosis
 Diagnosis banding : 1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia
11

3. Bronkiektasis
 Diagnosis kerja : 1. Tuberkulosis Paru Kasus Baru + Anemia
2. DM tipe 2

2.7 Penatalaksanaan
Non Farmakologis
- Istirahat cukup
- Diet cukup
Farmakologis
- O2 Nasal canul 2-4 L/menit
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
- Inf. Plasbumin 1 fls / Hari
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Lansoprazole 1 vial/12 jam
- Inj. Kalnex 1 amp /12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
- Drip. Levofloxacin 750mg/hari
- Codein 10 mg 2x1 tab
- Curcuma 2x1 tab
- Asam folat 2x1 tab
- Metformin 3x500 mg
- Glimipiride 1x1 tab
2.8 Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

2.9 Follow up Pasien


Tanggal SOAP Terapi
12

24/3/2023 S: Batuk berdahak (+), lemas (+), - O2 Nasal canul 2-4 L / Menit
(H+1) sesak nafas (+), berkeringat malam
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
hari (+).
O: - Inf. Plasbumin 1 fls / Hari
TD = 110/70mmHg
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 j
HR = 90 x/i, RR = 25 x/i
Temp = 36,9°C SpO2= 96% - Inj. Lansoprazole 1 vial/12
Sp = Vesikuler (+/+)
jam
St = Rhonki (-/-)
Lab: - Inj. Kalnex 1 amp /12 jam
Hb = 8,9 g/dl
- Codein 10 mg 2x1 tab
KGD puasa = 163 mg/dl
- Curcuma 2x1 tab
A: Pneunomothoraks spontan
- Asam folat 2x1 tab
sekunder (D) E.C Tb Paru

P:
- Konsul Bedah
- Pemasangan WSD
- Cek Tcm Sputum

25/3/2023 S: Batuk (+), lemas (+), mual (+) - O2 Nasal canul 2-4 L / Menit
(H+2) muntah (-), sesak nafas (+),sulit
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
tidur (+)
- Inf. Plasbumin 1 fls / Hari
O:
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
TD = 111/63 mmHg
HR = 107 x/i, RR = 26 x/i - Inj. Lansoprazole 1 vial/12 j
Temp = 36,7°C SpO2= 80%
- Inj. Kalnex 1 amp /12 jam
Sp = Vesikuler (+/+)
St = Rhonki (+/+) - Inj. Ketorolac 1 Amp / 8 j
- Codein 10 mg 2x1 tab
A: Pneunomothoraks spontan - Curcuma 2x1 tab
sekunder (D) E.C Tb Paru
- Asam folat 2x1 tab

P: Cek darah rutin ulang


26/3/2023 S: Batuk berdahak (+), lemas - O2 Nasal canul 2-4 L / Menit
(H+3) (+),sesak nafas (+),nyeri dada (-).
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
O:
TD = 135/70mmHg - Inf. Plasbumin 1 fls / Hari
HR = 103 x/i, RR = 25 x/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Temp = 36,7°C SpO2= 88%
Sp = Vesikuler (+/+) - Inj. Lansoprazole 1 vial/12 j
St = Rhonki (+/+)
13

Lab: - Inj. Kalnex 1 amp /12 jam


Hb = 11,6 g/dl
- Inj. Ketorolac 1 Amp / 8 j
KGDS : 376 mg/dl
- Codein 10 mg 2x1 tab
A: Pneunomothoraks spontan
- Curcuma 2x1 tab
sekunder (D) E.C Tb Paru
- Asam folat 2x1 tab
P: konsul dr. Sp.PD via wa
- Salbutamol 2mg ½ ektra
Jam 3.20 Konsul DPJP - Metformin 3x500mg
KU: Lemah
- Glimepiride 1x1(p)
Pasien sesak berat
TD: 95/60 mmHg
HR: 135x/i
Spo2: 63% dengan sungkup
T: 36,6

Jam 18.30 ( dokter umum)


Pasien penurunan kesadaran, spo2
tidak terbaca,nadi tidak
teraba ,Tdtidak terbaca, pupil
dilatasi maksimal, akral dingin
pasien dinyatakan meniggal
dihadapan dokter dan perawat.

26/3/2023 S: Batuk berdahak (+), lemas -IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/I


(H+3) berkurang, perut kembung (+) -Inj. Ceftriaxone 1gr/12 j
O: -Inj. Omeprazole 40 mg vial/24 j
TD = 120/80mmHg - N. Acetyl 200mg 3x1tab
Jam 3.20 HR = 100 x/i, RR = 21 x/i - Metformin 3x500mg
Temp = 36,7°C SpO2= 99% - Glimepiride 1x1 tab
Sp = Vesikuler (+/+) -Asam folat 2x1
St = Rhonki (+/+) -Pro TB 4 1x2 tab

A: TB paru kasus baru -

P: Rencana PBJ
19 Juni S: Batuk berdahak (+) berkurang, -Pro TB 4 1x2 tab
2022 lemas berkurang, nafsu makan ↑ -N. Acetyl 200mg 3x1 tab
(H+5) O: -Omeprazole 20mg 2x1 tab
TD = 120/80 mmHg -Metformin 500mg 3x1tab
HR = 95 x/i, RR = 21 x/i -Serbion 1x1tab
Temp = 36,7°C SpO2= 99% -Asam folat 2x1tab
Sp = Vesikuler (+/+)
14

St = Rhonki (+/+)

A: TB paru kasus baru

P: PBJ
BAB 3
ANALISA KASUS

Pasien Ny. N berusia 50 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Fauziah dengan keluhan batuk berdahak yang dirasakan sejak ±3 bulan yang
lalu. Batuk berdahak ini berwana hijau dengan konsistensi kental tanpa disertai
darah. Pasien juga mengeluhkan adanya demam, keringat malam, lemas, nafsu
makan berkurang dan penurunan berat badan.
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis spesifik. Bakteri ini
masuk ke jaringan paru melalui udara (airbone infection) dan menyebar melalui
droplet yang telah terinfeksi basil tuberkulosis (8). Indonesia adalah satu dari
delapan negara yang menyumbang dua pertiga dari total global yaitu sebesar 8.5%
dengan jumlah penderita yang diperkirakan 56% terjadi pada laki-laki, 32% pada
perempuan dan 12% terjadi pada anak-anak dibawah 15 tahun. Kasus tuberkulosis
paling berisiko pada usia diatas 65 tahun dan lebih dari 65% tuberculosis terjadi
pada rentang usia produktif yaitu 15-49 tahun, dikarenakan pada usia produktif
cenderung memiliki mobilitas dan aktivitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehingga masih aktif untuk bekerja dan melakukan aktivitas di luar.
Sedangkan pada kasus ini pasien berusia 50 tahun, merupakan usia yang berisiko,
hal tersebut berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun pada lansia
sehingga sangat rentan terhadap penyakit terutama infeksi tuberkulosis (9).
Menurut keterangan pasien, rumahnya terbuat dari papan dengan lantai
semen, terdapat 2 ruang kamar tidur dengan masing-masing 1 jendela yang tidak
dapat dibuka. Kondisi rumah dan keadaan lingkungan tempat tinggal jika tidak
sesuai dan tidak memenuhi syarat kesehatan dapat meningkatkan faktor risiko
penularan berbagai macam penyakit. Kondisi dinding rumah yang tidak kedap air
dan ventilasi yang kurang maka akan memudahkan bakteri berkembang di dalam
rumah (10).
Pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak ±3 bulan yang lalu. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada trakeobronkial. Batuk merupakan mekanisme
16

pertahanan untuk membersihkan saluran udara saat mukosiliar tidak efektif karena
meningkatnya sekresi lendir, radang, infeksi atau disfungsi silia. Sistem dalam
tubuh akan berespon melalui proses inflamasi sehingga akan terjadi penumpukan
eksudat. Tumpukan eksudat akan tertahan dan terkadang susah untuk dikeluarkan
dalam bentuk sputum. Sehingga batuk ini dibutuhkan untuk membuang hasil
produk inflamasi. Sifat batuk dimulai dari batu kering (non produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) hal ini
terjadi lebih dari 3 minggu, namun pada keadaan tertentu dapat terjadinya batuk
darah (hemoptoe) hal ini disebabkan oleh adanya pembuluh darah yang pecah.
Pasien mengeluhkan adanya demam, keringat di malam hari, kurang nafsu
makan dan adanya penurunan berat badan. Gejala ini merupakan gejala sistemik
dari penderita tuberkulosis paru. Pasien juga mengalami gejala sistemik yang
berhubungan dengan gejala sistemik tuberkulosis yaitu demam, keringat malam
dan penurunan berat badan. M.tuberculosis rentan terhadap penyinaran ultraviolet.
Hal ini dapat berkaitan dengan aktivitas bakteri ini di dalam tubuh, pada saat
malam hari bakteri ini akan menjadi lebih aktif dan menimbulkan respon tubuh
yang merangsang sistem imun. Sehingga terbentuk zat endogen pirogen yang
memacu produksi prostaglandin. Prostaglandin dapat mempengaruhi set point
suhu tubuh di hipothalamus. Hal ini akhirnya menyebabkan peningkatan suhu
badan serta peningkatan metabolisme tubuh dan menimbulkan respon tubuh untuk
menurunkan suhu agar tubuh kembali normal dengan cara mengeluarkan keringat
(evaporasi), seperti pada kasus ini pasien mengeluhkan keringat di malam hari.
Saat terjadinya peningkatan metabolisme tubuh berlangsung akan terjadi
pemecahan cadangan makanan dalam tubuh seperti glikogen, lipid dan protein,
yang akan mengurangi berat dari tubuh penderita TB (11).
Selain itu pada penderita tuberkulosis dikaitkan dengan konsentrasi leptin
di serum rendah. Leptin merupakan salah satu mediator utama nutrisi dan
imunitas. Ketika muncul gangguan terhadap leptin, maka akan terjadi gangguan
makan yang memungkinkan terjadinya keadaan penurunan status nutrisi, oleh
sebab itu dijumpai pada pasien ini dengan nafsu makan yang berkurang sehingga
terjadinya penurunan berat badan (12).
17

Pada tuberculosis paru kelainan yang dijumpai tergantung luas organ yang
terlibat. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak/sulit
sekali menemukan kelainan, kelainan yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik
antara lain suara nafas bronchial, amforik, suara nafas melemah, ronkhi basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pada pasien ini, pada
auskultasi paru dijumpai adanya suara tambahan berupa ronkhi pada kedua lapang
paru. Ronkhi terjadi karena adanya penyempitan saluran napas oleh lendir atau
eksudat sehingga aliran udara saat melewati saluran napas menjadi sempit (13).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini yaitu laboratorium,
rongten thorax AP dan TCM. Pemeriksaan laboratorium dijumpai adanya
penurunan pada hematokrit dan hemoglobin serta peningkatan LED yang
menandakan adanya proses inflamasi kronik. Anemia berhubungan dengan
supresi sumsum tulang, defisiensi nutrisi, sindrom malabsopsi dan kegagalan
pemanfaatan besi. Supresi eritropoesis oleh mediator inflamasi merupakan
patogenesis tersering dari anemia pada tuberculosis. Anemia yang disebabkan
oleh inflamasi kronik seperti TB mempunyai karakteristik berupa terganggunya
homeostasis zat besi dengan adanya peningkatan ambilan dan retensi besi pada
sistem retikuloendotelial (14). Peningkatan kadar glukosa darah pada pasien, hal
ini didukung dengan penyataan pasien yang memiliki riwayat DM sejak 5 tahun
yang lalu. Sebanyak sepuluh negara dengan pravalensi diabetes tertinggi di dunia,
enam diantaranya diklasifikasikan sebagai angka tinggi terjadinya TB oleh WHO
yang artinya diabetes mellitus berkontribusi 80% untuk terjadinya kasus
tuberkulosis hal ini dikaitkan dengan gangguan pada sistem imunitas tubuh (15).
Gambaran foto thorax menunjukan adanya infiltrat luas dikedua lapang
paru, disertai adanya konsolidasi pada apex pulmo sinistra. Pemeriksaan sputum
dengan TCM dijumpai MTB detected medium, Rifamicin resistance not detected
sehingga pasien dikategorikan sebagai positif TB sensitive obat. Pasien diketahui
sebelumnya belum pernah mendapatkan pengobatan OAT sehingga dikategorikan
sebagai kasus baru.
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan. Obat anti tuberculosis (OAT) diberikan
18

dalam bentuk kombinasi, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai kategori
pengobatan, dan diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan.
Panduan OAT untuk TB Sensitif Obat (TB SO) adalah 2RHZE/4RH, yaitu
selama 2 bulan pada tahap intensif diberikan Rifampisin (R), Isoniazid (H),
Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) dan dilanjutkan dengan 4 bulan tahap lanjutan
yaitu Rifampisin (R) dan Isoniazid (H). Untuk menunjang kepatuhan minum obat,
panduan OAT dikombinasikan dalam obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT), yaitu
sebagai berikut : (16).
Tabel 1. Tabel dosis obat KDT
Fase Intensif Fase Lanjutan
BB Setiap hari selama 8 minggu Setiap hari selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275) RH (150/75)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet KDT
≥55 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet KDT

Pada Pasien ini dengan BB 35kg sehingga diberikan OAT 2 tablet 4KDT.
Pasien juga diberikan tatalaksana suportif lain berupa cairan Nacl 0,9%
merupakan cairan kristaloid untuk rehidrasi. Pemberian injeksi intravena
ceftriaxone merupakan antibiotik beta laktam golongan sefalosporin generasi
ketiga yang memiliki efek bakterisidal. Omeprazole merupakan obat golongan
proton pomp inhibitor (PPI) yang diberikan untuk mengatasi keluhan pada perut
pasien. Obat oral yang didapatkan pasien N.Acetyl sistein 200mg sebagai
mukolitik untuk mengatasi keluhan batuk berdahak, metformin 500mg untuk
mengontrol kadar gula darah, dan pasien juga diberikan serbion sebagi
multivitamin.
BAB 4
KESIMPULAN

Telah dilaporkan Ny. N jenis kelamin perempuan usia 50 tahun masuk


rumah sakit pada tanggal 14 Maret 2023 dengan keluhan batuk berdahak tanpa
disertai darah sejak ±3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam,
keringat malam, lemas, nafsu makan berkurang, dan penurunan berat badan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa kesadaran composmentis, tekanan darah
130/70 mmHg, nadi 92 x/m regular, frekuensi pernapasan 20x/menit, suhu
37,6°C, suara paru vesikuler (+/+) dan suara paru tambahan rhonki (+/+) dan
wheezing (-/-). Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan tampak kedua apex
pulmo terdapat infiltrat, tampak konsolidasi pada apex pulmo sinistra dan perihilar
pulmo dextra. Pada pemeriksaan TCM didapatkan Myocobacterium tuberculosis
detected medium dan rifampisin sensitive. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien didiagnosis dengan TB Paru kasus
baru. Pasien telah diberikan terapi suportif dan OAT untuk memperbaiki keadaan
umum dan terapi definitif.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Tuberculosis. 2020;


2. Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
2019. 2020;
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional
Riskesdas 2018. 2018;198.
4. Bahar A. Amin Z. Respirologi. In: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta
Pusat: Interna Publishing; 2015. p. 863–869.
5. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2020. 1–156 p.
6. Yuen CM. Amanullah F. Dharmadhikari A. Nardell EA. Seddon JA.
Vasilyeva I. et al. Turning off The Tap : Stopping Tuberculosis
Transmission Through Active Case- Finding and Prompt Effective
Treatment. Lancet. 2015;6736((15)):1–10.
7. Nurjana MA. Faktor Resiko Terjadinya Tuberculosis Paru Usia Produktif
(15- 19 Tahun) di Indonesia. Media Litbangkes. 2015;25((3)):165–70.
8. Bahar A AZ. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. VI. Jakarta Pusat: : Interna
Publishing; 2015. 863–869 p.
9. Andayani S, Astuti Y. Prediksi Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan Usia Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020. Indones J
Heal Sci. 2017;1(2):29.
10. Kenedyanti E, Sulistyorini L. Analysis of Mycobacterium tuberculosis and
Physical Condition of The House with Incidence Pulmonary Tuberculosis.
J Berk Epidemiol. 2017;5(2):152.
11. Asdie A. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC;
2015.
12. Denisica S. Malnutrisi dan Anemia Pada Penderita Tuberkulosis Paru
Malnutrition and Anemia in Tuberculosis Patient. Majority. 2015;4(8):29–
36.
13. Dept. Pulmonologi. Buku Ajar Respirasi. Edisi 1. Medan : Fak. Kedokteran
USU; 2017.
14. Denisica S. Malnutrisi dan Anemia pada Penderita Tuberkulosis Paru. J.

20
Majority. 2015:4(5):29-35 p.
15. Jacobs S, Leonard J, Yager I. Diabetes and tuberculosis. J Med Assoc Ga.
1953;42(12):519–22.
16. PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.
Edisi III. Jakarta: PDPI 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai