Disusun Oleh:
dr. Dorratun Rezky
Pembimbing:
dr. Suwandi, Sp.A
Pendamping :
dr. Martha Andriani
Wahana:
Rumah Sakit Bukit Asam Medika Tanjung Enim
LAPORAN KASUS
Bronkopneumonia
Oleh:
dr. Dorratun Rezky
Portofolio ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Program Internsip Dokter Indonesia di wahana Rumah Sakit Bukit Asam Medika
periode 12 Mei 2022 – 13 November 2022.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Bronkopneumonia”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu borang laporan
kasus Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah Sakit Bukit Asam Medika
Tanjung Enim.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
Martha Andriani selaku dokter pembimbing laporan dan dokter pendamping
Program Internsip Dokter Indonesia di RS Bukit Asam Medika Tanjung Enim
yang telah membantu dalam penyelesaiannya.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
oleh karena itu, penulis mengharapkan bantuan dari dokter pembimbing dan
teman sejawat untuk memberi saran dan kritik yang membangun. Akhir kata,
semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
PENDAHULUAN
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus
sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi,
biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang
sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi
pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun.1
Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit pada anak di bawah umur 2 tahun.
Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun,
sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih
dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara berkembang.2
Bronkopneumonia merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai
kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal ini disebakan oleh munculnya organisme nosokomial
yang resisten terhadap antibiotik. Adanya organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang semakin memperluas spektrum dan derajat
kemungkinan terjadinya bronkopneumonia.3
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita bronkopneumonia
berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma
pada paru, anastesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.3
1
BORANG PORTOFOLIO
Nama Peserta :
Topik : BRONKOPNEUMONIA
Obyektif Presentasi :
Deskripsi :
Keluhan Utama :
Os datang dibawa orangtua nya dengan keluhan sesak napas
Keluhan Tambahan:
Batuk berdahak, demam, tidak nafsu makan
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Os datang dengan sesak napas hebat sejak 1 hari smrs, dan memberat sejak 6 jam smrs.
Sesak napas yang dialami terus menerus yang tidak dipengaruhi oleh cuaca, posisi dan
aktivitas.
Keluhan ini disertai batuk berdahak sejak 1 minggu smrs , ibu mengatakan dahak sulit
dikeluarkan. Keluhan lainnya ada demam yang naik turun sejak 2 hari smrs. os sudah pernah
mengalami keluhan yang sama. Ibu hanya memberikan obat paracetamol dan belum pernah
2
pergi berobat. Keluhan BAB dan BAK normal.
Tujuan : Penegakan diagnosis dan tatalaksana yang sesuai. Mengumpulkan referensi
ilmiah untuk menghadapi kasus yang didapatkan. Menyelesaikan kasus yang dihadapi dengan
solusi yang terbaik
Bahan
Tinjauan Pustaka O Riset Kasus O Audit
Bahasan
Cara
Presentasi dan Diskusi O Diskusi O Email O Pos
Membahas
3
Tanggal : 26 Juni 2021
BB : 2800 gram
PB : ibu lupa
Riwayat ibu demam saat hamil (-), riwayat KPSW (-), riwayat ketuban hijau dan
berbau(-),riwayat penyakit lain pada ibu saat hamil(-)
6. Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
Umur Umur Umur Umur
BCG 1 bulan
DPT 1 2 bulan DPT 2 3 bulan DPT 3 4 bulan
HEP B 1 2 bulan HEP B 2 3 bulan HEP B 3 4 bulan
Hib 1 2 bulan Hib 2 3 bulan Hib 3 4 bulan
POLIO 1 1 bulan POLIO 2 2 bulan POLIO 3 3 bulan POLIO 4 4 bulan
Campak 9 bulan
KESAN : Riwayat imunisasi dasar sampai usia saat ini lengkap
7. Riwayat Nutrisi
ASI ekslusif : 0-6 bulan, frekuensi
Susu formula : tidak diberikan
Kesan : secara kualitatif dan kuantitatif gizi seimbang
8. Riwayat Perkembangan
Berbalik : 3 bulan
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 13 bulan
Berbicara : belum bisa
Kesan : Perkembangan dalam batas normal
9. Riwayat Pertumbuhan
4
BB/U : 0 SD sampai dengan <2 SD gizi normal
BB : 11 kg
5
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Bronkopneumonia
2. Penatalaksanaan Bronkopneumonia
3. Edukasi pada pasien Bronkopneumonia
Antropometri
6
Berat Badan : 11 kg
Status Antropometri
Status Generalis
Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris,
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : mata cekung -/-, pupil bulat isokor Ø3mm, reflek cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (+/+), sklera ikterik (-)
Hidung : Bentuk biasa, epistaksis (-), sekret (-), napas cuping hidung (+/+)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (+/+ ), sianosis (-)
Leher
Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi (+/+) intercostalis
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler meningkat, ronki basah halus nyaring(+/+), wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR: 160 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Abdomen
Abdomen datar, simetris, bu + normal, turgor kulit normal
Ekstremitas
Akral hangat, sianosis (-), edema (-), Capillary refill time < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
HEMATOLOGI LENGKAP (30 juli2022)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 7,7 g/dl 10,5 – 12,9 g/dl
Hematokrit 25% 32 - 46 %
Jumlah eritrosit 3,21 x 106 3.70-5.20 x 106
MCV 78% fl 70 – 86
MCH 24 % pg 24 - 32
MCHC 31 % g/L 30 - 36
Leukosit 20 x 103 / ul 6 – 17.5 x 103 / ul
Trombosit 417 x 103 / ul 217 – 497 x 103 / ul
Hitung jenis lekosit
Basophil 0,1 0–1
Eosinofil 0,4 2–4
Neutrofil 78,3 30 – 40
Limfosit 14,5 40 – 60
Monosit 6,7 2-6
Glukosa Sewaktu 210 70 - 115
Elektrolit
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Kalium darah 4,67 mmol/L 3,50 – 5,50
Natrium Darah 135 mmol/L 135 - 145
Klorida darah 100 98 - 108
ASSESSMENT
Pada kasus ini, Os datang dibwa orangtuanya dengan sesak napas hebat sejak 1
hari smrs, dan memberat sejak 6 jam smrs. Sesak napas yang dialami terus menerus yang
tidak dipengaruhi oleh cuaca, posisi dan aktivitas.
8
Keluhan ini disertai batuk berdahak sejak 1 minggu smrs , ibu mengatakan dahak
sulit dikeluarkan. Keluhan lainnya ada demam yang naik turun sejak 2 hari smrs. os sudah
pernah mengalami keluhan yang sama. Ibu hanya memberikan obat paracetamol dan
belum pernah pergi berobat. Keluhan BAB dan BAK normal..
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum os tampak sakit berat, tampak
sesak hebat dengan GCS E4V6M5. Dengan konjungtiva anemis, napas cuping hidung,
retraksi intercostalis, vesikuler meningkat, ronki basah halus nyaring. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang didapatkan, diagnosis pada pasien ini adalah bronkopneumonia
berat dengan sepsis
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya hemoglobin turun, hematokrit turun,
eritrosit turun, leukosit meningkat yang menandakan adanya infeksi bakteri
Penatalaksanaan kasus tersebut berupa oksigen 10 LPM NRS, IVFD KAEN 3B gtt
20x/m mikro untuk maintenance, antibiotic selektif berupa Drip ceftriaxone 1100 mg dalam
D5 100 cc 2x1 untuk mengatasi infeksi bakteri, inf. Parectamol 3 x 7 cc untuk mengatsai
demam, Nebu Ventoling 2x1 dan inj. Dexametsasone 3 x ½ amp untuk mengurangi sesak
napas.
PLANNING
1. Diagnosis : Bronkopneumonia
2. Rencana Tindakan: IVFD KAEN 3B gtt 20x/m mikro serta oksigen 10 LPM NRS
3. Medikamentosa:
oksigen 10 LPM NRM,
IVFD KAEN 3B gtt 20x/m mikro
Drip ceftriaxone 1100 mg dalam D5 100 cc 2x1
inf. Parectamol 3 x 7 cc
Nebu Ventolin 2x1
inj. Dexametsasone 3 x ½ amp.
4. Non-medikamentosa
Observasi tandal vital
9
5. Edukasi: Informed consent pasien, mengedukasi pasien tentang penyakit
bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus
sampai dengan alveolus paru, lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi. Dengan
gejala demam, batuk, kesulitan bernafas, terlihat adanya retraksi interkostal, nyeri dada,
penurunan bunyi nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis, batuk kering kemudian
berlanjut ke batuk produktif dengan adanya ronkhi basah, frekuensi nafas meningkat.
Untuk pencegahan sebaiknya dilakukan dengan pola hidup sehat, makan-makanan yang
bergizi, hindari paparan asap rokok, vaksinasi.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bronkopneumonia
3.1.1. Definisi
Pneumonia adalah radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya.
Pneumonia adalah manifestasi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang paling berat
karena dapat menyebabkan kematian. Penyebab pneumonia adalah berbagai macam
virus, bakteri atau jamur. Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah
penumokokus (Streptococcus pneumonia), HiB (Haemophilus influenza type b), dan
stafilokokus (Staphylococcus aureus). Virus penyebab pneumonia sangat banyak,
misalnya rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV) atau virus influenza. Virus
campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.4.
3.1.2. Epidemiologi
Pada 2015, WHO melaporkan hampir 6 juta anak balita meninggal dunia, 16
persen dari jumlah tersebut disebabkan pneumonia. Berdasarkan data Badan PBB untuk
Anak – Anak (Unicef), pada 2015 terdapat kurang lebih 14 persen dari 147.000 anak
dibawah 5 tahun di Indonesia meninggal karena pneumonia.4
Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia hampir 30%
pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi, sedangkan
10
di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit pada anak di
bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun di negara maju adalah 2-4
kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun.
Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara
berkembang.2
3.1.3. Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan bronkopneumonia diantaranya adalah:
1. Pneumonia oleh Bakteri
Berdasarkan studi mikrobiologik penyebab utama pneumonia anak balita
adalah Streptococcus pneumoniae/ pneumococcus (30-50%) dan Hemophilus
influenzae type b/ Hib (10-30%), diikuti Staphylococcus aureus dan Klebsiela
pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti Mycoplasma pneumonia,
Chlamydia spp, pseudomonas spp, escherichia coli. Pneumonia pada neonatus
banyak disebabkan bakteri gram negatif seperti klebsiella spp dan bakteri gram
positif seperti S. Pneumoniae, S. Aureus.
2. Pneumonia oleh Virus
Penyebab pneumonia karena virus disebabkan respiratory syncytial virus
(RSV), diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human metapneumovirus dan
adenovirus.
3. Pneumonia Jenis Lain
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh bahan-bahan lain misal bahan
kimia (aspirasi makan/susu atau keracunan hidrokarbon pada minyak tanah atau
bensin).5
4. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan angka kejadian dan derajat pneumonia
adalah defek anatomi bawaan, imunodefisiensi, polusi, GERD, aspirasi, gizi buruk,
berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI, imunisasi tidak lengkap, terdapat
anggota keluarga serumah yang menderita batuk dan kamar tidur yang terlalu
padat.6
11
3.1.4. Patogenesis
Sebagian besar pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman
atau penyebaran langsung kuman dari saluran respiratorik atas. Hanya sebagian
kecil merupakan akibat sekunder dari viremia / bakteremia atau penyebaran dari
infeksi intraabdomen. Dalam keadaan normal saluran respiratorik bawah mulai
dari sublaring hingga unit terminal dalam keadaan steril. Paru terlindung dari
infeksi dengan beberapa mekanisme:6
- filtrasi partikel di hidung
- pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis
- ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
- pembersihan ke arah kranial oleh selimut mukosilier
- fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
- netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
- drainase melalui sistem limfatik
Pneumonia terjadi jika satu atau lebih mekanisme di atas mengalami gangguan.
3.1.5. Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti ( community – acquired pneumonia ) :
pneumonia yang didapat di masyarakat dan sering disebabkan
oleh kokus Gram positif ( Pneumokokus, Staphylococcus ), basil
Gram negatif ( Haemophillus influenzae ), dan bakteri atipik.
b. Pneumonia nosokomial ( hospital – acquired pneumonia ) :
pneumonia yang timbul setelah 72 jam dirawat di rumah sakit,
yang lebih sering disebabkan oleh bakteri gram negatif (
Staphylococcus aureus ) dan jarang oleh pneumokokus atau
Mycoplasma pneumoniae.
c. Pneumonia aspirasi : pneumonia yang terjadi akibat aspirasi antara
12
lain makanan dan asam lambung
d. Pneumonia pada penderita immunocompramised
13
noninfeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
Gambaran infeksi umum :
o demam: suhu bisa mencapai 39 – 40 oC
o sakit kepala
o gelisah
o malaise
o penurunan nafsu makan
o keluhan gastrointestinal, seperti mual, muntah, atau diare
o kadang – kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner
Gambaran gangguan respiratori:
o batuk yang awalnya kering kemudian menjadi produktif
o sesak nafas
o retraksi dada
o takipnea
o napas cuping hidung
o penggunaan otat pernafasan tambahan
o air hunger
o merintih
o sianosis
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Batuk mungkin tidak dijumpai pada anak – anak. Bila
terdapat batuk, batuk berawal kering lalu berdahak. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan tanda klinis seperti vokal fremitus yang meningkat pada daerah
terkena, pekak perkusi atau perkusi yang redup pada daerah yang terkena, suara
napas melemah, suara napas bronkial, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan
bayi kecil, gejala dan tanda pnuemonia lebih beragam dan tidak selalu terlihat
jelas. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.1,7
14
1. Pneumonia pada Neonatus dan Bayi Kecil
Gambaran klinis pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup
serangan apnea, sianosis, grunting, napas cuping hidung, takipnea, letargi,
muntah, tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta, dan
demam. Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Pada bayi yang lebih tua
jarang ditemukan grunting.
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis sering terjadi pada bayi berusia di
bawah 2 bulan, dimana gejala baru timbul pada usia 4 – 12 minggu dan pada
beberapa kasus pada usia 2 minggu, tetapi jarang setelah usia 4 bulan. Gejala
timbul perlahan – lahan, dan dapat berlangsung hingga berminggu – minggu.
Gejala umum berupa gejala infeksi respiratori ringan – sedang, ditandai dengan
batuk staccato ( inspirasi diantara setiap satu kali batuk ), kadang – kadang
disertai muntah, umumnya pasien tidak demam. Bila berkembang menjadi
pneumonia berat yang juga dikenal sebagai sindroma pneumonitis, terdapat
gejala klinis ronki atau mengi, takipnea, dan sianosis.1
16
lebih berat dibandingkan gejala klinis.1
3. Uji Serologis
Uji serologis untukj mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas yang rendah dan secara umum tidak terlalu
bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri atipik.1
4. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk
pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok,
sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru.
Pemeriksaan sputum kurang berguna. Diagnosis dikatakan definitif apabila
kuman ditemukan dalam darah, cairan pleura, atau aspirasi paru, kecuali pada
masa neonatus, dimana kejadian bakteremia sangat rendah sehingga kultur
darah jarang positif.1
Gambaran foto rontgen toraks pada anak meliputi infiltrat ringan pada
19
satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penelitian
ditemukan pneumonia pada anak terbanyakk di paru kanan, terutama lobus
atas. Bila ditemukan di lobus kiri, dan terbanyak di lobus bawah, maka hal
tersebut merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat dengan
risiko terjadinya pleuritis lebih meningkat.
Gambaran foto toraks pada pneumona dapat membantu mengarahkan
kecenderungan etiologi pneumonia. Penebalan peribronkial, infiltrat
interstisial merata, dan hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus.
Infiltrat alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar, bronkopnumonia,
dan air bronchogram sangat mungkin disebabkan oleh bakteri. Pada
pneumonia Stafilokokus sering ditemukan abses – abses kecil dan
pneumoatokel dengan berbagai ukuran.
Gambaran foto toraks pada pneumonia Mikoplasma sangat
bervariasi. Pada beberapa kasus terlihat sangat mirip dengan gambaran foto
rontgen toraks pneumonia virus. Selain itu, dapat juga ditemukan gambaran
bronkopneumonia terutama di lobus bawah, inflitrat interstisial
retikulonodular bilateral, dan yang jarang adalah konsolidasi segmen atau
subsegmen. Biasanya gambaran foto toraks yang jauh lebih berat
dibandingkan gejala klinis. Meskipun tidak terdapat gambaran foto toraks
yang khas, tetapi bila ditemukan gambaran retikulonodular fokal pada satu
lobus, hal ini cenderung disebabkan oleh infeksi Mikoplasma. Demikian
pula bila ditemukan gambaran perkabutan atau ground – glass
consolidation, serta transient pseudoconsolidation.
20
metabolik.9
2. Tuberkulosis
Pada TB, terdapat kontak dengan pasien TB dewasa, uji tuberkulin positif >10
mm atau pada keadaan imunosupresi >5 mm, demam 2 minggu atau lebih,
batuk 3 minggu atau lebih, pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan
menurun, pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik,
pembengkakan tulang atau sendi punggung, dan dapat disertai nafsu makan
menurun dan malaise yang dapat ditegakkan melalui skor TB.8.
3.1.9 Diagnosis
Diagnosis pneumonia terutama didasarkan gejala klinis, sedangkan
pemeriksaan foto rontgen toraks perlu dibuat untuk menunjang diagnosis, selain
untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat. Foto torak antero
proterior (AP) dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi anatomik dalam
paru, luasnya kelainan, dan kemungkinan adanya komplikasi seperti pneumotoraks,
pneumomediastinum, dan efusi pleura. Diagnosis pneumonia yang terbaik adalah
berdasarkan etiologi, yaitu dengan pemeriksaan mikrobiologik.7
3.1.10 Tatalaksana
22
Ampisilin sulbactam 200 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis
Kriteria pulang
- Gejala dan tanda pneumonia menghilang
- Asupan peroral adekuat
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah.10
23
Tabel 1. Jenis obat dan dosis yang dapat digunakan untuk terapi
pneumonia9
24
3.1.11 Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pnemothoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Kecurigaan ke arah empiema apabila terdapat demam persisten, ditemukan tanda klinis
dan gambaran foto dada yang mendukung ( bila masif terdapat tanda pendorongan organ
intratorakal, pekak pada perkusi, gambaran foto dada menunjukkan adanya cairan pada
satu atau kedua sisi dada ). Efusi pleura, abses paru dapat juga terjadi.
Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik
ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup
tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan
keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif
seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.
3.1.12 Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti :
cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat
yang cukup, rajin berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain: vaksinasi Pneumokokus, vaksinasi H.
influenza, vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh
rendah, dimana vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
Efektivitas vaksin pneumokok adalah sebesar 70% dan untuk H. influenzae sebesar
95%. Infeksi H. influenzae dapat dicegah dengan rifampicin bagi kontak di rumah
tangga atau tempat penitipan anak.8
3.1.12 Prognosis
25
Pneumonia biasanya sembuh total dengan mortalitas kurang dari 1 %. Mortalitas
dapa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi – protein
dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi
sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan
memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua – duanya
bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama – sama dengan infeksi memberi dampak
negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi
apabila berdiri sendiri. Pneumonia biasanya tidak mempengaruhi tumbuh kembang
anak.11
26